Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit terus berkembang. Pelayanan RS meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keperawatan sebagai profesi, diberikan
oleh perawat profesional dan memiliki kode etik profesi
Dalam UU RI no 39 th 2009 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan
dan perawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk hal tersebut.
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan di
Rumah Sakit, yang menentukan baik buruknya pelayanan rumah sakit.
Perawat di Rumah Sakit merupakan jenis tenaga terbesar, memiliki jam kerja
24 jam sehari dan paling dekat berhubungan dengan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sesuai
standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan, serta peduli kepada kaum dhuafa;
b. Memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu yang diberikan
oleh SDM yang berkualitas;
c. Memberikan pelayanan perawatan pada pasien yang memerlukan
pertolongan dan mengatasi masalahnya dengan tepat;
d. Memberi pelayanan perawatan pada pasien sehingga pasien
mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri;
e. Meningkatkan pelayanan perawatan pada pasien dalam rangka
untuik meningkatkan derajat kesehatan.
f. Meningkatan mutu dan keselamatan pasein selama dalam
perawatan di Rumah Sakit Natalia.
2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Ruang Cendana
2. Ruang Anak
3. Ruang Mawar
4. Ruang Melati
5. Ruang Anggrek
D. Batasan Operasional
1. Keperawatan adalah Tindakan yang dilakukan untuk orang lain baik
sehat maupun sakit; meliputi memberikan bantuan /edukasi kesehatan,
merawat dan membantu ketika mereka sakit, termasuk kegiatan rehabilitasi,
pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan.
2. Keperawatan adalah pelayanan/tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh tenaga perawat harus didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan seni
keperawatan .
3. Pelayanan keperawatan adalah pemberi asuhan langsung kepada pasien
dan semua unsur keperawatan yang dikerjakan untuk kepentingan pasien
meskipun tidak selalu dihadapan mereka.
Praktik Keperawatan Profesional adalah kegiatan keperawatan yang
diberikan oleh perawat terdidik dan kompeten kepada klien/pasien,
berlandaskan teori dan konsep keperawatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan aktual dan potensial klien/pasien
4. Berpikir kritis adalah suatu sikap dan pendekatan, yaitu kemauan
memberi pertimbangan yang jujur pada setiap ide tetapi untuk menerima ide,
hanyadilakukan setelah merefleksikannya secara cermat tanpa
dipengaruhioleh opini yg ada atau ketidaksukaan atau prasangka.
5. Pelayanan rawat inap adalah suatu kegiatan dimana fokus kegiatannya
pada pasien yang memerlukan perawatan minimal 7 jam di rumah sakit.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
4. Undang-Undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
3
4
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
No Nama Jabatan
Jumlah = 12 jam
A X B X 365
(365−C ) X JAM KERJA
KETERANGAN:
T : TENAGA YANG DI TANYAKAN
A : 7,25 jam
B : 2 pasien/ hari
C : 76 hari
365 : JUMLAH HARI KERJA
7 : JAM KERJA
6
55% = tenaga profesional
45% = tenaga nonprofesional
B. Distribusi Ketenagaan
Shif pagi kepala ruang = 1 orang
Pelaksana Shif Pagi 47% = 1 orang
Pelaksana Shif sore 36% = 1 orang
Pelaksana Shif malam 17% = 1 orang
7
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Gerbang
utara
Poli
Farmasi
Anggrek musola
mawar cendan
a
Sofa bed
Jam dinding
Meja
Almari pakaian
Telepon
TV 17 inc
Water haeter
Kulkas
Almari pakaian
Sofa bed
Meja
Jam dinding
Kursi tunggu
9
TV 17 inc
Almari pakaian
Meja
Jam dinding
Kursi penunggu
Kipas angin
Jam dinding
Kamar 3 orang
Almari Pakaian
Kursi penunggu
Kipas angin
DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : ALAT PASIEN:
ALAT
10
2 Stetoskop 2/ruang 3/ruang
5 Sterilisator 1/ruang -
8 VC set 2/ruang -
11
bedah 1 : 1 )
24 Masker O2 2/ruang -
(R. Bedah 3/rg, R.
