You are on page 1of 9

LAPORAN HASIL ANALISIS

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DI HOME INDUSTRI TAHU AZAM BAROKAH

Analisis ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas III
yang dibimbing oleh Nafolion Nur Rahmat S,Kep,.Ns.M,Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. Saifullah
2. Ika Wahyu Hadiningtyas
3. Ikramullah
4. Aliyatur Rodiah
5. Galang Yoga Pranata

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang
termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak teroganisasi
(unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar
(unregistered) (Konradus, Danggur 2012).
Setiap jenis dan tempat kerja baik pada pekerja formal maupun informal memiliki
bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kesehatan kerja. Pada
umumnya, para pekerja sektor informal kurang memiliki kesadaran dan pengetahuan
tentang bahaya di lingkungan kerjanya (Kemenkes RI, 2016).
Pemerintah telah mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang
mewajibkan pengusaha untuk melaksanakan upaya keselamatan tercantum dalam
Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan upaya kesehatan
kerja yang tercantum di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992.
Pencapaian program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan
maupun industri banyak dijumpai berbagai keadaan dan masalah yang dapat menjadi
hambatan terlaksananya program K3. Masalah tersebut meliputi berbagai aspek sosial,
ekonomi dan budaya, komunikasi, informasi dan edukasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta aspek dalam pengelolaan program. Ketika tidak berjalannya program
K3 diperusahaan maka hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa
meningkatnya kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Konradus, 2012).
Secara global, ILO (Internasional Labour Organization) memperkirakan 2,3 juta
pekerja meninggal setiap tahun dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain
itu, banyak jutaan pekerja menderita luka non fatal dan penyakit akibat kerja. Ini
merupakan beban sosial dan ekonomi bagi perusahaan, masyarakat dan negara. Belum
lagi masalah manusia dan keuangan yang mengerikan bagi pekerja dan keluarga mereka
(ILO, 2014).
Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan jumlah
kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada periode bulan juli 2015 yaitu angka
kecelakaan kerja pada tahun 2014 mencapai 53.319 kasus dan pada tahun 2015
mencapai 50.089 kasus. Meskipun terjadi penurunan, data tersebut menunjukan kasus
kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, 2015).
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui potensi-potensi bahaya dan
risiko K3 pada tindakan perbaikan dan perawatan dengan metode HIRADC (Hazard
Identification, Risk Assesment and Determining Control) dan melakukan pencegahan
kecelakaan kerja yang dapat memberikan alternatif perbaikan manajemen K3.
Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik yaitu melakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko sampai dengan pengendalian risiko.
Pada analisis kali ini, hanya melakukan tahapan identifikasi bahaya dan risiko
karena di industri pembuatan tahu azam barokah belum pernah di lakukan identifikasi
bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja. Identifikasi di analisis berdasarkan
tahapan pekerjaan untuk mengetahui potensi bahaya dan risiko keselamatan dan
kesehatan kerja.
Hal tersebut yang menjadi latar belakang untuk melakukan identifikasi bahaya
dan risiko keselamatan dan kesehatan pada pekerja di lingkungan kerja industri
pembuatan tahu azam barokah.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
 Apakah sistem kerja pada industri pembuatan tahu azam barokah sesuai dengan
standart kesehatan dan keselamatan kerja?

1.3. Tujuan
Tujuan dari observasi home industri kali ini adalah:
 Untuk menganalisis kesehatan dan keselamatan kerja pada industri pembuatan tahu
azam barokah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil industri

Usaha produksi tahu milik keluarga Bapak Rifai terletak di desa Bandilan
Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso. Usaha produksi tahu ini sudah berdiri
sekitar 1 tahun yang lalu atau tepatnya berdiri tahun 2017

Asalnya Bapak Rifai memulai industri jamur tiram akan tetapi melihat peluang dan
peminat yang begitu kecil ahirnya bapak rifai memutuskan untuk berhenti pada bisnis
tersebut, kemudian bapak rifai mempunyai ide untuk membuat industri tahu , menurut
bapak rifai industri tahu adalah industri yang cocok untuk dikembangkan didesanya,
karena selain meminimalisir persaingan bisnis, tahu juga sebagai makanan pokok
masyarakat sekitar setiap harinya. Awalnya hanya usaha coba coba yang dilakukan oleh
bapak rifai.Tetapi setelah melihat hasilnya dan ternyata diterima oleh khalayak, Pak
rifai mulai serius menggarap usahanya dengan modal yang sedikit lebih besar dan ia
pun mulai merekrut karyawan untuk membantu memproduksi tahu tersebut.

