Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Skripsi
Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh
JUNIATI
A1N1 15 080
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleo.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang dimulai dari
tahap penelitian hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah berperan
Sejarah.
iv
6. Kepala Desa Bira beserta perangkatnya yang telah memberikan izin
7. Segenap masyarakat Desa Bira yang menjadi informan maupun tidak yang
8. Ucapan terima kasih yang paling utama kepada ibuku tercinta Wa Ila dan
ayahku tersayang La Opi Hafid dan adik-adikku Bahrun dan Ecarlin yang
perhatian, kasih sayang dan banyak memberikan dorongan serta jaminan baik
9. Sahabat dan rekan-rekan yang selama ini telah banyak memberikan masukan
serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama bagi Ahmad
Aries Azhar yang selalu membantu dan mengantar untuk mencari informasi,
yang selalu bersedia jika dimintai bantuan meskipun panas terik, hujan, dan
Marwan, Anggi Puspita, Sukma Nensih, Sitti Fera, yang telah bersama-sama
sejak masuk kuliah dan telah banyak melewati suka duka bersama selama
datang menghampiri.
10. Teman-teman penulis antara lain Selfi, Intan, Farsianti, Winda, Hera, La
Ongka, Alwin, Lihayati, Elisa yang telah banyak mengukir kisah bersama,
yang banyak mengundang gelak tawa dengan suara yang keras, terdengar
hingga jarak yang jauh dan mengganggu orang lain. Bersama kalian bagaikan
v
obat penawar masalah karena kalian selalu memiliki cara untuk membuat
bibir tidak berhenti tersenyum, selalu ada saja pembicaraan ringan yang
tidak pernah tersinggung dengan hal itu karena sudah dianggap biasa. Kita
bukanlah hitam tanpa titik terang, bukan pula putih tanpa noda dan bukan
abu-abu yang samar, namun kita adalah pelangi yang penuh warna, berbeda,
bersatu menghasilkan sesuatu yang indah. Terima kasih kepada kalian semua
Sejarah khususnya angkatan 2015 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis. Senior-senior serta para adik-adik angkatan 2016, dan 2017
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Amin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
vii
C. Keadaan Sosial Budaya ......................................................................... 37
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 60
B. Saran-Saran ............................................................................................ 61
C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sejarah di Sekolah 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan ciri penting dari masyarakat Minangkabau. Namun saat ini budaya
hidup dari beberapa orang. Ada yang kembali ke daerah asal dengan memberikan
manfaat ada pula yang enggan pulang karena terlanjur cinta tanah rantau.
lain, dengan maksud mencari tempat tinggal, pekerjaan bahkan pasangan hidup.
Banyak orang dari daerah-daerah terpencil merantau ke pusat kota. Sangat banyak
faktor pendorong orang untuk melakukan perantauan tetapi tanpa dibekali oleh
kemampuan dan pengetahuan sehingga terkadang mereka tidak tahu harus kerja
apa.
tempat. Tujuan merantau berbeda-beda, salah satu yang terpenting adalah untuk
menentukan apa yang ingin dicari dan apa yang didapat selama merantau.
untuk menarik lebih banyak lagi orang untuk memperbaiki diri dan hidupnya
melalui merantau.
nanti bisa menikmati hasil jerih payah selama merantau. Jika salah seorang
menemukan hal-hal baru yang mungkin tidak ditemukan di daerah asal. Baik itu
dari segi ekonomi, sosial budaya, pendidikan maupun watak orang-orang dari
daerah tempat merantau. Perantau akan belajar mengerti mereka seperti apa,
bagaimana cara berbicara dan bergaul dengan mereka agar tidak tersinggung.
3
Merantau bisa dilihat sebagai migrasi yang mengikuti kecenderungan sosial dan
daya yang cukup baik dibidang pertanian, kelautan, kerajinan rakyat, kehutanan
maupun potensi lainnya. Jika keseluruhan potensi ekonomi tersebut diolah secara
secara turun-temurun dari para leluhurnya. Jiwa perantau adalah suatu bentuk
faktor lain yang mendorong masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
pergi merantau adalah adanya keinginan untuk mendapatkan uang dalam waktu
anggota-anggotanya yang belum bekerja atau tidak bekerja yaitu mereka yang
dibawah umur atau yang telah berusia lanjut. Masyarakat pengangguran akan
menambah anggota barisan kelompok yang tidak bekerja padahal mereka juga
4
Makin besar jumlah penduduk yang tergolong tak bekerja atau belum bekerja,
maka makin berat tanggungan yang dibebankan pada kelompok usia kerja.
perantauan berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai kuli bangunan, tukang ojek,
pedagang, pendulang emas, penyelam timah, pelayan di warung makan, dan lain
hasil laut yang melimpah, namun sejak dahulu telah melakukan perantauan dan
jumlah perantau cukup tinggi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti
1. Rumusan Masalah
merantau?
merantau?
perantauan?
5
Utara?
2. Batasan Masalah
sampai dengan 2017. Penulis memfokuskan tahun 1974 karena pada tahun
Sedangkan penulis membatasi temporal tahun 2017 karena pada tahun ini
b. Batasan spasial, yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Bira
merantau
merantau.
Utara.
C. Tujuan Penelitian
Utara merantau.
Utara merantau.
4. Untuk menjelaskan berbagai profesi yang digeluti oleh masyarakat Desa Bira
D. Manfaat Penelitian
merantau.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Sejarah
Sejarah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu “syajaratun” yang
Indonesia. Sedangkan sejarah dalam bahasa Inggris disebut “history” yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu “historia” yang berarti inquiri, wawancara, interogasi
dari seorang saksi mata dan juga laporan mengenai tindakan-tindakan. Sejarah
Sebagai ilmu, para filsuf, sejarawan serta ilmuan sosial lain telah
terjadi, yang meliputi realitas dan sebab akibatnya (Hapsari, 2013: 7).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa sejarah
adalah suatu peristiwa masa lalu yang dialami oleh manusia, dimana didalamnya
terdapat dimensi waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa. Sejarah juga berarti
kajian atau penelitian yang sistematis dari peristiwa itu, dengan kata lain sejarah
sebagai ilmu yang mempelajari berbagai peristiwa atau kejadian penting dalam
Menurut Kartodirdjo (2017: 16) pengertian sejarah dapat dilihat dari dua
sudut pandang, yakni secara subjektif dan secara objektif. Sejarah dalam arti
subjektif adalah suatu konstruksi atau suatu bangunan yang disusun oleh
sejarawan sebagai suatu cerita tentang suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada
masa lampau. Dalam hal ini, sejarah tidak bisa tidak merupakan hasil interpretasi
yang diperoleh sejarawan secara objektif. Sisi subjektif seperti inilah yang
memungkinkan adanya tafsiran yang berbeda antara sejarawan yang satu dengan
mempunyai makna sosial, dan sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang tertentu,
satu-satunya, dan terperinci (Kuntowijoyo, 2013: 10). Sejalan dengan hal itu,
mempelajari sejarah dan apa yang telah dibuat, dipikirkan, diharapkan, bahkan
9
imajinasi manusia.
