Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesa
a. Keluhan utama : Nyeri Kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 Tahun yang lalu pasien mulai merasakan nyeri pada kepalanya.
Nyeri bersifat berdenyut dan kencang seperti mau pecah. Hal ini di awali
pertama kali saat pasien sedang mencangkul disawah, tiba-tiba nyeri kepala
muncul hingga membuat pasien terjatuh karena kesakitan. Pasien lalu
membeli obat di warung yang dikonsumsinya selama 4 hari. Nyeri kepala
berangsur-angsur membaik jika diminumi obat. Keluhan lain yang dirasakan
oleh pasien adalah batuk sudah 2 tahun ini. Batuk berdahak berwarna putih
kental, dan mengeluarkan dahak ± 2 sendok makan setiap kali batuk,
terkadang batuk sesekali disertai darah. ±2 minggu yang lalu pasien kembali
merasakan nyeri kepala yang dahsyat saat sedang bekerja sekitar pukul 9
pagi. Nyeri kepala tanpa muntah. Sesaat kemudian timbul kejang pada
2
pasien. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri hingga sore. Pasien kejang
sebanyak 7 kali dengan durasi 2 menit. Setiap setelah kejang pasien tidak
sadarkan diri, lalu disusul kejang berikutnya. Sore hari pada pukul 4 pasien
sadar kembali. Saat masuk RS pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
yang dirasakan semakin lama semakin memberat dalam 2 minggu ini. Nyeri
kepala disertai dengan muntah dengan frekuensi 2 kali, berisi makanan dan
air yang dimakan, tidak ada lendir, tidak ada darah, dan tidak berwarna
hijau. Muntah timbul pada saat pasien sedang berbaring dan terkesan
muncrat. Karena keadaan semakin memburuk, oleh keluarganya pasien di
bawa berobat ke RSUD Kota Semarang. Di rumah sakit, pasien masih
mengeluh nyeri kepala berdenyut. Muntah dirasakan sudah berkurang.
Demam (+), kejang (-), batuk (+) berdahak berwarna putih kental, nafsu
makan turun (+), perut sebah (+), sesak (+), BAB dan BAK dalam batas
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini
- Riwayat Hipertensi diakui sejak umur 35 tahun
- Riwayat Kejang diakui 2 minggu yang lalu
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami
sakit seperti ini
e. Riwayat Sosial :
3
2.3 Pemeriksaan Fisik
Vital sign :
1. Tekanan darah : 230 / 110 mmHg
2. Nadi : 113 x / menit, irama regular, isi cukup
3. Suhu : 37,6 ºC (aksila)
4. Frekuensi Nafas : 28 x / menit
Status generalis
- Kepala : Mesocephalic
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Palpebra simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis (-
/-), sklera ikterik (-/-),pupil bulat isokor Ø 2mm, reflek cahaya pupil (N)
- Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak
- Hidung : Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
- Tenggorokan : T 1-1, hiperemis (-/-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)
- Toraks
Inspeksi : Simetris, ada retraksi subkostal paru kiri
Palpasi : Stem fremitus kiri melemah
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan berkurang pada
paru kiri
Auskultasi : Vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Iktus Kordis tidak tampak
4
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke VI, 2 cm
kelateral linea mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar
Perkusi :
Batas Atas : ICS II linea parasternalis kiri
Batas Kanan : ICS VI linea sternalis kanan
Batas Kiri : ICS VI 2 cm ke lateral linea midclavicularis
kiri
Pinggang : ICS III linea parasternalis kiri
Auskultasi : Irreguler, Suara jantung murni, gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltic (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
- Ekstremitas
5
Status Neurologik
GCS 13 , E4V4M5
Pemeriksaan Rangsang Meningeal:
- Kaku kuduk ( + )
- Lasegue ( - )
- Kernig ( - )
- Brudzinski I/Brudzinski’s neck sign ( - )
- Brudzinski II/ Brudzinski’s contralateral leg sign ( - )
Nervus kranialis : dalam batas normal
Motorik:
- Kekuatan : 4
- Tonus : Normal
Sensorik: dalam batas normal
Refleks fisiologis: dalam batas normal
Refleks patologis: dalam batas normal
Otonom: retensio urin (-), inkotinensia alvi (-)
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu : 87 mg/dL (N)
Ureum : 50,2 mg/dL (↑↑)
6
Creatinin : 0,8 mg/dL (N)
Kolesterol Totral : 180 mg/dL (N)
Trigliserid : 106 mg/dL (N)
SGOT : 33 U/L (↑↑)
SGPT : 25 U/L (N)
Natrium : 142 mmol/L (N)
Kalium : 4,00 mmol/L (N)
Calsium : 1.17 mmol/L (N)
3. Pemeriksaan Radiologi
a. CT SCAN Tanpa Kontras (Tanggal 08 Juli 2013)
7
Interpretasi :
Cortical sulci, gyrii dan cisterna didaerah frontoparietal melebar
Tampak lesi isodens oval multiple di parietal sinistra disertai
edema disekitarnya
Sistem ventrikel tidak melebar
Tak tampak mid line shifting
Cerebellum dan batang otak baik
Kesan :
Lesi isodens oval multiple disertai edema disekitarnya, DD :
Abses cerebri/Metastase
8
b. Pemeriksaan CT SCAN Dengan Kontras (Tanggal Juli 2013)
Interpretasi :
Pada perikorteks lobus parietooccipital kiri : tampak lesi
inhomogen bulat oval (CT number 24-46 HU), batas tegas
tepi irreguler, ukuran 28x24,8x23 mm, tampak bagian
nekrotik, tak tampak kalsifikasi, tampak perifocal edema
bentuk finger like yang tidak begitu luas, pada post kontras
tampak slightly enhancement inhomogen (CT number 52
9
HU)
Sulcus kortikalis sekitar lesi tampak sempit
Sistem ventrikel dan sisterna baik
Pons dan Cerebellum baik
Tak tampak midline shifting
Kesan :
Massa bulat oval inhomogen pada perikorteks lobus
parietooccipital kiri dengan perilocal edema DD : abses
cerebri, tuberculoma, astrositoma, metastase (primer?)