Dalam 6/rg)
28 Ambubag 1/ruang
29 WWZ 2/ruang
30 Kulkas 1/ruang
31 Animek 1/ruang
32 Nebulizer 1/ruang
33 EKG 1 ruang
2. Alat tenun
DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : ALAT PASIEN :
ALAT
12
1:5
6. Mitella/topi
1:1
1 : 1/3
13
18. Handuk tangan 1:3 1:1
3.
4. Alat Rumah Tangga
DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : PASIEN :
ALAT ALAT
2. Konter 1 /ruang
14
4. Box obat emergensi 1/ruang
15
18. Troly pispot 1 /ruang
-1/0rang
16
35. Meja kepala ruang 1/ruang
39. Almari
1/ruang
peralatan/instrumen
RSU
DEPKES
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO
RASIO PASIEN :
PASIEN : ALAT
ALAT
3 Formulir catatan 1 : 10 1 : 10
perkembangan
4 Formulir Observasi 1 : 10 1 : 10
6 Formulir Catatan 1 : 10 1 : 10
pengobatan
17
7 Formulir visite 1:1 1:1
6.
7.
18
19
BAB IV
A. PENGKAJIAN
2. Amati Pasien
b. Dengan segera ukur tanda vital pasien bila perawat melihat ada
tanda bahwa pasien mengalami masalah pernapasan, apakah
pernapasan terlalu cepat, atau warna kulitnya pucat atau kemerahan,
atau apakah pasien tampak mengalami kegawatan. Laporkan masalah
pada perawat yang bertanggung jawab atau dokter.
4. Memeriksa Pasien
20
3) Bila kulit bengkak atau pucat pada sisi tersebut dan pasien
merasa nyeri, mungkin cairan telah masuk ke dalam jaringan dan
jalur intravena harus dilepas dan dipasang lagi.
c. Peralatan makan yang kotor dan tisu kotor dapat menjadi sumber
infeksi.
d. Periksa bahwa area toilet bersih. Bila mungkin, lihat apakah pasien
mempunyai sabun dan handuk untuk mandi.
21
pernapasan (respirasi) dan tekanan darah. Perubahan pada tanda-tanda
vital ini dapat menunjukkan perubahan pada kondisi pasien. Tanda-tanda
vital harus diperiksa pada saat pasien masuk dan pada interval reguler
setelah masuk setiap 4 jam sekali. Tanda vital juga harus diperiksa
sebelum dan setelah prosedur invasif, sebelum dan setelah memberikan
medikasi yang dapat memengaruhi tekanan darah atau pernapasan,
sebelum dan setelah prosedur keperawatan yang dapat memengaruhi
tanda-tanda vital.
1. Suhu
Suhu tubuh adalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Suhu rata-
rata orang dewasa diukur secara axial antara 36,7C dan 37C.
1) peningkatan nadi
2) peningkatan pernapasan
3) menggigil
4) kulit dingin
3) rasa haus
4) dehidrasi
22
Ketika demam mulai turun, pasien masih merasa hangat dan
kemerahan serta berkeringat, pasien juga mengalami dehidrasi tetapi
tidak merasa menggigil. Suhu tubuh yang lebih rendah dari rata-rata
disebut hipotermia. Tanda klinis meliputi:
1) menggigil berat
5) disorientasi
23
1) Gunakan jari telunjuk dan ujung jari tengah atau ketiga
ujung jari tengah dan berikan tekanan sedang di atas titik nadi,
sampai denyutan terasa. Jangan menggunakan ibu jari karena
5) Bila nadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya pada
pasien tersebut, atau nadi tidak teratur atau sangat kuat atau
lemah, laporkan hal ini pada perawat atau dokter yang
bertanggung jawab.
24
3) Untuk memeriksa kedalaman pernapasan, perhatikan
gerakan dada pasien atau tempatkan tangan pada dada pasien
untuk merasakan gerakan. Ketika pasien bernapas, iga bergerak
ke atas dan ke bawah sehingga paru dapat berekspansi, ketika
pasien menghembuskan napas, iga bergerak kedalam seolah paru
ditekan. Bila ada banyak gerakan dada, pernapasan dalam, bila
gerakan sangat sedikit, pernapasan dangkal.
