You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka meningkatkan

kecerdasan bangsa sesuai dengan yang tercantum dalam UUD 1945 alinea

pertama yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, hal ini pula seperti yang

dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, serta, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk

mentransformasikanpeserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan

menciptakannya yaitubermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta

beserta segenap isi danperadabannya.

Pada umumnya, pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan formal

dan non formal. Pendidikan formal misal sekolah, sedangkan pendidikan non

formal antara lain seperti bimbingan belajar dan pondok pesantren.

Salah satu faktor utama pendidikan di indonesia adalah pendidik itu

sendiri. Sebagaimana Hasbullah (Anwar, 2014:35) pendidik adalah orang yang


memiliki pertanggung jawaban untuk mendidik. Sehingga segala sesuatu yang

berkenaan dengan dunia pendidikan tidak lepas dari seorang pendidik dengan

berbagai metode dan cara mendidik siswa itu sendiri.

Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi untuk menambah

wawasan pengetahuan siswa merupakan suatu cara yang cukup efektif, karena

metode yang digunakan tidak monoton sehingga peserta didik tidak merasa jenuh

dalam proses pembelajaran khususnya di sebuah bimbingan belajar (Bimbel).

JILC Merupakan lembaga bimbingan belajar yang aktif dalam bidang

peningkatan hasil belajar siswa. Sejak tahun 1993 JILC telah mulai berkiprah di

dunia pendidikan non formal khususnya di wilayah Makassar, awalnya JILC

hanya memiliki satu kantor yang bertempat di Jalan HOS Cokroaminoto

Makassar, yang jumlah siswanya setiap tahunnya hanya berkisar 500 an siswa ,

seiring dengan perjalannya dari tahun ke tahun hingga saat ini JILC telah

memiliki 32 cabang yang tersebar di wilayah Sulawesi. Khususnya di kota

Makassar, Gowa,Maros dan Kendari. Terdapat 16 cabang yang jumlah siswanya

mencapai 10.000an siswa per tahunnya. Tenaga pengajar beserta staff saat ini

berjumlah 300-an. Tenaga pengajarnya umumnya berasal dari kalangan

mahasiswa, guru dan dosen pada PTN (Profil JILC).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi JILC sebagai salah

satu bimbingan belajar sangat baik dikarenakan tiap tahunnya peningkatatan

jumlah dan prestasi siswa terus meningkat.

Alasan mengapa peneliti mengambil judul diatas karena peneliti

beranggapan bahwa pendidikan tidak hanya bersifat formal akan tetapi juga
bersifat non formal, misalnya menuntut ilmu hanya dominan dilakukan di sekolah

dan bukan ditempat lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup masalah yang dikemukakan maka

timbul beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana siswa dapat belajar dengan metode Outdoor Learning?

2. Bagaimana kendala pada saat proses pembelajaran Outdoor Learning?

3. Bagaimana hasil dalam pembelajaran luar kelas (Outdoor Learning) ?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui

efektivitas metode pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan

prestasi siswa

Tujuan tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikancara belajar siswa dengan metode Outdoor

Learning

2. Untuk menganalisis kendala dalam pembelajaran luar kelas (Outdoor

Learning.

3. Untuk mengetahui hasil dalam penerapan metode pembelajaran Outdoor

learning.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bimbel, membantu dalam peningkatan mutu dan kualitas serta

diharapkan membantu dalam meningkatkan jumlah siswa yang ingin

belajar, aterkhusus di bimbingan belajar JILC Kendari.

2. Bagi Pendidik/Tentor, sebagai pertimbangan untuk lebih meningkatkan

wawasan dan intelektual serta solidaritas dalam mendidik siswa.

3. Bagi Siswa, menambag informasi dan pemahaman siswa tentang cara

cara belajar yang bervariasi.

4. Bagi Peneliti, dapat memberikan tambahan referensi baru bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep bimbingan belajar

Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) merupakan satuan Pendidikan Luar

Sekolah atau Nonformal (PNF) yang diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk

mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, mengembangkan profesi dan atau

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan Undang-

Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 26 Ayat 5 disebutkan bahwa kursus

dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan,

standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahawan serta pengembangan

kepribadian profesional.

Bimbingan Belajar atau disingkat Bimbel, termasuk salah satu dari berbagai

jenis LKP sebagaimana disebutkan dalam UU Sisdiknas 2003 tersebut.