manifestasi dari pikiran, perasaan, dan perbuatannya pada masa lalu. Dengan
demikian, manusia menjadi faktor dan pemegang peran utama dalam sejarah.
adanya tenaga dan kemauan yang ada di dalam dirinya, manusia juga ditentukan
yang telah terjadi dalam kehidupan manusia yang berkaitan dalam kehidupan
penting. Peristiwa yang abadi adalah peristiwa sejarah yang tidak berubah-ubah
dan tetap dikenang sepanjang masa. Peristiwa yang unik adalah peristiwa sejarah
yang hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua
kalinya. Sementara peristiwa yang bersifat penting adalah peristiwa sejarah yang
mengungkap secara objektif. Hasil akhir yang diharapkan ialah kecocokan antara
B. Konsep Merantau
khusus dari migrasi yang memiliki konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Barat lainnya. Dari sudut
Sosiologi, merantau adalah istilah yang mengandung enam unsur pokok (1)
meninggalkan kampung halaman, (2) dengan kemauan sendiri, (3) untuk jangka
waktu lama atau tidak, (4) dengan tujuan untuk mencari kehidupan, menuntut
ilmu atau mencari pengalaman, (5) biasanya dengan maksud kembali pulang, dan
(6) merantau adalah lembaga sosial yang membudaya (Naim, 2013: 3).
lama dengan sukarela dengan tujuan mencari nafkah atau pengetahuan serta
mengusahakan kembali pada hari raya Islam. Penyebab merantau dan efek dari
merantau pada masyarakat Pidie ditemukan tiga tipe merantau yaitu: musiman,
tidak musiman dan tetap. Selama di perantauan mereka menabung untuk dibawa
di kampung halaman. Setelah sekian lama merantau orang Pidie yang kembali ke
daerah asal merubah penampilan, pakaian, gerakan, ayunan tangan, maupun cara
kampung halaman tanpa perintah atau anjuran siapapun dengan tujuan mereka
masing-masing.
11
diantaranya yaitu:
melintasi batas jarak yang cukup jauh dengan ukuran besar dengan maksud
meninggalkan tempat tinggal semula menuju tempat tinggal yang baru yang kira-
kira permanen.
untuk berpindah menjadi lebih terasa bila keadaan ekonomi di kampung tidak lagi
tingkah laku yang acak sifatnya yang hanya dimiliki oleh individu tertentu atau
strata sosial tertentu saja, merantau merupakan bentuk tingkah laku sosial yang
ditransmisi, tetapi trasmisi budaya tetap bekerja secara dua arah, melalui
perbuatan merantau maka budaya tempat asal disuplai, diperkuat dan ditantang
mereka hidup di masyarakat yang mereka datangi. Ini karena ajaran adat dan
untuk terus berdiam diri di tempat rantauan. Merantau bukanlah suatu keharusan
bahwa tujuan merantau adalah untuk pindah secara permanen atau meninggalkan
“membuat kampung halaman yang semula, sebagai tempat yang baik untuk
juga menjadi ajang pembuktian diri seseorang. Dengan berhasil merantau, maka
Dan hal ini menjadi prestise tersendiri bagi seorang perantau. Keberanian untuk
merantau adalah hal yang sangat penting untuk diasah. Ketika seseorang berani
untuk keluar dari zona nyamannya dan mencoba berjuang untuk mencapai
kesuksesan hidup di perantauan, maka ia telah mendapat satu nilai lebih baik dari
tempat melatih diri dalam hal kesabaran, ketabahan, dan kerja keras agar dapat
berhasil. Menyesuaikan diri dengan kondisi tempat rantau merupakan hal penting
merantau dalam pengertian pergi melintas batas wilayah secara teritorial dan
13
budaya dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, pengetahuan, dan
pertimbangan ekonomi yang rasional mereka merantau karena didorong oleh dua
di daerah asalnya. Sementara itu kondisi geografis daerah asal juga tidak
telah lama dikenal dalam perjalanan sejarah manusia. Seseorang terdorong untuk
mereka pada umumnya terdapat motivasi ekonomi yang intrinsik pada pengertian
merantau. Tujuan dari aktivitas merantau ini lebih banyak didominasi untuk
pergi ke kota yang memiliki pertumbuhan dan fasilitas yang memadai. Pada
ekonomi keluarga dan keterbatasan lapangan kerja yang ada di daerah asalnya.
Oleh karena itu, apa yang diperoleh di perantauan lebih banyak dimanfaatkan
dari para perantau mempunyai dampak positif bagi rumah tangga pedesaan dan
ekonomi pedesaan.
daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan tiap individu
mempunyai kebutuhan yang berbeda, maka penilaian terhadap daerah asal dari
penduduk keluar melewati batas administrasi desa asal pada waktu tertentu untuk
mereka pada strata yang terpandang. Bagi Indonesia yang memiliki wilayah
kepulauan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, merantau menjadi hal
yang sangat mungkin untuk dilakukan. Kegiatan merantau yang ada dilatar
15
belakangi beberapa hal, diantaranya adanya faktor pendorong dan juga faktor
penarik. Faktor pendorong ini berasal dari apa yang terdapat di daerah asal.
ekonomi, dimana potensi yang ada (pertanian dan perikanan tangkap) tidak begitu
itu, merantau dengan tujuan ekonomis merupakan salah satu upaya untuk
akan mendapat penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik sehingga mampu
mencukupi kebutuhan keluarga. Faktor penarik ini berasal dari daerah tujuan
utama dari kegiatan rantau adalah terdapatnya pekerjaan yang lebih memadai
dengan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan gaji di daerah asal.
berupa lapangan kerja, upah yang lebih tinggi, selingan dan bermacam-macam
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Lee (1996: 67) bahwa
ada 4 faktor yang menyebabkan orang meninggalkan daerah asalnya, yaitu: (1)
terjadinya perubahan penduduk yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor
16
penarik (pull factor). Faktor pendorong disebabkan oleh faktor ekonomi, politik
Pada setiap daerah asal atau daerah tujuan, terdapat sejumlah motif positif
yang menahan orang untuk tetap tinggal di daerah itu dan menarik orang luar
untuk melakukan perpindahan di daerah itu serta terdapat sejumlah motif negatif
yang mendorong orang untuk pindah ke daerah tersebut. Dalam sejarah proses
perpindahan penduduk dikenal berbagai motif dan coraknya atau ada beberapa
faktor yang menyebabkan penduduk itu melakukan perpindahan dari suatu tempat
adaptasi fisik dan sosial budaya manusia dalam jangka waktu yang lama.
kampung halamannya dalam bentuk uang atau barang (sumbangan) yang dalam
merupakan bukti dari para perantau bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dan keluarga.
zaman adanya manusia. Oleh sebab itu, mereka selalu berusaha untuk mengetahui
waktu yang selanjutnya mereka berusaha kembali lagi ke daerah asalnya. Gerak
macam, umpamanya musim kemarau yang hebat, yang memaksa suatu bangsa
pindah ke daerah lain, dimana timbul lagi kesulitan-kesulitan yang lain, termasuk
Penyebab utama orang merantau karena didorong oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor penarik baik dari daerah asal maupun dari daerah
tujuan, dimana kedua faktor tersebut bersumber dari faktor ekonomi, sosial
guna menjamin kelangsungan hidup baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam
karena pada dasarnya manusia selalu ingin mendapatkan yang lebih baik termasuk
kehidupan.
