You are on page 1of 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit terus berkembang. Pelayanan RS meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keperawatan sebagai profesi, diberikan
oleh perawat profesional dan memiliki kode etik profesi
Dalam UU RI no 39 th 2009 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan
dan perawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk hal tersebut.
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan di
Rumah Sakit, yang menentukan baik buruknya pelayanan rumah sakit.
Perawat di Rumah Sakit merupakan jenis tenaga terbesar, memiliki jam kerja
24 jam sehari dan paling dekat berhubungan dengan pasien.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di


rumah sakit, apabila pelayanan keperawatannya bermutu, maka pelayanan
kesehatan di rumah sakit tersebut juga bermutu karena mayoritas pemberian
pelayanan di rumah sakit diberikan oleh tenaga perawat. Pelayanan
keperawatan adalah pelayanan yang bersifat humanistik dan unik, oleh sebab
itu diperlukan kiat-kiat khusus dari perawat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan.

Perawat dalam memberikan bantuan umumnya bersifat jasa, penawaran jasa di


rumah sakit sangat padat karya apabila kualitas dan jumlah poerawat kurang akan
mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Berdasarkan hal
diatas, maka pemenuhan kebutuhan tenaga perawat tidak bisa dalam waktu yang
singkat, sehingga dalam perencanaannya harus memperhatikan visi dari rumah
sakit, mempelajari faktor-faktor yang berkaitan pada tingkat makro rumah saki
seperti : landasan hukum, target area, populasi dan data sekunder (data statistik
kesehatan) dan mempelajari
hal-hal yang bersifat mikro rumah sakit seperti : analisis situasi tenaga
perawat, beban kerja perawat, dan kinerja personal,.

Terdapat banyak peran dalam keperawatan. Perawat merawat pasien,


melakukan prosedur yang diprogramkan oleh dokter dan berkolaborasi
dengan dokter dan anggota tim kesehatan lain, mengkaji pasien dan
mengatasi masalah mereka. Perawat mengkoordinasikan pekerjaan orang lain
yang terlibat dalam perawatan pasien, termasuk keluarga pasien, yang dapat
melakukan banyak perawatan untuk pasien. Perawat juga melindungi pasien,
bekerja untuk mencegah infeksi dan menjamin lingkungan yang aman dan
sehat dalam rumah sakit. Perawat dalam melaksanakan asuhan juga harus
berpikir kritis dalam menanggapi dan menghadapi permasalahan di
pelayanan, tanpa harus menunggu advis dokter.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Meningkatkan pelayanan keperawatan sehingga mencapai kemandirian


klien dalam meningktakan status kesehatan secara optimal dengan
pencegahan sakit dan peningkatan keadaan sehat.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sesuai
standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan, serta peduli kepada kaum dhuafa;
b. Memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu yang diberikan
oleh SDM yang berkualitas;
c. Memberikan pelayanan perawatan pada pasien yang memerlukan
pertolongan dan mengatasi masalahnya dengan tepat;
d. Memberi pelayanan perawatan pada pasien sehingga pasien
mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri;
e. Meningkatkan pelayanan perawatan pada pasien dalam rangka
untuik meningkatkan derajat kesehatan.
f. Meningkatan mutu dan keselamatan pasein selama dalam
perawatan di Rumah Sakit Natalia.

2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Ruang Cendana
2. Ruang Anak
3. Ruang Mawar
4. Ruang Melati
5. Ruang Anggrek

D. Batasan Operasional
1. Keperawatan adalah Tindakan yang dilakukan untuk orang lain baik
sehat maupun sakit; meliputi memberikan bantuan /edukasi kesehatan,
merawat dan membantu ketika mereka sakit, termasuk kegiatan rehabilitasi,
pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan.
2. Keperawatan adalah pelayanan/tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh tenaga perawat harus didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan seni
keperawatan .
3. Pelayanan keperawatan adalah pemberi asuhan langsung kepada pasien
dan semua unsur keperawatan yang dikerjakan untuk kepentingan pasien
meskipun tidak selalu dihadapan mereka.
Praktik Keperawatan Profesional adalah kegiatan keperawatan yang
diberikan oleh perawat terdidik dan kompeten kepada klien/pasien,
berlandaskan teori dan konsep keperawatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan aktual dan potensial klien/pasien
4. Berpikir kritis adalah suatu sikap dan pendekatan, yaitu kemauan
memberi pertimbangan yang jujur pada setiap ide tetapi untuk menerima ide,
hanyadilakukan setelah merefleksikannya secara cermat tanpa
dipengaruhioleh opini yg ada atau ketidaksukaan atau prasangka.
5. Pelayanan rawat inap adalah suatu kegiatan dimana fokus kegiatannya
pada pasien yang memerlukan perawatan minimal 7 jam di rumah sakit.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
4. Undang-Undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

