Professional Documents
Culture Documents
SEPSIS NEONATRUM
Disusun Oleh :
FRIDA AMELIA EKAWATI
NIM : SN181068
A. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi
selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2014)
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doengoes, 2010).
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus
dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali
tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku
kedoktoran,
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada
bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup
B. Tanda dan Gejala
a. Umum : hipertermi kemudian hipotermi, tampak tidak sehat, malas
minum
b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,
hepatomegali
c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, napas cuping hidung,
merintih, sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler : sianosis,hipotensi,takikardi,bradikardia.
e. Sistem saraf pusat :tremor, kejang,penurunan kesadaran
f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, pendarahan.
(Mansjoer, 2008)
C. Klasifikasi
a. Sepsis dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau
cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
b. Sepsis lanjutan/nosokomial
Yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung
atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan
tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
Pathway
Mikroorganisme (bakteri,virus,jamur,dll)
Infeksi
Menghasilkan endotoksin
diaporesis takhipnoe
output berlebih
(Mansjoer, 2010)
E. Etiologi
a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis.
b. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab
paling sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B
(dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria,
sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus
viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes
simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis.
c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan
(Bobak, 2014)
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki-
laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor diluar ibu dan neonatal
a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh E.colli.
(Doengoes, 2010)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:
1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan
hipoglikemia
c. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
d. Awasi adanya hiperbilirubinemia
e. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima
nutrisi enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah
Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial,
antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang
perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan
vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.
Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic
yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi
Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai
untuk Meningitis.
(Hasan, 2016)
G. Komplikasi
a. Meningitis
b. Hipoglikemia, asidosis metabolik
c. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
d. ikterus/kernicterus
(Hasan, 2016)
H. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Identitas orang tua
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
2. Riwayat Prenatal
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
3. Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
- Kesadaran
- Vital sign
- Antropometri
2. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda
ponsep
3. Mata
Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera,
konjungtiva perdarahan dan anemis.
4. Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk
disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB
pertama kali.
5. Sistem Pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo,
teratur/tidak, bunyi napas
6. Tali Pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan
jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
7. Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
8. Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak,
posisi/postur, normal/abnormal.
9. Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah,
simetris/asimetris
10. Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
D. PEMERIKSAAN SPESIFIK
1. Apgar Score
2. Frekuensi kardiovaskuler
Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
3. Sistem Neurologis
- Refleks moro : tidak ada,
asimetris/hiperaktif
- Refleks menghisap : kuat, lemah
- Refleks menjejak : baik, buruk
- Koordinasi refleks menghisap dan menelan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan terganggunya
suplay oksigen kedalam jaringan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh
darah
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan pengeluaran,dehidrasi
4. Resiko tinggi septik syok berhubungan dengan imaturitas system imun
5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme
penyakit
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan oksigen b/d terganggunya suplay oksigen
kedalam jaringan
Tujuan umum :
- Jaringan mendapat suplay oksigen yang optimal
- Reduksi suplay oksigen tertangani
- Pertukaran darah arteri dan vena tanpa hambatan
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan kebutuhan oksigen
terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien tidak sesak
- Pernafasan 30-60x/meni
- tidak tampak sianosis
Intervensi Rasional
Mandiri
Pertahankan jalan nafas Membuat jalan nafas tetap tanpa
obstruksi
Pantau frekuensi dan kedalaman jalan Pernapasan cepat dan dangkal terjadi
nafas karena hipoksemia, stress dan sirkulasi
endotoksin
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, Kesulitan bernafas dan munculnya bunyi
mengi adventisius merupakan indikator dari
kongesti pulmona/ edema
intersisial
Kolaborasi
Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi Penurunan oksigen yang tidak dapat
kondisi bayi baru lahir dihentikan meningkatkan keadaan
hipoksia, mengakibatkan asidosis
metabolik
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tekanan darah, catat Hipotensi akan berkembang
perkembangan hipotensi bersamaan dengan mikroorganisme
menyerang aliran adrah
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan perfusi
jaringan,cairan dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi
Intervensi Rasional
Mandiri
Catat/ukur pengeluaran urin dan Penurunan keluaran urine dan berat
berat jenisnya jenis urine akan menyebabkan
hipovolemi
Kolaborasi
Berikan cairan IV
Sejumlah cairan diperluakn untuk
mengatasi hipovolemi
Pantau nilai laboratorium,mis :
Ht,jumlah SDM Mengevaluasi perubahan didalam
hidrasi/viskositas darah
Intervensi Rasional
Mandiri
Lakukan isolasi/pantau pengunjung Pembatasan pengunuung dubutuhkan
sesuai indikasi untuk melindungi pasien
imunosupresif serta menguransi resiko
terpapar infesi nsokomial
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontaminasi silang
melakukan intervensi walaupun
menggunakan sarung tangan steril
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau suhu pasien (derajat dan Demam menunjukan proses infeksius
pola),perhatikan menggigil dan akut. Pola demam dapat membantu
diaforesis dalam diagnosis Menggigil sering
mendahului puncak suhu.
Pantau suhu lingkungan Suhu ruangan/jumlah selimut harus
,batasi/tambah linen tempat tidur diubah untuk mempertahankan suhu
sesuai indikasi mendekati normal
Hasan, Rusepno. 2016. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.