You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hemangioblastoma atau tumor otak merupakan salah satu tumor jinak otak
yang jarang. Tumor pembuluh darah ini sering terdapat di serebellum (otak kecil)
meskipun tidak menutup kemungkinan ditempat lain. Karena terdapat di otak
kecil, gejala-gejala yang sering timbul antara lain nyeri kepala, gangguan
keseimbangan, mual dan muntah. Bahkan bila ukurannya cukup besar bisa
menekan batang otak dan memberikan gejala lebih berat.
Diagnosis pada kasus ini biasanya ditegakkan dengan MRI dan CT-Scan
kepala dengan kontras. Akan terlihat bentukan khas adanya masa tumor yang
solid dan kistik serta adanya mural nodul. Angiografi kadang diperlukan untuk
menentukan gambaran pembuluh darah pada tumor.
Penanganan standar tumor ini adalah dengan pembedahan mengangkat
tumor secara total, karena bila terangkat total terutam mural nodul tumor angka
kesembuhan mencapai 90-100%.
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang meneyrang otak.
Dikarenakan otak merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ
lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa
menyerang siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya
tumor menyerang orang usia produktif atau dewasa. Walaupun mematikan, tumor
otak tidak selalu mengakibatkan kematian.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Data pasien


Nama : Tn. M
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Muntuksari RT 02 / RW 04 Kecamatan Tembalang
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
No. RM : 033510
Tanggal masuk : 8 Juli 2013

2.2 Anamnesa
a. Keluhan utama : Nyeri Kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 Tahun yang lalu pasien mulai merasakan nyeri pada kepalanya.
Nyeri bersifat berdenyut dan kencang seperti mau pecah. Hal ini di awali
pertama kali saat pasien sedang mencangkul disawah, tiba-tiba nyeri kepala
muncul hingga membuat pasien terjatuh karena kesakitan. Pasien lalu
membeli obat di warung yang dikonsumsinya selama 4 hari. Nyeri kepala
berangsur-angsur membaik jika diminumi obat. Keluhan lain yang dirasakan
oleh pasien adalah batuk sudah 2 tahun ini. Batuk berdahak berwarna putih
kental, dan mengeluarkan dahak ± 2 sendok makan setiap kali batuk,
terkadang batuk sesekali disertai darah. ±2 minggu yang lalu pasien kembali
merasakan nyeri kepala yang dahsyat saat sedang bekerja sekitar pukul 9
pagi. Nyeri kepala tanpa muntah. Sesaat kemudian timbul kejang pada

2
pasien. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri hingga sore. Pasien kejang
sebanyak 7 kali dengan durasi 2 menit. Setiap setelah kejang pasien tidak
sadarkan diri, lalu disusul kejang berikutnya. Sore hari pada pukul 4 pasien
sadar kembali. Saat masuk RS pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
yang dirasakan semakin lama semakin memberat dalam 2 minggu ini. Nyeri
kepala disertai dengan muntah dengan frekuensi 2 kali, berisi makanan dan
air yang dimakan, tidak ada lendir, tidak ada darah, dan tidak berwarna
hijau. Muntah timbul pada saat pasien sedang berbaring dan terkesan
muncrat. Karena keadaan semakin memburuk, oleh keluarganya pasien di
bawa berobat ke RSUD Kota Semarang. Di rumah sakit, pasien masih
mengeluh nyeri kepala berdenyut. Muntah dirasakan sudah berkurang.
Demam (+), kejang (-), batuk (+) berdahak berwarna putih kental, nafsu
makan turun (+), perut sebah (+), sesak (+), BAB dan BAK dalam batas
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini
- Riwayat Hipertensi diakui sejak umur 35 tahun
- Riwayat Kejang diakui 2 minggu yang lalu
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami
sakit seperti ini
e. Riwayat Sosial :

- Pasien punya kebiasaan merokok sejak remaja, menghabiskan 2


bungkus rokok/hari dan pasien sering minum kopi 2 gelas/hari
- Pasien Tinggal dirumah dengan istri dan 2 anaknya. Pasien sebagai
kepala keluarga dengan mata pencaharian sebagai petani.
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh pasien. Pasien berobat dengan
bantuan dana dari pemerintah