Penyelenggaraan Bimbel bertujuan memberikan bekal pengetahuan dan sikap

untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kepada

masyarakat yang membutuhkan yaitu para siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bimbel adalah suatu lembaga PNF

yang keberadaannya telah diakui oleh Pemerintah. Pengakuan pemerintah

dilaksanakan dalam bentuk pemberian izin, sebagaimana terlihat dalam UU

Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pada pasal 62 tentang pendirian satuan pendidikan.
Dalam ayat disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal

yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pada awal pendirian di tahun 1970-an, Bimbel terkenal sebagai lembaga

bimbingan belajar bagi para siswa kelas tiga SMA yang akan mengikuti ujian

masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Keberhasilan lembaga Bimbel

mengantarkan siswa-siswanya masuk PTN membuktikan bahwa bimbingan

belajar merupakan

salah satu usaha jasa disektor pendidikan yang memiliki prospek dimasa datang.

Timbulnya lembaga Bimbel didorong juga oleh adanya peraturan mengenai ujian

masuk ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia.

Pada awal tahun 1980-an muncul berbagai lembaga Bimbel di kota-kota

besar di pulau Jawa dimana terdapat perguruan tinggi negeri dan swasta yang

terkenal. Program Bimbel ini berkembang lebih jauh dalam arti program

pembelajaran tidak hanya melayani para siswa lulusan SMA yang akan mengikuti

ujian masuk perguruan tinggi, tetapi sudah berkembang menjadi lembaga Bimbel

dengan program bimbingan yang lebih variatif, yaitu program-program belajar

untuk siswa-siswa SD, SMP dan SMA secara regular, intensif dan private.

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ada Bimbel yang menawarkan program

bimbingan multimedia, yaitu system pembelajaran melalui internet atau

bimbingan belajar online.

B. Konsep Pembelajaran Luar Kelas ( Outdoor Learning )

Dewasa ini, belajar tidak hanya terpacu pada satu metode, melainkan ada

bergagai macam metode pembelelaran yang tujuannya adalah menyesuaikan dengan

kemampuan atau kesukaran peserta didik untuk menerima materi pembelajaran. Namun
tidak semua metode bisa berpengaruh terhadap cara belajar siswa, misalkan

menggunakan metode ceramah, kebanyakan saat ini siswa merasa bosan jika hanya

mendengarkan penjelasan guru dan cenderung hanya melamun dikelas. Salah satu metode

lain yang menurut peneliti bisa menjadi alternatif dalam suatu pembelajaran adalah

dengan metode belajar luar kelas/Outdoor Learning.

a. Pengertian Metode Outdoor Study

Metode outdoor study merupakan metode dimana guru mengajak siswa belajar

di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk

mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode outdoor study lingkungan di

luar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disisni adalah sebagai

motivator, artinya guru sebagai pembimbing/pemandu agar siswa belajar secara aktif,

kreatif dan akrab dengan lingkungan. Karjawati dalam Husamah (2013:23)

Sedangkan menurut Vera (2012:18) outdoor study merupakan kegiatan

menyampaikan pelajaran di luar kelas yang melibatkan siswa secara langsung dengan

lingkungan sekitar mereka, sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga,

pendidikan di luar kelas lebih mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan

yang sangat berpengaruh pada kecerdasan para siswa.

Pada umumnya kondisi belajar-mengajar yang diciptakan oleh guru di

dalam kelas hanya memposisikan siswa sebagai pendengar, karena guru

cenderung mengandalkan metode ceramah dalam menyampaikan materi

pelajaran, sehingga proses belajar-mengajar terasa membosankan dan membuat

siswa malas untuk belajar. Apabila siswa telah merasa bosan dengan kegiatan

pembelajaran yang berlangsung, siswa akan memilih bermain Hand Phone (HP)

atau sekedar ramai dengan temannya (Nugroho, 2012:1).


b. Kelebihan dan kekurangan Outdoor Study

Mengajar para siswa (peserta didik) di luar kelas memiliki arti penting yang

sangat luas. Bahkan, ini tidak bisa didapatkan di dalam kelas. Kegiatan belajar di

luarkelas berupaya memberikan semangat kepada anak didik di dalam proses

pembelajaran yang memiliki arti penting yang bisa diperoleh para siswa dan para

guru.

