You are on page 1of 13

I.

AQIDAH
1. Pengertian Aqidah

Secara Etimologi Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan.

Aqidah adalah apa yang diyakinioleh seseorang.

Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan

dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena

itulah sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan

as-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah,

tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yangharus disucikan dari-Nya

melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudah Allah yang

mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam. Oleh

karena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil

aqidah terbatas pada al-Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin

Fauzan binAbdullah al Fauzan). Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu

kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

a) Aqidah Secara Syara’

Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para

Rasulnya, dankepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun

yang buruk (rukun iman).

b) Aqidah secara terminologi

Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran

yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan

akal, wahyu dan fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati

1
serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala

sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

(Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

2. Ruang Lingkup Aqidah

 Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah


ketuhanan utamanya pembahasan tentang Allah.
 Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan
Allah, yaitu para nabi dan para rasul Allah.
 Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib,
seperti Jin, Malaikat, dan Iblis.
 Sam’iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib,
seperti alam kubur, akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.

3. Tingkatan Aqidah

Tingkat taklid

Tingkat akidah yang sumber keyakinannya didasarkan atas

pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan lagi.

Tingkat ilmul yakin

Tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang

jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara objek

keyakinan dan dalil yang diperolehnya sehingga memungkinkan orang

terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih

rasional dan lebih mendalam.

2
Tingkat ‘ainul yakin

Tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional,

ilmiah, dan mendalam sehingga mampu membuktikan hubungan antara

objek keyakinan dan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi

yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang sehingga

tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan

kepadanya.

Tingkat haqqul yakin

ingkat keyakinan yang disamping didasarkan pada dalil-dalil

rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan

antara objek keyakinan dan dalil-dalil serta mampu memberikan

argumentasi yang rasional dan selanjutnya dapat menemukan dan

merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman agamanya.

4. Fungsi Aqidah

1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia

sejak lahir

Manusia sejak lahir memiliki potensi keberagamaan (fitrah) sehingga

sepanjang hidupnya membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan

terhadap Tuhan. Aqidah Islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah

manusia tersebut, menuntun, dan mengarahkan manusia pada keyakinan

yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-duga atau mengira-ngira,

melainkan menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.

3
2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa

Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong

manusia untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti

sehingga kebutuhan ruhaniyahnya dapat terpenuhi. la memperoleh

ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.

3. Memberikan pedoman hidup yang pasti

Keyakinan terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti

sebab akidah menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya.

Aqidah memberikan pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga

kehidupan manusia akan lebih jelas dan lebih bermakna.

5. Tujuan Aqidah

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang

teguh, yaitu:

1. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari

kosongnya hati dariakidah. Karena orang yang hatinya kosong dari

akidah ini, adakalanya kosong hatinyadari setiap akidah serta

menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanyaterjatuh

pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak

goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang

mukmin dengan Penciptanya lalurela bahwa Dia sebagai Tuhan yang

mengatur, Hakim yang membuat tasyri’. Oleh karenaitu hatinya

4
menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak

mencari pengganti yang lain.

3. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam

beribadah kepada Allahdan bermuamalah dengan orang lain. Karena

diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan

mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan

4. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak

menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya

dengan mengharap pahala. Serta tidak melihattempat dosa kecuali

menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar

akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap

seluruh perbuatan.”Dan masing-masing orang memperoleh derajat-

derajat (sesuai) dengan yangdikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak

lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. AlAn’am : 132). Nabi

Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya

:”Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah

daripada orangmukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat

kebaikan. Bersemangatlahterhadap sesuatu yang berguna bagimu serta

mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau

ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan :seandainya aku

kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah

danapa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada

itu membuka perbuatan setan.” ( HR. Muslim).

5
5. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal

maupun yangmurah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat

tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk

menempuh jalan itu.”Sesungguhnya orang-orang yang beriman

hanyalah orang-orang yang beriman kepadaAllah dan RasulNya

kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan

hartadan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang –rang

yang benar.” (QS. AlHujurat : 15)

6. Kesimpulan

Dengan ini saya menyimpulkan bahwa Aqidah merupakan perbuatan hati,

yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu tanpa merasakan rasa

keraguan lagi yang menganjal di hati manusia. Semua ini ditunjang oleh proses

kehidupan individu itu sendiri yang telah mau mempelajari dan mencari tahu untuk

mengetahui dari pedoman agama individu itu sendiri.

6
II. SYARI’AH
1. Pengertian Syari’ah

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah

perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan

seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti

menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan

syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air

secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan

bantuan alat lain.

Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan

kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah

nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan

Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil

Al-Qur’an dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti

ijma’ dan qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan

Allah kepada hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak,

muamalah, sistem kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih

keselamatan di dunia dan akhirat.

