Professional Documents
Culture Documents
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
adalah ketidakmampuan mempertahankan nilai Ph ( keasaman),
oksigen (O2), dan karbondioksida (CO2) darah arteri supaya tetap
dalam batas normal.
PENGERTIAN DIAGNOSIS
Sesak napas barat, batuk, sianosis, pulsus paradoksus, stridor, aritmia,
takikardi, konstriksi pupil.
PEMERIKSAAN
AGD
foto toraks
Kateter Swan Ganz dengan monitor tekanan kapiler paru
(PCWP)
EKG
PENATALAKSANAAN
Tahap I
Perbaiki gangguan hipoksemia dengan terapi O2
Bronkodilator nebulizer
Tahap II
Bronkodilator parenteral
Kortikosteroid
Tahap III
Stimulasi pernapasan
Mini trakeostomi jika retensi sputum
Tahap IV
Ventilasi mekanik
lndikasi pemakaian alat bantuan pernapasan mekanik :
setelah “respiratory arrest”
prekoma – koma
dalam keadaan lemah/ payah
tekanan CO2 arteri naik dengan progresif dan tidak ada
perbaikan dengan pemberian O2 secara konservatif
tetani/ konvulsi terus-menerus.
Kontra indikasi :
Aritmia jantung, payah jantung
Penderita tidak kooperatif
Supervisi yang kurang baik pada penderita.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
4. OK
KERACUNAN OBAT
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Setiap keracunan akut bahan kimia obat yang dapat atau diperkirakan
dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu organ tubuh atau lebih
(penurunan kesadaran, kerusakan esofagus, ganggguan ginjal, dan
PENGERTIAN
lain-lain). Bila terdapat keragu-raguan mengenai dosis obat yang
terminum, dapat dilakukan observasi sampai dengan 24 jam di
ruangan
TUJUAN
KEBIJAKAN
PENATALAKSANAAN
A. UMUM
1. Resusitasi (ABC)
A (airway= jalan napas), usahakan jalan napas tetap terbuka,
bebas dari sumbatan bahan muntahan, darah, lendir, pangkal
lidah, gigi palsu dan lain-lain, kalau perlu gunakan
oropharyngeal airway, dan aspirator (suction).
B (breathing= pernapasan), usahakan agar penderita dapat
dan terus bernapas dcngan baik, bila perlu dengan bantuan
Ambubag, respirator, atau pernapasan dari mulut ke mulut
(mouth-to-mouth breathing)
C (circulation= peredaran darah) pertahankan agar tensi dan
nadi penderita tetap terjaga baik, bilamana perlu segera
pasang infus Dextrose 5%, PZ atau RL; bila hipotensi tetap
PROSEDUR bertahan, dapat ditambahkan cairan koloid (Haemaccel).
2. Eliminasi
a. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada
penderita yang masih sadar
b. Katarsis, dengan pemberian laksans MgS04, bila diduga
racun telah sampai di usus halus/ tebal.
c. Kumbah lambung (KL) pada penderita yang kesadarannya
mulai menurun atau tidak kooperatif.
KL dilakukan dengan NG tube atau pipa
Ewald; jangan lupa menyebutkan jumlah air yang dipakai
untuk KL.
d. Diuresis paksa (forced diuresis= FD), pada dugaan racun
telah berada dalam darah dan dapat dikeluarkan melalui gin-
jal; diuresis paksa ada 2 macam
diuresis paksa alkali (FDA) dan
diuresis paksa netral (FDN)
4. Antidotum
Baru diberikan bila ini ada (atropin sulfat untuk keracunan
insektisida fosfat organik, atau nalorphine untuk keracunan
morphine)
B. KHUSUS
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
OBSERVASI KOMA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Koma adalah penurunan kesadaran tahap terendah. GCS 1-1-1
TUJUAN
KEBIJAKAN
PENANGANAN UMUM
Ambil darah untuk pemeriksaan cito: sakar darah, BUN, kreatinin,
serum elektrolit, SGOT, SGPT, BJ Plasma, dan analisis gas darah.
Kalau fasilitas ada: amoniak darah, dan asam laktat.
Perhatikan jalan napas dan frekwensi pernapasan.
Kalau perlu: pasang oropharygeal-airway, hisap lendir, respirator
dan 02.
Pasang infus: RL atau Dextrose 5 %, kalau perlu tambahkan cairan
koloid bila tekanan darah tidak dapat meningkat dalam waktu
tertentu.
Bila ada keragu-raguan mengenai penyebab koma dapat diberikan
Dextrose 40 % sampai 5 ampul dari 10 mL.
Tentukan derajat dalamnya koma, pada koma derajat II-III
(refleks muntah negatif, refleks tendon/batuk positif) dapat
dipertimbangkan pemasangan NG tube ke dalam lambung untuk
diet penderita.
Bila koma sangat dalam (derajat V: refleks tendon/ batuk negatif)
PROSEDUR sebaiknya pemberian makanan seluruhnya dilakukan lewat
parenteral (total parenteral nutrition).
NG tube dapat dipakai untuk pemberian obat-obat per oral dan
dekompresi lambung bila perlu.
Fisioterapi dada yang ekstensif disertai perubahan posisi tubuh
setiap 2 - 4 jam, diperlukan untuk mencegah pneumoni hipostatik
dan dekubitus.
Pemasangan kateter Foley atau kateter kondom sering di butuhkan
untuk mengukur produksi urine tiap jamnya.
Bila refleks kornea menghilang, maka kornea mata hendaknya dil-
indungi dengan tetes mata atau salep antibiotika untuk mencegah
terjadinya ulserasi pada kornea.
Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Observasi ekstensif dilakukan terutama terhadap: tensi, nadi, suhu,
respirasi, kesadaran, gangguan keseimbangan elektrolit, asam basa
serta kalori.
PENANGANAN KHUSUS
ANGINA PEKTORIS
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
- Angina Pektoris Stabil Kronis diprovokasi oleh aktivitas fisik,
dingin (akibat vasokonstriksi periver) dan stres emosi dan
biasanya menghilang pada istrirahat. Pemberian glyceryl
trinitrate sublingual biasanya sangat efektif dan umumnya
akan menghilang dalam beberapa menit.
- Angina Pektoris Tidak Stabil biasanya timbul pada saat
istirahat atau saat aktivitas fisik ringan dan sifat nyeri biasanya
lebih berat dan menetap. Sering disertai dengan gambaran
otonomik seperti berkeringat dan mual / muntah. (Lihat APS /
APTS)
PENGERTIAN
Angina pektoris stabil adalah rasa nyeri dada iskemik yang khas yang
dicetuskan oleh aktifitas dimana tidak terdapat perubahan dalam
frekuensi , intensitas dan lamanya angina maupun faktor-faktor
pencetusnya dalam 30 hari terakhir. Pada usia lanjut, penderita
diabetes melitus dapat terjadi nyeri dada iskemik yang tidak khas.
Angina pektoris tidak stabil adalah suatu sindrom klinik rasa sakit
dada iskemik dalam 30 hari terakhir yang mencakup spektrum yang
luas dari berbagai presentasi klinik dimana ada perburukan pola angina
tanpa bukti adanya nekrosis miokard.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
rujuk
Sarana Baku
1. EKG
2. Foto rontgen
ALGORITME TATALAKSANA
ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL
Angina Pektoris
Tidak Stabil
RUJUK
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Oklusi koroner akut dengan iskemia miokard yang berkepanjangan
PENGERTIAN yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel-sel dan infark
miokard
TUJUAN
KEBIJAKAN
KRITERIA DIAGNOSIS
1) Sakit dada khas infark atau ekuivalen lebih dari 20 menit, tidak
hilang dengan pemberian nitrat.