3
2.3 Pemeriksaan Fisik
 Vital sign :
1. Tekanan darah : 230 / 110 mmHg
2. Nadi : 113 x / menit, irama regular, isi cukup
3. Suhu : 37,6 ºC (aksila)
4. Frekuensi Nafas : 28 x / menit
 Status generalis
- Kepala : Mesocephalic
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Palpebra simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis (-
/-), sklera ikterik (-/-),pupil bulat isokor Ø 2mm, reflek cahaya pupil (N)
- Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak
- Hidung : Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Tenggorokan : T 1-1, hiperemis (-/-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)
- Toraks
 Inspeksi : Simetris, ada retraksi subkostal paru kiri
 Palpasi : Stem fremitus kiri melemah
 Perkusi : Sonor pada paru kanan dan berkurang pada
paru kiri
 Auskultasi : Vesikuler
- Jantung
 Inspeksi : Iktus Kordis tidak tampak

4
 Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke VI, 2 cm
kelateral linea mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar
 Perkusi :
Batas Atas : ICS II linea parasternalis kiri
Batas Kanan : ICS VI linea sternalis kanan
Batas Kiri : ICS VI 2 cm ke lateral linea midclavicularis
kiri
Pinggang : ICS III linea parasternalis kiri
 Auskultasi : Irreguler, Suara jantung murni, gallop (-)
- Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Peristaltic (+) normal
 Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
- Ekstremitas

Pemeriksaan Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ (N) +/+ (N)

Reflek patologis -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Petekhie -/- -/-

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan 5/5 5/5

Turgor kulit Cukup Cukup

5
 Status Neurologik
 GCS 13 , E4V4M5
 Pemeriksaan Rangsang Meningeal:
- Kaku kuduk ( + )
- Lasegue ( - )
- Kernig ( - )
- Brudzinski I/Brudzinski’s neck sign ( - )
- Brudzinski II/ Brudzinski’s contralateral leg sign ( - )
 Nervus kranialis : dalam batas normal
 Motorik:

- Kekuatan : 4
- Tonus : Normal
 Sensorik: dalam batas normal
 Refleks fisiologis: dalam batas normal
 Refleks patologis: dalam batas normal
 Otonom: retensio urin (-), inkotinensia alvi (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 08 Juli 2013)
HEMATOLOGI
Hemoglobin : 14,1 g/dL (N)
Hematokrit : 40,70 % (N)
Jumlah Leukosit : 15,3 /uL (↑↑)
Jumlah Trombosit : 355 x10³/uL (N)

KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu : 87 mg/dL (N)
Ureum : 50,2 mg/dL (↑↑)

6
Creatinin : 0,8 mg/dL (N)
Kolesterol Totral : 180 mg/dL (N)
Trigliserid : 106 mg/dL (N)
SGOT : 33 U/L (↑↑)
SGPT : 25 U/L (N)
Natrium : 142 mmol/L (N)
Kalium : 4,00 mmol/L (N)
Calsium : 1.17 mmol/L (N)

2. Pemeriksaan EKG (Tanggal 08 Juli 2013)

Kesan : Sinus Tachykardia dan Infrak Miokard Acute Septal

3. Pemeriksaan Radiologi
a. CT SCAN Tanpa Kontras (Tanggal 08 Juli 2013)

7
Interpretasi :
 Cortical sulci, gyrii dan cisterna didaerah frontoparietal melebar
 Tampak lesi isodens oval multiple di parietal sinistra disertai
edema disekitarnya
 Sistem ventrikel tidak melebar
 Tak tampak mid line shifting
 Cerebellum dan batang otak baik

Kesan :
Lesi isodens oval multiple disertai edema disekitarnya, DD :
Abses cerebri/Metastase

8
b. Pemeriksaan CT SCAN Dengan Kontras (Tanggal Juli 2013)

Interpretasi :
 Pada perikorteks lobus parietooccipital kiri : tampak lesi
inhomogen bulat oval (CT number 24-46 HU), batas tegas
tepi irreguler, ukuran 28x24,8x23 mm, tampak bagian
nekrotik, tak tampak kalsifikasi, tampak perifocal edema
bentuk finger like yang tidak begitu luas, pada post kontras
tampak slightly enhancement inhomogen (CT number 52