18
C. Konsep Masyarakat
golongan, baik golongan mampu maupun tidak mampu yang menempati suatu
wilayah.
manusia lain sehingga hal ini yang menjadi alasan terbentuknya kelompok
Keterbiasaan ini adalah sebuah cikal bakal bagi tradisi yang akan terbentuk serta
menjadi sebuah kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan sosial yang dipegang erat
dan diyakini oleh sebuah kelompok masyarakat. Menurut Soekanto (2007: 23)
manusia senantiasa memiliki naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan
manusia tidak akan mungkin hidup sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti
akan mati. Manusia yang dikurung sendirian disuatu ruangan tertutup, pasti akan
akan mati.
kata masyarakat merupakan istilah dari serapan bahasa Arab yaitu “Syarakat”
yang berarti ikut berpartisipasi dan dalam bahasa Inggris kata masyarakat disebut
adalah pergaulan hidup yang akrab antara manusia yang dipersatukan dengan
senantiasa mengadakan pergaulan secara dinamis antara satu dengan yang lainnya
kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus
dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Soekanto, 1981: 89).
berkembang pada suatu masyarakat. Rumusan yang lebih jelas dikemukakan oleh
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus
menerus dan terikat sebagai suatu identitas bersama. Untuk memberi penjelasan
sistem adat istiadat tertentu yang terus diberlakukan untuk mengikat identitas
masyarakat. Masyarakat sebagai “comunity” dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yang dimaksud, yakni suatu wadah dan wilayah dari sekelompok orang yang
timbul akibat pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, masyarakat
dipandang sebagai unsur yang dinamis dalam arti hubungan antara manusia yang
individu lain yang saling berinteraksi satu sama lain serta membentuk suatu
membuat masyarakat saling mengenal dan saling mempengaruhi satu sama lain
D. Penelitian Relevan
ke Balikpapan mulai terjadi sejak tahun 1961 karena adanya keinginan untuk
baik untuk kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga. Selain motif ekonomi
keadaan fisik daerah Mawasangka menjadi pemicu dalam melakukan migrasi atau
dipandang dari segi ekonomi, pendidikan dan sosial lebih berkembang dibanding
Mawasangka mulai terjadi sejak tahun 1961 yang didorong oleh beberapa faktor,
yakni faktor geografis, faktor ekonomi, faktor sosial, faktor budaya maupun faktor
Malaysia mulai terjadi sejak tahun 1982 karena ajakan dari orang Talaga. Di
samping itu juga karena adanya keinginan untuk mencari kehidupan baru yang
Malaysia pertama kali dilakukan oleh 8 orang yakni mereka yang menggunakan
perahu layar dengan tujuan ke Kepulauan Riau untuk membawa barang dagangan.
peningkatan walaupun sedikit jumlahnya sekitar 20-an, namun sejak tahun 1982-
2002 sudah dapat dikatakan cukup banyak jumlahnya. Di samping itu orang
22
yang masih banyak membutuhkan tenaga kerja yang tidak didasari oleh syarat-
syarat khusus seperti ijazah, keterampilan khusus dan surat pengalaman kerja.
Maka dari itu orang Kaimbulawa Siompu dengan mudah dan cepat menjadikan
salah satu negara industri yang telah maju di wilayah Asia Tenggara sehingga
banyak membutuhkan tenaga kerja, selain itu Malaysia adalah salah satu negara
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Pappa (1991: 97) yang
yang dialami di daerahnya. Pada dasarnya para migran belum memiliki pekerjaan
Sulvan (2016: 52) juga telah melakukan penelitian tentang Migrasi Orang
kehidupan yang nyaman. Selain itu juga karena faktor ekonomi yaitu tuntutan
kecenderungan untuk hidup aman dan tentram sehingga dengan terjadinya gejolak
mencari daerah baru yang tergolong aman karena keadaan daerah Roko-Roko
pada saat itu sangat aman. Faktor penarik untuk migrasi ke Desa Roko-Roko yaitu
letaknya sangat dekat dengan Pulau Buton Utara juga wilayah ini memiliki
potensi alam yang menguntungkan yaitu tanahnya subur serta ketersediaan air dan
kebutuhan pokok sangat cukup. Proses migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-
Roko terjadi secara bertahap dan berkelompok pada tahun 1956 sampai 1960
tergolong sangat memprihatinkan. Disebabkan situasi dan kondisi yang serba sulit
pada saat itu, berkat kerja keras mereka akhirnya kondisi ekonomi mereka
daerahnya dan adanya keinginan untuk mencari kehidupan baru yang dapat
perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah asalnya. Selain itu juga
karena faktor keamanan yang merupakan faktor utama karena setiap manusia
mulai resah dan mencari daerah yang baru yang tergolong aman sehingga
BAB III
METODE PENELITIAN
strukturis yang menjelaskan peristiwa dan struktur masa lampau dalam tenggang
peristiwa dan domain struktur sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
di sini bisa berupa norma, peran, interaksi yang muncul dari tindakan dan
1. Sumber lisan, yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan atau hasil
2. Sumber tertulis, yaitu data yang diperoleh dalam arsip, buku, dan skripsi serta
3. Sumber visual, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan berupa tinjauan
langsung di lapangan terhadap obyek penelitian yang nampak secara fisik atau
D. Prosedur Penelitian
metode sejarah sesuai pendapat Sjamsuddin (2007: 85) yang terdiri dari tiga
1. Heuristik
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
akan diteliti.
yang diteliti dengan menggunakan alat perekam sehingga dapat diperoleh data
d. Studi dokumen, yakni teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan dengan beberapa dokumen, arsip, atau laporan penelitian yang ada
2. Kritik Sumber
Pada tahap ini, dilakukan verifikasi terhadap sumber data yang telah
yang telah terkumpul tersebut, maka dilakukan analisis kritik sejarah, baik kritik
a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal yaitu kritik yang dilakukan untuk menilai otentitas sumber
data yang dihadapkan dan dianalisis terhadap sumber data dengan cara meneliti
28
sifat-sifat luarnya sehingga diperoleh data yang lebih akurat. Menurut Sjamsuddin
(2007: 105) bahwa kritik eksternal adalah suatu penelitian atas asal-usul dari
informasi dan untuk mendeskripsikan apakah pada suatu waktu sejak asal
mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Yang
dilakukan untuk menilai otentititas sumber data yang didapatkan dalam hal ini
dilakukan analisis terhadap bentuk luar dari sumber data tersebut dengan
2) Apakah dengan satu cara atau cara lain kesaksian telah diubah?
itu?
5) Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita
b. Kritik Internal
disarankan oleh istilahnya menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber.