2) Gambaran EKG dan evolusinya yang khas IMA
PEMERIKSAAN YANG DIPERLUKAN/DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan dasar : anamnesis disertai pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan penunjang :
- EKG istirahat
- Laboratorium : sesuai AP tidak stabil
- Foto Rontgen dada
TERAPI
1. Tindakan umum
Tirah baring di ruang perawatan intensif
Oksigen 2-4 liter/menit
PROSEDUR Pasang akses intra vena (Dextrose 5 % / NaCl 0,9 %)
Pemantauan EKG sampai kondisi stabil
Atasi rasa sakit dengan :
1) Nitrat sublingual . Indikasi kontra : TD sistotik < 90
mmHg, Takikardia, Bradikardi.
2) Tramadol inj. 25-50 mg i.v
Rujuk
ALGORITME TATALAKSANA
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
Rujuk
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
HIPERTENSI URGENSI
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi
PENGERTIAN minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan dalam 24 jam
sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral
TUJUAN Menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam
KEBIJAKAN
Persiapan
- Hipertensi urgensi umumnya cukup diberikan pengobatan secara
oral kecuali bila penderita tidak dapat menelan.
- Penderita dirawat di ruang perawatan intensif.
- Dijelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita dan
keluarganya.
- Pengobatan dapat dilakukan secara berhati-hati satu atau lebih obat
antihipertensi secara oral dan kemudian dievaluasi hasil
pengobatan tersebut dari waktu ke waktu dalam waktu 24 jam.
- Pilihan obat-obat untuk hipertensi adalah sebagai berikut :
Pemantauan
- Awasi tekanan darah tiap jam dalam waktu 24 jam pertama.
- Hindari penurunan fungsi organ target seperti otak, jantung dan
ginjal.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan TD Diastolik > 120
mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan
oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan
PENGERTIAN
akan menyebabkan timbulnya sequele atau kematian. TD harus
diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa
jam. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit atau (ICU).
TUJUAN Keadaan yang membutuhkan pengobatan cepat untuk hipertensinya
KEBIJAKAN
Pelaksanaan
- Penderita haruslah rawat tinggal di ruang rawat intensif.
- Jelaskan pada keluarga dan penderita tindakan-tindakan yang akan
diambil.
- Perhatikan adanya stroke, iskemia miokard dan pendarahan.
- Siapkan jalur intravena untuk pemberian obat dan bila obat-obatan
sebagai berikut :
RENJATAN ANAFILAKSIS
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Renjatan anafilaksis adalah keadaan gawat darurat yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah sistolik < 90 mmhg (hipotensi) akibat
PENGERTIAN
respons hipersensitifitas tipe I
TUJUAN
KEBIJAKAN
Penanganan :
A. Untuk renjatan:
1. Adrenalin larutan 1: 1000. 0,3-0,5ml subkutan/
intramuscular pada lengan atas atau paha. Bila renjatan
anafilaksis disebabkan sengatan serangga berikan
suntikan adrenalin kedua 0,1-0,3 ml pada tempat
sengatan kecuali bila sengatan di kepala, leher, tangan
atau kaki. Terapi dapat dilanjutkan dengan infuse
adrenalin 1 ml ( 1 mg) dalam dekstrosa 50% 250 cc
dimulai dengan kecepatan 1 ug/mnt dapat ditingkatkan
sampai 4 ug/mnt sesuai dengan tekanan darah. Hati-hati
pada orang tua dengan kelainan jnatung atau gnaguan
kardiovaskuler lainnya.
2. Pasang tourniquet proksimal dari suntikan atau sengatan
serangga, dilonggarkan 1-2mnt setiap 10 menit.
PROSEDUR
3. Oksigen 3-5 l/mnt dengan sungkup atau kanul nasal, bila
sesak, mengi dan sianosis.
4. Antihistamin intravena, intramuskuler, atau oral.
Rawat pasien di ICU jika dengan tindakan diatas tidak
membaik, dilanjutkan dengan terapi:
1. IVFD D5% dan NaCl 0,45% 2-3 l/m2 permukaan
tubuh.
2. Dopamine 0,3-1,2 mg/kgBB/jam bila teknan darah
tidak membaik.
3. Kortikosteroid 7- 10 mg hidrokortison/kgBB
intravena dilanjutkan 5 mg/kgBB tiap 6 jam, yang
dihentikan setelah 72 jam
B. Bila disertai spasme bronchus maka pasien diberkan inhalasi
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
ASMA BRONKIAL
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
ditandai dengan obstruksi jalan napas yang dapat hilang dengan atau
PENGERTIAN tanpa pengobatan akibat hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen selular terutama
mastosit, eosinofil T, makrofag, neutrofil dan epitel.
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. Asma intermiten tidak memerlukan obat pengendali.
Antilleukotrien
LABA oral
8. Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau pasien
termasuk golongan resiko tinggi : pemeriksaan fisik tambah
berat, APE ( arus puncak ekspirasi) > 50% dan < 70% dan
tidak ada perbaikan hipoksemia ( dari hasil analisis gas darah)
pasien harus dirawat.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. ICU
4. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Urtikaria karena obat adalah kelainan kulit dan mukosa yang diinduksi
PENGERTIAN
obat berupa papul kemerahan yang cepat berubah menjadi lepuhan.
TUJUAN
KEBIJAKAN
Penanganan :
1) Hentikan obat penyebab
2) Rawat di pusat luka bakar, skin graft dini untuk mencegah
invasi bakteri
3) Monitor cairan dan elektrolit, termasuk monitor jumlah urin
4) Monitor infeksi sekunder dengan melakukan kultur berkala
dari darah dan mukokutan
PROSEDUR
5) Pemberian makanan tinggi kalori
6) Penggantian cairan dan elektrolit
7) Suction, postural drainage, nebulizer, terapi infeksi paru segera
8) Konsultasi mata
9) Irigasi mata dengan salin hangat, cairan lubrikan mata
10) Antasida cairan dan antagonis H2 bila ada ulserasi
gastrointestinal
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Infeksi kolon oleh kuman mikobakterium tuberkulosa
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leuko, LED, diff.leukosit, pengecatan tahan
asam dan pembiakan dari sputum, cairan
lambung, dan tinja. Pemeriksaan barium kolon
PROSEDUR serta sigmoidoskopi
Penanganan : Sama dengan pengobatan tuberkulosis paru:-
INH, Ethambutol, Rifampisin, Pirazinamid
Follow UpKeadaan : umum, makan, tanda abdomen akut
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit radang dengan ulserasi pada mukosa kolon terutama rectum,
PENGERTIAN biasanya bersifat kronik dengan kesembuhan dan kekambuhan
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb,leuko,LED, diff.leukosit, sigmoidoskopi,
biopsi rektum, pemeriksaan tinja
Penanganan : - Perbaikan nutrisi, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, memberantas
PROSEDUR
infeksi, menghentikan diare. Kortikosteroid,
sulfasalasin, azatioprin, bila perlu pembedahan.