Kegiatan belajar para siswa akan lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga

motivasi belajar siswa akan lebih tinggi, hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa

dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau penggunaan media konkret,

bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih

faktual sehingga kebenarannya lebih akurat, kegiatan belajar siswa lebih

komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

bertanya, kerja kelompok, mengamati, membuktikan, menguji fakta. Siswa dapat

memahami dan menghayati aspek - aspek kehidupan yang ada di lingkungan,

sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan disekitarnya

serta dapat mengarahkan sikap menghargai alam dan kelestariannya. hal tersebut

merupakan kelebihan - kelebihan dari metode outdoor study menurut Vera (2012 :

28-46).

Sedangkan menurut Suyadi dalam Husamah (2013 : 25) pembelajaran luar

kelas memiliki kekuatan antara lain sebagai berikut :

1) Dengan pembelajaran yang variatif siswa akan segar berpikir karena


suasana yang berganti, 2) inkuiri lebih berproduksi, 3) kemampuan
eksplorasi lebih runtut, 4) akselerasi lebih terpadu dan sepontan, 5)
menumbuhkan penguatan konsep.
Namun demikian, Outdoor study jugas memiliki beberapa kendala. Namun,

kendala - kendala tersebut bisa diatasi, kendala - kendala tersebut yakni : para siswa bisa

keluyuran kemana - mana, gangguan konsentrasi, Kurang tepat waktu (waktu akan

tersita), pengelolaan siswa lebih sulit, bisa terserang panas dan dingin. Kendala seperti ini

bisa saja muncul tetapi penanganannya sangat mudah, guru hanya perlu memberikan

perhatian yang ekstra kepada siswa, membentuk

siswa dalam kelompok sehingga akan mudah mengawasinya, membuat kesepakan

mengenai peraturan tata tertib siswa selama di luar kelas, dan guru juga harus pandai

dalam memilih objek belajar. Dengan demikian maka kendala - kendala dalam

menggunakan metode outdoor study dapat di minimalisir menurut Vera (2012 : 47).

Sedangkan menurut Sudjana dan rifai dalam Husamah (2013 : 31) beberapa

kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar pada

teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar, misalnya : Kegiatan belajar kurang

dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke tujuan

tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga terkesan main - main,

kelemahan ini dapat di atasi dengan persiapan yang matang sebelum kegiatan. Ada

kesan guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu

yangcukup lama, kesan ini keliru sebab mempelajari lingkungan bisa dengan cara

mempelajari lingkungan sekitar sekolah seperti kebun sekolah dan taman. Kesan

tersebut mengartikan sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi

di dalam kelas, ia lupa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar kelas dengan

mempelajari keadaan lingkungannya dan memiliki arti yang sangat penting.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa outdoor study

memiliki banyak sekali kelebihan yang memiliki arti penting agar pendidik bisa

menerapkan metode outdoor study dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi selain
memiliki kelebihan, outdoor study juga memiliki kekurangan dan kendala yang harus

diperhatikan oleh para guru agar melakukan persiapan yang matang sebelum

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

meminimalisir kendala ataupun kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan

demikian, tidak ada alasan bagi guru untuk tidak melakukan metode ini.

c. Tujuan Pokok Outdoor Study

Alasan menyelenggarakan kegiatan belajar - mengajar di luar kelas bukan

sekedar karena bosan belajar di dalam kelas ataupun karena merasa jenuh belajar di

ruangan tertutup. Akan tetapi, lebih dari itu, kegiatan belajar di luar kelas memiliki

tujuan - tujuan pokok yang ingin dicapai sesuai dengan cita - cita pendidikan.

Secara umum, menurut Vera (2012 : 21-25) tujuan pendidikan yang ingin

dicapai melalui aktivitas pembelajaran di luar ruangan kelas atau di luar lingkungan

sekolah ialah sebagai berikut: mengarahkan peserta didik untuk dapat

mengembangkan bakat dan kreatifitas mereka dengan menyediakan latar (setting) di

alam terbuka yang sangat berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik

untuk meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap

lingkungan sekitarnya, tentang bagaimana cara mereka bisa membangun hubungan

baik dengan alam, serta hidup berdampingan di tengah perbedaan suku, agama,

politik, ras, bahasa, dan lain sebagainya. Memberikan konteks dalam proses

pengenalan berkehidupan sosial dalam tataran praktik (riil) agar dapat mengenalkan

berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pelajaran lebih kreatif, serta

memberikan kontribusi penting dalam rangka perubahan perilaku siswa terhadap

lingkungan.