Kritik ini merupakan kelanjutan dari kritik ekstern yang bertujuan untuk lebih
kredibilitas isi dari suatu sumber yang dilakukan dengan cara membandingkan
antara bukti-bukti yang satu dengan bukti yang lain melalui hasil pengamatan,
3. Historiografi
sejarah dalam bentuk karya tulis ilmiah secara sistematis berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh, serta lolos dari kritik dan interpretasi sehingga menjadi
kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga didapatkan satu fakta sejarah
dan sistematis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
30
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
letak, batas maupun luas wilayah tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Polak (1985: 54) bahwa keadaan geografis meliputi tanah dan kekayaan, bagian
kosmos seperti gerak sinar dan sebagainya termasuk iklim, musim atau proses
geofisik banjir, gempa bumi, taufan dengan kata lain bukan sebagai suatu
pengaruh manusia.
atau penulisan sejarah sangatlah penting karena menyangkut tempat dan ruang
atau panggung tempat orang melakukan lakon. Oleh karena itu, pentingnya
geografi tanpa sejarah bagaikan jerangkong tanpa gerak, sedangkan sejarah tanpa
aspek ruang yang menjadi panggung atau tempat terjadinya peristiwa sejarah dan
1. Letak Geografis
arah Timur dari Ibukota Kecamatan Kulisusu Utara. Desa Bira Kecamatan
31
Kulisusu Utara memiliki luas wilayah kurang lebih 10.800 km2. Batas-batas
2. Iklim
lainnya di wilayah Indonesia yang memiliki 2 iklim yakni musim kemarau dan
musim penghujan. Musim hujan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret
dan musim kemarau pada bulan April sampai September. Hal tersebut
berpengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Bira Kecamatan
Kulisusu Utara.
B. Keadaan Demografis
termasuk soal kelahiran, kematian, dan penggolongan menurut umur gerak berupa
migrasi. Mengingat banyaknya hal yang diungkap dalam demografi maka peneliti
1. Jumlah Penduduk
jiwa, dengan 384 KK yang tersebar dalam 2 Dusun dengan jumlah RTM=168 KK,
Menurut Dusun
Sesuai dengan data statistik tersebut yang diperoleh dari kantor Desa Bira
Kecamatan Kulisusu Utara dapat dilihat bahwa komposisi antara penduduk laki-
laki dan penduduk perempuan ternyata jumlah penduduk perempuan lebih sedikit
daripada jumlah penduduk laki-laki. Namun hal ini bukan merupakan suatu
masalah bagi pemerintah desa khususnya dan bagi kehidupan masyarakat pada
umumnya. Dusun I memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak daripada Dusun
33
II yakni 385 orang dengan 257 KK sedangkan pada Dusun II hanya berjumlah
2. Pendidikan
sumber daya manusia (SDM) serta kualitas intelektual masyarakat yang mendiami
daerah tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
wilayah dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kualitas sumber daya
penduduk yang berpendidikan tinggi maka dapat diduga bahwa kualitas sumber
daya manusia di wilayah tersebut tergolong baik, demikian juga sebaliknya jika
jumlah penduduk yang berpendidikan rendah lebih besar maka kualitas sumber
menggambarkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Desa Bira
Kecamatan Kulisusu Utara tergolong kurang baik. Hal ini terlihat dari besarnya
jumlah penduduk Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yang tidak menempuh
Utara
Kulisusu Utara banyak yang tidak mengenyam pendidikan atau buta huruf sangat
tinggi yaitu sebanyak 285 orang, menyusul jumlah penduduk yang menamatkan
pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 224 orang namun kebanyakan dari mereka
hanya ikut paket A atau ujian persamaan. Sedangkan jumlah penduduk yang
tahun juga rendah yaitu 133 orang. Untuk penduduk yang berpendidikan SLTA
berjumlah 105 orang lebih rendah dari penduduk yang menamatkan pendidikan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi jumlah penduduk yang sarjana merupakan
jumlah yang paling sedikit yaitu 28 orang. Kondisi tersebut menunjukan bahwa
tingkat pendidikan masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara masih sangat
sangat rendah.
seperti kondisi ekonomi rumah tangga yang kurang mampu. Masalah ekonomi
jenjang yang lebih tinggi. Keinginan seorang anak untuk melanjutkan pendidikan
jenjang yang lebih tinggi tetapi anaknya tidak mau melanjutkan pendidikan dan
lebih memilih untuk pergi merantau karena terpengaruh oleh uang dan ajakan
teman-temannya yang telah menghasilkan uang sendiri dari hasil merantau. Selain
itu, masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara harus menempuh jarak yang
jauh atau keluar daerah untuk dapat melanjutkan pendidikan yang disebabkan oleh
SMP dan SMA dibeberapa daerah seperti Labuan, Wa Ode Buri, Ereke, Baubau,
Raha ataupun Kendari. Oleh karena lokasi sekolah yang jauh, banyak anak-anak
yang tidak ingin berpisah dari orang tuanya dan harus tinggal di rumah orang atau
keluarga dekat. Sekolah SMP dan SMA di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
3. Mata Pencaharian
terkadang terjadi apabila seorang individu sudah tidak nyaman dengan profesi
yang digelutinya, baik yang muncul dari idenya sendiri atau karena melihat
lebih besar.
pencaharian sebagai petani dan nelayan. Sumber daya alam yang banyak maka
tidak mengherankan jika banyak penduduk yang membuka lahan bertani. Namun
36
selain nelayan dan bertani mereka juga melakukan perantauan. Hal ini disebabkan
masyarakat berfikir untuk memilih mata pencaharian yang lebih baik dan lebih
bisa memenuhi kebutuhan hidup. Para perantau rata-rata memiliki lahan yang
digarap yang dibuka sebelum pergi merantau yang menjadi tugas istri untuk
bekerja di luar rumah dengan berkebun, dan hal tersebut didorong oleh faktor
(kebutuhan dan keinginan) hidupnya. Di sisi lain juga terlihat bahwa apapun
profesi dan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang tujuannya tidak akan
terlepas dari pemenuhan kebutuhan hidup, baik sekarang maupun yang akan
datang, baik untuk keperluan sendiri maupun sampai turunan generasi mendatang.
Banyaknya tuntutan hidup membuat seorang individu akan bekerja keras untuk
ditanam, seperti jambu mete, coklat, kelapa, cengkeh, dan jati. Tanaman jangka
panjang berupa jambu mete merupakan komoditas utama yang ada di daerah ini.
37
umbian (ubi kayu, ubi jalar dan keladi). Selain beras, jenis tanaman tersebut
yang menanam lombok yang merupakan tanaman paling banyak ditanam saat ini.
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara berbeda-beda, yaitu ada yang
bekerja sebagai petani, nelayan, pedagang, peternak, pedagang, tukang dan PNS.