9
HU)
 Sulcus kortikalis sekitar lesi tampak sempit
 Sistem ventrikel dan sisterna baik
 Pons dan Cerebellum baik
 Tak tampak midline shifting

Kesan :
 Massa bulat oval inhomogen pada perikorteks lobus
parietooccipital kiri dengan perilocal edema DD : abses
cerebri, tuberculoma, astrositoma, metastase (primer?)
 Tak tampak perdarahan intrakranial
 Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intrakaranial

c. Pemeriksaan X Foto Thorax ( Tanggal 10 Juli 2013)


X Foto Thorax Posisi AP

Interpretasi :
 Cor : Apeks bergeser ke laterocaudal

10
 Elongatio dan kalsifikasi aorta
 Pulmo : Corakan bronkovaskuler meningkat
 Pada perihiler kiri tampak lesi opak tipis berbentuk
bulat oval tepi irreguler disertai spikulate sign, tak
tampak kalsifiasi
 Diafragma dan sudut costophrenicus kanan normal, kiri
tertutup kesuraman

Kesan :
 Kardiomegali
 Elongatio dan kalsifikasi aorta
 Pulmo : lesi opak tipis berbentuk bulat oval tepi
irreguler disertai spikulate sign pada perihiler kiri,
masih mungkin massa paru, curiga maligna, DD :
Round pneumoni.

2.5 Diagnosis
Tumor Otak

Diagnosis Banding:
- Tuberculoma
- Astrositoma
- Metastase Otak

2.6 Penatalaksanaan
A. MEDIAKAMENTOSA
- O2 kanul 2 liter per menit
- Pasang DC

11
- Infus RL 20 tetes per menit
- Injeksi Ceftriakson 2 x 2 gram iv
- Drip Ketorolac 2 x 1 amp
- Injeksi Dexamethason 2x 10 mg iv
- Injeksi Piracetam 3 x 1 gram iv
- Injeksi Ranitidin 3 x 1 ampul
- Peroral Fenitoin 2 x 200 mg
- Peroral Metronidazol 3 x 500 mg

B. NON MEDIKAMENTOSA
- Tirah baring
- Minum obat teratur
- Terapi nutrisi

Program :
Rujuk ke Spesialis Bedah Saraf untuk dilakukan tindakan pembedahan

2.7 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanactionam : dubia ad bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi
Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh
abnormal, di luar kendali. Terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor
otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah
(Dorlan. 2002).

3.2 Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas

13
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.

4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada subtansi karsinogen seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan (Harsono, 1999).

3.3 Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial).

3.4 Klasifikasi

Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu :


1. Tumor Jinak (Benigna)

14
- Tidak terdapat sel kanker
- Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang
- Batas tegas
- Bersifat menginvasi ke jaringan sekitar tapi tapi dapat menekan
daerah yang sensitif dari otak dan mengakibatkan gejala
- Bila terletak di daerah vital dari otak dan mengganggu fungsi vital
maka dapat dipikirkan suata malignasi

2. Tumor Ganas (Maligna)


- Mengandung sel kanker
- Menggangu fungsi vital dan mengancam nyawa
- Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak
- Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke
dalam jaringan otak yang sehat

Klasifikasi tumor otak menurut WHO dibagi menjadi 9 kategori tumor otak
primer, yaitu :

15
Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :
1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
a) Hemisfer otak : Gliomaglioblastoma multiforme, astrositoma,
oligodendroglioma, meningioma, tumor metastasis
b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula pinealis,
kraniofaringioma
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah
tentorium serebelli dalam fossa Kranni Posterior.

Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
c) Ependimoma
d) Glioma batang otak

Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi untuk orang dewasa,


yaitu :
1. Tumor Glia
Astrosit tumor
Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)
Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic
astrositoma,glioblastoma, multiforme)
Ependymal tumor

16
Myxopapillary and well differentiated ependimoma
Anaplastik ependimoma
Ependimoblastoma
Oligodendroglial tumor
Well differentiated oligodendroglioma
Anaplastik oligodendroglioma
Mixed tumor
Mixed astrositoma-ependimoma
Mixed astrositoma-oligodendroglioma
Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
Meduloblastoma

