You are on page 1of 9

AVES

Oleh :
Nama : Sekar Tyas Pertiwi
NIM : B1A016080
Rombongan : VIII
Kelompok :1
Asisten : Afra Nabila

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERALSOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Burung atau Aves merupakan satu kelompok hewan subfilum Vertebrata yang
banyak dikenal dan diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis burung yang tersebar di dunia.
Burung adalah salah satu contoh terbaik jenis hewan yang paling berhasil beradaptasi.
Burung dijumpai di seluruh dunia, mulai dari kutub yang beku dan dingin hingga gurun
terpanas. Mereka hidup di udara, darat, dan air. Jenisnya sangat beranekaragam dan
masing-masing jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung untuk hidup
memerlukan syarat-syarat tertentu, antara lain kondisi habitat yang cocok dan aman dari
segala macam gangguan (Wisnubudi, 2009).
Burung atau Aves adalah hewan yang memiliki bulu, tungkai atau lengan depan
termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang teradaptasi untuk berjalan, berenang dan
hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki empat ruang, rangka ringan memiliki
kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki kandung kemih, dan bertelur (Welty,
1982). Burung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum
Vertebrata, dan kelas Aves. Burung adalah bagian dari keanekaragaman hayati yang
harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman
jenisnya. Burung memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia, baik sebagai
sumber protein, peliharaan, pembasmi hama pertanian, perlombaan. Burung juga
merupakan indikator yang memiliki peran yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan
dan nilai keanekaragaman hayati, dengan adanya burung dilingkungan yang mana
menjelaskan bahwa lingkungan itu masih bagus (Rusmendro, 2009).
Burung merupakan satwa liar yang memiliki kemampuan hidup hampir semua
tipe habitat dan mempunyai mobilitas yang tinggi dengan kemampuan adaptasi terhadap
berbagai tipe habitat yang luas (Rohiyan et al., 2014). Keanekaragaman dan kelimpahan
jenis burung yang ditemukan dalam suatu kawasan dapat mengindikasikan bagaimana
keadaan di kawasan tersebut. Sebagai salah satu komponen dalam ekosistem,
keberadaan burung dapat menjadi indikator apakah lingkungan tersebut mendukung
kehidupan suatu organisme atau tidak karena mempunyai hubungan timbal balik dan
saling tergantung dengan lingkungannya. Burung sebagai indikator perubahan
lingkungan, dapat digunakan sebagai indikator dalam mengambil keputusan tentang
rencana strategis dalam konservasi lingkungan yang lebih luas (Paramita et al., 2015).
Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah tropis termasuk negara yang
mempunyai keanekaragaman fauna. Salah satu jenis fauna yang sangat beranekaragam
tersebut adalah burung yang terdapat sekitar 1.500 jenis burung (Yulianto, 2009).
Tujuan

Tujuan praktikum acara Aves antara lain :