3
4
5

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

No Nama Jabatan

1 Widya Nursanti Kepala


Ruang

2 Tika Mukti Nastiti, Amk K a Tim

3 Mulyani, Amk Pelaksana

4 Mustofa Sahroni, Amk Pelaksana

5 Sriyanto , Amk Pelaksana

1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien Bangsal


perhari, yaitu :
2. Keperawatan Langsung, standar waktu pelayanan pasien rawat
inap sebagai berikut :

a. Perawatan mandiri memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam


b. Perawatan sebagian memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24
jam
Pada pasien ranap 801: 365 = rata-rata orang 2 perhari, dengan
rincian diperoleh sebagai berikut :

2 pasien x 6 jam ( PERAWATAN MAKSIMAL ) = 12 jam

Jumlah = 12 jam

d. Keperawatan Tidak Langsung 2 orang x 1 jam =


2 jam
e. Penyuluhan kesehatan = 2 orang x 0,25 jam =
0,5 jam
Total keseluruhan = 14,5 jam

3. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan


perpasien perhari adalah = 14,5 : 2 = 7,25 jam
4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga dengan menggunkan rumus
Gilles:
RUMUS

A X B X 365
(365−C ) X JAM KERJA
KETERANGAN:
T : TENAGA YANG DI TANYAKAN
A : 7,25 jam
B : 2 pasien/ hari
C : 76 hari
365 : JUMLAH HARI KERJA
7 : JAM KERJA

7,25 jam/ pasien/hari x 2 pasien/hr x 365 hari


(365 hari – 76) x 7 jam=2023
5292,5
= 2,6 = 3 Orang
2.023

Cadangan 20% x 3 orang = 0,6 orang

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan 3 + 0,6 = 3,6= 4 orang/hari

5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang


dibutuhkan perhari yaitu
2 pasien x 7,25 Jam
=2Orang
7 Jam
6. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift,
yaitu dengan

Ketentuan Eastler (Swansburg,1990)

Shif Pagi 47% = 1 orang

Shif sore 36% = 1 orang

Shif malam 17% = 1 orang

7. Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah

6
55% = tenaga profesional
45% = tenaga nonprofesional

B. Distribusi Ketenagaan
Shif pagi kepala ruang = 1 orang
Pelaksana Shif Pagi 47% = 1 orang
Pelaksana Shif sore 36% = 1 orang
Pelaksana Shif malam 17% = 1 orang

7
8

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Gerbang
utara

Poli

Farmasi

Anggrek musola

mawar cendan
a

Melat R. Jaga Ruang anak


bangsal
B. Standar Fasilitas

Standar fasilitas ruang rawat RS Natalia seperti :

NO RUANG FASILITAS KET

1 VIP Kamar sendiri


. TT elekrik

Sofa bed

Jam dinding

Meja

Almari pakaian

Telepon

Kursi tunggu, kursi teras

TV 17 inc

Kamar mandi dalam

Water haeter

Kulkas

2 Klas I Kamar berdua


. TT Pasien

Almari pakaian

Sofa bed

Meja

Jam dinding

Kursi tunggu

9
TV 17 inc

Kamar mandi dalam

3 Klas II Satu ruang untuk 2 orang


. Tempat tidur pasien

Almari pakaian

Meja

Jam dinding

Kursi penunggu

Kipas angin

4 Klas III TT Pasien


. Meja

Jam dinding

Kamar 3 orang

Almari Pakaian

Kursi penunggu

Kipas angin

C. STANDARISASI PERALATAN KEPERAWATAN


1. Alat Keperawatan dan kebidanan di ruang rawat inap

DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : ALAT PASIEN:
ALAT

1 Tensi meter 2/ruang 2/ruang

10
2 Stetoskop 2/ruang 3/ruang

3 Timbangan BB/TB 1/ruang 1/ruang

4 Irrigator set 2/ruang 1/ruang

5 Sterilisator 1/ruang -

6 Tabung oksigen/flow 2 /ruang Flow meter


(R. Bedah
meter 2-/ruang
3/ruang. R.
Dalam 6/ruang)

7 Slym Zuiger 2 /ruang 1/ruang

8 VC set 2/ruang -

9 Gunting verband 2/ruang 1/ruang

10 Korentang dan tempatnya 2/ruang 2/ruang

11 Bak instrument besar 2/ruang 2/ruang

12 Bak Instrumen sedang 2/ruang 2/ruang

13 Bak Instrumen kecil 2/ruang 1/ruang

14 Blas Spuit 2/ruang -

15 Gliserin spuit 2/ruang 1/ruang

16 Bengkok 2/ruang 2/ruang

17 Pispot 1:½ Kl I= 1:1


Kl II = 1:1/2
Kl III = 1:1/4

18 Urinal 1:½ -1 kamar 1

19 Set Angkat jahit 1:½ -

20 Set ganti balut 5/ruang ( rg.


-
Bedah 1 : 1/3)

21 Termometer 5/ruang ( R. 1:1/5

11
bedah 1 : 1 )