Follow Up : Keadaan umum, makan, tanda abdomen akut
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatropik dibagi
atas : Hepatitis virus A, Hepatitis Virus B, Hepatitis Non-A Non-B,
PENGERTIAN
HVC, HVD, HVE.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leuko, diff.leukosit, LED, SGOT, SGPT,
serum bilirubin, gamma-GT,Alk.PO4, urin:
uro,bili
- Pertanda serologik hepatitis virus
Hepatitis A: IgM anti HAV
Hepatitis B: HBs AG + IgM anti HBc
Hepatitis C: Anti HCV
Hepatitis D: IgM anti HDV
- Dalam keadaan meragukan USG dan biopsi hati
Penanganan : Istirahat baring pada masa masih banyak keluhan;
PROSEDUR mobilisasi berangsur dimulai jika keluhan/gejala
berkurang, serum bilirubin dan transaminase
menurun; aktivitas normal sehari-hari dimulai
setelah keluhan hilang dan data laboratorium
normal. Diit khusus tak ada, yang penting adalah
jumlah kalori dan protein adekuat. Jika
pemasukan nutrisi dan cairan kurang akibat mual
dan muntah perlu ditunjang dengan nutrisi
parenteral: infus Dextrose 10-20%, 1500 kal/hari
Follow Up : Keadaan umum, makan, ikterik, tanda perdarahan,
output, kesadaran
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Proses radang akut maupun kronik dari mukosa lambung.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.penunjang : Hb, leuko, diff.leukosit, endoskopi,barium meal.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Kerusakan atau hilangnya jaringan yang berbatas tajam dari mukosa,
PENGERTIAN submukosa, dan lapisan otot dari suatu saluran makan vagian atas,
yang langsung berhubungan dengan cairan lambung asam dan pepsin
TUJUAN
KEBIJAKAN
P. Penunjang : barium dobel kontras
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Proses radang kronik pada kelenjar pankreas.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.penunjang : Hb, leuko, diff.leukosit, LED, serum bilirubin,
SGOT, SGPT, amylase serum dan urin, foto polos
abdomen.
Penanganan : Pengobatan ditujukan terhadap nyeri dan
PROSEDUR malabsorbsi. Nyeri dapat diatasi dengan analgesik
atau narkotika, kadang perlu reseksi pankreas
sedangkan malabsorbsi diobati dengan preparat
enzim.
Follow up : Gejala klinis, nyeri
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
suatu sindroma klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-
PENGERTIAN macam etiologi, ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan
nekrosis pada hati.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Leuko, Diff leuko, LED, serum bilirubin,
SGOT, SGPT, gamma-GT, Alkalin fosfatase,
serum protein, HbsAg, Anti-HCV, Anti-HBs
PROSEDUR Penanganan : Hepatitis B kronik : Lamivudin, Adefovir
Hepatitis C kronik : Interferon alfa + ribavirin
Follow up : gejala klinik
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Suatu fase lanjut dari penyakit hti dimana seluruh kerangka hati
PENGERTIAN menjadi rusak disertai dengan bentuk-bentukan regenerasi
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Leuko, Diff leuko, LED, se.bilirubin, SGOT,
SGPT, se.protein, CHE, punksi asites
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Keadaan dimana tekanan sistem portal lebih dari 10 mmHg yang
PENGERTIAN praktisnya baru mempunyai arti klinik bila tekanannya lebih dari 15
mmHg. Hal ini akibat adanya hambatan aliran darah sistem portal
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Leuko, Diff leuko, LED, se.bilirubin, SGOT,
SGPT, se.protein, CHE, punksi asites,
ultrasonografi, foto saluran makanan bagian atas.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Sindroma Neuropsikiatrik sekunder karena: 1. penyakit hati akut:
PENGERTIAN hepatitis fulminan akut, hepatitis toksik perlemakan hati pada
kehamilan 2. Penyakit hati menahun: sirosis hepatik
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Leuko, Diff leuko, LED, se.bilirubin, SGOT,
SGPT, Alk.PO4, ureum, kreatinin, gula darah,
natrium dan kalium
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Adalah proses keganasan pada hati, sinonim dengan karsinoma
PENGERTIAN
hepatoseluler
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Leuko, Diff leuko, LED, se.bilirubin, SGOT,
SGPT, Alk.PO4, ureum, kreatinin, gula darah,
natrium, kalium, hipoglikemia, hiperkalsemia,
eritrositosis, gangguan fungsi hati, alfa fetoprotein
lebih dari 500 mg/ml, HBsAg positif dalam
serum, USG
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Perdarahan pada saluran cerna atas mulai dari ligamen treitz hingga
PENGERTIAN
oral
TUJUAN
KEBIJAKAN
Bila keadaan akut, pada prinsipnya proses resusitasi sama dengan
perdarahan SCBA atau perdarahan akut lainnya. Yaitu dengan :
Koreksi defisit volume intravaskular dan stabilisasi hemodinamik
Perlu jalur intra vena pada pembuluh darah besar (bukan vena
kecil, meskipun perdarahan diduga sedikit).
Boleh digunakan NaCl 0,9 % sebagai cairan pendahulu,
sambil menunggu darah. Bila ada gangguan
hemidinamik dan belum ada darah, dapat digunakan
plasma ekspander.
Target Hb transfusi adalah 10 g/dl atau sesuai kondisi
sistemik pasien ( umur, toleransi kardiovaskular )
Dapat dipakai whole blood bila perlu resusitasi volume
intra vaskular dan dapat dipakai PRC bila hanya untuk
PROSEDUR menaikkan Hb.
Dapat dipakai kombinasi PRC dan FFP bila terdapat
defisiensi faktor pembekuan, atau dikoreksi sesuai
kebutuhan.
Bila masih diduga ada perdarahan masif yang berasal
dari SCBA, dapat dipertimbangkan pemasangan NGT
untuk proses diagnostik
Tidak ada studi yang memperlihatkan obat-obatan yang
bermakna untuk keadaan ini, tetapi dengan
mempertimbangkan biaya dan tidak adanya indikasi
kontra, maka obat-obatan seperti vasopresin,
somatostatin, dan okreotid disepakati dapat digunakan.
Bila tersedia vasilitas endoskopi, dapat digunakan
sebagai indikasi terapeutik dengan kauterisasi pada lesi.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
4. OK
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
a) Pada prinsipnya penanganan sama dengan perdarahan SCBA
lainnya, yaitu anamnesis adanya riwayat konsumsi obat-
obatan seperti OAINS, dan lakukan stabilisasi hemodinamik
dengan penataksanaan umum seperti di atas. Sebaiknya
dipasang dua jalur Infus dengan jalur besar (no. Jarum besar).
Untuk transfusi darah, bisa diberikan PRC bila telah terjadi
pemulihan volume pembuluh darah. Ditambahkan FFP.
Digunakan Whole blood bila ada perdarahan masif.
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat
PENGERTIAN
racun yang terkandung di dalam darah
TUJUAN
KEBIJAKAN
Deteksi dini dan eliminasi faktor pencetus yaitu perdarahan saluran
cerna, diet protein berlebihan, gangguan eleltrolit khusus, seperti
hipokalemia, dan infeksi.
Terapi suportif :
- - Nutrisi : asam amino, lipid, glukosa, dan elemen esensial
- - Pertahankan balans cairan dan elektrolit
- - Pemasangan kateter intra vena
- - Pencegahan sepsis dan aspirasi pneumonia
Terapi empirik dengan mengurangi sumber dan pembentukkan
amonia dalam usus, dengan :
PROSEDUR - - Diet tanpa protein
- - Klisma untuk membersikan usus, khususnya pada perdarahan
saluran cerna
- - Laktulosa untuk mencegah absorpsi amonia dengan dosis 3 x 15-
30 cc sehingga dicapai defekasi 2-3 kali sehari
- -Antibiotika oral seperti neomisin, metronidasol untuk mengurangi
pembentukkan amonia oleh bakteri.