Meskipun demikian, hal yang harus di ingat adalah dalam rangka mencapai

tujuan - tujuan yang telah disebutkan itu, kegiatan belajar di luar kelas harus di
laksanakan secara formal dan untuk mencapai tujuan - tujuan pokok kegiatan belajar

di luar kelas tersebut, seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam

mengontrol reaksi atau respon anak didik. Artinya, walaupun kegiatan belajar -

mengajar dilaksanakan di luar kelas, guru tetap bertanggung jawab membaca situasi

dan kondisi anak didiknya, membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap

hal yang akan dipelajari, serta cara untuk menggerakkan tingkah laku, mengarahkan,

dan memperkuat tingkah laku para siswa di luar kelas tanpa mengurangi keseriusan

belajar karena faktor alam bebas.

d. Konsep Kegiatan Outdoor Study

Kegiatan pembelajaran di luar kelas tidak boleh dilakukan secara

serampangan. Pengajaran harus tetap memiliki konsep kegiatan yang jelas, sehingga

bisa menjadi acuan utama bagi seorang guru yang mengajar siswa di luar kelas.

Kegiatan metode ini bukan sekedar main - main untuk menyegarkan pikiran dan

mengobati kejenuhan, melainkan guna mencerdaskan para siswa dan membuat

mereka memahami seluruh mata pelajaran dengan baik.

Jika dilihat dari sudut pandang dan cita - cita pendidikan, yaitu

mencerdaskan seluruh anak bangsa, maka kegiatan pembelajaran di luar kelas,

setidaknya perlu memuat enam konsep utama, yaitu konsep proses belajar, konsep

aktivitas luar kelas, konsep lingkungan, konsep penelitian, konsep eksperimentasi dan

konsep kekeluargaan. Konsep - konsep itulah yang harus direalisasikan dan di pegang

teguh oleh seorang guru yang mengadakan kegiatan pembelajaran diluar kelas.

Adapun kejelasannya menurut Vera (2012 : 95-104) ialah sebagai berikut :

1) Konsep Proses Belajar


Makna dari konsep proses belajar adalah bahwa kegiatan pembelajaran di

luar kelas didasarkan pada proses belajar interdisipliner melalui satu seri aktivitas

yang dirancang untuk dilakukan di luar kelas. Belajar interdisipliner adalah

menggabungakan antara teori dari sebuah mata pelajaran dengan praktik yang bisa

diperoleh di alam bebas (di luar kelas). Atau, para siswa dituntut belajar antar disiplin

ilmu. Atau, menggabungkan antar pemahaman secara kognitif dan psikomotorik.

Misalnya, seorang bisa saja memahami tekanan air melalui keteranga di papan tulis

yang dijelaskan oleh guru. Tetapi, pemahaman itu akan bertambah kuat jika guru

menerangkan keterangan air di sungai.

Penerapan konsep yang pertama ini dapat mengembangkan potensi para

siswa. Selain itu, mereka bisa mengalami perkembangan hubungan timbal balik

dengan alam secara sempurna ketika belajar di luar kelas. Jika guru mengajar para

siswa di luar kelas dengan cara meningkatkan kesadaran terhadap hubungan timbal

balik dengan alam, maka metode ini dapat mengubah sikap, sifat, dan perilaku siswa

terhadap alam.

2) Konsep Aktivitas Luar Kelas

Konsep ini menggunakan kehidupan di luar kelas yang memberikan banyak

kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan menguasai beragam bentuk

keterampilan dasar, sikap, serta apresiasi terhadap berbagai hal yang ada di alam dan

kehidupan sosial. Untuk menekankan konsep yang kedua ini, seorang guru harus

mengemasnya dengan kegiatan menarik, seperti berkemah dan outbound. Dengan

kata lain mengajar para siswa di luar kelas tidak harus dilakukan secara monoton.

3) Konsep Lingkungan
Konsep lingkungan merujuk pada eksplorasi ekologi sebagai andalan

makhluk hidup yang saling tergantung antara yang satu dengan yang lain serta siswa

juga di tuntut untuk memahami arti penting lingkungan hidup.

4) Konsep Eksperimentasi

Dalam konsep ini, guru mesti mengarahkan muridnya untuk melakukan

eksperimentasi secara langsung terhadap pelajaran - pelajaran tertentu. Dengan kata

lain, guru bertujuan untuk membuktikan sebuah teori yang dipelajari dari buku dan

membuktikan bahwa teori yang dipelajari sesuai dengan kenyataan yang terjadi di

lapangan.