Dari tabel di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa petani merupakan mata
Kulisusu Utara sebanyak 203 orang kemudian merantau sebanyak 90 orang yang
merupakan mata pencaharian yang banyak digeluti oleh masyarakat Desa Bira
dan pedagang 21 orang. Selain itu ada juga pekerjaan lain yang digeluti oleh
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yaitu sebagai peternak sebanyak
Utara yang bekerja sebagai PNS sebanyak 7 orang yang merupakan pekerjaan
kebiasaan atau berbagai macam tingkah laku atau dengan kata lain adat istiadat
dengan alam sekitarnya. Agama dan kepercayaan merupakan suatu hal yang
penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan. Agama menjadi pengarah hidup
keagamaan dapat dikatakan homogen dengan kata lain penduduk di Desa Bira
Kecamatan Kulisusu Utara secara formal beragama Islam, namun masih banyak
dianut masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara dalam kehidupan sehari-
hari, seperti melakukan pengobatan penyakit melalui dukun kampung dan ketika
39
Hari Raya Islam masih melakukan haroa yang dipimpin oleh tokoh agama atau
dunia tidak lepas dari masyarakat (orang-orang yang masih hidup) dan masih
hari sampai dengan seratus hari atas meninggalnya seseorang) serta ritual yang
berkaitan dengan permohonan pada roh-roh nenek moyang dan sebagainya yang
dengan kasat mata. Atas kepercayaan itu, maka selalu dilakukan pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Penyembahan semacam ini masih tetap dilakukan
dengan alasan untuk menghubungkan dirinya dengan para leluhur agar tidak
yang sudah berkeluarga maka laki-laki yang meninggalkan istri dan anaknya
merantau akan menyimpan beberapa helai rambut di bawah bantal anaknya. Hal
ini berlaku apabila yang memiliki anak kecil atau masih bayi agar bayinya tidak
merindukan ayahnya dan tidak sering menangis. Bagi istri yang ditinggal
rumahnya, tidak membuang air panas, dan tidak mengutang selama 3 sampai 4
hari kepergian suaminya dengan maksud agar suaminya tidak terbebani dan
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara hingga hari ini yaitu upacara-
40
upacara tradisional pada waktu membuka hutan untuk berkebun atau pada waktu
memulai musim tanam. Ketika menebang pohon beringin maka akan dilakukan
ritual untuk meminta izin kepada penunggu pohon dan akan dipilihkan pohon lain
serta ketika berkomunikasi dengan pendatang yang berasal dari luar Desa Bira
menganut dua pola sistem pengetahuan dalam pola tradisional nonformal dan
tradisional non formal yang berlaku adalah sistem tertutup dan individual. Hal ini
terlihat pada tata cara transfer pengetahuan khususnya dibidang ilmu keagamaan
dan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan yang berkiatan dengan budaya dan adat-
istiadat yang dilakukan secara individual dan tidak memerlukan fasilitas tertentu
yang ada seperti sekolah, pada prinsipnya di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
belum berkembang dengan baik karena belum didukung dengan fasilitas yang
baik dan pengajar masih sangat kurang serta pengajar yang tidak sesuai dengan
sekolah.
41
Kulisusu Utara adalah tanggungjawab masyarakat bersama, dalam hal ini dapat
menjaga ketertiban dan keamanan lingkugan, baik ancaman dari luar maupun dari
Kulisusu Utara membangun sebuah Masjid sebagai tempat peribadatan. Selain itu
masjid juga digunakan sebagai tempat pengajian Al-Quran dan tempat perayaan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kulisusu Utara dengan dunia luar. Melalui proses ini seseorang dapat belajar
ditentukan untuk kembali disuatu hari jika dibutuhkan. Pada umumnya ada tiga
kesempatan kerja dan upah yang rendah, selain itu karena hasil-hasil pertanian
memiliki harga yang sangat murah dan susah untuk dipasarkan yang disebabkan
oleh belum adanya akses jalan yang menghubungkan Desa Bira Kecamatan
merantau.
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara. Hal ini dikarenakan masyarakat
oleh niat hanya untuk mencari nafkah, bukan melanjutkan jenjang pendidikan.
Namun hal itu tidak berlaku bagi semua masyarakat yang merantau, karena ada
pengenalan tentang pekerjaan dari lingkungan tempat tinggal, khususnya dari para
perantau yang telah pernah melakukan kegiatan merantau. Namun jika dilihat dari
situasi dan pekerjaan yang dikenalkan belum berada pada kategori baik, karena
pekerjaan yang didapatkan adalah pekerjaan yang belum memiliki organisasi atau
dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang belum tetap. Pada awalnya para perantau
kondisi daerah tujuan, baik kondisi alam, masyarakat, maupun lapangan pekerjaan
merantau diberikan sebuah bekal oleh orang tua masing-masing untuk dijadikan
pegangan dalam perantauan. Selain bekal materi yang diberikan, bekal mental
perantauan ke negeri orang. Bekal materi berupa dana yang cukup dan skill
Selain itu, para perantau akan berziarah ke makam nenek moyang atau
orang tua (jika telah tiada) untuk meminta rezeki dan kesehatan serta keselamatan
selama merantau. Ketika hendak merantau akan melakukan ritual membaca doa
yang kemudian pergi ke dukun untuk melihat peruntungan di tempat yang akan
dituju dan akan disesuaikan dengan nama orang yang akan merantau kemudian
44
dipilihkan hari yang baik dan arah tempat kali menghadap ketika turun dari rumah
dan diberi air doa yang diisi dalam botol yang akan diminum dan dipakai cuci
muka serta dimandikan sebelum berangkat dan akan tetap dibawa ke tempat
dengan tanaman jangka pendek hingga tanaman jangka panjang bisa dilepas. Hal
ini menjadi tugas istri untuk menjaga dan merawat tanaman tersebut dan untuk
menjadi ciri khas masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yaitu bila di
atau kolektif. Pembagian periode perantauan ini dibagi menjadi 4 periode dengan
Pada periode pertama yang dimulai pada tahun 1974 merupakan titik awal
yang berjumlah 3 orang yaitu La Taku, La Awe dan Mauri. Wilayah tujuan
perantauan yaitu Sorong untuk berlayar menggunakan perahu lambo. Pada saat itu
berubah setiap 6 bulan karena perahu lambo masih menggunakan layar. Alasan
pergi merantau disebabkan oleh ajakan dan cerita orang-orang Siompu tentang
kehidupan di tanah rantau sehingga tertarik untuk ikut mengadu nasib. Mereka
mengikut orang-orang Siompu yang pada saat itu sering berlabuh di Desa Bira
Kecamatan Kulisusu Utara karena posisi Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
yang terlindung dari angin barat dan angin timur sehingga sering dijadikan tempat
berlindung bagi kapal-kapal dari daerah lain. Pada saat itu perpindahan dari
daerah satu ke daerah yang lain masih susah karena sarana transportasi yang
sangat terbatas yaitu hanya transportasi laut yaitu katinting, perahu layar, dan
kapal. Hal ini disebabkan belum terbukanya jalan yang menghubungkan Desa
Bira Kecamatan Kulisusu Utara dengan desa-desa lain yang ada di sekitarnya.
banyak orang dari daerah lain datang memancing ke daerah ini. Hasil laut yang
didapat berupa ikan teri, gurita, dan teripang yang digarami kemudian dijual ke
daerah Jawa karena pada saat itu pemasaran utamanya di wilayah Jawa, seperti
yang sering berlabuh di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara. Sebelum berangkat
diberi benda pusaka dan diajarkan doa-doa atau mantra yang dimaksudkan
sebagai pelindung diri. Selain pakaian, benda yang dibawa adalah keris ataupun
jimat. Keris digunakan ketika sakit disaat tidak ada obat maka cukup dicium-cium
atau digosokkan di badan. Doa-doa atau mantra digunakan ketika berlayar atau
2018).