Pengobatan lain :
- -Pemberian asam amino rantai cabang untuk memperbaiki
neurotransmiter
- -Antagonis bensodiasepam ( flumasenil 1-2 mg dosis interval )
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Ekspektorasi darah dan saluran napas. Darah bervariasi dari dahak
disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja. Batuk
PENGERTIAN
darah masif adalah batuk darah lebih dan 100 mL hingga lebih dan
600 mL darah dalam 24 jam
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Foto toraks, DPL, LED, ureum, kreatinin,
urine lengkap, hemostasis (bila perlu),
sputum: pemeriksaan BTA, pewarnaan gram,
kultur MOR, CT Scan toraks (bila perlu)
Penanganan : Istirahat baring, kepala direndahkan tubuh
miring ke sisi sakit, oksigen, infus, bila perlu
PROSEDUR transfusi darah, medikamentosa: antibiotika,
kodein tablet untuk supresi batuk, koreksi
koagulopati: Vitamin K intravena, intubasi
selektif pada bronkus paru yang tidak
berdarah (bila perlu)
Follow up : Gejala klinis
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Adanya cairan di rongga pleura > 15 rnL, akibat ketidakseimbangan
PENGERTIAN gaya Starling, abnormalitas struktur endotel dan mesotel, drainase
limfatik terganggu, dan abnormalitas site of entry (defek diafragma)
TUJUAN
KEBIJAKAN
P. Penunjang : DPL, foto torak (PA/lateral), analisis cairan
pleura, pewarnaan gram, pemeriksaan BTA,
kultur mikroorganisme + resistensi, sitologi
cairan pleura CT Scan toraks bila perlu.
Penanganan : Torakosentesis, bila perlu + antibiotika ±
PROSEDUR drainase (pada infeksi bakterial). Pada TBC:
OAT (minimal 9 bulan) + kortikosteroid dosis
0,75— 1 mg/kgBB/ hari selama 2-3 minggu.
Efusi karena penyebab lain: atasi penyakit
primer
Follow up : Gejala klinis, foto toraks
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Akumulasi udara di rongga pleura disertai kolaps paru. Menurut jenis
PENGERTIAN fistulanya, dibagi atas : Pneumotoraks ventil, pneumotoraks terbuka
dan pneumotoraks tertutup.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P. Penunjang : Foto Toraks, CT Scan, AGD
Penanganan : Pneumotoraks kecil (<20%) observasi;
Pneumotorak besar dilakukan aspirasi atau
PROSEDUR
WSD (Rujuk)
Follow up : Gejala klinis, selang WSD, foto thorak.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Pneumonia yang disebabkan infeksi bakterial, tapi mempunyai
gambaran klinis radiologis tersendiri yang berbeda dan pneumonia
PENGERTIAN umumnya, yakni onset yang insidious, demam ringan sampai berat,
batuk tanpa produksi sputum, dan tidak berespons dengan terapi
antibiotik B-laktam.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Foto thoraks, kultur darah/sputum, DPL, LED,
SGOT, SGPT
Penanganan : Antibiotik dengan spektrum sesempit mungkin,
PROSEDUR makrolid, respiratory-fluorokuinolon, rifampisin
(bila curiga Legioflella)
Follow Up : Gejala klinik, leukosit, foto toraks
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Ketidak mampuan. mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen (O2),
PENGERTIAN
karbondioksida (C02) darah arteri supaya tetap dalam batas normal
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Analisis gas darah, Foto toraks, FKG
Penanganan :
Tahap I Perbaiki gangguan hipoksemia dengan terapi O2,
Bronkodilator nebulizer, Humidifikasi, Fisioterapi dada,
Antibiotika
PROSEDUR
Tahap II Bronkodilator parental, Kartikosteroid
Tahap III Stimulan pernapasan, Mini trakeostomi jika
retesi sputum;
Tahap IV Ventilasi Mekanik
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Adanya perlambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Perlambatan aliran udara umumnya progresif dan berkaitan dengan
PENGERTIAN
respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan
(GOLD 2001).
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Spirometri dan foto toraks
Penanganan : Usaha mengurangi faktor risiko, Edukasi-
motivasi berhenti merokok, Farmakoterapi:
Bronkodilator(agonis beta 2, antikolinergik dan
PROSEDUR metil xantin), steroid, obat tambahan seperti
mukolitik, antioksidan, imunoregulator, antitusif,
vaksinasi.
Follow Up : Gejala klinik, spirometri
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan
PENGERTIAN
bakteri Mycobacterium tuberculosis
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Sputum BTA, foto thorax, kultur dan sensitivity
test sputum, Mantoux test, PAP-TB, ICT-TB,
PCR-TB, Hb, leuko, LED, diff.leukosit,
Penanganan : Istirahat, stop merokok, hindari polusi, tangani
komorbiditas, nutrisi, vitamin, Medikamentosa
PROSEDUR
obat anti TB (OAT)
Follow Up : Sputum BTA, foto thorax, kultur dan sensitivity
test sputum, LED.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Anemia karena defisiensi besi
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
550/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Anemia karena depresi sumsum tulang, dibagi menjadi 2 yaitu: anemia
aplastik berat, selularitas sumsum tulang < 25% dan terdapat 2 dari 3
PENGERTIAN gejala berikut granulosit < 500/uL trombosit < 20.000/uL retikulosit <
10 ‰ anemia aplastik sumsum tulang hipoplastik pansitopenia dengan
satu dari tiga pemeriksaan darah seperti pada anemia aplastik berat
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Keganasan darah ditandai dengan peningkatan limfoblas pada darah tepi
TUJUAN
KEBIJAKAN
P. Penunjang : Hb, leukosit, trombosit, hapusan darah tepi, BMP
Penanganan : Kemoterapi: agen antileukemik (vincristin+
PROSEDUR
prednison)
Follow up : Gejala klinis, perdarahan, febris, infeksi
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Kelainan didapat yang berupa gangguan otoimun yang mengakibatkan
trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini
PENGERTIAN dalam sistem retikuloendotelial akibat adanya otoantibodi terhadap
trombosit
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Darah Lengkap, BMP
Penanganan : Trombosit > 50.000/mm3 tidak diterapi
Trombosit < 50.000/mm3 diberikan prednisone 1,0-
1,5 mg/kgBB/hari
PROSEDUR Bila perdarahan diberikan transfusi trombosit dan
imunoglobulin intravena
Splenektomi bila relaps atau gagal remisi dengan
steroid
Follow up : Perdarahan, hitung trombosit
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Peradangan dari sendi (arthritis) oleh karena penimbunan kristal
PENGERTIAN monosodium urat di sendi.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leukosit, diff.leuko,LED,asam urat, foto sendi
yang terkena, ureum, creatinin, profile lipid, SGOT/SGPT/Gamma GT,
urinalisis
Penanganan :
A. Stadium akut (saat serangan)
istirahat
kolkisin dimulai pada awal serangan dengan dosis 0,5 mg tiap
satu atau dua jam sampai terjadi perbaikan atau terjadi efek
samping (mual, muntah), maximum dosis 8 mg dalam 24 jam,
kemudian dosis diturunkan setelah 24 jam menjadi 3 x 0,5mg tiap
hari.