5) Konsep Kekeluargaan

Guru jangan menyamakan mengajar di dalam kelas dengan mengajar di luar

kelas baik dalam berbicara, bersikap, dan raut muka . dengan penekanan konsep

kekeluargaan hubungan antara guru dan siswa layaknya seperti orang tua dan anak

ataupun antar teman dengan tujuan agar siswa tidak merasa sungkan untung

mengajukan pertanyaan, suasana lebih hidup, mengeratkan hubungan emosional

antara guru dan siswa, memudahkan guru untuk mengenali karakter siswa.

. Hakikat Pembelajaran IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata

pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di

perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah

IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai

integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan

berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk

jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan
adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir

peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).

IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,

adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-

ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur,

2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS

merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai

ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan

kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat

memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan

humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di

lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-

masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada

transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh

pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,

nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS

juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari

masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan

sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS

sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari

berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Hakikat tujuan mata pelajaran IPS menurut (Chapin, J.R, Messick, R.G.

1992: 5) dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam


kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang
akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk
mencari dan mengolah/ memproses informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap(value) demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/
berperan serta dalam kehidupan sosial.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya;
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial;
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Adapun National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai organisasi

para ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini merumuskan tujuan

pembelajaran Pengetahuan Sosial yaitu mengembangakan siswa untuk menjadi

warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan memadai


untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata

pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam

banyak hal termasuk humaniora dan sains dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti

Istianti (2006: 15).

Kedua tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak

terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, saling berhubungan

dan saling melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15)

Pengetahuan Sosial mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga

negara demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan

kewarganegaraan didukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan

dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan

tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan

kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan

mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang

telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang

memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah,

antropologi, dan psikologi untuk diajarkan pada jenjang pendidikan.

Definisi kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah

dikemukan di atas di gabung menjadi satu pengertian maka pembelajaran IPS

adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu-isu sosial dan


kewarganegaraan untuk diajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan

menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan efisien.

3. Fungsi Pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan


kelas (PTK) atau ClassRoom Action Research. Penelitian tindakan kelas ditujukan
untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas
khususnya di dalam pembelajaran. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru
dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul dikelasnya sendiri. PTK
mnjadi begitu penting karena membantu guru dalam hal memahami lebih baik
tentang pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya,
sekaligus dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.

Menurut Ebbut dalam Kunandar, (2012:41) mengatakan PTK adalah


kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pemelajran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Sedangkan Wardani (2014:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan


kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai
berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas
merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu Action
Research yang dilakukan di kelas.
Menurut Wardani (2014: 4) mengemukakan bahwa ide pokok dari
penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan


yang dilakukan melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam
situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut,
serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.

Dapat disimpulkan dari uraian pendapat para ahli tentang pengertian PTK
diatas, bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu langkah yang
dilakukan oleh peneliti atau oleh guru dalam mengatasi masalah dikelas
khususnya dalam pembelajaran

Peneliti menggunakan metode ini dengan alasan karena metode penelitian ini
sangat tepat jika digunakan untuk meneyelesaikan masalah yang timbul di dalam
kelas, karena (PTK) sangat relevan dengan kebutuhan mengatasi maslaah dikelas.
Langkah-langkah PTK secara garis besar adalah perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.

B. Desain penelitian

Berdasarkan penggunaan model Outdoor learning untung meningkatkan


aktivitas dan hasil belajar siswa pada Tema Benda-benda di Lingkungan Sekitar
Subtema Wujud Benda dan Cirinya pada siswa Bimbingan belajar JILC Kendari,
adapun desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart (dalam


Arikunto,2012:16)

Pelaksanaan ini direncanakan dengan melakukan tiga siklus, dalam setiap


siklus terdapat dua pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik peneliti akan
melakukan peneltitian pada 1 subtema, dalam 1 subtema terdapat 6 pembelajaran,
dalam 1 siklus terdapat 2 pembelajaran, yaitu Siklus 1 pembelajaran ke-1 dan
pembelajaran ke-2, siklus 2 pembelajaran ke-3 dan pembelajaran ke-4, siklus 3
pembelajaran ke-5 dan pembelajaran ke-6. Untuk pelaksanaan tiap tahap dapat
dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalan tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan


dilaksanakan. Rencana dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap
tindakannya agar mencapai hasil yang maksimal.