22 Standar infuse 1:1 1:1

23 Eskap 1:¼ 1:1/5

24 Masker O2 2/ruang -
(R. Bedah 3/rg, R.
Dalam 6/rg)

25 Nasal Kateter 2/ruang -


(R. Bedah 3/rg, R.
Dlama6/rg)

26 Reflek hamer 1/ruang 1/ruang

27 Kasur dekubitus -/ruang

28 Ambubag 1/ruang

29 WWZ 2/ruang

30 Kulkas 1/ruang

31 Animek 1/ruang

32 Nebulizer 1/ruang

33 EKG 1 ruang

2. Alat tenun

DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : ALAT PASIEN :
ALAT

1. Gordyn 1:2 1:2

2. baju pasien 1:1

12
1:5

3. Sprei besar 1:5 1:4

4. Manset dewasa 1 : 1/4 1:1/10

5. Manset anak 1 : 1/3 1/ruang (untuk


ruang dewasa,
dan 2/ruang
untuk ruang
anak)

6. Mitella/topi
1:1
1 : 1/3

7. Selimut bedcover 1:1 1:1

8. Selimut biasa 1:5 1:4

9. Selimut anak 1: 6–8 1:4

10. Sprei kecil 1: 6–8 1:4

11. Sarung bantal 1: 6 1:4

12. Sarung guling 1:3 1:4

13. Sarung kasur 1:1 1:1

14. Sarung oksigen 1 : 1/3


-

15. Viltrase 1:2


1:2

16. Tutup alat 1:2


1:1

17. Steek laken 1 : 6-8


1:4

13
18. Handuk tangan 1:3 1:1

19. Waslap 1:5


1:2

20. Banak Schort 1:½


-

21. Gurita dewasa 1:½


1:1

22. Lap piring 1:¼


-

23. Lap kerja 1:½


1:1/5

24. Masker 1:½


1:1/5

3.
4. Alat Rumah Tangga

DEPKES RSU
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO RASIO
PASIEN : PASIEN :
ALAT ALAT

1. Kursi roda 2-3/ruang 1/ruang

2. Konter 1 /ruang

3. Lemari obat emergensi 1 /ruang

14
4. Box obat emergensi 1/ruang

5. Light cast 1 /ruang


1/ruang

6. Meja pasien 1:1


1:1

7. Over bad table 1:1


1:1

8. Standar Waskom dobel 4-6/ruang


2/ruang

9. Waskom mandi 8-12/ruang


1/ 0rang

10. Lampu sorot 1 /ruang


1/ruang

11. Lampu senter 1 -2/ruang


1/ruang

12. lampu kunci duplikat 1 /ruang

13. Nampan 2-3/ruang


3/ruang

14. Tempat tidur fungsional 1: 1


1:1

15. Tempat tidur biasa 1 : 1/2

16. Troly obat 1 /ruang


1/ruang

17. Troly balut 1 /ruang 1/ruang

15
18. Troly pispot 1 /ruang
-1/0rang

19. Troly suntik 1 /ruang


1/ruang

20. Timbangna BB/TB 1 /ruang 1/ruang

21. Timbangan bayi 1 /ruang 1/ruang

22. Dorongan oksigen 1 /ruang -

23. Piring makan 1:1


1:1

24. Piring snack 1:1 1:1

25. Gelas 1:2 1:1

26. Tatakan dan tutup gelas 1:2


1:2

27. Senduk 1:2


1:2

28. Garpu 1:2 1:2

29. Kran air 1:1 1 per kamar


mandi

30. Baki 5/ruang -

31. Tempat sampah pasien 1:1 1:1

32. Tempat sampah besar 4/ruang


2/ruang
tertutup

33. Counter perawat 1/ruang

34. Meja kerja perawat 1/ruang

16
35. Meja kepala ruang 1/ruang

36. Kursi kantor


10/ruang

37. Almari obat 1/ruang

38. Almari dikumen 1/ruang

39. Almari
1/ruang
peralatan/instrumen

40. Rak pispot/urinal 1/ruang

5. Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap

RSU
DEPKES
NATALIA
NO NAMA BARANG
RASIO
RASIO PASIEN :
PASIEN : ALAT
ALAT

1 Formulir Pengkajian 1 : 1 1:1


awal

2 Formulir Rencana 1 : 5 1:5


Keperawatan

3 Formulir catatan 1 : 10 1 : 10
perkembangan

4 Formulir Observasi 1 : 10 1 : 10

5 Formulir resume 1 : 1 1:1


keperawatan

6 Formulir Catatan 1 : 10 1 : 10
pengobatan

17
7 Formulir visite 1:1 1:1

8 Formulir Laboratorium 1 : 3 1:3


lengkap

9 Rontgen 1:2 1:2

10 Formulir Permintaan 1 : 1 1:1


darah

11 Formulir Keterangan 5 lbr/bulan 5 lbr/bulan


kematian

12 Resep 10 buku /bl 10 buku /bl

13 Formulir Konsul 1:5 1:5

14 Formulir resiko jatuh 1:1 1:1

15 Formulir Permintaan obat 1:1 1:1

16 Buku ekspedisi 10/rg/th 10/rg/th

17 Buku regester pasien 4/rg/th 4/rg/th

18 Buku folio 4/rg/th 4/rg/th

19 White board 1/ ruang 1/ ruang

20 Perforator 1/ ruang 1/ ruang

21 Steples 2/ ruang 2/ ruang

22 Pensil 5 /ruang 5 /ruang

23 Pemerah / biru 2 /ruang 2 /ruang

24 Spidol white board 6/ ruang 2/ ruang

6.
7.

