You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Perkembangan mengenai ilmu kebumian semakin lama semakin canggih. Dalam dunia
geofisika, instumentasi atau alat-alat untuk mendeteksi keadaan dari bawah permukaan bumi
semakin lama semakin berkembang. Instrumentasi Geofisika tersebut bermaksud untuk
memahami lebih dalam mengenai teori dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga alat
yang dibentuk semakin lama semakin mudah (pengukurannya instan). Dimulai pada tahun
1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa hanya
dengan menggunakan sebuah logam dapat menunjukkan perbedaan panas secara gradien dan
akan menghasilkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut sebagai efek termoelektrik atau saat
ini dikenal sebagai metode pengukuran suhu. Metode pengukuran suhu dimana metode tersebut
merupakan metode yang digunakan dalam Geofisika dengan menggunakan instrumen yang
disebut Termokopel. Instrumen tersebut berfungsi untuk mengkonversi suhu menjadi GGL
atau gaya gerak listrik. Untuk aplikasi yang lebih sederhananya dilapangan, pengukuran suhu
hanya berfokus pada pencarian suhu relatif dari dalam bumi dengan cara memasang sensor
suhu kemudian dicatat nilai yang keluar pada alat. Metode pengukuran suhu sangatlah
sederhana, hanya menggunakan termokopel saja, dimana termokopel sendiri merupakan sensor
suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
tegangan listrik (voltase). Termokopel yang sederhana memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1°C.

DASAR TEORI
Dalam pengamatan suhu, memiliki kaitan dengan panas karena suhu adalah derajat
panas. Panas permukaan dan aktivitas panas bawah permukaan menjadi kontrol utama dalam
kegiatan monitoring dan pendugaan pendinginan dinamis, seperti permukaan yang disebabkan
oleh aktivitas magma. Pengukuran dapat memberikan informasi penting mengenai bawah
permukaan melalui variasi tipe anomali panas yang dapat memberikan informasi terkait kondisi
suhu gunung api tersebut.
2.1 Hukum Termodinamika
Dasar yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah hukum ke-0
termodinamika yang menyatakan bahwa: “ Jika dua buah benda mempunyai kesamaan
suhu dengan benda ketiga, maka kedua benda tersebut satu dengan yang lainnya
mempunyai kesamaan suhu”. Dengan kata lain jika benda A dan benda B secara
terpisah dalam keadaan setimbang termal dengan benda C maka benda A dalam
keadaan setimbang termal dengan benda B (Hadi,1993).
2.2 Aliran Panas Dalam Bidang Semi Tak Hingga
Jika suhu permukaan merupakan suatu osilasi panas dalam bentuk To sin t
berada pada suatu permukaan bidang z = 0 dan berada dalam suatu medium semitak
hingga dengan difusitas panas K, maka setelah masuk dalam medium besarnya
amplitudo suhu dirumuskan (Stacey, 1977):
√𝜔 √𝜔
𝑇(𝑧, 𝑡) = 𝑇0 exp (−𝑧 ) sin (𝜔𝑡 − 𝑧 )
2𝑘 2𝑘
𝑇0
Pada saat 𝑇(𝑧, 𝑡) = , jarak yang ditempuh suhu masuk ke dalam medium suhu disebut
𝑒

dan dirumuskan (Turcote,1982):


√𝜔
𝑑𝑤 =
2𝑘
Dimana d adalah skin depth(m), sedangkan beda fasenya adalah:
√𝜔
𝜃=𝑧
2𝑘
Dari persamaan di atas terlihat bahwa semakin masuk ke dalam tanah suhunya
makin kecil dan fasenya berubah, atau semakin tinggi frekuensi perubahan suhu
permukaan, maka semakin cepat perubahan suhu yang masuk ke dalam tanah,
akibatnya semakin cepat melemah amplitudonya (Pipes dan Harvill, 1984).

2.3 Konduktifitas Thermal dan Difusivitas Thermal


Konduktifitas Thermal menunjukkan kemampuan suatu material untuk
menghantarkan panas. Fenomena penghantaran panas terjadi apabila terdapat
perbedaan temperatu, sehingga menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah
benda panas ke daerah yang sekitarnya dengan temperatur yang lebih rendah.
Konduktivitas termal = laju aliran panas × jarak / ( luas × perbedaan suhu )

𝑄 𝐿
𝑘= ×
𝑡 𝐴 × ∆𝑡
Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama waktu t
melalui ketebalan L, dengan arah normal ke permukaan dengan luas A yang disebabkan
oleh perbedaan suhu ΔT dalam kondisi tunak dan jika perpindahan panas hanya
tergantung dengan perbedaan suhu tersebut. Konduktifitas Thermal sangat
memperngaruhi harga Difusifitas thermal batuan.
Difusivitas termal adalah sifat yang secara natural mendistribusikan panas
keseluruh badan batuan (Holman, 1994). DIfusivitas ini merupakan besaran yang
menunjukkan seberapa cepat suatu bahan menerima panas. Semakin besar nilai
difusivitas termal bahan semakin cepat terjadi pembauran panas dalam bahan dan
sebaliknya.
Sifat difusivitas termal bahan digunakan untuk menganalisis konduksi panas
yang terjadi dalam batuan. Sifat difusivitas termal dipengaruhi oleh kadar air batuan,
komposisi kimia batuan dan struktur batuan.
Difusivitas memeiliki rumusan sebagai berikut :
𝐾
𝛼=
𝜌𝐶𝑝
Dimana :
𝛼 = Difusivitas
𝐾 = Konduktifitaas Thermal (W/m.K)
𝜌 = Densitas (kg/m3)
𝐶𝑝 = Panas Jenis (J/m3.K)

2.4 Suhu Permukaan


Suhu permukaan nilainya dapat dipengaruhi banyak hal. Salah satunya adalah
pemanasan global, yang mana hal ini mempengaruhi kualitas tanah permukaan yang
ada. Berikut hal-hal yang mempengaruhi suhu permukaan.
a. Sudut datang matahari
Semakin besar sudut datang matahari maka sinar datang akan semakin tegak
sehingga suhunya akan semakin besar, sedangakan semakin kecil sudut datang atau
sinar datangnya lebih miring maka suhunya akan semakin kecil.
b. Ketinggian tempat (Topografi)
Semakin tinggi suatu tempat maka temperature udaranya akan semakin rendah
sedangkan semakin rendah ketinggian suatu tempat maka suhunya akan lebih
panas. Panas dari dalam bumi akan mengalir ke permukaan dengan memenuhi efek
Chimney, dimana aliran panas bersifat mengumpul di daerah lembah dan menyebar
di daerah bukit.
c. Lamanya penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari tergantung dari garis lintangnya. Semakin daratan lebih
cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan
lautan rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut
mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi. Sedangkan semakin
tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil
sehingga suhu udaranya semakin rendah.
d. Awan
Jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif
sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan
menyerap panas matahari.

You might also like