Demikian juga istilah “hukum Islam” sering diidentikkan dengan kata

norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam

bahasa Arab barangkali adalah kata “al-syari’ah”. Namun, ada juga yang

mengartikan kata hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah

laku, yang padanannya barangkali adalah “al-fiqh”.


7
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa kalau

diidentikkan dengan kata “al-syari’ah”, hukum Islam secara umum

dapat diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.

2. Ruang Lingkup Syari’ah

Ruang lingkup syari’ah mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

a. Ibadah Khusus ( Ibadah Makhdah ) yaitu peraturan-peraturan yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, meliputi Rukun Islam.

b. Ibadah Umum ( Mu’amalah dalam arti luas ) yaitu peraturan-peraturan

yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan

manusia dengan alam lainnya, meliputi mu’amalah dalam arti khusus,

munakahat, jinayat, siyasah dan peraturan-peraturan lain yang seperti

makanan, minuman, berburu dan lain-lain.

3. Fungsi Syari’ah

Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua

manusia dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola

hidup di dunia agar sampai ke kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak

sesat. Dengan kata lain agar manusia dapat membawa dirinya di atas jalur

syari’at sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib dan tentram

dalam menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut

hablum minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum

minannas, serta hubungan dengan alam lingkungan lainnya yang disebut

hablum minal alam. Hubungan yang baik ini akan mempunyai nilai ibadah, dan

8
tentu dengan menjalankan ibadah yang baik berupa ibadah langsung (mahdzah)

ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada akhirnya akan hasanah

fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di akhirat

itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.

Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari’ah pada garis

besarnya ada dua macam yaitu:

a. Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di

hadapan Khaliq (Allah SWT).

b. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur

tatanan hidup dan kehidupan).

4. Tujuan Syari’ah
Tujuan Syari’ah Islam yang: paling utama adalah untuk membangun

kehidupan manusia atas dasar ma’rufat ( kebaikan-kebaikan ) dan

membersihkannya dari munkarat ( keburukan-keburukan ).

1. Ma’rufat adalah nama untuk semua kebajikan atau sifat-sifat yang baik,

yang sepanjang masa telah diterima sebagai sesuatu yang baik oleh hati

nurani manusia.

Syari’ah Islam membagi ma’ruf itu dalam 3 kategori, yaitu :

a. Fardhu : wajib

b. Sunah : anjuran

c. Mubah : boleh

2. Munkarat adalah nama untuk segala d osa dan kejahatan yang sepanjang

masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai sesuatu yang jahat.

Syari’ah Islam membagi munkarat itu dalam 2 kategori, yaitu :


9
a. Haram

b. Makruh

5. Kesimpulan

Dari materi yang saya paparkan saya menyimpulkan bahwa syari’ah

adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dari

keyakinan , ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan dengan dimensi yang

berbeda-beda untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Syariah islam merupakan suatu panduan yang menyeluruh dan sempurna untuk

seluruh permasalahan manusia dalam kehidupan.

10
III. AKHLAQ
1. Pengertian Akhlaq

Akhlak berasal dari bahasa Arab : Akhlaqa, Yukhliqu, Ikhlaqan yang

berarti al-Sajiyah (perangai), al-Thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-

Adat (kebiasaan), al-Muruah (peradaban yang baik), dan al-Din (agama).

Akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Artinya keberagamaan

menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan berakhlak. Orang mungkin

banyak shalat, puasa, membaca al-Qur’an dan berdo’a, tetapi bila perilakunya

tidak berakhlak, seperti merugikan orang, tidak jujur, korupsi dan lain-lain

perbuatan tercela, maka keberagamaannya menjadi tidak benar dan sia-sia.

2. Ruang Lingkup Akhlaq

Membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian

menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik atau

buruk.

Obyek pembahasan ilmu akhlak adalah berkaitan dengan norma atau

penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang

Menurut Muhammmad al-Ghazali kawasan pembahasan ilmu akhlak

adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun

kelompok.

11
3. Fungsi Akhlaq

Akhlaq berfungsi untuk:

a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat;

b) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta

Akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga;

c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial;

d) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari;

e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau

dari budaya asing yang dihadapinya sehari-hari;

f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlaq,

serta sistem dan fungsionalnya; dan

g) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Aqidah dan Akhlaq

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Tujuan Akhlaq

Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi

12
manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan

ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

5. Kesimpulan

Saya menyimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa manusia yang

mendorong unuk dapat melakukan perbuatan secara spontan tanpa berfikir dan

tanpa pertimbangan ataupun tanpa proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada

unsur paksaan dari manapun, dan semua makhluk manusia mau memiliki

akhlak yang baik dan terpuji.

13

You might also like