pengetahuan tentang membaca tanda-tanda alam yang baik karena pada saat itu
wejangan berupa doa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang
tidak diinginkan utamanya tentang firasat. Kemudian membawa air yang dibaca-
bacakan oleh orang tua yang dipercaya dan akan digunakan bila di tempat tujuan
dengan cara dimandikan kepada para anggota dengan tujuan untuk melindungi
diri karena banyak yang meninggal ditengah perjalanan atau setelah tiba di tempat
tujuan dan tidak ada yang dimakamkan tetapi langsung dibuang di laut dan kabar
yang lain telah pulang ke kampung halaman. Mayat tidak disimpan di kapal
lautan untuk mencari ikan dan teripang. Tahun 2001 yang pergi merantau
Untuk masalah komunikasi pada periode pertama ini, para perantau jarang
oleh belum adanya alat komunikasi yang mengantarkan pesan secara langsung
“Bila merantau selama 6 bulan maka selama 6 bulan tersebut tidak pernah ada
kabar. Kabar tentang yang merantau hanya dapat didengar dari orang-orang yang
dikenal dan bercerita atau menyampaikan pesan dari yang merantau kepada
keluarganya yang merantau agar sehat dan sukses dalam perantauan. Biasanya
perantauannya karena jika ingin pulang mereka akan kesusahan karena harus
terjadi sesuatu yang menimpa dirinya ketika di tanah rantau. Waktu di tempat
rantau tidaklah sebentar bukan hanya bulan bahkan ada yang sampai tahunan
dan orang-orang yang punya tradisi ataupun budaya yang berbeda untuk
banyak dan ada pula yang tidak berhasil di perantauan. Keberhasilan di tanah
rantau berupa uang dan emas. Para perantau ini belum mengetahui tentang kondisi
daerah rantauan, namun karena tergiur untuk mendapatkan uang maka bertekad
48
para perantau belum membawa hasil yang banyak dari perantau yang disebabkan
oleh terjadinya krisis pada waktu itu sehingga nilai uang sangat rendah dan ada
sebagian perantau tidak bisa pulang karena tidak punya uang. Mereka kembali
Pada periode kedua ini jumlah masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu
Utara yang pergi merantau bertambah yaitu 50 orang yang juga pergi merantau ke
daerah Sorong dan bahkan sampai ke wilayah Dobo untuk memancing tepatnya
Pada periode ini, para perantau telah mengadakan kontak langsung dengan
keluarga yang berada di kampung untuk saling memberi kabar melalui saluran
telepon meskipun untuk menelpon mereka harus datang ke Labuan terlebih dahulu
karena di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara tidak terdapat Wartel. Jika
perantau telah menelpon, maka mereka akan menitip pesan kepada pemilik Wartel
jika ingin berbicara kemudian menunggu beberapa hari untuk berbicara kembali
bila keluarga telah datang dari Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara.
Pada tahap ini telah terjadi perubahan dari tahap sebelumnya karena tidak
lagi menggunakan kapal kecil untuk menuju tanah rantau namun telah
Murhum. Suatu kebanggaan tersendiri bagi para perantau dari Desa Bira
49
Kecamatan Kulisusu Utara ketika menumpang kapal PELNI karena masih sangat
jarang masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yang menumpang kapal
“Menumpangi kapal PELNI memiliki kesenangan tersendiri karena pada saat itu
masih jarang yang bisa menumpangi kapal sebesar itu” (La Awe, Wawancara 15
Agustus 2018).
Pada periode kedua ini, banyak diantara para perantau yang berhasil dalam
kehidupan di perantauan baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial. Hal
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara dewasa ini. Sehingga tingkat
perantau dan melihat hasil yang dibawa pulang para tetangganya dari perantauan
karena dengan hasil perantauan mereka bisa membuka usaha, membeli kendaraan
bermotor, membeli mesin perahu, mesin penerang, dan membeli kintal petani.
Keberhasilan lain dari masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara dapat
dilihat dari hasil yang diperoleh dari tanah rantau yang berupa uang, barang
elektronik seperti Handphone dan TV yang merupakan barang langka saat itu.
Selain itu dengan keberhasilan di tanah rantau mereka dapat membangun rumah,
yang semula dari dinding jelaja kemudian berdinding papan atau dari rumah
daerah Bangka Belitung akan menempuh rute perjalanan dari Baubau, Makassar,
tarifnya Rp. 250.000. Khusus para perantau ke daerah Batam memilih bekerja
lainnya.
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh informan, “Kita yang
merantau di Batam karena tertarik dengan cerita orang yang mengatakan banyak
peluang kerja bagi buruh kasar yang kerja di bangunan karena tidak
perantau Bangka Belitung lebih banyak memilih bekerja sebagai penyelam timah
malasan namun setelah merantau pasti rajin, apalagi yang sudah berkeluarga
karena banyak beban tanggungan, mau harap siapa, sehingga harapan utama
ketika merantau adalah harus berhasil karena jika tidak berhasil pandangan
merantau dengan harapan dapat merubah hidup dan memperbaiki pendapatan dan
berhasil diperantauan. Para anak muda merasa tertantang untuk mengadu nasib di
kampung orang dengan harapan dapat memperbaiki taraf hidup agar lebih baik
dari sebelumnya. Sehingga pada periode ketiga ini masyarakat Desa Bira
Kecamatan Kulisusu Utara yang pergi merantau berjumlah 153 orang pada tahun
2009. Terjadi peningkatan jumlah yang disebabkan oleh pengaruh dari melihat
tentang hal-hal mistis juga mulai berkurang terutama tentang wejangan berupa
doa yang digunakan apabila di laut karena mereka tidak lagi berlayar namun
Banyak para anak muda hanya menamatkan pendidikan Sekolah Dasar dan
merasakan hidup di kampung orang, selain untuk mencari uang dan pengalaman
serta pengetahuan juga untuk melatih kemandirian agar tidak bergantung kepada
orang tua. Para orang tua di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara akan menyuruh
jalanan. Para orang tua di Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara juga tidak terlalu
menekan anaknya untuk bersekolah sehingga bila anaknya putus sekolah maka
mereka akan membiarkan saja dengan menyuruh merantau atau membuka lahan
untuk mengurangi beban orang tua. Para anak muda apabila telah pulang dari
merantau, akan segera mencari pasangan hidup sehingga banyak yang menikah
52
diusia muda dan pernikahan mereka menggunakan biaya sendiri hasil merantau.
Penduduk usia balita adalah penduduk dengan jumlah terbanyak akibat banyak
yang menikah diusia belasan. Namun suatu hal yang baik dan patut untuk
mertua atau langsung membangun rumah sendiri atau akan pergi merantau
Utara mengajarkan bahwa anak yang telah menikah wajib untuk mandiri dengan
tidak berharap kepada orang tua (La Awe, Wawancara 15 Agustus 2018).