Tak tampak perdarahan intrakranial
Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intrakaranial
Interpretasi :
Cor : Apeks bergeser ke laterocaudal
10
Elongatio dan kalsifikasi aorta
Pulmo : Corakan bronkovaskuler meningkat
Pada perihiler kiri tampak lesi opak tipis berbentuk
bulat oval tepi irreguler disertai spikulate sign, tak
tampak kalsifiasi
Diafragma dan sudut costophrenicus kanan normal, kiri
tertutup kesuraman
Kesan :
Kardiomegali
Elongatio dan kalsifikasi aorta
Pulmo : lesi opak tipis berbentuk bulat oval tepi
irreguler disertai spikulate sign pada perihiler kiri,
masih mungkin massa paru, curiga maligna, DD :
Round pneumoni.
2.5 Diagnosis
Tumor Otak
Diagnosis Banding:
- Tuberculoma
- Astrositoma
- Metastase Otak
2.6 Penatalaksanaan
A. MEDIAKAMENTOSA
- O2 kanul 2 liter per menit
- Pasang DC
11
- Infus RL 20 tetes per menit
- Injeksi Ceftriakson 2 x 2 gram iv
- Drip Ketorolac 2 x 1 amp
- Injeksi Dexamethason 2x 10 mg iv
- Injeksi Piracetam 3 x 1 gram iv
- Injeksi Ranitidin 3 x 1 ampul
- Peroral Fenitoin 2 x 200 mg
- Peroral Metronidazol 3 x 500 mg
B. NON MEDIKAMENTOSA
- Tirah baring
- Minum obat teratur
- Terapi nutrisi
Program :
Rujuk ke Spesialis Bedah Saraf untuk dilakukan tindakan pembedahan
2.7 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanactionam : dubia ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh
abnormal, di luar kendali. Terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor
otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah
(Dorlan. 2002).
3.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
13
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada subtansi karsinogen seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan (Harsono, 1999).
3.3 Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial).
3.4 Klasifikasi
14
- Tidak terdapat sel kanker
- Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang
- Batas tegas
- Bersifat menginvasi ke jaringan sekitar tapi tapi dapat menekan
daerah yang sensitif dari otak dan mengakibatkan gejala
- Bila terletak di daerah vital dari otak dan mengganggu fungsi vital
maka dapat dipikirkan suata malignasi
Klasifikasi tumor otak menurut WHO dibagi menjadi 9 kategori tumor otak
primer, yaitu :
15
Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :
1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
a) Hemisfer otak : Gliomaglioblastoma multiforme, astrositoma,
oligodendroglioma, meningioma, tumor metastasis
b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula pinealis,
kraniofaringioma
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah
tentorium serebelli dalam fossa Kranni Posterior.
Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
c) Ependimoma
d) Glioma batang otak
16
Myxopapillary and well differentiated ependimoma
Anaplastik ependimoma
Ependimoblastoma
Oligodendroglial tumor
Well differentiated oligodendroglioma
Anaplastik oligodendroglioma
Mixed tumor
Mixed astrositoma-ependimoma
Mixed astrositoma-oligodendroglioma
Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
Meduloblastoma
2. Non-glial tumor
Pineal parenkim tumor
Pineostioma
Pineoblastoma
Astrositoma
Germ tumor
Germinoma
Embrional karsinoma
Teratoma
Craniopharingioma
Meningioma
Meningioma
Maligna meningioma
Choroid plexus tumor
Choroid plexus papiloma
Anaplastik choroids plexus papilloma
17
Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu
1. Tumor otak primer
- Tumor yang berasal dari jaringan otak
- Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :
1) Glioma
Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit,
yaitu sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat
pada secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang
otak, serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh
tumor otak.
Pilositik astrositoma,, yaitu non-infiltrating astrositoma,
berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat
semua dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum,
dan pada orang dewasa banyak terdapat pada Korteks
serebri.
Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh
cepat, berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak
pada usia 45 –55 tahun. Prognosis buruk .
Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding
ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa
terdapat pada semua umur, terutama pada anak-anak dan
dewasa.
Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan
myelin untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum.
Tumbuh lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak
disekeliling. Sering terjadi pada usia pertengahan pada
dewasa tetapi bisa terdapat pada semua umur
18
2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi
pada penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf
yang primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah lahir,
kadang disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET). Sering
terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak terutama anak
laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun. Cenderung metastasis
relatif tinggi
3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena
tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya
meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan
gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 – 50 tahun
4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang
menghasilkan myelin yang melindungi saraf akustikus untuk
pendengaran. Banyak pada orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat
lebih banyak pada wanita daripada laki-laki
5) Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat
hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan
dapat menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat pada
anak-anak dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari
germ sel, sering disebut Germinoma
7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ
yang kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat
tumbuh cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan
sering tidak dapat diangkat
19
dan menyebabkan tumor otak
Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal
tumor metastasis tersebut yang abnormal
Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor,
umur, keadaan umum os, respon terhadap pengobatan sebelumnya
3.6 Gejala
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-
angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan
20
volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan
produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa
jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal,
maka os mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK (Harsono, 1999).
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala,
muntah, papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala
klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False
lokalizing features)
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah
21
ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala
ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri
alih ke oksiput dan leher.
Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat
seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Palin sering
terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus
parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,
sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi.
Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya
kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan
dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.
22
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek
dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran
otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah
yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya
massa intrakranial.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum
yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital
dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor
frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika
hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan
adanya tumor bulbus olfaktorius.
23
traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia / quadrianopsia
inferior homonim kontralateral dan atau kejang sensoris.
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan
gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo
dan nistagmus mungkin menonjol.
24
3.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang
teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan
oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah
diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang.
Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan
adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
1. Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada dalam
beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam tulang yang
disebabkan oleh sel tumor
2. Lumbal pungsi
3. EEG
4. Mielografi
5. Angiografi atau arteriografi
6. CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain)
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
8. PET (Position Emission Tomography)
25
berikut :
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
- Hipertensi intrakranial benigna
- Meningitis kronik
3.10 Terapi
Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran
tumor, umur os, keadaan umum os
- Metode terapi pada anak-anak berbeda dengan dewasa dan
disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap os
- Metode-metode terapi yaitu :
1. Operasi- Craniotomy
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
- Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :
1. Steroid untuk menghilangkan edema otak
2. Antikonvulsan untuk mencegah atau mengontrol kejang
OPERASI
Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak. Untuk
mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi. Jika mungkin tumor
diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat diangkat semua tanpa merusak
jaringan otak vital, maka akan diangkat tumor sebanyak-banyaknya.
Pengambilan sebagian tumor dapat menghilangkan gejala dengan mengurangi
tekanan pada otak dan mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan
dengan radioterapi atau kemoterapi.
Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan
biopsy untuk mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk
26
memutuskan terapi yang akan dilakukan, biasanya dilakukan Needle biopsy
dengan bantuan CT-Scan atau MRI untuk mengarahkan ke lokasi yang tepat.
Operator membuat lubang kecil di tulang tengkorak dan menuntun jarum ke
tumor, teknik ini disebut stereotaksis.
Radiosurgery stereotactic
Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor
otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya.
Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator
linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan
komplikasi pada os dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya
adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh
ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin
dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini
os dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya (Sylvia Anderson,
2006).
RADIOTERAPI
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin
kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga
dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan
27
tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia os.
KEMOTERAPI
Kemoterapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus
intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus
yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain , yaitu bisa secara oral. Untuk
beberapa os dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya
melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi
wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer
larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel
kankernya.
28
3.11 Prognosis
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor, metastasis
atau tidak, umur os, keadaan umum os, seberapa banyak tumor mempengaruhi
aktivitas os.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pada laporan kasus yang terjadi pada Tn. M dapat disimpulkan bahwa
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan sesuai dengan teori yang menjelaskan mengenai hemangioblastoma
atau tumor otak pada pasien, yakni ditemukannya nyeri pada kepalanya, nyeri
bersifat berdenyut dan kencang seperti mau pecah, pasien juga sempat sesaat
kemudian timbul kejang pada pasien. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri.
Pasien kejang sebanyak 7 kali dengan durasi 2 menit. Setiap setelah kejang
pasien tidak sadarkan diri, lalu disusul kejang berikutnya. Pada pemeriksaan
rangsang meningeal, didapatkan kaku kuduk (+), kemudian pemeriksaan
penunjang didapatkan jumlah leukosit meningkat, pada CT-Scan tanpa kontras
didapatkan kesan lesi isodens oval multiple di parietal sinistra disertai edema
disekitarnya dan dengan menggunakan kontras tampak lesi inhomogen bulat
oval. Gejala sakit kepala yang hebat pada penderita abses otak ini sering tidak
dapat diatasi hanya dngan pengobatan simptomatis saja. Hampir seluruh
penderita didapati keluhan sakit kepala. Kelemahan dalam kasus Tn. M adalah
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tidak ditampilkan secara
menyeluruh dalam laporan kasus.
30
DAFTAR PUSTAKA
31