Dalam usaha produksi tersebut, bapak rifai sudah mulai memasuki tahap semi
industri yaitu menggunakan cara tradisional dan dikombinasikan dengan cara produksi
modern ( menggunakan beberapa mesin dalam proses pembuatannya).

Dalam mengelola usahanya, bapak rifai memperkerjakan 14 orang karyawan. Para


pekerja bapak rifai tidak bekerja secara bersamaan, mereka bekerja secara bergantian
setiap harinya. Misal hari ini yang bekerja adalah Hariadi, nasrul, misyono, rofik,salik,
bahri dan sandi, maka yang bertugas untuk esok harinya adalah Makrus,Juki,
hartono,soni, saleh, sanusi dan tolak. Hal ini dilakukan setiap hari yang bertujuan agar
karyawan mendapat waktu libur untuk memulihkan tenaganya, serta meminimalkan
pengangguran bagi masyarakat sekitarnya.

Biasanya karyawan bekerja pada pukul 06:00 sampai pukul 16:00 wib. Tahu yang
sudah jadi akan dipasarkan ke pasar prajekan dan pasar cermee serta pelanggan dari
masyarakat sekitar.
2.2. Proses Pembuatan Tahu

Bahan dan alat untuk pembuatan tahu sebagai berikut.

 Kacang Kedelai
 Air
 Mesin Penggiling Kedelai
 Wadah Kedelai untuk merendam dan setelah di giling
 Ebleg
 ketel
 Bak + kawah untuk merebus
 Penyaring
 Kain belacu
 Alat untuk mengepres
 Cetakan Tahu
 Ukuran untuk memotong tahu yang sudah di cetak
 Pisau
 Tong untuk menyimpan tahu yang sudah jadi

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak rifai adapun cara pembuatan kedelai
sampai menjadi tahu adalah sebagai berikut.

 Kedelai di tampi yang bertujuan untuk menyeleksi kedelai tersebut.


 Kedelai direndam selama ± 3 jam.
 Setelah direndam 3 jam ,kedelai dicuci lagi untuk kedua kalinya (tujuannya
agar kedelai lebih bersih,selama ± 30 menit).
 Kedelai dibagi-bagi dan ditempatkan di ebleg yang terbuat dari plastik.
 Kedelai digiling hingga halus dengan mesin penggiling, proses penggilingan
sekitar 10 menit, lalu hasil kedelai yang sudah halus ditampung dalam
wadah penampung.
 Kemudian kedelai yang sudah halus dipindahkan ke tong atau bak yang
dibawahnya diberi kawah untuk dilakukan penyaringan dengan kain belacu
atau kain mori yang kasar yang sudah ditempatkan di sangkar
bambu.Supaya seluruh sari yang ada di bubur kedelai tersaring
seluruhnya,kain itu di gantung dan di goyang-goyangkan. Ampas tahu
diperas lagi dengan cara menyiram air dingin ,hingga tak mengandung sari
lagi. Proses penyaringan dilakukan berulang-ulang,sampai bubur kedelai
habis.
 Air saringan yang tertampung di dalam wadah berwarna kuning atau putih
dicampur cuka agar menggumpal.
 Selanjutnya air asam dipisahkan dari gumpalan putih lalu disimpan karena
masih bisa digunakan lagi untuk mengumpalkan air saringan tahu pada
pembuatan berikutnya.
 Gumpalan tahu yang sudah mulai mengendap dituang ke dalam cetakan
berupa kotak yang berukuran 80 x 100 m² yang sudah dialasi dengan kain
belacu.Adonan tahu yang sudah dituang ke cetakan di kempa/dipres selama
± 1 jam sehingga air yang tersisa dapat terpres.
 Tahu dipotong-potong menggunakan ukuran yang sudah di buat
sebelumnnya.
 Tahu yang sudah jadi ditempatkan ke dalam tong atau wadah dan direndam
dengan air bersih.
 Tahu siap dipasarkan.

