Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BOROBUDUR
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Berasal dari istilah
kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus yang berarti madu atau gula.
Kurang lebih istilah Diabetes Melitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak
terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena mengandung gula. Oleh karena
itu, dalam istilah lain penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”.
Secara definisi medis, definisi diabetes meluas kepada suatu kumpulan aspek gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut maupun relatif. Diabetes
melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Pada kondisi
normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110 mg/dL, oleh pengaruh
kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kalenjar pankreas.
Setiap sehabis makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan (karbohidrat)
di usus dan akan kadar gula darah meningkat. Peningkatan kadar gula darah ini akan
memicu produksi hormon insulin oleh kalenjar pankreas. Berkat pengaruh hormon insulin
ini, gula dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh
(terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai bahan energi dalam sel tersebut. Sel otot
kemudian menggunakan gula untuk beberapa keperluan yakni sebagai energi, sebagian
disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada sisa, sisa sebagian tersebut diubah menjadi
lemak dan protein.
2. Rumusan Masalah
a. Diabetes melitus
b. Diabetes melitus pada kehamilan
3. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi diabetes melitus
b. Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan kehamilan
c. Untuk mengetahui penyebab diabetes melitus
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus
e. Untuk mengetahui cara penanganan diabetes melitus
BAB II
ISI
Pengertian diabetes mellitus menurut Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan catatan kuliah
pemenuhan kebutuhan gizi reproduksi, 2006 yaitu sebagai berikut : diabetes melittus
merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di
tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi
insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Glukosa dapat difusi secara secara
tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai
kadar dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen.Akibat lambatnya
resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan
insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal
yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi
insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia.
Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga
relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin
juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta
laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas insulin.
Diabetes kehamilan atau diabetes gestational adalah diabetes yang terjadi karena faktor
kehamilan. Diabetes kehamilan dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi yang
dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat mengancam kesehatan bayi yang belum
lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola dengan baik dengan makan makanan yang sehat,
berolahraga secara teratur dan jika perlu minum obat. Menjaga kadar gula yang normal selama
masa kehamilan dapat memastikan kehamilan yang sehat bagi ibu dan anaknya. Umumnya
diabetes kehamilan akan hilang setelah sang ibu melahirkan.
3. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
1. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
2. Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang
disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi
defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi
DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya
dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta
pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami
gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria
menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari
proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis
menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP.
Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon
insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan
klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM.
Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada
perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai
akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi,
dan stroke like episode. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA
pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta
pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin
berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
1. Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak
ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko
terkema diabetes mellitus.
2. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan
epineprin.
3. Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam keadaan perut
kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus
dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang
terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan
meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan
menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang
mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena
diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.
4. Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya
akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan
terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi
DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.
1. Sering buang air kecil. Air seni/air kencing orang yang menderita diabetes biasanya
dikerumuni semut karena kadar gulanya tinggi. Ganguan ini disebabkan karena hormon
insulin dalam darah sedikit atau pada penderita diabetes tipe I tidak ada sehingga ginjal
tidak dapat menyaring gula dalam darah jadi gula tersebut keluar bersama air seni.
2. Mudah haus sehingga banyak minum. Karena sering buang air kecil jadi kita juga
gampang haus. Sering kali karena mudah haus air minumnya adalah air dingin (dari
kulkas/dengan es) dan sebagian besar orang Indonesia bila minum air dingin/dengan es
lebih senang juga menggunakan sirup. Di mana sirup notabene manis.
3. Mudah lapar. Karena apabila lapar kita makan nasi. Terlalu banyak makan akan dapat
menaikkan kadar gula karena didalam karbohidrat yang ada pada nasi mengandung
glukosa (gula).
4. Tanda penting lainnya yang perlu dicermati adalah apabila penderita diabetes mendapat
luka ditubuh cenderung membutuhkan waktu lama dalam penyembuhannya. Selain itu
ada pula tanda berupa Letih dan lesu. Kondisi ini disebabkan karena produksi gula
dalam darah terhambat, sehingga pembuatan energi menjadi ikut terganggu. Pandangan
kabur atau tidak jelas juga bisa jadi merupakan gejala diabetes melitus yang perlu
diwaspadai.
5. Sering kesemutan, gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena kandungan gula dalam
darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan system saraf. Dapat juga terjadi
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Gejala klinis yang dialami oleh penderita diabetes dapat diketahui melalui pemeriksaan
di laboratorium. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan kadar gula darah. Pada
prosesnya pengambilan darah untuk pengecekan ini dilakukan dua kali atau dalam dua
kondisi yaitu setelah puasa (8 jam tidak menerima asupan gula baik melalui makanan
atau minuman) dan kondisi biasa (tidak puasa atau minimal 2 jam setelah makan). Pada
kedua pemeriksaan ini apabila, kadar gula biasa ≥ 120 mg/dl atau kadar gula puasanya
≥ 126 mg/dl, berarti Anda positif (+) menderita Diabetes. Jadi, segelah periksa gula
darah Anda. Penanganan yang cepat dan tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes pada kehamilan sebaiknya dilakukan secara terpadu antara dokter
kebidanan, penyakit dalam, ahli gizi, dan spesialis anak. Sasaran penatalaksanaan adalah
mencapai kadar gula darah yang normal yaitu gula darah puasa kurang dari 105 mg/dl dan dua
jam sesudah makan kurang dari 120 mg/dl. Sasaran dapat dicapai dengan melakukan
pengaturan makan.