Tekanan darah adalah suatu ukuran tekanan yang dibuat darah saat
bergerak melalui arteri tubuh. Terdapat dua jenis tekanan darah yaitu
tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
25
Tekanan diastolik adalah tekanan paling rendah yang dihasilkan
ketika ventrikel kiri relaksasi. Ini adalah tekanan yang selalu ada
dalam arteri.
Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mm Hg) dan
biasanya diberikan sebagai tekanan sistolik diikuti dengan tekanan
diastolik, dengan garis miring di antaranya.Tekanan darah normal
orang dewasa dalam rentang dari 110/60 mm Hg - 140/90 mm Hg, dan
rata-rata adalah 120/80 mm Hg.
B. PERENCANAAN
C. TINDAKAN
26
D. EVALUASI
E. DOKUMENTASI
27
28
29
BAB V
LOGISTIK
A. MEDIS
NO JENIS URAIAN
NO JENIS URAIAN
Seperti :
1. Bolpoint
2. Buku kwarto
3. Kertas
4. Penggaris
Contoh :
1. Kain pel
2. Sabun
3. Lisol
4. Tempat sampah
3 Mebelair
Barang-barang yang berfungsi untuk menulis,
menyimpan bahan, alat dll.
1. Meja
2. Kursi
3. Al mari dll
1. Jam dinding
2. Bel panggil perawat
30
3. Kipas angin
4. AC dll
31
32
BAB VI
A.Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B.
Tujuan
1.
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2.
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3.
Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4.
Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
Pada tanggal 02 Mei 2007, WHO Collaborating Centre for Patient Safety
menerbitkan panduan “Nine Life-saving Patient Safety Solutions” (Sembilan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sembilan topik yang diberikan solusinya
adalah sebagai berikut :
33
1.
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look – Alike, Sound – Alike
Medications Names)
2. Pastikan identifikasi pasien
Komunikasi secara benar saat serah terima / operan pasien
3. Pastikan tindakan yang benar pada pada sisi tubuh yang benar
4. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
5. Pastikan akurasi pemberian obat
6. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
7. Gunakan alat injeksi sekali pakai
8.
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial
34
dan hasil pelayanan,pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadimya Kejadian Tidak Diharapkan
2.
Standar II. Mendidik Pasien dan Keluarga
a. Standar
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien
b. Kriteria
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan degan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan,
sehingga rumah sakit harus mempunyai system dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan
pasien dan keluarga dapat :
1)
Memberikan informasi yang benar, jelas,lengkap dan jujur.
2)
Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3)
Mengajukan pertanyaan – pertanyataan untuk hal yang tidak
dimengerti
4)
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5)
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6)
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7)
Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
3.
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
a.
Standar
35
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
b.
Kriteria
1)
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan,rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit
2)
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan
sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar
3)
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
4)
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif
4.
Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
a.
Standar
Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menanalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
36
b.
Kriteria
1)
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah bisnis
terkini, praktis bisnis yang sehat, dan factor – factor lain yang
berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
2)
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan
3)
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus resiko tinggi
4)
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan system yang diperlukan,
agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin
5.
Standar V. Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Keselamatan
Pasien
a.
Standar
1)
Pemimpin mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”
37
2)
Pemimpin menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan
3)
Pemimpin mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien
4)
Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji,dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien
5)
Pemimpin mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
b.
Kriteria
1)
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien
2)
Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis
kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris
Cedera” sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan”
3)
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien
4)
Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi resiko
kepada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis
38
5)
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan external berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang analisis akar masalah (RCA) “Kejadian Nyaris
Cedera/ Near Miss” dan “Kejadian Sentinel” pada program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan
6)
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden,misalnya menangani “Kejadian Sentinel” atau kegiatan
proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”
7)
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secaraa sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin
8)
Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut
9)
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya
6.
Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
a.
Standar
1)
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
39
2)
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
b.
Kriteria
1)
Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing – masing
2)
Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in – serving training dan memberi pedoman
yang jelas tentang pelaporan insiden
3)
Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (team work) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
7.
Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi staf untuk
Mencapai Keselamatan Pasien
a.