Tahap-tahap yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Permintaan izin kepada Direktur Bimbingan Belajar JILC kendari .


b. Observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran awal tentang kondisi
pembelajaran sebelumnya.
c. Mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran yang
terjadi sebelumnya, agar mendapat solusi terhadap pembelajaran selanjutnya.
d. Mempersiapkan untuk kegiatan pembelajaran terlebih dahulu misalnya
membuat silabus Tema Benda-benda di Lingkungan Sekitar Subtema Wujud
Benda dan Cirinya, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
sesuai dengan sintak model pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti
yaitu model Outdoor learning.
e. Menyiapkan materi, bahan ajar , dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam pelaksanaan penelitian.
f. Mendesain instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data tentang hasil belajar, aktivitas siswa, aktivitas guru, pandangan guru kelas
terhadap pembelajaran dengan menggunakan model yang diterapkan oleh
peneliti yaitu model Outdoor learning
g. Melakukan tes awal (pretes) di setiap pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajarkannya.
h. Melakukan tes postest untuk melihat sejauh mana keberhasilan siswa terhadap
pemahaman materi pembelajaran yan telah dipelajari.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran yang


telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus
terdiri dari 2 pembelajaran yaitu:
a. Siklus I
1) Melaksanakan pembelajaran ke-1 dihari pertama dan dihari ke-2 penelitian
pembelajaran ke-2 dengan menerapkan model Outdoor learning berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dipersiapkan
sebelumnya.
2) Melakukan pengamatan atau observasi saat pembelajaran berlangsung,
pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri.
3) Melakukan tes formatif pada akhir pembelajaran siklus satu. Untuk
memperoleh data tentang nilai hasil belajar yang didapat siswa dalam
pembelajaran, apabila pada tindakan pertama terdapat kekurangan maka
direncanakan, diperbaiki, dan disempurnakan pada siklus selanjutnya.
4) Menganalisis dan refleksi hasil pembelajaran, untuk memperoleh data
berdasarkan kriteria-kriteia yang telah diterapkan, setelah dianalisis kemudian
direfleksikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki siklus selanjutnya.
b. Siklus II
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Outdoor learning
berdasarkan RPP yang sudah dipersiapkan sebelumnya berdasarkan hasil
refleksi dari siklus satu.
2) Melakukan pengamatan atau observasi saat pembelajaran berlangsung,
pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri.
3) Melakukan tes formatif pada akhir pembelajaran siklus satu. Untuk
memperoleh data tentang nilai hasil belajar yang didapat siswa dalam
pembelajaran, apabila pada tindakan pertama terdapat kekurangan maka
direncanakan, diperbaiki, dan disempurnakan pada siklus selanjutnya.
4) Menganalisis dan refleksi hasil pembelajaran, untuk memperoleh data
berdasarkan kriteria-kriteia yang telah diterapkan, setelah dianalisis kemudian
direfleksikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki siklus selanjutnya.
c. Siklus III
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model disicovery learning
berdasarkan RPP yang sudah dipersiapkan sebelumnya berdasarkan hasil
refleksi dari siklus dua.
2) Melakukan pengamatan atau observasi saat pembelajaran berlangsung,
pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri.
3) Melakukan tes formatif pada akhir pembelajaran siklus satu. Untuk
memperoleh data tentang nilai hasil belajar yang didapat siswa dalam
pembelajaran, apabila pada tindakan pertama terdapat kekurangan maka
direncanakan, diperbaiki, dan disempurnakan pada siklus selanjutnya.
4) Menganalisis dan refleksi hasil pembelajaran, untuk memperoleh data
berdasarkan kriteria-kriteia yang telah diterapkan, setelah dianalisis kemudian
direfleksikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki siklus selanjutnya.
5) Membuat kesimpulan terhadap pembelajaran subtema keberagaman budaya
bangsaku dengan menggunakan model Outdoor learning
3. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya


pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh observer yaitu guru
kelas V yang akan mengamati proses berlangsungnya kegaiatan pembelajaran.
Pengamatan ini dilakukan pada tiap siklus.

4. Tahap Refleksi

Kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan PTK adalah tahap refleksi. Refleksi
dilaksanakan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan reflelksi
ini memberikan kemudahan untuk melakukan perubahan atau perbaikan pada
tindakan berikutnya.

C. Subjek dan Objek penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa bimbingan belajar JILC Tingat SMP.
Alasan peneliti menggunkan peserta didik tingkat SMP, karena
berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran guru hanya menggunakan
metode ceramah dan peserta didik tidak dilibatkan dalam aktivitas belajar. Selain
itu, adanya permasalahan yang dihadapi oleh guru di sekolah tersebut yaitu
mengenai hasil belajar peserta didik yang
masih rendah, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
beranggapan bahwa kelas V dalam pembelajaranini guru harus pandai
menggunakan model yang tepat agar hasil belajar peserta didik dapat tercapai
dengan optimal.