1. Mengenal beberapa anggota Classis Aves.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Classis Aves.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki
bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang
beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi
menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah
tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan
oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Bulunya
dalam bidang industri dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya
(Mukayat, 1990).
Paruh aves terbuat dari keratin. Suara dihasilkan oleh syrinx yang terdapat pada
dasar trachea, sebab aves tidak memiliki pita suara. Aves tidak memiliki gigi untuk
mengunyah makanannya, tetapi memiliki tembolok (Abdurrahman, 2008). Tungkai
pada aves bermodifikasi menjadi sayap, sehingga aves dapat terbang. Tungkai belakang
pada aves dimodifikasi untuk berjalan dengan dua kaki di tanah, atau untuk berenang
pada aves yang berenang (hidup di air), atau kedua-duanya. Umumnya mempunyai
mempunyai cakar, satu cakar mengarah ke belakang (hallux), dan tiga mengarah ke
depan, sehingga bisa mencengkeram. Gelang bahu dan gelang panggul terspesialisasi
dengan baik menunjang berat tubuh baik ketika berjalan,maupun terbang. Aves
bernapas dengan paru- paru dan kantung hawa (Astuti & Lilis, 2007). Sistem kantung
hawa yang berkembang dengan baik sangat membantu paru-paru untuk mengedarkan
udara ke seluruh tubuh. Aves melakukan fertilisasi di dalam tubuh betinanya. Setelah
difertilisasi, aves akan bertelur dan mengerami telurnya hingga menetas. Telur besar
dengan kuning telur yang banyak dan dilindungi oleh cangkang kapur, amnion dan
alantois yang terbentuk selama masa perkembangan. Pengeraman dilakukan oleh salah
satu induk atau kedua induknya di dalam sarang. Setelah menetas, anak-anaknya
dipelihara oleh induknya (Soesilawaty & Soesi, 2012).
Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu
tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk
penerbangan yang efisien. Sayap adalah hal yang paling utama di antara semuanya.
Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh mencari
makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai
adaptasi yang membantu hewan ini lolos dari pemangsanya. (Kimball, 1999).
Classis Aves dibagi menjadi enam ordo yaitu Passeriformes, Sphenisciformes,
Ciconiiformes, Anseriformes, Strigiformes, dan Galliformes. Ordo Passeriformes
merupakan ordo burung yang bervariasi jenisnya. Passeriformes dilihat dari segi
ukurannya ada yang berukuran kecil (10-15 cm), sedang (16-20 cm) sampai besar (21-
30 cm). Passeriformes dilihat dari segi makanannya, ada yang memakan biji-bijian dan
memakan buah. Burung yang memakan biji-bijian dan memakan buah memiliki bentuk
paruh pendek, tebal dan runcing. Contoh spesiesnya yaitu Corvus enca atau gagak
hutan. Berukuran tubuh besar. Tubuh secara keseluruhan berwarna hitam. Kepakan
sayap pendek. Paruh dan kaki hitam (Syamsi, 2017). Burung yang termasuk ordo
Passeriformes merupakan burung petengger yang memiliki tiga jari depan dan satu jari
di belakang yang sama panjangnya. Burung ini memiliki kotak suara yang berkembang
baik sehingga membuatnya dapat bernyanyi. Contoh yang lainnya adalah burung pipit,
burung gereja, burung gagak, dan burung gelatik (Setiowati & Deswaty, 2007).
Burung yang sangat khusus sebagai burung laut adalah penguin yang termasuk
dalam ordo Sphenisciformes yang kadang-kadang dianggap sebagai super ordo terpisah
yaitu Spheniscae atau Impenhes yang berarti tanpa bulu terbang. Tungkai muka
bermodifikasi menjadi seperti dayung pipih dan tak dapat dilipat. Mereka dapat
berenang cepat mencari makanan berupa ikan atau kerang di darat mereka berjalan agak
tegak melintasi lapisan es membeku atau meluncur dengan perutnya. Burung laut tak
dapat menghindar dari penyerapan garam dari air laut yang bertolak belakang dengan
masalah fisiologi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Banyak burung laut
mengatasi masalah ini dengan modifikasi kelenjar lacrimal untuk mengeluarkan
kelebihan garam melalui lubang hidung (Davis & Darby, 1990).
Ordo Ciconiiformes adalah burung yang memiliki ciri-ciri berkaki panjang.
Anggota Ordo Ciconiiformes hidup di daerah laut terbuka dan hutan mangrove. Mereka
biasanya bertengger di ranting pohon untuk sekedar beristirahat, membuat sarang di
habitat hutan mangrove. Selain tempatnya yang luas, hutan mangrove sangat
mendukung kelangsungan hidup baik untuk tempat mencai makan, tempat berlindung
dari panas dan pemangsa, tempat bersarang, beristirahat maupun memelihara anaknya
(Sibley & Ahlquist, 1991).
Anseriformes adalah ordo burung yang sangat berbeda dengan distribusi di
seluruh dunia, yang berisi lebih dari 150 spesies. Anseriformes adalah salah satu
kelompok burung yang paling banyak dipelajari, sebagian besar karena kepentingan
historis kelompok dalam berburu, domestikasi, dan avikultur. Hubungan filogenetik
antara Anseriformes, terutama posisi filogenetik dari beberapa spesies dan kelompok
penting, agak kompleks dan kontroversial, dan telah dipengaruhi oleh penyusunan ulang
beberapa kali sepanjang sejarah. Bebek Mandarin (Aix galericulata) dan Ruddy
shelduck (Tadorna ferruginea) adalah dua unggas air Anseriform yang khas (Liu et al.,
2014). Oleh karena itu, meskipun Anseriformes telah menjadi salah satu yang paling
dipelajari di antara perintah Avian dengan berbagai pendekatan yang berbeda, banyak
hubungan dalam kelompok ini tetap tidak terpecahkan. Salah satu contohnya adalah
Coscoroba (Coscoroba coscoroba, CCO), endemik di Amerika Selatan bagian selatan,
dan sesuai dengan spesies terkecil yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai angsa
(Rodrigues et al., 2014).
Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota Ordo
Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas karnivora (pemakan daging)
dan merupakan anak malam (nocturnal). Seluruhnya, ada sekitar 222 spesies yang telah
diketahui yang menyebar di seluruh dunia, kecuali Antartika (Ariyani, 2016). Afinitas
filogenetik dari Strigiformes (burung hantu) masih belum jelas. Hubungan Strigiformes
dengan ordo lain tetap tidak terpecahkan (Christidis & Walter, 2008).
Ordo Galliformes ciri-cirinya adalah memiliki paruh pendek dan kakinya
beradaptasi untuk mencakar, mengais, dan berlari. Hewan muda dari ordo ini yang baru
menetas berbulu halus dan cepat dewasa (cepat dapat berjalan dan makan sendiri).
Galliformes merupakan hewan buru daratan, bersarang di darat, makanan terutama
tanam-tanaman, ramping dengan sedikit lemak, berat jantan dewasa antara 1.490-2.140
gram, sedangkan berat betina dewasa antara 1.171,4 – 1.555,6 gram. Contohnya adalah
ayam kampung. Galliformes (landfowl) hampir tersebar di seluruh dunia (Hosner et al.,
2015).
MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum Aves adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet
(gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum Aves adalah beberapa
spesimen burung.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada acara Amphibia dan Reptilia antara lain:
1. Karakter pada spesimen burung yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi
digambar dan dideskripsikan.
2. Spesimen burung diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen burung yang
diamati.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.
DAFTAR REFERENSI