Standar
1)
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses – proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan exernal
2)
Tranmisi data harus tepat waktu dan akurat
b.
Kriteria
40
1)
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal
– hal yang terkait dengan keselamatan pasien
2)
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada
E.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1.
Bangun Kesadaran Nilai Keselamatan Pasien
a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran
dan akuntabilitas individual bila ada insiden
2)
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit
3)
Lakukan assesmen dengan menggunakan survey penilaian
keselamatan pasien
b.
Bagi Unit / Tim
41
c.
Prinsip Penting
1)
Staf beserta rumah sakit selalu mampu mengakui dan belajar dari
kesalahan dan bertindak untuk memperbaiki
2)
Terbuka untuk berbagi informasi dan dalam hal Kejadian Tidak
Diharapkanstaf ditangani secara adil
3)
Semua Kejadian Tidak Diharapkan terkait dengan system,
mencari kesalahan pada system akan membantu rumah sakit
belajar untuk menekan insiden
2.
Pimpin Dan Dukung Staf
a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Pastikan ada anggota direksi ataau pimpinan yang bertanggung
jawab atas keselamatan pasien
2)
Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan
keselamtan pasien
3)
Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat
direksi/pimpinan maupun rapat – rapat manajemen rumah sakit
4)
Masukkan program keselamatan pasien dalam semua program
latihan staf rumah sakit dan pastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya
42
b.
Bagi Unit/ Tim
1)
Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk
memimpin Gerakan Keselamatan Pasien
2)
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan Gerakan Keselamatan
Pasien
3)
Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
c.
Prinsip Penting
1)
Pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit membutuhkan
motivasi dan komitmen pimpinan : Direksi, Pimpinan Klinis
dan manajerial dari seluruh jajaran pelayanan
2)
Pimpinan perlu menunjukan bahwa keselamatan pasien adalah
prioritas
3)
Buat suatu istem agar staf mudah melapor bila merasa bahwa
asuahan pasien tidak aman
3.
Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko
a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Telah kembali stuktur dan proses yang ada dalam manajemen
resiko klinis dan non klinis serta pastikan hal tersebut
mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf
43
2)
Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh
Direktur/Pimpinan rumah sakit
3)
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan assesmen resiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien
b.
Bagi Unit/Tim
1)
Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan
isu – isu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen terkait
2)
Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien pada prosses
assesmen reseiko rumah sakit
3)
Lakukan proses assesmen resiko secara teratur untuk
menentukan akseptabilitas setiap resiko dan ambillah langkah –
langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut
4)
Pastikan penilaian resiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses assesmen dan pencatatan resiko rumah sakit
c.
Prinsip penting
1)
Manajemen resiko terintegrasi berarti bahwa pelajaran dari
suatu area resiko dapat segera disebarkan ke area resiko yang
lain
2)
Konsisten melaksanakan identifikasi, assesmen, analisis dan
investigasisemua resiko
44
4.
Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf anda dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
a.
Bagi Rumah Sakit
Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden kedalam
maupun keluar yang harus dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit(KKPRS), Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI)
b.
Bagi Unit/Tim
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga karena mengandung bahan pelajaran yang
penting
c.
Prinsip Penting
1)
Pelaporan insiden adalah langkah pertama proses mencegah
Kejadian Tidak Diharapkan
2)
Staf penting memahami apa Insiden Keselamatan Pasien yang
harus dilaporkan dan bagaimana cara melaporkannya
5.
Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
a.
Bagi rumah sakit
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara – cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya
45
2)
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden
3)
Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya
b.
Bagi unit/tim
1)
Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
2)
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
3)
Pastikan segera setelah kejadian, tim menunjukan empati
kepada pasien dan keluarganya
c.
Prinsip penting
1)
Banyak pasien sudah mengerti tentang kondisinya sehingga dapat
membantu identifikasi resiko dan merencanakan solusi terhadap
masalah KP
2)
Staf perlu melibatkan pasien dalam proses diagnose, terapi, diskusi
resiko,monitoring, segera diskusikan Kejadian Tidak Diharapkan
secara bijak dan dengan penuh empati
3)
Keterbukaan ini akan membantu pasien untuk lebih baik menerima
resiko atau Kejadian Tidak Diharapkan
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul
46
a.