2. Objek Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Rancasawo 1


kecamatan buah batu kota bandung dalam subtema wujud benda dan cirinya tahun
ajaran 2017/2018. Alasan peneliti memilih lokasi di sd ini dikarenakan adanya
relasi sehingga dapat bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru kelas yang
bersangkutan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Penentuan
tempat ini diharapkan memberi kemudaha khususnya menyangkut kebiasaan yang
dilakukan dalam lingkungannya yang berhubungan dengan siawa sebagai objek.

D. Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini
digunakan instrumen atau alat pengumpulan data yang tepat untuk merekam
seluruh kegiatan proses pembelajaran dengan baik. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, LKS dan evaluasi.

a. Observasi

Observasi digunakan dalam kegiatan yang ditunjukkan untuk mengenali,


merekam, dan medokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang
dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat
sampingnya.
e. Dokumentasi

Nawawi (dalam Dadang Iskandar dan Narsim, 2015, hlm. 50) menyatakan
bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melaui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai dalil yang
berhubungan dengan masalah dengan masalah pendidikan.

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan


dokumen yang berasal dari arsip-arsip seperti hasil tes. Selain itu, teknik ini
digunakan dalam mengabadikan kegiatan pembelajaran secara visual yakni dalam
bentuk foto atau bias juga dalam bentuk video, peneliti menggunakan kamera
sebagai alat pengambil gambar selama proses penelitian

2. Instrumen Penelitian

Pada penelitin ini data yang akan dicari adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Adapun cara pengumpulan dan pengambilan data yaitu dengan cara
pemberian tes yang kan diberikan setiap akhir siklus. Instrument-instrumen yang
akan digunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (pp) adalah rencana yang


menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkn dalam
silabus. Rencana pelaksaan pembelajaran yang penulis susun sesuai dengn model
yang dugunakan yaitu model Outdoor learning pada subtema wujud benda dan
cirinya.
b. Lembar Observasi penilaian RPP

Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan dan aktivitas yang


dilakukan guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
terdiri dari dua macam, lembar penilaian RPP yaitu lembar penilaian pelaksanaan
pembelajaran serta lembar aktivitas belajar siswa.
Untuk memperoleh data penelitian ini, peneliti sebagai berikut:

1. Lembar penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


2. Lembar penelitian pelaksanaan pembelajaran
3. Lembar penelitian aktivitas belajar
4. Lembar penelitian hasil belajar

Instrument-intrumen diatas merupakan alat untuk memperoleh data pada


penelitian ini, dimana sasaran pengamatan pada penelitian ini adalah segala bentuk
perencanaan sampai kepada tahap pelaksanaan yang dilakukan pada proses
pembelajaran pada subtema wujud benda dan cirinya dengan menggunakan model
Outdoor learning.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti


ingin melakukan studi untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti. Dalam
PTK, wawancara juga digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang
diperoleh dari guru tentang pendapat penggunaan model Outdoor learning

c. Kuesioner (Angket)

Angket ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan respon belajar
siswa pada saat pembelajaran. Angket ini diberikan sebelum menggunakan model
pembelajaran Outdoor learning dan sesudah menggunakan model Outdoor
learning, sehingga didapatkan perbandingan antar aktivitas belajar awal dengan
aktivitas belajar siswa setelah menerapkan model Outdoor learning.
c. Tes (Pretest dan Postest)

Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran input dan output yang


berupa hasil belajar siswa. Pretest digunakan pada saat sebelum pembelajaran
dimulai sebelum menggunakan model Outdoor learning, sedangkan postest
dilakukan sesudah menggunakan model Outdoor learning, sehingga dapat dilihat
perbandingan antara hasil belajar awal siswa dengan hasil belajar akhir siswa.
Instrument test berbentuk essay dan disusun berdasarkan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.