18
19

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGKAJIAN

1. Dapatkan Informasi Latar Belakang

Sebelum perawat memasuki ruangan pasien, periksa catatan untuk


melihat apa yang telah dilakukan hari ini, apa masalah pemberi perawatan
lain yang telah dicatat, dan apakah ada informasi baru lainnya tentang
pasien. Bila mungkin, bicarakan hal ini dengan perawat yang telah selesai
tugas.

2. Amati Pasien

a. Dengarkan pernapasan pasien, lihat warna kulitnya, dan lihat


apakah pasien dalam keadaan sadar.

b. Dengan segera ukur tanda vital pasien bila perawat melihat ada
tanda bahwa pasien mengalami masalah pernapasan, apakah
pernapasan terlalu cepat, atau warna kulitnya pucat atau kemerahan,
atau apakah pasien tampak mengalami kegawatan. Laporkan masalah
pada perawat yang bertanggung jawab atau dokter.

c. Jangan membangunkan pasien untuk pengkajian atau perawatan


kecuali pernapasan atau warna kulit pasien menunjukkan ada masalah.
Bila pernapasan, warna kulit, atau posisi pasien di tempat tidur
menunjukkan ketidaksadaran bukan keadaan tidur, coba untuk
membangunkan pasien. Jika petugas/perawat tidak berhasil
membangunkan pasien, panggil bantuan. Pada saat yang sama,
pastikan bahwa jalan napas pasien terbuka, jika perlu buka jalan napas
dengan head tilt, chin lift.

3. Bicara Dengan Pasien


Jika pasien sadar, tanyakan bagaimana keadaannya dan apakah pasien
merasa nyaman.

a. Tanyakan adanya nyeri yang dirasakan.

b. Tanyakan apakah tindakan atau medikasi yang diberikan


membantu.

c. Tanyakan apakah pasien telah makan dan minum

d. Tanyakan tentang eliminasi urinarius dan fekal.

e. Perhatikan masalah yang disebutkan pasien.

4. Memeriksa Pasien

Periksa pasien dengan singkat dari kepala sampai kaki, perhatikan


adanya perubahan atau abnormalitas. Perhatikan pada masalah yang
membawa pasien kerumah sakit.

5. Memeriksa Peralatan Yang Digunakan

Pemeriksaan yang dilakukan akan bergantung pada masalah pasien dan


peralatan yang digunakan untuk masalah tersebut. Mungkin berupa
sistemoksigen, slang nasogastrik, kateter menetap, atau jalur intravena.

a. Bila pasien mendapatkan oksigen

b. Yakinkan bahwa kanula atau kateter dipasang dengan tepat. Periksa


bahwa oksigen dilembapkan dan diberikan dalam jumlah liter per menit
sesuai program. Periksa juga bahwa oksigen di dalam tabung dalam
jumlah cukup.

c. Bila pasien terpasang jalur intravena

1) Pastikan jalur intravena terbuka dan larutan yang tepat


mengalir dalam kecepatan yang benar.

2) Periksa area masuknya kateter ke dalam kulit untuk adanya


kemerahan, panas, atau tanda cairan yang mungkin bocor dari vena
ke dalam jaringan.

20
3) Bila kulit bengkak atau pucat pada sisi tersebut dan pasien
merasa nyeri, mungkin cairan telah masuk ke dalam jaringan dan
jalur intravena harus dilepas dan dipasang lagi.

d. Bila pasien menggunakan kateter Foley

1) Periksa haluaran urine.

2) Perhatikan apakah urine jernih, berkabut, kemerahan, atau


gelap dan pekat. Periksa catatan asupan dan haluaran untuk
membantu menganalisis status cairan pasien.

3) Yakinkan bahwa slang kateter Foley tidak terpelintir.

4) Urin bag tidak boleh berada di lantai.

6. Mengkaji Lingkungan Pasien

Tindakan ini adalah tanggung jawab perawat untuk melihat apakah


lingkungan bersih dan aman.

a. Periksa seluruh kebersihan ruangan dan lantai. Pastikan bahwa


lantai dalam keadaan kering.

b. Periksa tempat tidur pasien dan area sekitarnya. Pastikan bahwa


seprai bersih dan halus serta area sekitar tempat tidur bersih dan rapi.

c. Peralatan makan yang kotor dan tisu kotor dapat menjadi sumber
infeksi.

d. Periksa bahwa area toilet bersih. Bila mungkin, lihat apakah pasien
mempunyai sabun dan handuk untuk mandi.

e. Periksa apakah pasien mempunyai apa yang diperlukannya. Bila


pasien dapat minum air, yakinkan bahwa tersedia air bersih di samping
tempat tidur.