Abdurahman, D., 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo.


Ariyani, D. R., 2016. Burung Hantu sebagai Objek Penciptaan Karya Kriya Logam
Tembaga. Journal Prodi Pendidikan Seni Rupa, 1(1), pp. 22-33.

Astuti & Lilis, S., 2007. Klasifikasi Hewan Penamaan, Ciri, & Pengelompokannya.
Jakarta: Kawan Pustaka.
Christidis, L. & Walter, E. B., 2008. Systematics and Taxonomy of Australian Birds.
Australia: CSIRO PUBLISHING.

Davis, L. S. & Darby, J. T. 1990. Penguin Biology. San Diego: Academic Press.
Hosner, P. A., Braun, E. L. & Kimball, R. T., 2015. Land Connectivity Changes And
Global Cooling Shaped The Colonization History and Diversification of New
World Quail (Aves: Galliformes: Odontophoridae). Journal of Biogeography,
42(10), pp. 1883–1895.
Kimball, J. W., 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Liu, G., Lizhi, Z., Bo, L. & Lili, Z., 2014. The Complete Mitochondrial Genome of Aix
galericulata and Tadorna ferruginea: Bearings on Their Phylogenetic Position
in the Anseriformes. PLOS ONE, 9(1), pp. 1-14.

Mukayat, D.,1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.


Paramita, E. C., Sunu, K. & Reni, A., 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis
Burung di Kawasan Mangrove Center Tuban. LenteraBio, 4(3), pp. 161-167.
Rodrigues, B. S., Maria, D. F. L. D. A., Patricia, C. M. O., Malcolm, A., Ferguson, S. &
Edivaldo, H. C. D. O., 2014. Chromosomal studies on Coscoroba coscoroba
(Aves:Anseriformes) reinforce the Coscoroba–Cereopsis clade. Biological
Journal of the Linnean Society, 111(4), pp. 274–279.

Rohiyan, M., Agus, S. & Elly, L. R., 2014. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan
Pinus dan Hutan Campuran Muarasipongi Kabupaten Mandailing Natal Sumatera
utara. Jurnal Sylva Lestari, 2(2), pp. 89-98.
Rusmendro, H., 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung Pada Pagi Dan Sore Hari
Di Empat Tipe Habitat Di Wilayah Pangandaran, Jawa Barat. VIS VITALIS, 2(2),
pp. 8-16.
Setiowati, T. & Deswaty, F., 2007. Biologi Interaktif. Jakata: Azka Press.
Sibley, C. G. & Ahlquist, J. E., 1991. Phylogeny and Clasification of Birds: a Study
Molecular Evolution. London: Yaleb University Press.
Soesilawaty & Soesi, A., 2012. Zoologi Vertebrata. UPI: Bandung.

Syamsi, F., 2017. Keanekaragaman Burung Di Kawasan Lahan Basah Kota Batam.
SIMBIOSA, 6(1), pp. 17-30.
Welty, J. C., 1982. The Life of Bird. Philadelphia: Saunders College Publishing.
Wisnubudi, G., 2009. Penggunaan Strata Vegetasi Oleh Burung Di Kawasan Wisata
Taman Nasional Gunung Halimun-salak. VIS VITALIS, 2(2), pp. 41-49.
Yulianto, T., 2009. Burung di Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.

You might also like