Soal tes ini diberikan secara individu pada setiap akhir pembelajaran guna
mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai materi tentang wujud
benda dan cirinya setelah menggunakan model Outdoor learning.
d. Wawancara
3. Teknik analisis data

Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan sejak awal


penelitian, pada setiap aspek kegiatan peneitian. Penelitian juga dapat berlangsung
menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana kelas, hubungan guru dengan
siswa, siswa dengan teman yang lainnya.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data,
kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu
merangkainya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data
tersebut disusun dan diklasifikasikan, kemudian disajikan, dimaksud, dan terakhir
diperiksa keabsahannya.
1. Menganalisis perolehan data penilaian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan rancangan kegiatan-
kegiatan poses pembelajaran yang disusun oleh guru secara sistematis sesuai
deengan model Outdoor learning yang digunakan. Data yang diperoleh dari hasil
penilaian RPP dapat dianalisis dengan cara pengolahan data hasil penilaian RPP
dari mulai siklus I,II dan III diolah sesuai dengan skor yang diperoleh dari
kesesuaian peneliti merancang kegiatan pembelajaran yang sistematis dengan
menggunakan model Outdoor learning menghitung penilaian RPP menggunakan
rumus sebagai berikut :

2. Menganalisis Perolehan Data Pelaksanaan Pembelajaran Guru

3. Menganalisis Kriteria Keberhasilan Nilai Pretest dan Postest


Tabel 3.8
Kriteria Keberhasilan Nilai Pretest dan Postes
No Rentang Nilai Nilai Keterangan
1 85-100 A Sangat Baik
2 70-84 B Baik
3 55-69 C Sedang
4 40-54 D Kurang
5 <40 E Sangat Kurang
Setelah diperoleh nilai hasil belajar dari postest dan preetest, selanjutnya
adalah dicari rata-rata nilai keseluruhan siswa. Untuk menghitung rata-rata nilai
dari keseluruhan siswa dapat digunakan rumus perhitungan dari:

Keterangan:
X = Rata-rata
x = Skor
n = Banyak data/jumlah siswa
keterangan kriteria keberhasilan kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Keberhasilan Rata-rata Kelas
No Rentang Nilai Nilai Keterangan
1 85-100 A Sangat Baik
2 70-84 B Baik
3 55-69 C Sedang
4 40-54 D Kurang
5 <40 E Sangat Kurang

Keterangan :
Jumlah skor yang diperoleh dari penilaian pelaksanaan pembelajaran guru
adalah jumlah skor yang diperoleh dari indicator 1 sampai dengan indicator 15.
Skor total adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tertinggi. Pada
contoh ini, total skor 15 x 5 = 75
4. Menganalisis Kriteria Aktivitas Siswa
Keterangan :
X = Rata-rata
x = Skor
n = Banyak data/jumlah siswa
5. Menganalisis Kriteria Aktivitas Guru

Keterangan :
X = Rata-rata
x = Skor
n = Banyak data/jumlah siswa

E. Prosedur penelitian

Pada tahap ini terdiri dari 3 siklus yang masing-masing siklusnya terdiri
dari atas perencnaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam pelaksanaan
tindakan ini. Peneliti menentukan tiga suklus. Siklus ke satu dimaksudkan untuk
melaksanakan rencana penelitian awal. Sedangkan siklus kedua dilaksanakan
apabila siklus pertama perlu diadakannya perbaikan, jika belum berhasil maka
dilanjutkan pada siklus tiga.

Perhatikan bagai berikut ini.


Bagan I: Proedur Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi SUKLUS I Pelaksnaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

Selesai
1. Perencanaan
Dalan tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Rencana dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap
tindakannya agar mencapai hasil yang maksimal.
Tahap-tahap yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Permintaan izin kepada kepala sekolah beserta guru-guru SDN Komplek
Karang Taruna Sari agar penelitian ini dapat berjalan lancar.
b) Observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran awal tentang kondisi
pembelajaran sebelumnya.
c) Mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran yang
terjadi sebelumnya, agar mendapat solusi terhadap pembelajaran selanjutnya.
d) Mempersiapkan untuk kegiatan pembelajaran terlebih dahulu misalnya
membuat silabus tema indahnya kebersamaaan subtema keberagaman budaya
bangsaku,menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai.
e) dengan sintak model pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti yaitu
disvovery learning
f) Menyiapkan materi, bahan ajar , dan media pembelajaran yang akan
digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
g) Mendesain instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data tentang hasil belajar, aktivitas siswa, aktivitas guru, pandangan guru
kelas terhadap pembelajaran dengan menggunakan model yang diterapkan
oleh peneliti yaitu model Outdoor learning
2.2Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pretest pada siswa
b. Melaksanakan observasi, dimana mengimplementasikan
c. pembelajaran dengan model Outdoor learning
d. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), peneliti meminta guru
untuk mengobservasi, guna mengisi lembar observasi yang telah
dipersiapkan peneliti.
e. Melakuan postest pada siswa.

You might also like