Bagi rumah sakit
1)
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
2)
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisa Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
pertahun melakukan Failur Modes and Fffects Analysis
(FMEA) untuk proses resiko tinggi
b.
Bagi unit/tim
1)
Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
2)
Identifikasi atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara luas
c.
Prinsip penting
1)
Bila insiden terjadi, isu penting bukanlah “SIAPA YANG
SALAH” tapi “bagaimana dan mengapa hal itu terjadi”
2)
Belajar secara sistematik tentang tipe insiden yang perlu
dilaporkan, informasi apa dan kapan diperlukan, bagaiman
menganalisis dsb
47
1)
Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari
system pelaporan, assesmen resiko,kajian insiden dan audit
serta analisis untuk menentukan solusi setempat
2)
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system
(stuktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrument yang
menjamin keselamatan pasien
3)
Lakukan assesmen resiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan
4)
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) – Perhimpunan
Rumah Sakit SeluruhIndonesia (PERSI)
5)
Beri umpan balik kepada staf tentang tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan
b.
Bagi Unit/Tim
1)
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
2)
Telaah kembali perubahan – perubahan yang telah dibuat oleh
tim anda dan pastikan pelaksanaannya
3)
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan
c.
Prinsip penting
48
Dari solusi dibuat system baru sehinngga staf mudah melaksanakan
asuhan yang lebih baik dan lebih aman
49
50
51
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1) Sarung tangan
52
e) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah
yang telah disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat
sampah infeksius
4) Masker
Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga alat itu
tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap faktor – faktor yang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini berarti bahwa prosedur
yang cocok untuk melaporkan kerusakan pemeriksaan rutin, pembangunan
perbaikan dan pembersihan harus dilaksanakan.
Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan
besok akan di pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk dan rusak.
Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting agar fungsi alat
pelindung diri tetap baik.
Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi yang
baik, tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di simpan baik untuk
mencegah kerusakan dan hilang.
Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di simpan
dengan baik sesuai dengan ketentuan.
53
54
55
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
C. SASARAN
56
1. Terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan dan kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Terlaksananya dokumen asuhan keperawatan yang lengkap dan
benar.
PELAKSANAAN (bulan)
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penilaian instrumen A x x X x
2 Penilaian instrumen B x x X x
3 Penilaian instrumen C x x X x
4 Discharge planning x X x
5 Kejadian dekubitus x x x x X x x x X x x x
6 Kesalahan pemberian
x x x x X x x x X x x x
obat oleh perawat
9 Phlebitis X x x x X x x x X x x x
10 Kebersihan diri X x x x X x x x X x x x
12 Ketidaktepatan
penggantian cairan x x x X x x x X x x x
infuse
57
E. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
1. Setiap satu bulan sekali bagian keperawatan membuat laporan
evaluasi pelaksanaan kegiatan indikator mutu pelayanan keperawatan
kepada pimpinan RS Natalia.
2. Analisa hasil penilaian indicator mutu keperawatan dan tindak
lanjut dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Komite Keperawatan (Sub
Komite Mutu Pelayanan Keperawatan)
F. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan pelaporan hasil program mutu keperawatan dibuat setiap hari
dan atau maksimal1 bulan setelah kegiatan selesai. Sedangkan evaluasi
program dilakukan setiap satu tahun sekali.
58
BAB IX
LAPORAN
A. Laporan Harian
Laporan harian merupakan pencatatan rutin yang dilakukan setiap hari dalam
buku kegiatan harian oleh staf. Pencatatan harian yang ada di Bidang
Keperawatan antara lain :
B. Laporan Bulanan
C. Laporan Tahunan
1. Pendahuluan,
59
a. Laporan RealisasiProgramKerjaBulanan,
b. LaporanKegiatan Rutin harian,
c. LaporanKegiatan Insidentil,
d. Laporan Peningkatan mutu bagian,
4. Evaluasidan Analisiskegiatan/laporan,
6. Penutup,
7. Lampiran/data pendukung
60
61
BAB X
PENUTUP