Timika sebagian besar berprofesi sebagai pendulang emas dan sebagian berprofesi
sebagai tukang ojek mengantar jemput para pendulang di tempat kerja. Bahkan
ada yang sengaja membocorkan pipa dari perusahaan emas Freeport untuk
mendapatkan hasil yang banyak. Wanita perantau banyak yang bekerja sebagai
pelayan toko atau pelayan di rumah makan serta bekerja sebagai asisten rumah
tangga untuk menambah penghasilan suami. Untuk wilayah Namlea selain bekerja
sebagai pendulang emas, banyak para perantau Desa Bira Kecamatan Kulisusu
dengan menjual bahan makanan pokok yang memiliki harga yang cukup mahal
dari tempat lain. Para perantau Timika dan Namlea selain membawa pulang uang
juga membawa pulang emas dengan alasan emas merupakan benda berharga yang
makin tahun makin tinggi harganya yang apabila kesusahan dapat dijual kembali.
Selain emas, mereka juga membawa pulang barang elektronik seperti TV dan
Utara pada periode keempat ini telah mengalami perkembangan karena mereka
tidak lagi menggunakan kapal kecil menuju tanah rantau namun telah
dengan sewa yang tidak jauh berbeda. Namun jumlah perantau yang berangkat di
Pada periode keempat ini, sudah ada masyarakat Desa Bira Kecamatan
Kulisusu Utara yang merantau ke luar negeri yaitu ke Taiwan yang ikut kapal
Sinjinyi sebagai ABK dan mencari ikan. Para perantau di Desa Bira Kecamatan
Kulisusu Utara pulang ke kampung halaman ketika Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha serta musim jambu mete kemudian mereka akan merantau kembali. Pulang
bersama keluarga besar lainnya. Setelah sampai di kampung halaman, maka akan
tetapi, acara penyambutan secara meriah hanya diadakan ketika mempunyai rejeki
yang lebih, ketika tidak maka pulang kampung hanya sekedar kumpul-kumpul
Pada periode ini terjadi perubahan terhadap jumlah perantau yaitu terjadi
penurunan dari tahun-tahun yang sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya
kesadaran masyarakat bahwa bertani lebih baik dari merantau karena bertani ada
54
lahan yang dibuka baru yang akan menjadi hak milik. Sebagaimana dikemukakan
oleh informan, “sekarang sudah tidak terlalu banyak yang merantau karena adanya
kesadaran lebih baik bertani daripada merantau. Bertani membuka lahan baru
dengan menanam tanaman jangka panjang karena sekarang hasil tani sudah
banyak pasarannya sejak dibukanya jalan Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara-
Labuan mobil dari luar daerah sudah bisa masuk ke sini jadi hasil tani sudah bisa
langsung dijual tanpa harus menyebrang lagi. Jadi hasil merantau dengan bertani
tidak jauh beda dengan merantau sehingga orang disini sudah banyak yang
memilih bertani apalagi harga tanah sekarang mahal sehingga masyarakat banyak
yang membuka lahan yang sewaktu-waktu bisa dijual ketika susah” (Johan,
karena dengan adanya akses jalan tersebut masyarakat Desa Bira Kecamatan
Merantau
merantau juga merupakan sebuah pilihan hidup. Dimana setiap masyarakat yang
menjadi lebih baik khususnya secara ekonomi. Hal ini juga menjadi sebuah stigma
dalam masyarakat yang berkembang saat ini bahwa dengan pergi merantau ke
55
kota besar atau merantau akan mengubah hidup dan perekonomian menjadi lebih
baik.
bagi pelajar berikutnya untuk melakukan hal yang sama. Dari hasil diskusi awal
dengan para perantau bahwa hidup yang dijalani saat pertama kali merantau
tidaklah mudah, apalagi bila berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka perlu
perjuangan yang keras untuk mampu bertahan hidup dengan baik di perantauan.
Para perantau yang berhasil biasanya orang-orang yang ulet, mau belajar, berani
mengambil resiko, mampu melihat peluang atau kesempatan untuk memulai usaha
dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Kendala para perantau saat
pertama kali menginjakkan kaki di tanah rantau adalah masalah bahasa khususnya
digunakan di daerah tempat merantau maka akan sulit untuk berinteraksi dengan
lawan bicara, komunikasi akan bercampur dengan 'bahasa isyarat' dan akan sering
terjadi salah pengertian karena mereka tidak mengerti dengan apa yang
dimaksudkan. “Berbicara dengan orang lain yang beda negara itu susah kalau
tidak bisa berbahasa Inggris karena hanya menggunakan kode” (La Baco,
Kendala lain yaitu sulit mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal. Bila
merantau dengan kondisi sudah ada pekerjaan yang pasti lebih mudah, tidak perlu
lagi kesana kemari mencari pekerjaan dan pihak perusahaan tentu akan membantu
untuk perantau 'modal nekad', yang datang merantau dengan tujuan memperbaiki
nasib karena di kampung halaman tidak ada lapangan pekerjaan, maka perlu usaha
untuk mencari pekerjaan dan perlu bantuan kerabat atau sanak keluarga yang
sudah terlebih dahulu ada di daerah rantau untuk mengijinkan tinggal sementara
Alasan pekerjaan atau ekonomi juga menjadi salah satu faktor pendorong
beberapa faktor pendorong ada juga faktor penarik sehingga warga Desa Bira
yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.
Keadaan lingkungan yang menyenangkan dan ajakan dari orang yang diharapkan
sebagai tempat berlindung bisa dilihat dari banyaknya masyarakat pergi merantau
yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dan ada juga karena diajak oleh
Merantau
ajakan teman dan dorongan dalam diri juga karena daerah tersebut dikenal sebagai
daerah yang memiliki kekayaan laut yang banyak sehingga mereka memilih
bekerja sebagai pemancing ikan. Untuk daerah lain yang menjadi tujuan
perantauan adalah Timika dan Namlea yang dikenal sebagai daerah penghasil
merupakan pilihan profesi yang digeluti mengingat di daerah Timika dan Namlea
“Masyarakat dari Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yang pergi merantau
mutiara. Pekerjaan lain selain mendulang itu berdagang dan mengojek orang yang
berdagang juga memiliki untung yang banyak karena harga makanan pokok di
daerah Timur seperti Timika itu mahal” (Sirwan, Wawancara 18 Agustus 2018).
58
perusahaan kelapa sawit. Sebagian perantau Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
pendapatan yang lebih baik. Wilayah ini biasanya memiliki lapangan kerja yang
banyak atau diduduki tambang misalnya tambang emas, mutiara dan timah.
Kalimantan, Batam dan Bangka Belitung serta ada juga yang datang ke Bombana
mendulang emas.
seringkali terjadi karena faktor yang berasal dari dalam diri individu maupun dari
luar diri individu maupun gabungan antara keduanya. Faktor dari dalam diri
yang cukup berperan penting bagi diri seseorang untuk memilih mata pencaharian
atau berganti pekerjaan. Selain itu kondisi lingkungan menjadi faktor luar
dengan harapan profesi tersebut dapat merubah kehidupannya menjadi lebih baik.