OAINS (menggunakan OAINS dosis tinggi), contoh:
PROSEDUR - Diclofenac acid 50 mg 2x1
- Piroxicam 20 mg 1x1
Pada orang tua, penderita dengan gangguan pencernaan
menggunakan COX-2 Inhibitor, contoh:
- Meloxicam 1x1 pc
- Celecoxib 2x1
B. Di luar serangan:
Usahakan berat badan menjadi ideal
Diit rendah purin
Jangan minum yang beralkohol
Alupurinol Untuk penderita dengan GA kronik turunkan kadar
asam urat sampai 4-5 mg/dl
Pada hiperuricemia dengan tipe underekskresi dapat diberikan
Follow Up: Gejala klinis, nyeri sendi, keadaan komorbid yang lain
contoh dislipidemia kontrol dengan statin atau fibrat
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Peradangan sendi terutama pada usia lanjut dan mengenai sendi-sendi
PENGERTIAN
menopang berat badan disebabkan oleh gangguan tulang rawan sendi
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leukosit, diff.leuko, LED, foto sendi
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit sistemik yang mengenai sendi dan jaringan sekitarnya yang
PENGERTIAN disebabkan karena proses imunologik
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leuko, diff.leukosit, LED, faktor rematoid
(Rose Waaler Test), Antinuclear Antibody (ANA)
test, LED dan C-reactive protein, foto sendi yang
terkena
Penanganan :
- Istirahat terutama pada sendi yang terkena
- Obat-obatan
a. Simptomatik
1. Analgesik, antara lain paracetamol 3x500 mg
2. Anti inflamasi non steroid antara lain:
- Meloxicam 1x1
- Celecoxib 2x1
PROSEDUR
b. Remitif : Penisilamin, klorokuin, siklofosfamid
c. Kadang-kadang diperlukan injeksi kortikosteroid intraartikuler
atau kortikosteroid oral pada keadaan berat
- Fisioterapi yang dimulai sedini mungkin kalau
tanda-tanda inflamasi mulai berkurang
- Bedah ortopedi, kadang-kadang diperlukan
tindakan bedah yang meliputi tindakan reparasi,
rekonstruksi dan penggantian sendi dengan
tindakan prostesis (replacement)
Follow Up : Gejala klinis, nyeri
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit autoimun yang ditandai produksi antibodi terhadap komponen-
PENGERTIAN komponen inti sel yang mengakibatkan manifestasi klinis yang luas.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang :
LED, CRP
C3 dan C4
ANA, ENA (anti dsDNA dsb)
Coomb test, bila ada AIHA
Biopsi kulit
Terapi :
Penyuluhan.
Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, dan sinar
fluoresein.
Pada manifestasi non-organ vital (kulit, sendi, fatigue)
dapat diberikan klorokuin 4 mg/kgBB/hari.
PROSEDUR Bila mengenai organ vital, berikan prednison 1-1,5
mg/kgBB/hari selama 6 minggu, kemudian tappering off.
Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat
diberikan injeksi steroid intraartikular.
Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat diberikan
metilprednison 1gr/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu
prednison 40-60 mg/hari per oral.
Bila pemberian glukokortikoid selama 4 minggu tidak
memuaskan, maka dimulai pemberian imunosupresif lain,
misal siklofosfamid 500-1000 mg/m2 sebulan sekali selama
6 bulan, kemudian tiap 3 bulan sampai 2 tahun.
Imunosupresan lain yang dapat diberikan adalah
azatrioprin, siklosporin-A.
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali
PENGERTIAN sehingga menimbulkan masalah higiene dan sosial
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
558/SPO/III/2016
0 1/2
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang melibatkan struktur saluran
PENGERTIAN kemih, yaitu dari epitel glomerulus tempat mulai dibentuk urin sampai
dengan muara urin di meatus urethrae externae.
TUJUAN
KEBIJAKAN
Pemeriksaan Penunjang :
A. LABORATORIUM
Darah tepi lengkap
Urin lengkap
Biakan urin dengan tes resistensi kuman
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, bersihan kreatinin)
Gula darah
B. NON LABORATORIUM
BNO/IVP
USG ginjal
Penanganan :
a) Non Farmakologi
PROSEDUR Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga kebersihan daerah genitalia bagian luar
b) Farmakologi
Antibiotika sangat dianjurkan dan perlu segera diberikan
pada ISK simtomatik, sesuai dengan tes resistensi kuman
atau pola kuman yang ada atau secara empiris yang dapat
mencakup Escherichia coli dan gram negatif lainnya.
Pada ISK asimtomatik antibiotika hanya diberikan pada
pasien dengan resiko tinggi terjadinya komplikasi yang
serius (seperti transplantasi ginjal atau pasien dengan
granulositopenia) dan pasien yang akan menjalani
pembedahan.
Antibiotika oral direkomendasikan untuk ISK tak
berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada
1. IGD
UNIT TERKAIT2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
559/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Ulkus dekubitus adalah lesi yang disebabkan oleh tekanan yang
PENGERTIAN menimbulkan kerusakan jaringan di bawahnya.
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
560/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leukosit, diff.leukosit,LED
Penanganan : Virus: simptomatik
PROSEDUR
Bakterial: Antibiotik, simptomatik
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
561/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
1. Penyakit infeksi oleh karena infeksi plasmodium, ada 4 macam:
- Plasmodium Falciparum
- Plasmodium Vivax
PENGERTIAN
- Plasmodium Malariae (jarang)
- Plasmodium Ovale (jarang)
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : - Tetes tebal dan/hapusan tipis
- Hb, leukosit, hitung jenis leuko, trombosit
- Serum bilirubin, ureum, kreatinin, gula darah
- Rapid test
Diag. Banding : - Demam tifoid, infeksi virus (demam dengue),
ISPA
Penanganan :
1.Malaria dengan komplikasi/dengan kehamilan: rawat inap;
malaria tanpa komplikasi, boleh rawat jalan/rawat inap
2. Malaria dengan komplikasi: lihat S.O.P Malaria berat
PROSEDUR 3. Malaria tanpa komplikasi:
P.Falciparum: Artesunat-Amodiakuin + Primakuin 3 tab dosis
tunggal satu kali pemberian
P. Vivax: Chlorokuin + Primakuin selama 14 hari
Kina Sulfat + Primakuin selama 14 hari
Artosdiakuin + Primakuin selama 14 hari
Follow up : Periksa tetes tebal pada hari ke 3,7,14,28, untuk
mendeteksi resistensi. Bila hasil tetes tebal, malaria masih (+):
pengobatan dengan kina sulfat 3x10 mg/kgBB + Doksisiklin 2x100
mg selama 7 hari.
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Terjadinya abses pada hati sebagai salah satu manifestasi ekstra-
PENGERTIAN intestinal karena komplikasi dari infeksi entamuba histolitika
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.penunjang : Hb, leukosit, LED, diff.leuko, tes fungsi hati,
USG, foto toraks/diafragma, serologik amuba
Penanganan :
1. Metronidazole merupakan obat pilihan, 3x750 mg selama 5-10 hari
2. Aspirasi tidak diperlukan kecuali bila 3-5 hari setelah pengobatan
tak berkurang atau pada abses lobus kiri. Aspirasi dilakukan untuk
membedakan abses amuba atau piogenik. Abses amuba ialah steril,
tak berbau, coklat atau kuning dan amuba hanya dideteksi pada
sebagian kecil kasus.
PROSEDUR
Indikasi aspirasi abses hati:
1. mengesampingkan abses piogenik
2. gagal pengobatan setelah 3-5 hari
3. bahaya ruptur
4. abses pada lobus kiri (bahaya ruptur ke pericardium)
3. Reseksi usus bila ada colitis berat disertai perforasi atau toksik
megakolon (konsul bedah)
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
562/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN infeksi intestinal karena ascaris lumbricoides
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.penunjang : deteksi telur ascaris, larva di sputum, darah tepi:
eosinofilia. Bila perlu dilakukan foto abdomen, USG
PROSEDUR
Penanganan : Mebendazole, piperazine 75 mg/kg untuk 2 hari.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
563/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
infeksi intestinal yang disebabkan oleh salmonella typii dan paratypii
yang ditandai dengan demam > 5 hari, nyeri perut, diare atau
PENGERTIAN
konstipasi, delirium dan splenomegali.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.penunjang : Kultur bakteriologis: darah/tinja/urine/aspirasi
marrow, widal, lekosit, diff.leuko, Hb, trombo, bilirubin, SGOT,SGPT,
IgM-anti Salmonella typii
Penanganan :
1. Florokuinolon oral selama 14 hari (pilihan utama)
2. Kloramfenikol 50-60 mg/kg/hari dalam 4 dosis bila ada perbaikan
PROSEDUR
diturunkan menjadi 30 mg/kg sampai 14 hari. Efek samping: supresi
sum-sum tulang.