7. Mengukur Tanda Vital Pasien

Salah satu aspek paling penting dari pengkajian pasien adalah


mengukur tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital pasien adalah suhu, nadi,

21
pernapasan (respirasi) dan tekanan darah. Perubahan pada tanda-tanda
vital ini dapat menunjukkan perubahan pada kondisi pasien. Tanda-tanda
vital harus diperiksa pada saat pasien masuk dan pada interval reguler
setelah masuk setiap 4 jam sekali. Tanda vital juga harus diperiksa
sebelum dan setelah prosedur invasif, sebelum dan setelah memberikan
medikasi yang dapat memengaruhi tekanan darah atau pernapasan,
sebelum dan setelah prosedur keperawatan yang dapat memengaruhi
tanda-tanda vital.

1. Suhu

Suhu tubuh adalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Suhu rata-
rata orang dewasa diukur secara axial antara 36,7C dan 37C.

Suhu lebih tinggi dari rata-rata disebut demam atau hipertermia.


Tanda demam meliputi;

1) peningkatan nadi

2) peningkatan pernapasan

3) menggigil

4) kulit dingin

5) perasaan kedinginan (menggigil).

Selama perjalanan demam, tanda klinis meliputi:

1) kulit hangat saat

2) peningkatan kontinu frekuensi nadi dan pernapasan

3) rasa haus

4) dehidrasi

5) kehilangan nafsu makan disentuh

6) perasaan umum tidak enak

7) mengantuk, gelisah dan pada kasus berat, delirium.

22
Ketika demam mulai turun, pasien masih merasa hangat dan
kemerahan serta berkeringat, pasien juga mengalami dehidrasi tetapi
tidak merasa menggigil. Suhu tubuh yang lebih rendah dari rata-rata
disebut hipotermia. Tanda klinis meliputi:

1) menggigil berat

2) pucat, dingin, kulit mengkilat

3) tekanan darah rendah (hipotensi)

4) penurunan haluaran urine

5) disorientasi

6) pada kasus berat, mengantuk dan koma

b. Mengukur nadi pasien

Nadi orang dewasa normal biasanya 60 - 80 kali per menit, tetapi


rentangnya 60 - 100. Nadi lebih cepat pada wanita daripada pria.
Lebih cepat pada anak daripada orang dewasa. Nadi meningkat karena
latihan dan stres, dan ketika pasien demam. Nadi juga lebih cepat
ketika pasien kehilangan darah. Beberapa medikasi menurunkan
frekuensi nadi dan obat lain meningkatkannya. Mengukur nadi pasien
penting untuk mengetahui apakah ada dalam rentang normal, dan
apakah nadi ini teratur atau tidak.

Kebanyakan nadi diukur pada sisi dalam pergelangan tangan, ini


disebut nadi radialis.Nadi juga dapat diukur pada banyak tempat lain
di tubuh. Bila perawat tidak dapat mengukur pada nadi radialis karena
pasien menggunakan balutan di tempat tersebut, atau perawat perlu
mengkaji nadi pada bagian tertentu tubuh, gunakan tempat lain. Nadi
yang diambil dari tempat yang jauh dari jantung disebut nadi perifer.
Untuk mengukur nadi perifer pasien, apakah pada pergelangan tangan
atau tempat lain, perawat memerlukan jam dengan detik.

23
1) Gunakan jari telunjuk dan ujung jari tengah atau ketiga
ujung jari tengah dan berikan tekanan sedang di atas titik nadi,
sampai denyutan terasa. Jangan menggunakan ibu jari karena

2) Hitung jumlah denyutan selama satu menit penuh. Setelah


itu, bila nadi normal, hitung selama 30 detik dan kalikan dua.

3) Perhatikan apakah nadi lemah, normal, atau terlalu kuat


(menonjol).

4) Perhatikan apakah nadi teratur atau tidak.

5) Bila nadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya pada
pasien tersebut, atau nadi tidak teratur atau sangat kuat atau
lemah, laporkan hal ini pada perawat atau dokter yang
bertanggung jawab.

c. Memeriksa pernapasan pasien

Frekuensi pernapasan normal atau respirasi, pada orang dewasa


dalam keadaan istirahat adalah 12 (atau lebih umum 15) sampai 20
kali/menit. Frekuensi lebih tinggi pada bayi. Juga lebih tinggi pada
individu yang melakukan latihan atau stres, dan ketika suhu luar lebih
tinggi. Infeksi dan gangguan pernapasan meningkatkan frekuensi
pernapasan juga. Beberapa medikasi seperti narkotik menurunkan
respirasi. Ketika individu berbaring telentang, mereka bernapas sedikit
lebih dalam. Penting untuk memeriksa pernapasan ketika pasien
beristirahat. Paling baik pada pasien yang tidak menyadari bahwa
pernapasannya sedang diperiksa, sehingga ia bernapas secara normal.