Berbagai macam profesi yang digeluti para perantau Desa Bira Kecamatan
Kulisusu Utara seperti kuli bangunan, penyelam timah, pendulang emas, pelayan
warung, pedagang, pemancing ikan, dan penggali lubang tikus. Bagi yang
59
merantau wilayah timur Indonesia seperti Sorong dan Timika maka profesi yang
digeluti adalah sebagai pemancing ikan di Sorong dan ada juga yang bekerja di
pendulang emas.
Bagi yang merantau di daerah Batam dan Bangka Belitung bekerja sebagai
kuli bangunan dan sebagai penyelam timah. Untuk wilayah Kalimantan, para
masyarakat perantau Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yang cepat pulang ke
kampung halaman karena disebabkan penyakit malaria. Selain itu, apabila terjadi
banjir maka tidak bisa bekerja karena sungai akan meluap dan menutup akses
jalan menuju tempat mereka bekerja. Perang antar suku sering terjadi sehingga
banyak masyarakat Papua yang terbunuh dan bila hal ini terjadi maka para pekerja
tidak akan pergi bekerja untuk mencari emas karena takut dibunuh oleh anggota
suku yang berperang. Namun satu hal yang menarik bahwa apabila akan terjadi
perang antar suku maka akan ada pemberitahuan dari ketua suku untuk tidak pergi
bekerja karena mereka tidak ingin melibatkan suku lain dalam permasalahan
mereka.
Hidup di tanah rantau bukan hanya tentang hasil yang dikejar namun harus
siap dengan berbagai tantangan yang ada, seperti bila para perantau Desa Bira
bersedia berbagi dengan penduduk asli Timika yang selalu meminta hasil yang
60
berupa uang atau makanan yang apabila tidak diberi maka mereka akan merusak
benda-benda yang dimiliki dengan mengatakan bahwa para perantau hanya datang
mengambil hasil dari tanah nenek moyang mereka. Para perantau yang telah
pekerjaan berat dan istri hanya mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
Utara.
yang tidak pergi merantau yaitu bila yang pergi merantau maka mereka akan
mengetahui tentang wilayah luar selain kampungnya dan mereka tidak terlalu
malu-malu untuk berinteraksi dengan orang lain karena mereka sudah biasa
berhadapan dengan orang lain. Di kampung orang dibiasakan untuk hidup hemat,
sabar, dan suka berbagi. Ketika di tanah rantau dapat menumbuhkan rasa
kekeluargaan yang lebih besar dan lebih erat karena perasaan senasib. Jika selama
di kampung tidak berinteraksi tetapi apabila sudah di perantauan maka akan saling
dirasakan betapa pentingnya arti pendidikan karena akan sangat jauh berbeda
pendidikan tinggi atau ijazah mereka bisa bekerja di perusahaan sedangkan yang
tidak memiliki ijazah hanya bisa menjadi kuli bangunan atau buruh kasar. Hal ini
menumbuhkan kesadaran untuk sekolah sehingga bagi orang tua yang memiliki
pekerjaan merantau maka mereka akan menyuruh dan memotivasi anaknya untuk
61
menempuh pendidikan setinggi mungkin agar mereka tidak bernasib sama seperti
Bagi pemuda yang belum berkeluarga mereka telah mandiri dengan tidak
meminta uang jajan kepada orang tua karena telah menghasilkan uang sendiri dan
memberi uang kepada orang tuanya. Banyak perubahan yang terjadi pada
masyarakat Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara yaitu ketika mereka berada
dikampung halaman malas namun ketika di daerah rantau akan rajin karena
adanya pikiran bahwa tidak ada yang diharapkan, jauh dari keluarga dan sanak
saudara sehingga membangun jiwa mandiri dalam diri individunya. Perantau akan
belajar mengerti mereka seperti apa, bagaimana cara berbicara dan bergaul dengan
karena jika menjadi pemalas maka hanya akan menjadi beban bagi orang lain.
Terlebih lagi perantau yang tidak berhasil, ketika pulang kampung jika hanya
membawa hasil sedikit atau tidak terlalu memuaskan akan dipandang sebelah
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan pada bab
tahun 1974 merupakan titik awal dimulainya perantauan oleh masyarakat Desa
Bira Kecamatan Kulisusu Utara yang berjumlah 3 orang yaitu La Taku, Mauri
merantau yaitu alasan pekerjaan atau ekonomi juga menjadi salah satu faktor
terdapat faktor penarik sehingga warga Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
yang cocok.
Kalimantan, Batam dan Bangka Belitung serta ada juga yang datang ke
4. Profesi yang digeluti para perantau Desa Bira Kecamatan Kulisusu Utara
tambang emas.
5. Dampak yang dirasakan masyarakat setelah merantau misalnya cara bicara dan
keadaan suatu daerah yang telah dikunjungi. Merantau menjadi hal yang baik
lebih besar dan lebih erat karena perasaan senasib. Jika selama di kampung
tidak berinteraksi tetapi apabila sudah diperantauan maka akan saling mencari
B. Saran-Saran
perantauan.
3. Kepada peneliti yang relevansi dengan judul ini agar dapat lebih
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang juga memiliki peranan
tentang masa lalu namun juga memberikan gambaran tentang masa depan untuk
meniti masa depan yang lebih baik dengan melihat jejak-jejak sejarah masa lalu
sejak zaman dahulu orang-orang sudah melakukan perpindahan dari daerah yang
satu dengan yang lain dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
hidup. Dorongan dalam diri manusia dan tarikan dari daerah tujuan menjadi
meliki tujuan untuk membimbing peserta didik agar mampu memahami dan
didik tentang merantau dimasa lalu. Mereka dapat menambah pengetahuan terkait
merantau bukanlah hal baru dalam masyarakat, sehingga peserta didik dapat
potensinya melalui pelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu
cerdas dan berkehidupan yang damai, serta mampu bersaing secara terbuka diera
penyempurnaan, tidak hanya aspek kehidupan, tetapi juga dalam pendekatan dan
ilmu. Hubungan dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini sangat diperlukan
masa lampau dan masa yang akan datang. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang
pada satu pihak dan proses demokratisasi pada pihak lain, sangat diperlukan SDM
yang lebih berkualitas. Fungsi dari pembelajaran sejarah adalah sejarah memiliki
potensi untuk menjadikan diri menjadi manusia yang berprikemanusiaan. Hal ini
tidak dapat dilakukan oleh semua mata pelajaran yang lain dalam kurikulum
66
sekolah. Selain itu, untuk menyadarkan akan adanya proses perubahan dan
menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang
ditengah-tengah perubahan dunia. Dalam hal ini dapat dikaji implikasi hasil
daerah.
kaitannya dengan mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas
hasil penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan para peserta didik
oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Sahur, Ahmad. 1976. Merantau Bagi Orang Pidie Banda Aceh. Pusat Latihan
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial
1. Nama : Rahman T.
Umur : 78 Tahun
Pekerjaan : Petani
2. Nama : La Awe
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Nama : La Taku
Umur : 81 Tahun
Pekerjaan : Petani
4. Nama : Sirwan
Umur : 27 Tahun
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : Petani
6. Nama : Fandi
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
7. Nama : La Baco
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Perantau