2. Non-glial tumor
Pineal parenkim tumor
Pineostioma
Pineoblastoma
Astrositoma
Germ tumor
Germinoma
Embrional karsinoma
Teratoma
Craniopharingioma
Meningioma
Meningioma
Maligna meningioma
Choroid plexus tumor
Choroid plexus papiloma
Anaplastik choroids plexus papilloma

17
Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu
1. Tumor otak primer
- Tumor yang berasal dari jaringan otak
- Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :
1) Glioma
 Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit,
yaitu sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat
pada secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang
otak, serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh
tumor otak.
 Pilositik astrositoma,, yaitu non-infiltrating astrositoma,
berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat
semua dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum,
dan pada orang dewasa banyak terdapat pada Korteks
serebri.
 Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh
cepat, berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak
pada usia 45 –55 tahun. Prognosis buruk .
 Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding
ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa
terdapat pada semua umur, terutama pada anak-anak dan
dewasa.
 Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan
myelin untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum.
Tumbuh lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak
disekeliling. Sering terjadi pada usia pertengahan pada
dewasa tetapi bisa terdapat pada semua umur

18
2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi
pada penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf
yang primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah lahir,
kadang disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET). Sering
terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak terutama anak
laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun. Cenderung metastasis
relatif tinggi
3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena
tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya
meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan
gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 – 50 tahun
4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang
menghasilkan myelin yang melindungi saraf akustikus untuk
pendengaran. Banyak pada orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat
lebih banyak pada wanita daripada laki-laki
5) Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat
hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan
dapat menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat pada
anak-anak dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari
germ sel, sering disebut Germinoma
7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ
yang kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat
tumbuh cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan
sering tidak dapat diangkat

2. Tumor otak sekunder


 Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak

19
dan menyebabkan tumor otak
 Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal
tumor metastasis tersebut yang abnormal
 Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor,
umur, keadaan umum os, respon terhadap pengobatan sebelumnya

3.5 Stadium Tumor


Pembagian stadium tumor, menurut diferensiasi tumor yang tampak secara
mikroskopik :
Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir normal,
bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif
Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah
mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila diangkat
Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat timbul
kembali bila diangkat
Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada
mikroskop

3.6 Gejala
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-
angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan

20
volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan
produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa
jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal,
maka os mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK (Harsono, 1999).
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala,
muntah, papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala
klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False
lokalizing features)

1. Gejala Klinik Umum


Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau
akibat infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit
kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema,
mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih
progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal
depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang
sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya
hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior
atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal
dulu baru kemudian memberikan gejala umum.

Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah

21
ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala
ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri
alih ke oksiput dan leher.

Perubahan Status Mental


Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian,
perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala
umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal.
Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Palin sering
terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus
parietal dan temporal.

Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,
sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi.
Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya
kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan
dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.

22
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek
dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran
otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah
yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya
massa intrakranial.

2. Gejala Klinik Lokal


Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi
parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah
sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik
dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.

Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum
yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital
dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor
frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika
hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan
adanya tumor bulbus olfaktorius.

Tumor Lobus Temporalis


Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus
kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim,
perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial
kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan
sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama
tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi

23
traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia / quadrianopsia
inferior homonim kontralateral dan atau kejang sensoris.

Tumor Lobus Oksipital


Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia
homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai
dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna
atau pada bentuk geometri.

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal


Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga
menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan
hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel
sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks,
muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan
gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan
gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.

Tumor Batang Otak


Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek
lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas.
Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif
dan menimbulkan gejala-gejala umum.

Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan
gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo
dan nistagmus mungkin menonjol.

24
3.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang
teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan
oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah
diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang.
Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan
adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.