1) Untuk memeriksa frekuensi pernapasan, hitung jumlah


pernapasan selama sedikitnya satu menit.

2) Untuk memeriksa irama, perhatikan apakah ruang di antara


pernapasan teratur atau tidak

24
3) Untuk memeriksa kedalaman pernapasan, perhatikan
gerakan dada pasien atau tempatkan tangan pada dada pasien
untuk merasakan gerakan. Ketika pasien bernapas, iga bergerak
ke atas dan ke bawah sehingga paru dapat berekspansi, ketika
pasien menghembuskan napas, iga bergerak kedalam seolah paru
ditekan. Bila ada banyak gerakan dada, pernapasan dalam, bila
gerakan sangat sedikit, pernapasan dangkal.

4) Perhatikan jumlah upaya pasien untuk bernapas, dan


dengarkan bunyi pernapasannya. Pernapasan normal adalah tidak
bersuara dan mudah. Kadang pasien dengan jelas bekerja keras
untuk bernapas, terutama ketika ia berbaring datar. Bila pasien
sukar bernapas, perawat akan melihat kekencangan otot leher dan
bahu. Kadang akan terlihat bahwa kulit telah tertarik ke atas
sternum atau di bawah iga (disebut pengisapan ke dalam atau
retraksi).

5) Dengarkan adanya mengi, yaitu bunyi bersiul atau


berdesah. Mengi adalah tanda infeksi serius, asma, atau adanya
penghambatan jalan napas.

6) Tuliskan apa yang ditemukan tentang pernapasan pasien.


Bila terlihat ada perubahan pada pasien, beri tahu perawat yang
bertanggung jawab atau dokter dengan segera.

d. Mengukur tekanan darah

Tekanan darah adalah suatu ukuran tekanan yang dibuat darah saat
bergerak melalui arteri tubuh. Terdapat dua jenis tekanan darah yaitu
tekanan sistolik dan tekanan diastolik.

Tekanan sistolik adalah tekanan paling tinggi yang dihasilkan


ketika ventrikel kiri jantung berkontraksi. Ini adalah tekanan
gelombang darah yang memasuki arteri.

25
Tekanan diastolik adalah tekanan paling rendah yang dihasilkan
ketika ventrikel kiri relaksasi. Ini adalah tekanan yang selalu ada
dalam arteri.

Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mm Hg) dan
biasanya diberikan sebagai tekanan sistolik diikuti dengan tekanan
diastolik, dengan garis miring di antaranya.Tekanan darah normal
orang dewasa dalam rentang dari 110/60 mm Hg - 140/90 mm Hg, dan
rata-rata adalah 120/80 mm Hg.

B. PERENCANAAN

Setelah memeriksa bagaimana keadaan pasien (status),membuat diagnose


keperawatan dan perencanaan perawatan yang akan diberikan . Kegiatanya
meliputi :

1. Menyusun diagnose keperawatan. Dalam penyususnan diagnose


keperawatan pernyataanya sebagai berikut:

a. Actual : Apabila masalah pasien nyata-nyata terjadi dan perlu


didukung dengan data-data yang kuat.

b. Resiko : apabila masalah itu belum terjadi pada pasien yang


didukung dengan data, apabila tidak dilakukan suatu tindakan maka
masalah akan terjadi.

2. Tujuan yang akan dicapai dengan pedoman SMART ( spesifik,


dapat diukur, dapat dilakukan, realistik dan ada batasan waktu).

3. Rencana tindakan , dalam menyusun perencanaan tindakan mandiri


perawat maupun kolaboratifdengan timkesehatan lain seperti: dokter, ahli
gizi, fisiotherapi, laboatorium dl.

C. TINDAKAN

Dalam melakukan tindakan pada pasien berpedoman pada perencanaan yang


sudah titetapkan baik tindakan mandiri perawat maupun tindakan kolaborasi.

26
D. EVALUASI

Setelah melakukan tindakan pada pasien, dilakukan evaluasi berdasarkan


tindakan yang sudah dilakukan, evaluasi dilakukan setelah beberapa saat
setelah tindakan dan saat operan jaga / setiap ship. apakah tindakan itu sudah
tercapai tujuanya, apakah asuhan keperawatan telah efektif apabila belum
tercapai tujuanya dilakukan pengkajian ulang bila perlu disusun perencanaan
ulang. Sebagai contoh, bila perawat memberi pasien medikasi / pengobatan
untuk nyeri, kembali untuk melihat apakah pasien merasa lebih nyaman. Jika
tindakan keperawatan belum efektif, mungkin memerlukan rencana dan
melaksanakan tindakan lain untuk membantu pasien.