3. Infeksi berat : Cefriaxone 2gr/hari selama 14 hari atau Pefloxacine
intravena 2x400 mg per infuse
4. Istirahat total di tempat tidur sampai 5 hari bebas panas
5. Diet rendah serat.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
564/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
infeksi intestinal yang disebabkan oleh shigella yang ditandai dengan
PENGERTIAN diare ringan sampai disentri berat.
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. P.penunjang : kultur tinja, Hb, leuko, hitung jenis, ureum,
kreatinin, natrium dan kalium.
2. Penanganan :
PROSEDUR Ciprofoxacin 3x500 mg selama 2 hari atau
Ampisilin 3xsehari 500 mg selama 2 hari atau
Trimethoprine-Sulfamethoxazole 2x2 table selama 2 hari
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
565/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit diare akut karena infeksi vibrio cholera pada usus halus dengan
PENGERTIAN karakteristik diare cair yang frekuent disertai vomiting
TUJUAN
KEBIJAKAN
Penanganan :
1. Pemberian cairan
Dalam keadaan syok, rehidrasi dilakukan dengan cairan.
R-Lactate, dihitung 10% BB, diberikan dalam 2-3 jam
Pada orang dewasa pemberian cairan secara cepat 4 liter dalam 1
jam pertama sampai nadi dan tensi terukur
2. Antibiotika :
tetrasiklin 4x250 mg (50 mg/kg) atau
PROSEDUR
Kloramfenikol + Co-trimoxazole atau
Doxycycline 300/1x atau Ampiciline 3x500 selama 3 hari atau
Quinolon, ciprofloxacine 3x500 mg/3 hari
Follow up :
status dehidrasi, produksi urine, B.J.urine/plasma, ureum, kreatinin, syok
hipovolemik. Gagal ginjal akut, asidosis
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
566/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
kejang/spasm local/ diffuse dari sistem otot oleh karena infeksi
PENGERTIAN clostridium tetani.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P. Penunjang : Bila ada luka, kultur mikrobiologik.
Darah : leukositosis; CSF : normal, EMG
Penanganan : Eliminasi bacteria: penicillin 10-12 juta unit/hari
selama 10 hari. Bila alergi clindamycin,
erythromycin, metronidazole.
Antitoksin : TIG (tetanus immune globulin-human)
3000-6000 unit i.m dosis terbagi (500 unit
mungkin cukup), diberikan sebelum manipulasi
PROSEDUR luka. Bila pakai TAT (equine tetanus antitoksin),
murah, dosis 10.000 unit (--100.000 unit)
Antikejang: diazepam/ lorazepam/ barbiturate/
chlorpromazine.
Pertahankan jalan nafas : k.p.
tracheostomi/intubasi.
Rehydrasi, nutrisi, fisioterapi.
Penanganan luka (Konsul Bagian Bedah)
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Iinfeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Ada 2 bentuk :
PENGERTIAN Demam dengue (classic dengue fever)
Demam dengue berdarah (dengue hemorrhagic fever-dengue shock
syndrome)
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, Ht, trombosit, diff.leukosit, serologi awal &
konvalesen.
Penanganan : - simptomatik antipiretik : parasetamol 3x500 mg.
PROSEDUR - pemberian cairan NaCL/Ringer Laktat & suportif
- DHF/DSS : lihat s.o.p gawat darurat.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
568/SPO/III/2016
0 1/2
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Definisi : Infeksi virus dengue dengan gejala klinis berupa panas tiba-
tiba, malaise, sakit kepala, batuk, anoreksia dan muntah
PENGERTIAN
disertai gejala perdarahan di bawah kulit atau perdarahan
spontan, takikardia dan hipotensi
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, hematocrit(PCV), trombosit, tes
serologik : titer fase akut 4 x lipat fase
penyembuhan, IgM antibodi setelah
minggu ke 4
Penanganan :
5.1. Cairan RL atau 0,5 N Saline 10 – 20 ml/KgBB/Jam. Cairan oral
tak dibatasi
5.2. Observasi tanda vital tiap 30 menit, hematocrit/1 jam, daftar
intake dan output serologi, isolasi, X-Match darah
5.3. Cairan diteruskan tergantung Ht, tanda vital, muntah/tidak,
produksi urin/B.J, gas darah dan elektrolit. KU stabil boleh
pulang
Bila penderita masuk ke dalam syok
PROSEDUR
5.4 Cairan N Salin/RL 10 – 20 ml/Kg/1 jam
5.5 Monitor : Ht, produksi urin, serum elektrolit, gas darah,
asidosis, elektrolit
5.6 Bila tak ada perbaikan ( Ht, tensi >100, nadi)
Infus dekstran 40 / albumin / plasma. perbaikan
5.7 Bila tak ada perbaikan hati-hati edema paru, bila perlu
furosemide 2 mg/Kg per oral
5.8 Cari adanya perdarahan, bila perlu transfusi darah 10 – 20
ml/Kg
OBSERVASI (1 jam)
Renjatan teratasi :
Renjatan belum teratasi - Ht cenderung turun
- Tensi > 100 mmHg
- Infus RL 20 ml/Kg/BB jam - Nadi normal
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
569/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leukosit, urin.
Penanganan : 1. Immobilisasi bagian gigitan
2. Anti venom (hiperimun immunoglobulin)
PROSEDUR 3. Neutralization of procoagulant venoms.
4. Suportif
Follow Up : Keadaan umum, kesadaran, tensi
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
570/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit infeksi oleh karena Neisseria
Meningitidis yang berasal dari koloni pada
PENGERTIAN
nasopharyngeal yang menyebar ke
darah/meningen
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang : Hb, leukosit, diff. Leuko, punksi lumbal
Penanganan : - merupakan tindakan gawat darurat
- antibiotik secepatnya pilihan utama :
penicilline 24 juta unit/hari : pilihan
kedua chloramphenicol bila alergi
terhadap penicillin : ceftriaxone
sebagai pilihan berikutnya
- kontak terdekat sebaiknya mendapat
profilakis rifampisin 600 mg/hari
PROSEDUR selama 2 hari
- penderita juga perlu mendapat
rifampisin sebelum keluar RS untuk
memberantas bakteri pada
nasopharyngeal
Follow up : kesadaran, tanda-tanda vital, produksi
urin, kejang
Komplikasi : sepsis
Tempat rawat : ICU
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
571/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik
PENGERTIAN dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang mendapat obat anti hipertensi
TUJUAN
KEBIJAKAN
Pemeriksaan Penunjang:
Urinalisis Tes fungsi ginjal Gula d
Gula darah Elektrolit Profil
Foto toraks EKG
Pemeriksaan tambahan sesuai penyakit penyerta: Asam urat,
Aktivitas renin plasma, Aldosteron, Katekolamin urin, USG
pembuluh darah besar, USG ginjal, Ekokardiografi
Terapi:
1. Modifikasi gaya hidup dengan target tekanan darah <140/90 mmHg
PROSEDUR atau <130/80 pada pasien DM atau penyakit ginjal kronis. Bila target
tidak tercapai maka diberikan obat inisial.