3.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada dalam
beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam tulang yang
disebabkan oleh sel tumor
2. Lumbal pungsi
3. EEG
4. Mielografi
5. Angiografi atau arteriografi
6. CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain)
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
8. PET (Position Emission Tomography)

3.9 Diagnosis Banding


Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan
tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang
progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di
atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal

25
berikut :
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
- Hipertensi intrakranial benigna
- Meningitis kronik

3.10 Terapi
Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran
tumor, umur os, keadaan umum os
- Metode terapi pada anak-anak berbeda dengan dewasa dan
disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap os
- Metode-metode terapi yaitu :
1. Operasi- Craniotomy
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
- Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :
1. Steroid untuk menghilangkan edema otak
2. Antikonvulsan untuk mencegah atau mengontrol kejang

OPERASI
Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak. Untuk
mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi. Jika mungkin tumor
diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat diangkat semua tanpa merusak
jaringan otak vital, maka akan diangkat tumor sebanyak-banyaknya.
Pengambilan sebagian tumor dapat menghilangkan gejala dengan mengurangi
tekanan pada otak dan mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan
dengan radioterapi atau kemoterapi.
Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan
biopsy untuk mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk

26
memutuskan terapi yang akan dilakukan, biasanya dilakukan Needle biopsy
dengan bantuan CT-Scan atau MRI untuk mengarahkan ke lokasi yang tepat.
Operator membuat lubang kecil di tulang tengkorak dan menuntun jarum ke
tumor, teknik ini disebut stereotaksis.

Radiosurgery stereotactic
Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor
otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya.
Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator
linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan
komplikasi pada os dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya
adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh
ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin
dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini
os dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya (Sylvia Anderson,
2006).

RADIOTERAPI
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin
kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga
dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan

27
tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia os.

Beberapa bentuk terapi radiasi:


Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama
beberapa minggu. Memberikan dosis total radiasi secara periodik
membantu melindungi jaringan sehat di daerah tumor.
Hyperfractionation: Os mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga
kali sehari, bukan jumlah yang lebih besar sekali sehari.

Efek samping dari radioterapi dapat meliputi perasaan lelah


berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan rambut, perubahan warna
kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit kepala dan kejang (gejala
nekrosis radiasi).

KEMOTERAPI
Kemoterapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus
intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus
yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain , yaitu bisa secara oral. Untuk
beberapa os dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya
melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi
wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer
larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel
kankernya.

28
3.11 Prognosis
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor, metastasis
atau tidak, umur os, keadaan umum os, seberapa banyak tumor mempengaruhi
aktivitas os.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Pada laporan kasus yang terjadi pada Tn. M dapat disimpulkan bahwa
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan sesuai dengan teori yang menjelaskan mengenai hemangioblastoma
atau tumor otak pada pasien, yakni ditemukannya nyeri pada kepalanya, nyeri
bersifat berdenyut dan kencang seperti mau pecah, pasien juga sempat sesaat
kemudian timbul kejang pada pasien. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri.
Pasien kejang sebanyak 7 kali dengan durasi 2 menit. Setiap setelah kejang
pasien tidak sadarkan diri, lalu disusul kejang berikutnya. Pada pemeriksaan
rangsang meningeal, didapatkan kaku kuduk (+), kemudian pemeriksaan
penunjang didapatkan jumlah leukosit meningkat, pada CT-Scan tanpa kontras
didapatkan kesan lesi isodens oval multiple di parietal sinistra disertai edema
disekitarnya dan dengan menggunakan kontras tampak lesi inhomogen bulat
oval. Gejala sakit kepala yang hebat pada penderita abses otak ini sering tidak
dapat diatasi hanya dngan pengobatan simptomatis saja. Hampir seluruh
penderita didapati keluhan sakit kepala. Kelemahan dalam kasus Tn. M adalah
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tidak ditampilkan secara
menyeluruh dalam laporan kasus.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in


Principles of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001.
Adams RD, Victor Maurice. Brain Abscess. In Principles of Neurology. 5th
ed. USA:McGraw-Hill Inc, 2002.
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC.
Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999.
Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis
Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000.
Malueka, RG, 2008, Radiologi Diagnostik, Yoyakarta : Pustaka Cendekia
Press.
Mardjono, M. Sidharta, P. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit
Dian RakyatJapardi Iskandar. Astrositoma : insidens dan pengobataan.
Jurnal Kedokteran Trisakti. No.3/Vol.22/September-desember 2003.
Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical
Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995.
Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
Rasad, S, 2011, Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Jakarta : Badan Penerbit
FKUI.
Robert H. A. Haslam. Brain Abscess. In Nelson Textbook of Pediatrics 17th
ed. USA: WB Saunders. 2004
Robins, Kumar, Cotran. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.

31

You might also like