Bila diperlukan maka diberikan insulin untuk menurunkan kadar gula darah mencapai normal.
Biasanya bila kadar gula darah puasa melebihi atau sama dengan 130 mg/dl di samping
perencanaan makan perlu diberikan insulin.
Bila kadar gula darah puasa di bawah 130 mg/dl, penatalaksanaan dapat dimulai dengan
perencanaan makan saja. Dalam perencanaan makan dianjurkan jumlah kalori sebesar 35
kal/kg berat badan ideal, kecuali bila penderita gemuk jumlah kalori dikurangi. Pada kehamilan
biasanya perlu dipertimbangkan penambahan kalori sebanyak 300 kal. Agar janin dalam
kandungan dapat tumbuh secara baik dianjurkan untuk mengkonsumsi protein sebesar 1-1,5 g.
Penggunaan insulin biasanya dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan sesuai kebutuhan
untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Untuk itu perlu mempelajari prinsip-prinsip
sterilitas, mengenal berbagai macam insulin, serta memahami dosis dan penyediaan insulin
yang tepat.
Tidak perlu khawatir terhadap pengaruh buruk insulin pada pertumbuhan janin. Justru
pemberian insulin ini diharapkan dapat membantu tercapainya kadar gula darah normal
sehingga janin dapat tumbuh dengan baik dan terhindar dari kesulitan waktu melahirkan.
Bila gula darah tidak dikendalikan, maka terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi
(hiperglikemia) yang dapat menimbulkan risiko pada ibu dan juga janin. Risiko pada janin
dapat terjadi hambatan pertumbuhan karena timbul kelainan pada pembuluh darah ibu dan
perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat terjadi makrosomia yaitu bayi
pada waktu lahir besar akibat penumpukan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan
terjadinya cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati waktu kehamilan.
Risiko lain adalah meningkatnya kadar bilirubin bayi serta gangguan napas dan kelainan
jantung. Pada ibu hamil diabetes mellitus yang tidak diobati dapat menimbulkan risiko
terjadinya penyulit kehamilan berupa preeklamsi, cairan ketuban yang berlebihan, dan infeksi
saluran kemih. Jadi penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan perlu dilakukan dengan
baik untuk meningkatkan taraf kesehatan ibu dan bayi.
A. Penanganan Diabetes pada Kehamilan
Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi pada ibu
dan janin.
Tujuan utama pengobatan DM dengan hamil:
a. Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
b. Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.
c. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.
Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang ringan dapat di
atasi dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan, pemberian anti diabetik secara
oral, dan mengawasi kehamilan secara teratur.
Karena 15-20% dari pasien akan menderita kekurangan daya pengaturan glukosa
dalam masa kehamilan, maka kelompok ini harus cepat-cepat diidentifikasi dan
diberikan terapi insulin. Bila kadar plasma glukosa sewaktu puasa 105 mg/ml atau
kadar glukosa setelah dua jam postprandial 120 mg/ml pada dua pemeriksaan atau
lebih dalam tempo 2 (dua) minggu, maka dianjurkan agar penderita diberikan terapi
insulin. Obat DM oral kontraindikasi. Penentuan dosis insulin bergantung pada: BB
ibu, aktivitas, KGD, komplikasi yang ada.
B. Risiko Tinggi DM Gestasional:
a) Umur lebih dari 30 tahun
b) Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
c) Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
d) Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
e) Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
f) Adanya glukosuria
g) Riwayat bayi cacat bawaan
h) Riwayat bayi lahir mati
i) Riwayat keguguran
j) Riwayat infertilitas
k) Hipertensi
E. Tujuan Pengobatan:
a) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
b) Meningkatkan kualitas hidup, dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderita
DM terkontrol, sehingga sama dengan orang normal.
c) Pada ibu hamil dengan DM, mencegah komplikasi selama hamil, persalinan, dan
komplikasi pada bayi.
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas
dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah
tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
Diabetes kehamilan atau diabetes gestational adalah diabetes yang terjadi karena factor
kehamilan. Diabetes kehamilan dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi
yang dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat mengancam kesehatan bayi
yang belum lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola dengan baik dengan makan
makanan yang sehat, berolahraga secara teratur dan jika perlu minum obat. Lalu bisa
diberikan pengobatan dengan cara pengolahan medis dan pengolahan obsterik, lalu bisa
juga diberikan asuhan kepada ibu hamil tersebut mengenai diabetes melitus.
Diabetes Mellitus dikenal dengan berbagai tipe yaitu Tipe I yang disebabkan factor
genetik atau karena keturunan, Tipe II, sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup, dan
Tipe III yaitu diabetes yang dialami oleh ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA