You are on page 1of 50

PROPOSAL

PENGARUH CERITA BONEKA TENTANG PERLINDUNGAN DIRI


ANAK TERHADAP PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEKERASAN
SEKSUAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI SLAWI

Disusun Oleh

LILI NUR INDAH SARI


C1014049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2018
PROPOSAL

PENGARUH CERITA BONEKA TENTANG PERLINDUNGAN DIRI ANAK


TERHADAP PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI SLAWI

Disusun Oleh
LILI NUR NDAH SARI
C1014049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2018
Persetujuan Proposal penelitian

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian


berjudul :

PENGARUH CERITA BONEKA TENTANG PERLINDUNGAN DIRI ANAK


TERHADAP PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI SLAWI
TAHUN 2018

Dipersiapkan dan disusun oleh


LILI NUR INDAH SARI
C1014049

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk di pertahankan di


hadapan penguji skripsi pada tanggal

Pemimbing I, Pemimbing II,

Susi Muryani, MNS Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep


NIPY : 1984.05.05.10.052 NIPY: 1989.02.10.16.111
STIKES BHAMADA HALAMAN PERNYATAAN
SLAWIPRODI SARJANA KEASLIAN KARYA
KEPERAWATAN DAN ILMIAH
PENDIDIKAN PROFESI NERS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Lili Nur Indah Sari
NIM : C1014049

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa sumber asli atau tanpa
izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggung jawabkan, ternyata memang di
temukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Slawi, Mei 2018


Yang Menyatakan

Lili Nur Indah Sari


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
proposal ini dengan judul “Pengaruh Cerita Boneka Tentang perlindungan Diri
Anak Terhadap Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak
Prasekolah Di Tk Pertiwi Slawi” dalam penulisan tugas ini peneliti
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Susi Muryani,MNS
selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing menyelesaikan proposal dan
Evi Supriatun, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
membimbing dan megarahkan peneliti dalam menyusun proposal ini.

Dalam penyusunan proposal ini, peneliti juga banyak mendapatkan bimbingan


dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Tri Agustina, SST.,M.Kes selaku Kepala STIKes Bhamada Slawi.
2. Bapak Firman Hidayat, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku Ka Prodi Sarjana
Keperawatan & Ners.
3. Ibu Ikawati Setyaningrum. M.Kep selaku penguji sidang proposal yang telah
memberikan saran dan masukan yanng sangat bermanfaat.
4. Seluruh dosen Prodi Sarjana Keperawatan & Ners STIKes Bhamada Slawi.
5. Kedua orangtua saya Bapak Akso dan Ibu Tabi’ah atas kasih sayang dan
ketulusan kalian dalam membantu, menyemangati sehingga saya bisa
menyelesaikan proposal ini.
6. Kakak dan Adik saya Bambang Puji Utomo dan Rina Agustin yang selalu
menghibur dan selalu ada buat saya.
7. Teman terbaik dan terkhusus sahabat Nita Yuliana, Rofiatul Atiqoh, Dewi
Sulastri, Deasi Amalina, Riskiana Lutfiatun, Maunita Linda, Wulan Suci,
yang selalu membantu dan menghibur dalam segala situasi.
8. Teman-Teman sekelompok, Sidney, Nita, Dewi, Ike, Chabib, Yoga, Rizaldi
yang sudah berjuang bersama.

Slawi, Mei 2018

Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.3. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
2.1. Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual ....................... 5
2.2. Cerita Boneka tentang Perlindungan Diri Anak .................... 10
2.3. Kerangka Teori ...................................................................... 12
2.4. Kerangka Konsep .................................................................. 13
2.5. Hipotsis .................................................................................. 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 14
3.1. Jenis dn Rancangan Penelitian ............................................... 14
3.2. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................ 15
3.3. Populasi dan sampel............................................................... 19
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 19
3.5. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ......................... 20
3.6. Tekhnik Pengolahan Data ...................................................... 20
3.7. Analisa Data ........................................................................... 21
3.8. Etika Penelitian ...................................................................... 22
3.9. Jadwal Penelitian ................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 28
Lampiran 1 (Permohonan)............................................................. 28
Lampiran 2 (Lembar Persetujuan) ................................................ 29
Lampiran 3 (KUESIONER).......................................................... 30
Lampiran 4 (Kisi-Kisi dan Kunci Jawaban) ................................. 33
Lampiran 5 (Standar Operasional Prosedur)................................. 34
Lampiran 6 (Naskah Cerita Boneka) ............................................ 35

i
Lampiran 7 (Lembar Konsultasi) .................................................. 38
CURICULUM VITAE .............................................................................. 41

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Teori................................................................. 12


Gambar 2.4 Kerangka Konsep............................................................... 13

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kekerasan terhadap anak menjadi fenomena tersendiri yang harus diperhatikan bagi
orang tua, guru dan lingkungan sekitar. Kekerasan seksual pada anak merupakan
tindakan yang mengarah dan bersifat seksual yang tidak dikehendaki oleh anak
dan dapat menimbulkan dampak negatif (Sulistyowati, 2018). Kekerasan seksual
tidak hanya terjadi melalui kontak fisik tetapi juga nonfisik serta verbal. Pelaku
kekerasan seksual tidak hanya dilakukan oleh orang tidak dikenal saja, melainkan
orang yang sudah dikenal. Kekerasan seksual juga dapat terjadi di lingkungan
sekolah, lingkungan bermain dan lingkungan keluarga. Hal ini menjadi kasus
yang serius yang harus ditangani dan perlu dilakukan pencegahan (Chomaria,
2014).

Pravelensi kasus kekerasan dari data National Children Alliance (NCA) mencatat
kekerasan seksual pada anak di dunia pada tahun 2013 terdapat 202.265 kasus,
tahun 2014 terjadi peningkatan sekitar 3.200 kasus, dan pada 2015 terjadi
penurunan dari Januari sampai Juni menjadi 101.769 atau 52% (NCA,2015).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat pada tahun 2014 terjadi 1380
kasus kekerasan seksual anak dan terjadi penurunan kasus kekerasan seksual anak
pada 2015 menjadi 218 atau sekitar 80%, sementara pada 2016 terdapat 120
kasus dan di 2017 terjadi penurunan sebanyak 4% kasus (KPAI, 2017). PKBI
Jawa Tengah mencatat untuk kasus kekerasan seksual, pada tahun 2012 terdapat
457 anak, untuk tahun 2013 terjadi penurunan sekitar 25%, sedangkan tahun 2014
terjadi peningkatan menjadi 609 atau sekitar 60%, artinya setiap hari di Jawa
Tengah terdapat 2 orang anak menjadi korban kekerasan seksual (PKBI, 2016).

Berdasarkan data dari DPPKBP2PA mencatat kasus kekerasan seksual pada anak
di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 terdapat 16 kasus, pada tahun 2014 tejadi
peningkatan menjadi 23 kasus atau sekitar 12%, tahun 2015 terjadi penurunan

1
2

menjadi 12 korban, tahun 2016 menurun menjadi 8 korban, dan pada tahun 2017
terdapat 9 korban pada anak. Peningkatan kasus kekerasan seksual ini disebabkan
karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap hak anak, kurangnya
pendidikan karakter di rumah, kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seks,
penyebaran perilaku jahat antar generasi, dan lemahnya penegakan hukum,
Kejadian periaku kekerasan seksual berisiko terjadi pada anak prasekolah
(Erlinda, 2014).

Pencegahan perilaku kekerasan seksual perlu dilakukan sedini mungkin hal ini
disebabkan anak usia prasekolah mulai penasaran tentang tubuhnya dan mulai
belajar tentang perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, selain itu anak
juga mulai mampu melakukan toileting dan berpakaian. Freud mendeskripsikan
masa ini sebagai masa Phallic (Potts & Mandeleco, 2012). Materi dalam
pendidikan seks untuk anak usia prasekolah di tekankan pada pemahaman kondisi
tubuhnya, pemahaman terhadap lawan jenis dan pemahaman untuk menghindar
dari kejahatan seksual. Anak usia prasekolah perlu diberikan pendidikan
kesehatan mengenai pengetahuan pencegahan seks supaya anak memahami jenis
kelamin, perubahan fisik dan memperkuat rasa percaya diri serta
bertanggungjawab terhadap dirinya (Jatmikowati, Angin & Ernawati, 2015).

Pendidikan kesehatan tentang pengetahuan perlindungan diri pada anak


prasekolah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan media
seperti leaflet, poster, permainan, bercerita dan video. Penggunan media dan alat
peraga tersebut dapat digunakan untuk memudahkan penerimaan dan pemahaman
informasi dan pengetahuan bagi anak. Tahap perkembangan kogntif anak
prasekolah berada pada tahap praoperasional dimana anak belum dapat mencerna
informasi yang diberikan oleh orang lain, sehingga membutuhkan alat peraga
supaya anak dapat memahami materi yang disampaikan (Matulessy, 2018).

Menurut penelitian Oktaviana (2014) metode bercerita melalui media boneka


tangan membuat anak usia prasekolah senang mendengarkan cerita dan mampu
3

berbahasa lisan dengan baik serta mampu meningkatkan perkembangan


berbahasa. Metode bercerita merupakan metode yang digunakan oleh guru untuk
memberikan cerita kepada anak-anak secara lisan. Metode bercerita efektif
digunakan di TK untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak
sehingga alat ucapnya terbiasa untuk berbicara dan mendorong anak untuk berani
bertanya dan mengungkapkan apa yang terjadi. Metode bercerita melalui media
boneka tangan memberikan suasana yang berkesan untuk anak prasekolah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 26 Maret
kepada 10 orang siswa kelas B di Tk Pertiwi Slawi, didapatkan jawaban
pengetahuan pencegahan kekerasan seksual yang bermacam-macam. Pertama
peneliti bertanya tentang daerah privasi yang boleh dan tidak boleh disentuh yaitu
1 orang siswa yang menjawab benar dengan jawaban “bagian yang tertutup
celana” sedangkan sisanya mereka tidak menjawab dan tidak mengetahuinya.
Pertanyaan kedua peneliti bertanya tentang cara menghindar dari kejahatan
seksual yaitu dengan pertanyaan Bagaimana jika ada orang yang tidak dikenal
mengajak kamu ketempat yang sepi? 1 orang siswa menjawab “Lari” sedangkan
sisa ya menjawab salah dan tidak mengetahuinya. Berdasarkan data yang didapat
oleh peneliti bahwa anak prasekolah di TK PERTIWI banyak yang belum
mengetahui tentang pengetahuan pencegahan kekerasan seksual dan perlindungan
diri pada anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
pengaruh cerita boneka tentang perlindungan diri pada anak terhadap pengetahuan
pencegahan kekerasan seksual pada anak prasekolah di TK Pertiwi.
4

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh cerita boneka
tentang perlindungan diri anak prasekolah terhadap pengetahuan pencegahan
kekerasan seksual pada anak usia prasekolah.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin) di TK
Pertiwi Slawi.
1.2.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan diri anak prasekolah
sebelum dilakukan cerita boneka tentang perlindungan diri pada anak
prasekolah di TK Pertiwi Slawi.
1.2.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan diri anak prasekolah
setelah dilakukan cerita boneka tentang perlindungan diri pada anak
prasekolah di TK Pertiwi Slawi.
1.2.2.4 Mengidentifikasi pengaruh cerita boneka tentang perlindungan diri anak
prasekolah terhadap pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak
usia prasekolah di TK Pertiwi Slawi.

1.3. Manfaat Penelitian


1.3.1 Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anak usia
prasekolah dan orang tua untuk menerapkan perlindungan diri pada anak.
1.3.2 Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan
terhadap pencegahan seksual pada anak sebagai pedoman untuk
melindungi diri dari kejahatan.
1.3.3 Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi
untuk peneliti selanjutnya khususnya pengaruh cerita boneka tentang
pencegahan diri anak terhadap pengetahuan pencegahan kekerasan seksual
pada anak prasekolah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual


Kekerasan seksual adalah penganiyayaan yang melibatkan anak dalam kegiatan
seksual yang terjadi pada semua tahap perkembangan anak, tanpa melihat jenis
kelamin, ras ataupun status sosial, ekonomi tertentu untuk memberikan kepuasan
seksual atau keuntungan finansial (Kenny et al., 2013). Kekerasan seksual pada
anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas seksual yang
terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum
negara yang bersangkutan, dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih
tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari anak
memanfaatkannya untuk kesenangan seksual atau aktivitas seksual (Maslihah, 2016).
Kekerasan seksual adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau
bahaya terhadap anak-anak, baik secara fisik maupun emosional atau hubungan atau
interaksi antara seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa
seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan
sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Hal ini perlu sekali untuk
diwaspadai khusus nya pada anak prasekolah (Hurairoh, 2013).

Anak usia prasekolah adalah anak dalam rentang usia 3-6 tahun (Wong, 2008). Usia
prasekolah adalah usia transisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
berada dalam usia 4-6 tahun (Davies, 2011). Anak usia prasekolah adalah anak yang
mempunyai usia di bawah tujuh tahun, pada masa ini anak bisa diarahkan kearah
yang positif atau kearah yang bisa membantu perkembangan sikap, pengetahuan.
Keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oeh anak tersebut untuk menghindari
terjadinya kekerasan seksual (Ambarwati, 2011).

Jenis kekerasan seksual pada anak meliputi kekerasan fisik, kekerasan nonfisik
dan kekerasan verbal. Kekerasan seksual secara fisik adalah kekerasan yang
dilakukan melalui kontak fisik atau langsung menyerang pada bagian tubuh anak,
sperti contoh pelaku memaksa anak untuk menunjukan alat kelaminnya dan

5
6

pelaku menunjukan alat kelaminnya sendiri kepada anak. Kekerasan seksual


secara nonfisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku melalui gambar dan
video ataupun melalui media lain, contohnya seperti pelaku menunjukan gambar
yang berbau seksual kepada anak. Kekerasan seksual secara verbal adalah
kekerasan yang dilakukan melalui perktaan, ucapan, ajakan atau candaan yang
mengarah pada seksual (Chomaria, 2010).

Faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak anatara lain yaitu
rendahnya kesadaran masyrakat terhadap anak, pendidikan orangtua, ekonomi
atau kemiskinan, rendahnya pengetahuan tentang pendidikan seks, penegakan
hukum yang lemah. Dampak dari kekerasan seksual cenderung menimbulkan
dampak traumatis baik pada anak maupun pada orang dewasa. kasus kekerasan
seksual sering tidak terungkap karena adanya penyangkalan terhadap peristiwa
kekerasan seksual yang terjadi, lebih sulit lagi adalah jika kekerasan seksual ini
terjadi pada anak-anak, karena anak-anak korban kekerasan seksual tidak
mengerti bahwa dirinya menjadi korban. Korban sulit mempercayai orang lain
sehingga merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya, selain itu anak cenderung
takut melaporkan karena mereka merasa terancam akan mengalami konsekuensi
yang lebih buruk bila melapor, anak merasa malu untuk menceritakan peristiwa
kekerasan seksualnya, anak merasa bahwa peristiwa kekerasan seksual itu terjadi
karena kesalahan dirinya dan peristiwa kekerasan seksual membuat anak merasa
bahwa dirinya mempermalukan nama keluarga dan akan membawa dampak yang
lebih banyak bagi anak (Noviana, 2015).

Dampak kekerasan seksual yang terjadi ditandai dengan adanya powerlessness,


dimana korban merasa tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkap peristiwa
pelecehan seksual tersebut. Tindakan kekerasan seksual pada anak membawa
dampak emosional dan fisik kepada korbannya. Secara emosional, anak sebagai
korban kekerasan seksual mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, adanya
perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan dengan
orang lain, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi
7

buruk, insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan


termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah harga diri, disfungsi
seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, keluhan somatik. Trauma
akibat kekerasan seksual pada anak akan sulit dihilangkan jika tidak secepatnya
ditangani oleh ahlinya. Anak yang mendapat kekerasan seksual, dampak jangka
pendeknya akan mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebihan pada
orang lain, dan konsentrasi menurun yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan.
Jangka panjangnya, ketika dewasa nanti dia akan mengalami fobia pada hubungan
seks atau bahkan yang parahnya lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum
melakukan hubungan seksual. Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan
mengikuti apa yang dilakukan kepadanya semasa kecilnya, sehingga harus dilakukan
pencegahan (Noviana, 2015).

Pencegahan adalah suatu tindakan tindak lanjut yang berwenang serta sadar dalam
usaha menghalangi, mengurangi segala dampak resiko ancaman yang tidak
diinginkan. Pencegahan kekerasan seksual pada anak yaitu dengan mengajari
anak dengan keterampilan diri pada anak (Mashudi dan Nur’aini, 2015).
Pendidikan seksual pada anak prasekolah dapat dimulai dengan mengajarkan
nama-nama bagian tubuh dan perbedaan secara fisik anatara perempuan dan laki-
laki. Anak juga perlu ditanamakan bahwa mereka juga mempunyai tanggung
jawab atas tubuh mereka dan mengajarkan ada bagian tubuh yang boleh dan tidak
boleh di perlihatkan atau tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali diri sendiri,
orang tua atau dokter untuk menjaga kesehatan dan kebersihan mereka.
Pemahaman tentang menjaga privasi dari orang banyak saat mandi, ke toilet dan
berpakian juga penting di sampaikan pada anak prasekolah. Anak juga perlu
diajarkan bagaimana bersikap sopan atas privasi orang lain seperi mengetuk pintu
terlebih dahulu sebelum memasuki kamar mandi atau kamar tidur. Hal ini perlu
dilakukan pemberian pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya kekerasan
seksul pada anak (Wuetelle and kenny, 2011).
8

Pendidikan yang diberikan pada anak usia prasekolah dalam hal ini mengenai
pendidikan seksual diharapkan akan membentuk pondasi yang kuat bagi
perkembangan pribadi dan perilaku anak di waktu yang akan datang.
Pendididkan seksual pada anak perlu diberikan sedini mungkin agar anak
mengerti tentang bagaimana mencegah perilaku kekeran seksual. Anak dapat
mengerti terhadap pencegahan tentang perlindungan diri (NAEYC, 2009).

Perlindungan diri pada anak adalah pendidikan yang diajarkan kepada anak
tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi situasi yang membahayakan bagi
mereka untuk menjaga diri mereka tetap aman. Pendidikan ini tidak hanya
mengurangi resiko menjadi korban tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk melindungi diri mereka sendiri (Kendall, 2012). Pedoman Pendidikan
perlindungan diri yang diajarkan pada anak mencakup “yell-go-tell, sequence” ,
namun sebelumnya anak perlu diajarkan tentang body ownership atau
kepemilikian tubuh karena hal ini paling terpenting bagi perlindungan diri anak
(Springer dan Mesurell, 2015). Anak diajarkan bahwa tubuh nya adalah milik
pribadi dirinya sehingga mereka mempunyai hak atas diri mereka sendiri untuk
memutuskan apakah boleh atau tidak boleh diakses orang lain. Anak diajarkan
bagian privasi tubuhnya. Anak diajarkan sentuhan yang baik dan sentuhan yang
tidak baik , sentuhan baik seperti berjabat tangan , sentuhan yang tidak baik
seperti pelukan dari orang yang lebih besar dan tidak dikenal dan sentuhan seksual
(Kendall, 2013). Terakhir anak diajarkan “yell-go-tell, sequence” anak diajarkan
teriak “tidak mau” kemudian anak diajarkan untuk lari dan pergi dari tempat
tersebut dan suruh anak menceritakan ke orang dewasa. Hal ini sangat penting
dilakukan untuk melindungi diri anak dan untuk menambah pengetahuan terhadap
anak (Springer dan Misurell 2015).

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang yang diperoleh dari penginderan


manusia seperti mata, telinga, kulit, hidung dan lidah. Pengetahuan dipengaruhi
oleh seberapa intens waktu panca indra memperhatikan dan memahami objek
9

tertentu. Sebagian besar pengetahuan dapat melalui indra penglihatan dan indra
pendengaran. (Notoatmodjo, 2012).

Tingkat pengetahuan pada manusia dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu pertama
Tahu atau know, tahu diartikan sebagai memanggil memori yang telah disimpan
sebelumnya setelah mendapat pengetahuan tertentu. Cara mengukur tingkat
pengetahuan seseorng dapat diukur melalui pertanyaan terkait materi. Kedua
Memahami atau comprehesion memahami tidak sekedar tahu dan menyebutkan
suatu objek tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
tersebut. Ketiga Aplikasi atau aplplication diartikan seseorang telah memahami
tentang suatu objek dengan menggunakan atau prinsip tersebut pada situasi yang
lain. Keempat Analisis atau analysis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan, memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang sudah diketahui.
Kelima Sintesis atau sintesys menunjukan kemampuan seseorang untuk
merrangkum atau meletakan dalam suatu hbungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Keenam Evaluasi atau evaluation
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang
telah ditetukan (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu pertama


Pendidikan adalah proses belajar untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan melalui pola tertentu. Pendidikan didapatkan atau
diberikan secara formal dan nonformal. Kedua usia, semakin bertambahnya usia
semakin berkembang pula daya tangkap, pola pikir dan daya ingat dalam
pendidikan, sehingga pengetahuan yang didapat juga semakin baik. Namun ada
usia tertentu menjelang lanjut usia kemampuan utuk mengingat dan daya tangkap
akan menurun sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan. Ketiga Minat dan
kretivitas, minat adalah kecenderungan hati melakukan atau mempelajari sesuatu
yang diawali dengan rasa senang dan rasa tertarik, sedangkan kreatifitas adalah
10

kemampuan diri dalam mengolaborasi potensi pribadi dengan pencapaian cita-


cita. Keempat Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman dapat membentuk
seseorang dalam pengetahuan, persepsi, sikap,kepercayaan dan objek. Kelima
Kebudayaan dan ekonomi , pandangan agama dan etnis dapat mempengaruhi
seseorang dalam mendapatkan informasi atau pengetahuan seseorang. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Keenam Informasi , diperoleh dari mana
saja salah satunya dari media masa yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan
afektif. Fungsi kognitif menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, sikap,
keyakinan masyarakat dan penelasan nilai nilai tertentu (Mubarak, 2011).

2.2 Cerita Boneka Tentang Perlindungan Diri Anak


Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Novikasari, 2013). Metode
bercerita adalah metode belajar mengajar dimana guru menyampaikan informasi
dengan bercerita kepada murid. Metode ini berpusat satu arah dimana perhatian
terpusat pada guru dan anak murid mendengarkan (Fathurroman, 2008). Bercerita
adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh pada jiwa manusia,
karena metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak-anak. Cerita
pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat murni, sehingga pada umumnya
cerita terekam jauh lebih kuat dari memori manusia untuk menanamkan kesiapan
mental, psikologis dan konsep belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan bagi
anak. Metode bercerita pada anak tidak hanya sekedar bercerita saja tetepi
metode bercerita juga memerlukan alat praga seperti boneka supaya anak lebih
tertarik (Sarahaswati, 2013).

Boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang dan merupakan salah
satu model perbandingan, dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Metode Cerita
11

melalui media boneka adalah metode dan media bercerita dengan menggunakan
boneka sebagai media pembelajaran yang efektif bagi anak untuk menyampaikan
informasi pada anak. Metode bercerita berbantuan media boneka menjadikan
anak lebih tertarik karena boneka tangan merupakan media yang lucu dan
memiliki bentuk, karakter dan warna yang unik, sehingga anak termotivasi untuk
bercerita berbantuan media boneka tangan karena medianya lebih menyenangkan
dan media boneka mempunyai jenis-jenis yang bermacam-macam (Oktaviana,
2014).

Jenis boneka ada empat jenis yang dapat digunakan sebagai media bercerita yaitu
boneka gagang atau boneka yang termasuk dalam wayang, boneka gantung,
boneka tangan dan boneka tempel. Boneka gagang keterampilan mensinkronkan
gerak gagang dengan tangan kanan dan kiri, satu tangan dituntut untuk dapat
mengatasi tiga gerakan sekaligus sehingga satu adegan guru dapat memainkan dua
tokoh. Boneka gantung mengandalkan keterampilan menggerakkan boneka dan
benang yang diikatkan pada materi tertentu seperti kayu, lidi, atau atap panggung
boneka sekaligus. Boneka tempel mengandalkan keterampilan memainkan
gerakan tangan, kebanyakan boneka tempel tidak leluasa bergerak karena
ditempelkan pada panggung dua dimensi. Boneka tangan mengandalkan
keterampilan guru dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yeng berfungsi
sebagai tulang tangan. Boneka tangan biasanya kecil dan bisa digunakan tanpa
alat bantu yang lain, boneka tangan mungkin lebih efektif sebagai media bercerita
untuk memperagakan tentang perlindungan diri anak (Gunarti, 2010).

Manfaat cerita boneka bagi perlindungan diri anak sangat efektif digunakan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dan informasi, karena metode bercerita
berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
lisan anak, melatih daya ingat atau memori anak, mengembangkan potensi kreatif
anak pada saat anak bercerita berbantuan media boneka tangan di depan kelas.
Menjadikan anak lebih berani mengungkapkan hal yang tidak mereka suka dan
lebih efektif untuk pembelajaran tentang perlindungan diri (Oktaviana, 2014).
12

2.3 Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi
- Pendidikan
- Usia
Pengetahuan Upaya
- Minat dan Kreatifitas
pencegahan Pencegahan
- Pengalaman
kekerasan
- Kebudayaan Ekonomi
seksual.
- Informasi

Pendidikan seksual :
Perlindungan Diri Anak

Cerita Boneka
-Pengenalan anggota tubuh yg
boleh dan tidak boleh disentuh
orang lain
-Pengajaran sentuhan baik dan
tidak baik
- Cara menghindar dari
kekerasan seksual

Peningkatan Pengetahuan
Pencegahan kekerasan seksual
anak prasekolah

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber : Mubarak (2011), Notoatmodjo (2012), Wutelle and Kenny (2011),
Oktaviana (2014).
13

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Cerita boneka tentang Pengetahuan pencegahan kekerasan
perlindungan diri anak seksual pada anak prasekolah

Faktor yang mempengaruhi


- Pendidikan
- Usia

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.
Berdasarkan teori-teori yang diatas dan kerangka konsep yag telah di kemukakan,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
2.5.1. Hipotesis nol atau nihil (Ho)
Tidak ada hubungan pengaruh cerita boneka tentang perlindungan diri anak
terhadap pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak prasekolah di Tk
Pertiwi Slawi.
2.5.2. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatife (Ha)
Ada hubungan pengaruh cerita boneka tentang perlindungan diri anak terhadap
pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada anak prasekolah di Tk Pertiwi
Slawi.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif , desain penelitian
menggunakan metode pre experimental design. Adapun rancangan yang
digunakan adalah one group pretest-postest design. Dalam rancangan ini tidak
ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan- perubahan yang terjadi setelah diberikan intervensi. Ciri dan tipe
penelitian one group pretest-postest design adalah mengungkapkan adanya
pengaruh dengan cara melibatkan satu kelompok subjek (Sugiyono, 2017).
Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Rancangan ini dapat
digambarkan :

Pretest Intervensi Postest


01 X 02

Keterangan :
01 : Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
pencegahan kekerasan seksual
X : Intervensi dengan melakukan pendidikan kesehatan pencegahan kekerasan
seksual
02 : Tingkat pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan pencegahan
kekerasan seksual.

14
15

3.2 Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner pre-test dan
post-test. Lembar kuesioner terdiri dari data umum dan kuesioner pertanyaan
tentang pengetahuan pencegahan kekerasan seksual tentang perlindungan diri
anak. Data umum yang berisikan identitas anak yaitu : Inisial nama, tanggal
lahir, umur, kelas, jenis kelamin, pengalaman. Kuesioner ini terdiri dari
pertanyaan yang diperoleh dari Istiqomah (2016) yang telah dilakukan uji
validitas dengan menggunakan pearson product moment dengan jumlah 17
pertanyaan yang valid, sedangkan reliabilitas nya dilakukan dengan uji Kuder
Richardson (KR-20) dengan hasil 0,87 dan telah di modifikasi menjadi 24
pertanyaan. Penentuan jawaban ini menggunakan skala Guttman yaitu jawaban
responden pada dua jawaban, ya atau tidak. Nilai tertinggi 10 dan terendah 0.
Jawaban “benar” diberi nilai 1 sedangkan jawaban “salah” diberi nilai 0. Alat
penelitian yang kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media boneka
tangan. Media boneka dengan metode bercerita ini digunakan sebagai media
pembelajaran untuk menyampaikan materi perlindungan diri anak yang terdiri
dari Pengenalan anggota tubuh yg boleh dan tidak boleh disentuh orang lain,
Pengajaran sentuhan baik dan tidak baik, Cara menghindar dari kekerasan seksual.

3.2.2 Uji Instrumen


Istiqomah (2016) mengatakan kuesioner yang baik dapat digunakan apabila telah
teruji validitas dan reliabilitasnya
3.2.2.1 Uji Valditas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2015). Penentuan kevalidan suatu
instrumen diukur dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Pengujian
validitas untuk kuesioner pengetahuan pencegahan kekerasan seksual ini
menggunakan present product moment.
16

∑ 𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√∑ 𝑥 2 𝑦 2

Keterangan
rxy ═ korelasi antara variabel x dan y
x ═ (x1-x)

y ═ (y1-y)

Adapun penentuan yaitu jika r-hitung > dari r-tabel maka data valid. Jika r-hitung
< r-tabel maka data tidak valid. Jika ada data yang tidak valid maka data yan
tidak valid itu dikeluarkan dan diproses analisis untuk data yang valid saja. Uji
validitas dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS 18 for
windows.

3.2.2.2 Uji Reliabilitas


Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2015). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) reliabilitas adalah indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya, dengan kata lain
instrumen tersebut tetap konsisten apabila di uji coba dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama. Rumus yang digunakan dalam reliabilitas ini menggunakan KR
20 (Kuder Richardson)

𝑘 𝑠𝑡2 − ∑ 𝑝𝑖 𝑞𝑖
𝑟𝑖 = { }
𝑘−1 𝑠𝑡 2

Keterangan
K = jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
st2 = varians total
17

Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan pada r product moment bila


koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan r tabel maka telah memenuhi
syarat relliabilitas (Sugiyono, 2015). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di
RA MUSLIMAT NU MASYITOH Slarang Lor Kec.Dukuhwaru Kab.Tegal
Mkarena memiliki karakteristik yang hampir sama.

3.2.3 Cara pengumpulan data


Cara pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Tahap persiapan peneliti adalah dengan cara peneliti
menyusun proposal dan pelaksanaan sidang Bulan Mei 2018. Setelah
melaksanakan sidang proposal, peneliti mendapat surat ijin untuk melakukan uji
validitas kuesioner dan untuk melaksanakan penelitian dari Ketua Prodi
Pendidikan Profesi Ners STIKes Bhamada Slawi untuk ditunjukan kepada kepada
kepala TK Pertiwi Slawi. Langkah selanjutnya, pada hari berikutnya peneliti
mendatangi TK Pertiwi Slawi untuk menunjukan surat ijin penelitian dan meminta
ijin penelitian kepada kepala sekolah TK Pertiwi Slawi. Tahap selanjutnya
setelah mendapat ijin penelitian dari kepala TK Pertiwi Slawi adalah tahap
pelaksanaan. Setelah mendapatkan ijin dari kepala Tk, peneliti langsung bertemu
dengan anak-anak di TK Pertiwi untuk mengetahui jumlah anak. Setelah
mengumpulkan data responden, peneliti meminta izin untuk bertemu responden
penelitian dengan mengunjungi kelas B yang akan dijadikan responden.

Tahap awal pelaksanaan peneliti datang ke kelas responden untuk


memperkenalkan diri dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
penelitian seperti tujuan dan manfaat penelitian serta meminta persetujuan kepada
responden untuk menjadi responden penelitian. Kemudian peneliti akan
melakukan kontrak waktu penelitian dengan responden. Setelah melakukan
kontrak waktu peneliti melakukan pembagian kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual sebelum dilakukan intervensi
cerita boneka, di bantu oleh dua orang guru. Setelah pembagian kuesioner,
peneliti menjelaskan langkah-langkah pengisian kuesioner, kemudian peneliti
18

membacakan soal-soal kuesioner satu persatu untuk diisi oleh responden. Setelah
pengisian kuesioner selesai, peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah
diisi oleh responden dan mengecek kelengkapan kuesioner. Setelah itu peneliti
mengontrak waktu kembali untuk pertemuan senjutnya.

Tahap kedua peneliti datang ke TK untuk meminta izin kepada kepala sekolah dan
guru utuk melanjutkan penelitian. Setelah itu peneliti datang ke kelas B dan
meminta ijin kepada responden untuk bercerita boneka tentang perlindungan diri
anak untuk mencegah kekerasan seksual. Kemudian peneliti melakukan
pendidikan melalui cerita boneka tentang pengenalan anggota tubuh yang boleh
dan tidak boleh disentuh orang lain, pengajaran sentuhan baik dan tidak baik dan
cara menghindar dari kekerasan seksual. Setelah itu peneliti menanyakan kembali
kepada responden. Kemudian peneliti melakukan kontrak waktu kembali untuk
mengevaluasi pendidikan pencegahan kekerasan seksual yang sudah dilakukan.

Tahap selanjutnya peneliti mendatangi kelas dan menjelaskan pertemuan ketiga


untuk mengulas kembali pendidikan kesehatan tentang pencegahan seksual dan
mengevaluasi bagian mana cara pencegahan yang reponden belum jelas dan
peneliti mengulang kembali cerita boneka tentang pencegahan kekerasan seksual
yang responden belum jelas. Setelah itu peneliti membagian kuesioner kedua
setelah dilakukan intervensi. Kemudian tahap selanjutnya peneliti menjelaskan
langkah-langkah mengisi kuesioner dan membacakan kuesioner untuk diisi oleh
responden. Setelah itu peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi
oleh reponden dan mengecek kelengkapan kuesioner. Kemudian peneliti
berpamitan kepada responden dan mengucapkan terima kasih kepada responden
beserta kepala sekolah dan guru Tk Pertiwi Slawi.
19

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa prasekolah di kelas B dengan jumlah
35 responden di Tk Pertiwi Slawi.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling adalah pengambilan data secara keseluruhan (Sugiono, 2013). Sampel
dalam penelitian ini adalah anak prasekolah usia 5-6 tahun di kelas B di Tk
Pertiwi Slawi. Jadi jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 35
responden.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Anak usia prasekolah 5-6 tahun, Tk Pertiwi Slawi, anak yang belum pernah
diberikan pendidikan pencegahan kekerasan seksual tentang perlindungan diri
anak, anak yang kooperatif, anak yang tidak mengalami gangguan pendengaran
dan berbicara, anak yang menyetujui menjadi responden.
3.3.2.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria Eklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Anak yang tidak hadir pada kegiatan cerita boneka.

3.4 Tempat Dan Waktu Penelitian


Peneliti melakukan penelitian di Tk Pertiwi Slawi Kab.Tegal. Waktu penelitian
ini dilakukan pada bulan Mei 2018.
20

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala
Ukur
Usia Satuan waktu yang Kuesioner Usia dalam Rasio
diukur dari sejak lahir (1 item) tahun
sampai dilakukan 5 Tahun
penelitian. 6 Tahun

Jenis Kelamin Jenis seksual yang Kuesioner Laki-laki Nominal


ditentukan secara (1 item) Perempuan
biologis dan anatomis

Penkes Proses penyampaian - - -


melalui Cerita materi pendidikan
Boneka pencegahan kekerasan
seksual pada anak
prasekolah dengan
metode cerita boneka

Pengetahuan Semua hal yang Kuesioner 1. Skor Rasio


Pencegahan diketahui anak 17-25
Kekerasan praskolah tentang 2. Skor
Seksual pencegahan kekerasan 10-16
seksual 3. Skor
0-9

3.6 Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan tindakan memperoleh data mentah kemudian diolah
menjadi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti atau proses pengumpulan data
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Pengeditan (Editing) Pada saat penelitian responden melakukan pengecekan
kuesioner apakah jawaban pada kuesioner sudah jelas, lengkap, relevan dan
konsisten. Pengkodean (Coding) setelah peneliti melakukan pengeditan kuesioner
selanjutnya peneliti melakukan pengkodean, yaitu mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah
pengolahan data. Pemasukan data (Processing atau entry) setelah data kuesioner
didapatkan baik pretest maupun postest peneliti melakukan proses memasukan
data kedalam komputer yang selanjutnya dilakukan analisa data dengan
21

menggunakan aplkasi computer (SPSS). Penghapusan (Cleaning) peneliti


melakukan penghapusan data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
mengecek apabila ada kesalahan penulisan kode pada komputer (Sugiyono, 2012).

3.7 Analisa Data


Penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif, yaitu :
3.7.1 Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis uivariat pada penelitian
mendeskripsikan karakteristik responden yang berbentuk kategorik. Analisa
univariat pada penelitian ini juga mendeskripsikan variabel dependent yaitu
pengetahuan pencegahan kekerasan seksual yang berbentuk numerik. Maka
bentuk penyajian data analisa univariat yang disajikan adalah frekuensi, narasi,
tabel, diagram atau gambar.

3.7.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variabel yaitu variabel bebas cerita boneka dan variabel terikat
pengetahuan pencegahan kekerasan seksual. Sebelum dilakukan analisa bivariat
peneliti melakukan uji asumsi. Peneliti melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas
data. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro Wilk. Apabila didapatkan
hasil distribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah paired t-test.
Apabila didapatkan hasil distribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan
adalah wilcoxon. Analisis data dilakukan dengan memasukan hasil posttest ke
dalam program SPSS dalam komputer. Ho diterima jika p value > 0,05
sedangkan Ho ditolak jika p value <0,05.
22

3.8 Etika Penelitian


Menurut Notoatmodjo (2012), prinsip etika penelitian merupakan standar etika
dalam melakukan penelitian, etika dalam penelitian antara lain :
3.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (Resfect For Human Dignity).
Peneliti menjaga harkat dan martabat manusia, responden berhak untuk
berpartisipasi atau tidak tanpa adanya paksaan.
3.8.2 Menghormati privasi atau kerahasiaan responden penelitian (Resfect
Privacy and Confidentiality).
Peneliti menghormati privasi, peneliti tidak menampilkan informasi dan
kerahasiaan responden. Informasi tersebut hanya untuk kepentingan penelitian
dan tidak akan dipublikasikan serta jika sudah selesai data responden disimpan
selama 5 tahun dan baru dimusnahkan.
3.8.3 Keterbukaan (Resfect For Jutice and inclusiveness).
Penelitian dilakukan dengan keterbukaan, adil jujur dan hati-hati. Peneliti
mengkondisikan lingkungan sebaik mungkn dengan menjelaskan prosedur
penelitian terlebih dahulu pada responden untuk memenhi prinsip keterbukaan
tanpa membedakan jenis kelamin, agama, etnis dan sebagainya.
3.8.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing
harms and Benefits).
Dalam penelitian peneliti tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan bagi
responden. Penelitn ini tidak memungut biaya dari responden dan dalam
melaksanakan penelitian responden mendapatkan manfaat dan kenyamanan.
23

3.9 Jadwal Penelitian

STIKES BHAMADA SLAWI Jadwal


PRODI ILMU KEPERAWATAN Penelitian

N MARET APRIL MEI JUNI JULI


KEGIATAN
O. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan topik
dan judul
Bimbingan Proposal
2. BAB 1
Pendahuluan
3. BAB 2 Tinjauan
Pustaka
4. BAB 3
Metodologi
Penelitian
5. Sidang Proposal
6. Revisi Proposal
24

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,R.(2017). Peran Ibu Dalam Penerapan Pendidikan Seksualitas Pada


Anak Usia Pra Sekolah (Di Tk Sbi Kroyo, Karangmalang, Sragen). In
Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

Aprilaz,Istiqomah. (2016). Perbandingan Efejktifitas Antara Metode Video dan


Cerita Boneka dalam pendidikan seksual terhadap pengetahuan anak
prasekolah tentang pengethuan sapeti skill. Jakarta. UIN.

Chomaria, N. (2014). Pelecehan Anak, Kenali dan Tangani, Menjaga Buah Hati
dari Sindrom. Solo: tiga Serangkai

Chomaria, N. (2010). Pelecehan Anak, Kenali dan Tangani, Menjaga Buah Hati
dari Sindrom. Solo: tiga Serangkai

DPPKBP2PA. (2018).Kekerasan Anak. Tegal: Pemberdayaan dan perlindungan


anak. Diakses pada tanggal 15 januari 2018 dari Suara Merdeka.com

Erlinda. (2014). Stop Child Abuse : Upaya Peningkatan Perlindungan Anak dari
BahayaKekerasan, Pelecehan, dan Eksploitasi. Diakses pada tanggal
08 Mei 2017

Fathurrohman.(2008). Strategi belajar mengajar melalui penanaman konsep


umum dan islam.Bandung:Rafika Aditama, 2008.

Gunarti, W. (2010).Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia


Dini. Jakarta. Universitas Terbuka.

Hurairah, Abu. (2013). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuasa Press.


25

Jatmikowati, T. E., Angin, R. & Ernawati. (2015, ). Model dan Materi Pendidikan
SeksAnak Usia Dini Perspektif Gender Untuk Menghindarkan
Seksual Abuse.Cakrawala Pendidikan, 34(3), 434-448.

Kendall,PhilipC.(2012). Child and adolechend therapy :Kognitive-bahavioral


procedures. New york: The Guildford press.

Kenny, M.C. et al., 2016. Teaching General Safety and Body Safety Training
Skills to a Latino Preschool Male with Autism. Journal of Child and
Family Studies, 22(8).

KPAI.( 2017). Kekerasan terhadap Anak. Jakarta: Kementrian Indonesia. Diakses


pada tanggal 27 september 2017 dari www.KPAI.go.id

Mashudi, Nuraeni. (2015)”Pencegahan kekerasan seksual ppada anak melalui


pengajaran personal sapety skill” Jurnal metodik Didaktik unnversitas
pendidikan Indonesia kmpus Serang ,IX no. 2.

Maslihah, Sri. (2016). “Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan


Dampak Jangka Panjang”. Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini.I (1).25-33

Mubarak, (2007). Ilmu keperawatan Komunitas konsp dan aplikasi. Jakarta :


Salemba Medika.

NAEYC. (2006). Developmental Appropritae Practice in Early ChildhooProgram


Serving From Birth to Age 8. New York : National Association for The
Education of Young Children

NationalChildren’sAlliance.(2015).ChildSexualAbouse.AmerikaSerikat
26

Noviana, I. (2015). Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan


Penanganannya. Sosio Informa.

Novikasari, Meli. (2013). Metode Bercerita Anak Usia Dini. 013/05/metode-


bercerita-anak-usiad-ini.html. Diakses tanggal: 22 Mei 2014.

Notoatmodjo, soekidjo. (2010). Promosi ilmu kesehatan dan prilaku. Jakarta :


Rineka Cipta,

Oktaviana (2014). “penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan


untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak”jurnal
pendidikan anak usia dini.vol241-14.

PKBI.(2016).Kekerasan Anak.Semarang: Diakses pada tanggal 24 Mei 2016 dari


www.PKBI.co.id

Potts., N.L., & Mandleco B.L (2012) Pediatric Nursing: Caring for children and
family. 3th ed. Newyork : Edlmar Learning.

Sarahaswati, L Hasti. (2013). Metode Bercerita. Bandung: PPPPTK dan PLB.

Spinger, chraig 1 dan musirell, justin R .(2015) Gae-based cognitive- behavioral


Therapy for child sexual Absuse : an inovative Treatment Approachh.
New York: Springer puublishing company.

Sugiono.(2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Sulistiyowati, A., Matulessy, A., & Pratikto, H. (2018). Psikoedukasi Seks untuk
Mencegah Pelecehan Seksual pada Anak Prasekolah. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 6(1), 17-27.
27

Winda Octaviana. (2014). Penerapan metode bercerita berbantuan media boneka


tangan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
lisan.Singaraja.UPG.2(1).

Wong, Donna L. et al. Buku Ajaran Keperawatan Pedriatik. (2008). Jakarta :


EGC.

Wurtelle, Kenny.”Nrmative sexuality Depelopment in childblood : Iplication for


Depelovmental Guldance and Prevention of Childblood sexual abuse “
causaling and human Develovment XLIII, no.9 (Desember 2014) :1-24.
28

Lampiran 1
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI ILMU KEPERAWATAN PERMOHONAN
DAN NERS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Wali Murid
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi,
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Cerita Boneka
Tentang perlindungan Diri Anak Terhadap Pengetahuan Pencegahan Kekerasan
Seksual Pada Anak Prasekolah Di Tk Pertiwi Slawi”. Penelitian ini dilaksanakan
sebagai salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas
akhir Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.
Saya mengharap tanggapan atau jawaban yang saudara berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan
dipergunakan untuk maksud lain.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terima kasih.

Slawi, …………….2018
Peneliti

Lili Nur Indah Sari


NIM : C1014049
29

Lampiran 2
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI ILMU KEPERAWATAN PERSETUJUAN
DAN NERS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
untuk dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi yang
bernama Lili Nur Indah Sari yang berjudul “Pengaruh Cerita Boneka Tentang
perlindungan Diri Anak Terhadap Pengetahuan Pencegahan Kekerasan Seksual
Pada Anak Prasekolah Di Tk Pertiwi Slawi”. Saya mengetahui bahwa informasi
yang saya berikan ini besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu keperawatan dan
akan dijamin kerahasiaannya.
Slawi,……………..2018
Responden

.................................
30

Lampiran 3
STIKES BHAMADA SLAWI KUESIONER
PRODI ILMU KEPERAWATAN
DAN NERS

LEMBAR KUESIONER
Petunjuk pengisian
1. Isilah petanyaan di bawah ini dengan menggunakan tanda chek list di
kotak yang disediakan pada pertanyaan bagian I dan pertanyan bagian II.
2. Isilah sesuai pendapat anda
3. Apabila kesulitan dalam menjawab boleh bertanya kepada peneliti
4. Jawaban di tuliskan oleh fasilitator sesuai dengan jawaban responden.

I. DATA DEMOGRAFI
1. Inisial Nama :
2. Tanggal lahir :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Minat : YA TIDAK
31

KUESIONER PENGETAHUAN
No Pernyataan Ya Tidak
1 Ketika badan kamu dipegang orang lain saya akan
memperbolehkannya.
2 Ketika dada saya dipegang orang lain saya akan
melarangnya.
3 Saat tidak ada orang tua saya memperbolehkan orang lain
peluk-peluk saya.
4 Saat tidak ada orang tua, saya melarang orang lain cium-
cium saya.
5 Jika ada orang lain mememaksa cium dan peluk-peluk
saya memperbolehkannya.
6 Ketika ada orang lain akan memegang perut saya, saya
akan memeperbolehkannya.
7 Ketika ada orang lain akan memegang sekitar celana
saya, saya akan melarangnya.
8 Kalau ada orang lain mengajak ketempat sepi saya akan
ikut.
9 Jika ada orang yang tidak dikenal ngasih saya mainan,
saya akan menolaknya.
10 Saya akan “Teriak, Tolong!!!” jika ada orang lain
memaksa peluk dan cium saya
11 Jika ada orang lain yang memaksa saya cium dan peluk
ketika tidak ada orang tua saya akan diam saja.
12 Kalau ada orang lain akan peluk dan cium saya saat tidak
ada orang tua saya akan lari ketempat yang ramai.
13 Kalau ada orang lain yang memaksa saya melakukan hal
yang tidak saya sukai saya akan diam saja.
14 Kalau ada orang lain yang memaksa peluk dan cium saya,
saya akan bilang ke orang tua.
15 Saya tidak takut bilang ke orang tua jika ada orang yang
tidak saya sukai.
16 Kalau ada orang lain yang memaksa peluk saya, saya
akan bilang ke ibu guru.
17 Saya akan diam saja ketika ada orang lain yang memaksa
saya untuk melakukan sesuatau yang tidak saya sukai.
18 Jika ada orang yang menunjukan gambar seseorang yang
tidak memakai baju saya akan menolaknya.
19 Jika ada orang yang menyuruh saya untuk menonton
video yang tidak sopan dan jorok saya akan menolaknya.
20 Ketika ada orang yang memaksa saya untuk menonton
video yang tidak sopan dan jorok, saya akan teriak
“Toloong!!”.
21 Jika ada orang yang memberikan gambar seseorang yang
32

tidak memakai celana, saya akan menceritakan nya


kepada ibu guru.
22 Jika ada orang yang memberikan gambar seseorang yang
tidak memakai baju dan celana , saya akan
menceritakannya kepada Mamah.
23 Jika ada orang berkata jorok dan tidak sopan kepada
saya, saya tidak akan mendengarkan nya.
24 Jika ada orang yang mengajak bercanda dengan kata-kata
yang tidak sopan , saya akan mendengarkan nya.
25 Jika ada orang yang mengajak saya pergi saya akan
meminta izin kepada orang tua.
33

Lampiran 4
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI ILMU KEPERAWATAN KISI-KISI DAN
DAN NERS KUNCI
JAWABAN
KUESIONER

KISI-KISI KUESIONER

Variabel Parameter Jumlah No. Soal


Pengetahuan soal
A. Pengenalan 7 1, 2, 3,4, 5, 6, 7
Pencegahan
anggota tubuh
Kekerasan yang boleh dan
tidak boleh
Seksual
disentuh,
sentuhan baik
dan tidak baik.
B. Cara 10 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
Menghindar 15,16, 17.
dari kekerasan
Seksual
C. Kekerasan 4 18, 19, 20, 21.
seksual secara
nonfisik.
D. Kekerasan 3 22, 23 24, 25.
seksual secara
verbal

KUNCI JAWABAN KUESIONER


A. Pengenalan anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh : jumlah soal 7,
jawaban positif : 2,4, 7,(Ya : Nilai 1) Jawaban negatif : 1,3,5,6 (Tidak : nilai 1)
B. Cara menghindar dari kekerasan seksual, jumlah soal : 10. Jawaban positif : 9,
10, 12, 14, 15, 16 (Ya :Nilai 1) Jawaban negatif : 8, 11, 13, 17 (Tidak : nilai 1).
C. Kekerasan seksual secara nonfisik, jumlah soal : 5. Jawaban positif : 18,19, 20,
21, 22 (Ya : Nilai 1)
D. Kekerasan seksual secara verbal, jumlah soal : 3. Jawaban positif : 23, 25 (Ya :
Nilai 1) Jawaban negatif : 24 (Tidak : nilai 1).
34

Lampian 5
STIKES BHAMADA STANDAR
SLAWI PRODI ILMU OPERASIONAL
KEPERAWATAN DAN PROSEDUR
NERS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR CERITA BONEKA


1. Pengertian Cerita Boneka adalah bercerita atau pemberian pendidikan
kesehatan dengan bantuan alat peraga boneka tentang
pencegahan kekerasan seksual.
2. Tujuan Untuk menambah pengetahuan anak tentang cara
pencegahan kekerasan seksual.
3. Prosedur 1. Pemberian pendidikan kesehatan
A. Pengenalan anggota tubuh yang boleh dan tidak
boleh disentuh orang lain.
- Menggali pengetahuan anak tentang anggota
tubuh yang boleh dan tdiak boleh disentuh.
- Mengajarkan melalui cerita boneka.
- Boneka terdiri dari Aksa, Geni, ibu dan orang
lain dan satu boneka peraga yang utuh.
- Memberitahu anak bagian privasi tubuh.
- Skenario terlampir
B. Sentuhan baik dan sentuhan tidak baik
- Menggali pengetahuan anak tentang sentuhan
baik dan tidak baik
- Memeperagakan dan bercerita melalui boneka
serta bernyanyi bersama tentang sentuhan baik
seperti berjabat tangan, sentuhan tidak baik
seperti menyentuh yang tertutup baju dalam.
C. Cara menghindar dari kekerasan seksual
- Menggali pengetahuan anak tentang cara
menghindar dari kekerasan seksual.
- Mmeperagakan dan bercerita melalui boneka,
seperti “menjauh, berlari, bercerita dan
memberitahu orang tua atau guru jika ada orang
lain memaksa untuk melakukan hal yang tdak
disukai anak.
- Berkata “berteriak Tolong!!!”
- Skenario terlampir.
2. Memberikan kesempatan salah satu anak untuk
bercerita dan memperagakan.
3. Memberikan Reinforcemen pada anak.
35

Lampiran 6
STIKES BHAMADA SKENARIO
SLAWI PRODI ILMU CERITA BONEKA
KEPERAWATAN DAN
NERS

SKENARIO CERITA BONEKA


“Kisah Aksa dan Geni”
Dialog
Narator : pada hari minggu Aksa sedang bermain ditaman bersama Geni.
Aksa senang sekali bermain bola dan Geni senang sekali
bermain boneka.
Aksa : Geni lihat nih bola Aksa bagus kan ?
Geni : boneka Geni juga lucu kan Aksa ?
Aksa : Haha iya Geni.
Narator : Saat Aksa dan Geni sedang asik bermain, tiba-tiba ada orang
yang tidak dikenal datang mendekati Geni dan Aksa, orang
tersebut ingin memberikan mainan untuk Geni dan Aksa. Ada
bola dan boneka, wahh aksa ingin sekali bola itu.
Orang Asing : Hallo anak-anak, om punya mainan untuk kalian, ada bola ada
boneka, ada gambar-gambar lucu juga, mau?
Aksa : Wahhh aku mau banget bola itu Geni.....kamu mau enggak
Geni boneka nya?
Geni : Geni juga mau Aksa, tapi ibu kan pernah bilang kalau kita
tidak boleh ambil mainan dari orang yang tidak kita kenal.
Orang Asing : Ayo om punya mainan banyak sekali, kalian ikuti om ya
kesana, disana banyak mainan dan om punya gambar yang
lucu buat kalian . coba nih kalian lihat ini gambar apa, lucu
kan, pasti kalian suka? Dan om juga punya video yang lucu
buat kalian , ayoo ayoo sini nih lucu kan ?ayoo kita nonton
bareng video nya sampai selesai.
36

Geni : Tidak mau om, kata ibu kita tidak boleh ikut dengan orang
yang tidak dikenal dan aku tidak suka gambar itu, itu gambar
yang jorok om.
Orang Asing : Tidak apa-apa anak manis (sambil mendekati Aksa dan geni
san coba mencium dan memeluk).
Narator : Orang yang tida dikenal itu kemudian mendekati Aksa dan
Geni. Orang yang tidak dikenal itu ingin mencium dan
memeluk Aksa. Orang yang tidak dikenal juga mendekati Geni
ingin memegang badan, dada, perut dan sekitar celana.
Aksa : Om kenapa deket-deket dengan Aksa ?
Geni : Om juga kenapa ingin pegang badan Geni?
Orang Asing : Tidak apa-apa kan om sayang kalian Aksa dan Geni.
Narator : Tetapi Aksa dan Geni tidak mau dicium dan di peluk orang
yang tidak dikenal itu, mereka juga tidak mau dipegang
badannya, dadanya, perut dan sekitar celana.
Aksa : Tidak mau!!!!!kata ibu tidak boleh ada oang yang peluk dan
cium kita saat tidak ada orang tua kita.
Geni : Iya om kata ibu tidak boleh ada orang lain yang pegang badan,
dada, perut dan sekitar celana kita.
Narator : Tetapi.... om tersebut memaksa ingin mendekati Aksa dan
Geni. Merekapun langsung lari ketempat yang ramai sambil
teriak “Tolong!!!”.
Aksa dan Geni : “Tolong!” (lari ke tempat lain) “Tidak mau!!!”
Narator : Sesampai dirumah Aksa dan Geni bertemu ibu. Merekapun
menceritakan apa yang baru saja mereka alami.
Geni : Ibu tadi ada yang mau kasih Geni dan Aksa mainan bu.
Ibu : Siapakah orang itu? Apa Aksa dn Geni kenal ?
Aksa : Tidak kenal bu....
Ibu : Anak pintar, jangan ikut orang lain ke tempat sepi ya sayan...
Aksa : Iya bu tadi kami ga mau ikut, teteapi orang itu mau peluk dan
cium Aksa.
37

Geni : Orang itu juga ingin pegang-pegang badan Geni bu.


Ibu : Aksa, Geni.. ingat ya kalo ada yang mau peluk-peluk dan cium
kamu tidak boleh ya,... kalo tidak ada orang tua kita.
Aksa dan Geni : Iya bu ...
Ibu : Kalau ada orang yang mau pegang badan, dada, perut dan
sekitar celana kamu, TIDAK BOLEH . Kalau ada yang
memaksa kamu , TERIAK yang keras, biilang “TIDAK
MAU!!” dan langsung LARI ke tempat yang ramai dan bilang
“TOLONG!!” . jangan takut atau malu ya cepet kasih tau
orang tua atau guru kamu. Tidak boleh ada yang memaksa
kita untuk melakukan hal yang tidak kita sukai, bahkan orang
yang paling dekat sekalipun seperti orang tua, kakak, paman,
kakek, guru, teman, dan orang yang tiidak kita kenal.
Bagaimana apakag kalian mengerti?...
Aksa dan Geni : Mengerti bu..
Aksa : Tadi Aksa sudah melakukan yang sudah ibu kasih tau.
Ibu : Anak ibu memang pintar (berpelukan).
Narator : Dan akhir nya Aksa, Geni dan ibu berpelukan. Di ingat-ingat
ya anak ibu yang pintar pesan ibu nya Aksa dan Geni yang
tadi.
38

Lampiran 7
STIKES BHAMADA
SLAWI PRODI ILMU LEMBAR
KEPERAWATAN DAN KONSULTASI
NERS
39
40
41

CURRICULUM VITAE

Nama : Lili Nur Indah Sari


Tempat dan tanggal lahir : Brebes, 04 Agustus 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Dk.Tanjung Rt 01 Rw 01, Desa Pangebatan, Kec.
Bantarkawung. Kab.Brebes
Nama Orang Tua : Akso
Pekerjaan Orang Tua : PNS
Riwayat Pendidikan :
1. TK Muslimat Buaran
2. SD Pangebatan 05
3. SMP N 2 Bantarkawung
4. SMA N 1 Bantarkawung

You might also like