2. Obat inisial dipilih berdasarkan:
2.1. Hipertensi tanpa Compeling Indication
2.1.1. Pada hipertensi stage I dapat diberikan diuretic.
Pertimbangkan pemberian panghambat ACE, penyekat
reseptor beta, penghambat kalsium atau kombinasi
2.1.2. Pada hipertensi stage II, dapat diberikan kombinasi 2 obat,
biasanya golongan diuretic, tiazid dan penghambat ACE
atau antagonis reseptor AII atau penyekat reseptor Beta
atau penghambat kalsium
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
572/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
1. Kerusakan ginjal yang telah terjadi selama 3 bulan atau lebih,
berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus ( LFG ), berdasarkan :
Kelainan patologik atau
PENGERTIAN
Petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi
darah atau urin, atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
LFG < 600 ml / menit / 1,73 m2 yang terjadi
selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal
TUJUAN
KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, ureum, kreatinin, UL, tes klirens kreatinin (TKK) ukur, elektrolit (
Na, K, Cl, Ca, P, Mg), profil lipid, asam urat serum, gula darah, AGD,
SI, TIBC, feritin serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal,
pemeriksaan imunologi, hemostasis lengkap, foto polos abdomen,
renogram, foto toraks, EKG, ekokardiografi, biopsi ginjal, HbsAg, Anti-
HCV, Anti-HIV
TERAPI
Non farmakologis :
PROSEDUR
Pengasupan asupan protein :
Pasien non dialisis 0,6 –0,75 gram / kgBB ideal / hari sesuai
dengan CCT dan toleransi pasien
Pasien hemodialisis 1-1,2 gram / kgBB ideal / hari
Pasien peritoneal dialisis 1,3 gram / kgBB ideal / hari
Pengasupan asupan kalori : 35 kal / kgBB ideal / hari
Pengaturan asam lemak : 30 - 40 % dari kalori total dan
mengandung jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh
dan tidak jenuh
Pengaturan asupan karbohidrat :50 - 60 % dari kalori total
Farmakologis :
Kontrol tekanan darah :
Penghambat ACE atau antagonis reseptor reseptor Angiotensin
II > evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila terdapat
peningkatan kreatininn > 35 atau timbul hiperkalemi harus
dihentikan
Penghambat kalsium
Diuretik
Pada pasien DM, kontrol gula darah hindari pemakaian metformin
dan obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target
HbA1C untuk DM tipe I 0,2 di atas nilai normal tertinggi, untuk DM
tipe 2 adalah 6 %
Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g / dL
Kontrol hiperfosfatemi : kalsium karbonat atau kalsium asetat
Kontrol osteodistrofi renal : Kalsitriol
Koreksi asidosis metabolic dengan target HCO3 20-22 mEq/l
Koreksi hiperkalemi
Kontrol dislipidemia dengan target LDL < 100 mg/dl, dianjurkan
golongan statin
Terapi ginjal pengganti
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
573/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit
glomerular yang ditandai dengan proteinuria masif > 3,5 gram / 24 jam/
PENGERTIAN 1,73 m2 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia,
lipiduria dan hiperkoagulabilitas
TUJUAN
KEBIJAKAN
Nonfarmakologis :
Istirahat
Restriksi protein dengan diet protein 0,8 gram / kgBB ideal / hari +
ekskresi protein dalam urin / 24 jam. Bila fungsi ginjal sudah
menurun, diet protein disesuaikan hingga 0,6 gram / kgBB ideal / hari
+ ekskresi protein dalam urin / 24 jam
Diet rendah kolesterol < 600 mg / hari
Berhenti merokok
Diet rendah garam, restriksi cairan pada edema
PROSEDUR
Farmakologis :
Pengobatan edema : diuretik loop
Pengobatan proteinuria dengan penghambat ACE dan atau antagonis
reseptor Angiotensin II
Pengobatan dislipidemia dengan golongan statin
Pengobatan hipertensi dengan target tekanan darah < 125 / 75 mmHg.
Penghambat ACE dan anatagonis reseptor Angiotensin II sebagai
pilihan obat utama
Pengobatan kausal sesuai etiologi SN ( lihat topik penyakit
glomerular )
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
574/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Penyakit glomerular merupakan penyakit ginjal berupa peradangan pada
glomerulus dan dapat dibedakan menjadi penyakit glomerular primer
PENGERTIAN atau sekunder
TUJUAN
KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis, ureum, kreatinin, protein urin kuantitatif / 24 jam,
pemeriksaan imunologi, biopsi ginjal, gula darah, tes fungsi hati
TERAPI
Sesuai etiologi penyakit glomerular primer :
1. Kelainan minimal :
Steroid yang setara dengan prednison 60 mg / m2 ( maksimal 80
mg ) selama 4 – 6 minggu
Setelah 4 - 6 minggu dosis prednison diberikan 40 mg/m2 selang
PROSEDUR sehari selama 4 - 6 minggu :
Bila terjadi relaps dosis prednison kembali 60 mg / m2 (
maksimal 80 mg ) setiap hari sampai bebas protein dalam
urin, kemudian kembali selang sehari dengan dosis 40 mg /
m2 selama 4 minggu
Bila sering relaps ( 2 kali ) : prednison selang sehari ditambah
dengan siklofofamid 2 mg / kgBB atau klorambusil 0,15 mg /
kgBB selama 8 minggu. Bila gagal, diberikan siklosporin 15
mg / kgBB selama 6 - 12 bulan
Bila tergantung steroid ( relaps terjadi pada saat dosis steroid
diturunkan dalam 2 minggu pasca obat sudah dihentikan, 2
kali berturut-turut ) siklofosfamid 2 mg / kgBB selama 8 - 12
minggu. Bila gagal, diberikan siklosporin 5 mg / kgBB
2. Glomerulonefritis fokalsegmental :
Steroid yang setara dengan prednisone 60 mg / hari selama 6
bulan
Bila resisten atau tergantung steroid : siklosporin 5 mg /
kgBB selama 6 bulan
Bila terjadi remisi, dosis siklosporin diturunkan 25 % setiap
dua bulan, bila gagal, siklosporin dihentikan
3. Nefropati membranosa
Metil prednisolon bolus intravena 1 gram / hari selama 3 hari
Kemudian diberikan steroid yang setara dengan prednisone 0,5
mg / kgBB selama 1 bulan lalu diganti dengan klorambusil 0,2
mg / kgBB / hari atau siklofosfamid 2 mg / kgBB / hari selama 1
bulan
Prosedur kedua diulang kembali sampai seluruhnya dan
prosedur kedua sebanyak 3 kali
4. Glomerulonefritis membranoproliferatif
Steroid tidak terbukti efektif pada pasien dewasa
Dianjurkan pemberian aspirin 325 mg / hari atau dipiridamol 3 x
75-100 mg / hari atau kombinasi keduanya selama 12 bulan.
Bila dalam 12 bulan tidak memberikan respon, pengobatan
dihentikan sama sekali
5. Nefropati IgA
Bila proteinuria < 1 gram, hanya observasi
Bila proteinuria 1 - 3 gram, dengan fungsi ginjal normal, hanya
observasi. Bila dengan gangguan fungsi ginjal, diberikan
minyak ikan
Bila proteinuria > 3 gram dengan CCT > 70 ml / menit,
diberikan steroid setara dengan prednison 1 mg / kgBB selama 2
bulan lalu tappering off secara perlahan sampai dengan 6 bulan.