Dalam 1 hari biasanya bapak rifai menghabiskan 2 kuintal kedelai. Dari 2


kuintal kedelai tersebut dapat menghasilkan ± 5000 buah tahu. Penggunaan kedelai juga
berpengaruh terhadap kualitas tahu yang dihasilkan,kedelai lokal lebih baik daripada
kedelai import.

2.2. Tinjauan kegiatan pembuatan tahu

2.2.1 Suhu yang digunakan untuk mengelolah kedelai menjadi tahu yaitu diatas 40 C,
yang berarti proses pembuatan tahu memerlukan suhu yang cukup panas.

2.2.2 hasil limbah cair dari produksi tahu yaitu di buang kearea tempat kerja serta
dialirkan ke persawahan melalui selokan, dan limbah padat (ampas) yaitu di jual
ke warga setempat untuk dijadikan makanan peternakan misal sapi, kambing dll

2.2.3 pembuatan tahu selama prosesnya menghasilkan suara diatas 93,6 dBA yang
berarti pada prosenya menghasilkan kebisingan yang cukup keras.

3.2.4 waktu pekerja selama sehari yaitu selama 10 jam dimulai sejak pukul 06:00
sampai pukul 16:00 wib

3.2.5 ventilasi yang dihasilkan mencukupi, karena ruangan dibuat jendela besar
disekeliling ruangan sehingga udara dapat masuk.

3.2.6 polusi dari mesin dan pembakaran kayu berupa uap

3.2.7 kesadaran karyawan pemakaian APD kurang, karyawan hanya memakai celemek
setengah badan yang hanya menutupi area dibawah perut dan memakai sepatu
boot
NO PROSES TAHAPAN HAZARD SKENARIO DAMPAK KEJADIAN PENGENDALIAN DI
KERJA KEJADIAN INDUSTRI TAHU
1 Penggilingan Menggiling Hazard Saat mengganti ban Luka sangat Belum Mengganti ban mesin
kedelai kedelai setelah Mekanik: mesin dalam serius hingga pernah dalam keadaan mesin off
proses keadaan ON, tangan cacat terjadi
perendaman Terjepit, tergiling pekerja bisa terjepit permanen
selama 30 menit dan tergiling mesin
giling

Hazard Postur janggal ketika - Nyeri pada Belum Memasukkan kedelai ke


Ergonomic: akan mengangkat tangan pernah mesin penggiling sedikit
ember berisi kedelai terjadi demi sedikit menggunakan
Postur janggal untuk dimasukkan gayung
kedalam mesin
giling

Hazard biologi: Pekerja yang digigit Mudah Belum Belum ada


nyamuk dan terjangkit pernah
Nyamuk, serangga, dan juga penyakit akibat terjadi
sernagga, dan bakteri serta jamur nyamuk dan
jamur yang berada penyakit
dilingkungan jamuran
industri

Hazard - Pekerja yang tidak - Cidera pada Belum Belum ada


perilaku: menggunakan pinggang pernah
sepatu boot saat terjadi
Kelalaian bekerja jatuh
penggunaan APD terpleset akibat
lantai yang licin
NO PROSES TAHAPAN HAZARD SKENARIO DAMPAK KEJADIAN PENGENDALIAN
KERJA KEJADIAN
- -
- -
- -
- -
IV.PENUTUP
4.1.Kesimpulan

Dari hasil observasi yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan mengenai K3 di pengolahan tahu milik Pak Mudofik sangattlah minim.

Penggunaan alat pelindung diri (APD) hanya seadanya saja.Masih banyak potensi
bahaya yang ditimbulkan pada saat pengolahan atau produksi tahu. Tidak tersedianya
P3K di lokasi kerja tersebut juga menjadi hal yang sangat disayangkan,karena apabila
terjadi kecelakaan kerja maka kita dapat memberi pertolongan pertama.

4.2 Saran

Mengutamakan K3 dalam home industri juga sangat diperlukan.Walaupun


cendrung sistem produksi masih dengan cara tradisional,tetapi potensi bahaya kerja
selalu mengintai para pekerja. Diharapkan bagi pelaku home industri untuk
menggunakan alat pelindung diri yang memadai ketika bekerja.

Misanya menggunakan Pelindung tangan pada saat proses menyusun tahu yang sudah
jadi ke dalam tong. Hal ini dilakukan agar melindungi tangan dari panasnya tahu yang
baru jadi,karena panas tahu tersebut dapat membuat kulit tangan melepuh.

You might also like