Bila CCT < 70 ml / menit hanya diberikan minyak ikan
Suplementasi kalsium selama terapi dengan steroid
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
575/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah infeksi akibat terbentuknya koloni
PENGERTIAN saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui cara hematogen
dan asending.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, urinalisis, kultur urin dan tes resistensi kuman, tes fungsi ginjal,
gula darah, foto BNO-IVP, USG ginjal
TERAPI
Non-farmakologis :
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga higiene genitalia eksterna
Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada ; bila hasil tes
resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan
PROSEDUR
Tabel 1. antimikroba pada ISK bawah tak berkomplikasi
Antimikroba Dosis
Lama terapi
Trimetoprim-Sulfametoksazol 2 x 160 / 800 mg 3 hari
Trimetoprim 2 x 100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2 x 100-250 mg 3 hari
Levofloksasin 2 x 250 mg 3 hari
Sefiksim 1 x 400 mg 3 hari
Sefdoksim prosetil 2 x 100 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrokristal 4 x 50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2 x 100 mg 7 hari
Amoksisilin/klavulanat 2 x 500 mg 7 hari
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Poli
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
576/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
PENGERTIAN Lupus eritematosus sistemik ( LES ) yang disertai keterlibatan ginjal
TUJUAN
KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis, protein urin kuantitatif 24 jam, tes fungsi ginjal, biopsi ginjal,
serum, profil lipid, komplemen C3, C4 anti ds-DNA
TERAPI
Tujuan pengobatan untuk memperbaiki fungsi ginjal atau setidaknya
mempertahankan fungsi ginjal agar tidak bertambah buruk
Penatalaksanaan Umum :
Diet rendah garam bila terdapat hipertensi, rendah lemak bila
terdapat dislipidemia atau sindroma nefrotik, rendah protein sesuai
derajat penyakit
PROSEDUR Diuretika dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
Tatalaksana hipertensi dengan baik
Pemeriksaan rutin periodik meliputi : sedimen urin, protein urin
kuantitatif 24 jam, tes fungsi ginjal, albumin serum, komplemen C3,
C4, anti ds- DNA
Monitor efek samping steroid dan imunosupresan serta komplikasi
selama pengobatan. Suplementasi kalsium untuk mengurangi efek
samping osteoporosis karena steroid
Hindari pemberian salisilat dan obat anti – inflamasi nonsteroid
yang akan memperberat fungsi ginjal. Aspirin hanya diberikan
selektif bila ada sindrom antifosfolipid
Hindari kehamilan bila nefritis lupus masih aktif
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
577/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
Gagal ginjal akut (GGA) adalah sindrom yang ditandai oleh penurunan
laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam –
minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen
PENGERTIAN seperti ureum dan kreatinin. Peningkatan kreatinin serum 0,5 mg/dl dari
nilai sebelumnya, penurunan CCT hitung sampai 50% atau penurunan
fungsi ginjal yang mengakibatkan kebutuhan akan dialysis.
TUJUAN
KEBIJAKAN
Pemeriksaan Penunjang
Tes fungsi ginjal, DPL, urinalisis, elektrolit, AGD, gula darah
Terapi
Asupan Nutrisi
o Kebutuhan kalori 30 kal/kgBB ideal/hari pada GGA tanpa
komplikasi; kebutuhan ditambah 15-20% pada GGA berat
(terdapat komplikasi/stress)
o Kebutuhan protein 0,6-0,8 gram/kgBB ideal/hari pada
GGA tanpa komplikasi; 1-1,5 gram/kgBB ideal/hari pada
PROSEDUR
GGA berat
o Perbandingan karbohidrat dan lemak 70:30
o Suplementasi asam amino tidak dianjurkan
Asupan cairan tentukan status hidrasi pasien, catat cairan yang
masuk dan keluar tiap hari, pengukuran BB setiap hari bila
memungkinkan, dan pengukuran tekanan vena sentral bila ada
fasilitas.
Hipovolemia : rehidrasi sesuai kebutuhan
Bila akibat perdarahan diberikan transfuse darah
PRC dan cairan isotonic, hematokrit dipertahankan
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
578/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat defek pada ;
1. kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi
glukosa hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak)
2. sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3. atau keduanya
Klasifikasi :
a) DM tipe 1 ( destruksi sel B, umumnya diikuti defisiensi insulin
PENGERTIAN absolut ) : Immune-mediated dan idiopatik.
b) DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin
dengan defisiensi insulin relative sampai predominan defek
sekretorik denagan resistensi insulin)
c) Tipe spesifik lain : defek genetik pada fungsi , defek genetik
kerja insulin, penyakit ekskorin pankreas, endokrinopati,
diinduksi obat atau zat kimia, infeksi, bentuk tidak lazim dari
immune mediated DM.
d) DM gestasional
TUJUAN
KEBIJAKAN
P Penunjang: Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah,
glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan,
urinalisis rutin, protenuria 24 jam, CCT ukur,
kreatinin, SGPT, albumin/Globulin, kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, A1 C,
PROSEDUR Albuminuri mikro, EKG, foto toraks, Fundoskopi
5. Penanganan : a. Edukasi meliputi pemahaman tentang:
Penyakit DM, makna pengendalian dan pemantauan
DM, penyulit DM, penyulitDM, intorvensi
farmakologis dan non farmskologis,
hipoglikemia,masalah khusus yang dihadapi, gara
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Rawat Inap
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
579/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
: keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
PENGERTIAN
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
TUJUAN
KEBIJAKAN
. P.Penunjang : Laboratorium : TSHS, T4 atau FT4, T3, atau FT3,
TSH Rab, kadar leukosis (bila tibul infeksi pada
pemakaian obat antitiroid),sidik tiroid / thyroid scan
: terutama membedakan penyakit plumer dari
penyakit graves dengan komponen nodosa, EKG,
foto toraks
5. Penanganan : a. Tata Laksana Penyakit Grave’s :
Obat anti tiroid
Propiltiourasi (PTU) dosis awal 300 – 400 mg/hari, dosis
maks 2000mg/hari.
Metimosol dosis awal 20 – 30 mg.hari
Indikasi :
Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang
PROSEDUR
remisi pada pesien muda denmgan sturma ringan – sedang
dan tirokosiskosis
Untuk mengendalikan tiroksikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
Persiapan tiroidektomi
Pasien hamil, lanjut usia
Krisis tiroid
Penyakit adrenergik β pada awal terapi diberikan, sementara
menunggu pasien menjadi euritiroid setelah 6 – 12 minggu
pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40 – 200 mg dalam 4
dosis.
Pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4 – 6 minggu.
Setelah Eutiroid, pemantauan setiap 3 – 6 bulan sekali
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
580/SPO/III/2016
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Direktur RS KURNIA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Tubagus Edi Kusnadi, MARS
NIP. 19720320040811001
kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin dan
merupakankomplikasi akut diabetes mellitus yang serius. Gambaran
klinis utama ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah hiperglikemia,
PENGERTIAN
ketosis dan asidosis metabolik, faktor pencetus: infeksi infark miokard
akut, pancreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, penghentian
atau pengurangan dosis insulin.
TUJUAN
KEBIJAKAN
P.Penunjang:
Pemeriksaan cito : gula darah , ureum, asetom darah, urin rutin,
analisis gas darah, EKG.
Pemantauan:
Gula darah : tiap jam
Na+, K+, CL- : Tiap 6 jam selama 24 jam,
selanjutnya sesuai keadaan.
Analisis gas darah : bilah PH < 7 saat mauk –
diperiksa selama 6 jam s.d. Ph. 7,1. Selanjutnya
stiap hari sampai stabil
PROSEDUR Pemantauan lain (sesuai indikasi : kultur darah,
kultur urin, kultur pus.
Penanganan :
Akses intravena (iv) 2 jalur, salah satunya di cabang dengan 3 way:
1. cairan