E. DOKUMENTASI

Mencatat informasi adalah bagian penting dari asuhan keperawatan. Setelah


perawat memeriksa pasien dan memberikan perawatan, perawat perlu
mencatat tiga tipe informasi, yaitu :

1. Informasi penting tentang status pasien

2. Perawatan yang anda berikan pada pasien

3. Respons pasien terhadap perawatan Anda

Alasan utama penulisan informasi tentang pasien adalah agar pemberi


perawatan yang bertugas selanjutnya, mengetahui apa yang telah terjadi.
Pemberi perawatan berikutnya perlu mengetahui bagaimana keadaan pasien
sebelumnya, untuk melihat apakah ada perubahan pada kondisi pasien.

27
28
29

BAB V
LOGISTIK

A. MEDIS

Logistik medis di rumah sakit biasanya merupakan barang kecil dan


disebut dengan barang keperluan rumah tangga dari rumah sakit. Jenis-
jenisnya antara lain :

NO JENIS URAIAN

1 Alat Medis Barang-barang yang digunakan oleh petugas


kesehatan untuk melakukan tindakan dan memeriksa
pasien. Seperti:
1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Neuboliser
4. Animek
5. Termometer
6. Hammer dll

Barang-barang yang digunakan untuk melakukan


perawatan pada pasien.
2 Alat
1. WWZ
Keperawatan 2. Urinal
3. Pispot
4. Bengkok
5. Dll
B. NON MEDIS

NO JENIS URAIAN

1 Alat tulis kantor Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan


tulis menulis

Seperti :

1. Bolpoint

2. Buku kwarto

3. Kertas

4. Penggaris

Biasanya status tidak dikelompokkan pada jenis ini.


2 Alat kebersihan
Barang-barang yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan baik alat atau bahan.

Contoh :

1. Kain pel

2. Sabun

3. Lisol

4. Tempat sampah
3 Mebelair
Barang-barang yang berfungsi untuk menulis,
menyimpan bahan, alat dll.

1. Meja
2. Kursi
3. Al mari dll

Barang-barang penggunaanya memerlukan eneregi


4 Alat Elektronik perlistrikan seperti :

1. Jam dinding
2. Bel panggil perawat

30
3. Kipas angin
4. AC dll

31
32

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

A.Pengertian

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B.
Tujuan
1.
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2.
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3.
Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4.
Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

C.Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit

Pada tanggal 02 Mei 2007, WHO Collaborating Centre for Patient Safety
menerbitkan panduan “Nine Life-saving Patient Safety Solutions” (Sembilan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sembilan topik yang diberikan solusinya
adalah sebagai berikut :
33

1.
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look – Alike, Sound – Alike
Medications Names)
2. Pastikan identifikasi pasien
Komunikasi secara benar saat serah terima / operan pasien
3. Pastikan tindakan yang benar pada pada sisi tubuh yang benar
4. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
5. Pastikan akurasi pemberian obat
6. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
7. Gunakan alat injeksi sekali pakai
8.
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial

D.Standar keselamatan Pasien Rumah sakit


Dalam buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Depkes
RI 2008), disebutkan bahwa Standar Keselamatan Rumah Sakit wajib
diterapkan di semua rumah sakit. Standar tersebut mengacu pada “ Hospital
Patient Safety Standards ” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002 yang
disesuaikan dengan kondisi perumahsakitan di Indonesia.
Standar Keselamatan Pasien tersebut terdiri dari tujuh standar :
1.
Standar I. Hak pasien
a.
Standar
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan
b.
Kriteria
1)
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2)
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
3)
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan leluarganya tentang rencana

34
dan hasil pelayanan,pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadimya Kejadian Tidak Diharapkan

2.
Standar II. Mendidik Pasien dan Keluarga
a. Standar
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien
b. Kriteria
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan degan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan,
sehingga rumah sakit harus mempunyai system dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan
pasien dan keluarga dapat :
1)
Memberikan informasi yang benar, jelas,lengkap dan jujur.
2)
Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3)
Mengajukan pertanyaan – pertanyataan untuk hal yang tidak
dimengerti
4)
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5)
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6)
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7)
Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
3.
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
a.
Standar

35
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan

b.
Kriteria
1)
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan,rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit
2)
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan
sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar
3)
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
4)
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif
4.
Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
a.
Standar

Rumah sakit mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menanalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien

36
b.
Kriteria
1)
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah bisnis
terkini, praktis bisnis yang sehat, dan factor – factor lain yang
berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
2)
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan
3)
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus resiko tinggi
4)
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan system yang diperlukan,
agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin
5.
Standar V. Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Keselamatan
Pasien
a.
Standar
1)
Pemimpin mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”

37
2)
Pemimpin menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan
3)
Pemimpin mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien
4)
Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji,dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien
5)
Pemimpin mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
b.
Kriteria
1)
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien
2)
Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis
kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris
Cedera” sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan”
3)
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien
4)
Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi resiko
kepada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis

38
5)
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan external berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang analisis akar masalah (RCA) “Kejadian Nyaris
Cedera/ Near Miss” dan “Kejadian Sentinel” pada program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan
6)
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden,misalnya menangani “Kejadian Sentinel” atau kegiatan
proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”
7)
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secaraa sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin
8)
Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut
9)
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya

6.
Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
a.
Standar
1)
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas

39
2)
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
b.
Kriteria
1)
Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing – masing
2)
Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in – serving training dan memberi pedoman
yang jelas tentang pelaporan insiden
3)
Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (team work) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien

7.
Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi staf untuk
Mencapai Keselamatan Pasien
a.
Standar
1)
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses – proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan exernal
2)
Tranmisi data harus tepat waktu dan akurat
b.
Kriteria

40
1)
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal
– hal yang terkait dengan keselamatan pasien
2)
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada

E.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1.
Bangun Kesadaran Nilai Keselamatan Pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya terbuka dan adil

a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran
dan akuntabilitas individual bila ada insiden
2)
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit
3)
Lakukan assesmen dengan menggunakan survey penilaian
keselamatan pasien
b.
Bagi Unit / Tim

Pastikan rekan kerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai


kepedulian mereka dan berani melapor jika ada insiden

41
c.
Prinsip Penting
1)
Staf beserta rumah sakit selalu mampu mengakui dan belajar dari
kesalahan dan bertindak untuk memperbaiki
2)
Terbuka untuk berbagi informasi dan dalam hal Kejadian Tidak
Diharapkanstaf ditangani secara adil
3)
Semua Kejadian Tidak Diharapkan terkait dengan system,
mencari kesalahan pada system akan membantu rumah sakit
belajar untuk menekan insiden
2.
Pimpin Dan Dukung Staf

Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang


keselamatan pasien rumah sakit

a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Pastikan ada anggota direksi ataau pimpinan yang bertanggung
jawab atas keselamatan pasien
2)
Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan
keselamtan pasien
3)
Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat
direksi/pimpinan maupun rapat – rapat manajemen rumah sakit
4)
Masukkan program keselamatan pasien dalam semua program
latihan staf rumah sakit dan pastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya

42
b.
Bagi Unit/ Tim
1)
Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk
memimpin Gerakan Keselamatan Pasien
2)
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan Gerakan Keselamatan
Pasien
3)
Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
c.
Prinsip Penting
1)
Pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit membutuhkan
motivasi dan komitmen pimpinan : Direksi, Pimpinan Klinis
dan manajerial dari seluruh jajaran pelayanan
2)
Pimpinan perlu menunjukan bahwa keselamatan pasien adalah
prioritas
3)
Buat suatu istem agar staf mudah melapor bila merasa bahwa
asuahan pasien tidak aman
3.
Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko

Kembangkan system dan proses pengelolaan resiko serta melakukan


identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah

a.
Bagi Rumah Sakit
1)
Telah kembali stuktur dan proses yang ada dalam manajemen
resiko klinis dan non klinis serta pastikan hal tersebut
mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf

43
2)
Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh
Direktur/Pimpinan rumah sakit
3)
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan assesmen resiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien
b.
Bagi Unit/Tim
1)
Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan
isu – isu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen terkait
2)
Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien pada prosses
assesmen reseiko rumah sakit
3)
Lakukan proses assesmen resiko secara teratur untuk
menentukan akseptabilitas setiap resiko dan ambillah langkah –
langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut
4)
Pastikan penilaian resiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses assesmen dan pencatatan resiko rumah sakit
c.
Prinsip penting
1)
Manajemen resiko terintegrasi berarti bahwa pelajaran dari
suatu area resiko dapat segera disebarkan ke area resiko yang
lain
2)
Konsisten melaksanakan identifikasi, assesmen, analisis dan
investigasisemua resiko

44
4.
Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf anda dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
a.
Bagi Rumah Sakit
Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden kedalam
maupun keluar yang harus dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit(KKPRS), Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI)
b.
Bagi Unit/Tim
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga karena mengandung bahan pelajaran yang
penting
c.
Prinsip Penting
1)
Pelaporan insiden adalah langkah pertama proses mencegah
Kejadian Tidak Diharapkan
2)
Staf penting memahami apa Insiden Keselamatan Pasien yang
harus dilaporkan dan bagaimana cara melaporkannya
5.
Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
a.
Bagi rumah sakit
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara – cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya

45
2)
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden
3)
Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya
b.
Bagi unit/tim
1)
Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
2)
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
3)
Pastikan segera setelah kejadian, tim menunjukan empati
kepada pasien dan keluarganya

c.
Prinsip penting
1)
Banyak pasien sudah mengerti tentang kondisinya sehingga dapat
membantu identifikasi resiko dan merencanakan solusi terhadap
masalah KP
2)
Staf perlu melibatkan pasien dalam proses diagnose, terapi, diskusi
resiko,monitoring, segera diskusikan Kejadian Tidak Diharapkan
secara bijak dan dengan penuh empati
3)
Keterbukaan ini akan membantu pasien untuk lebih baik menerima
resiko atau Kejadian Tidak Diharapkan
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul

46
a.
Bagi rumah sakit
1)
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
2)
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisa Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
pertahun melakukan Failur Modes and Fffects Analysis
(FMEA) untuk proses resiko tinggi
b.
Bagi unit/tim
1)
Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
2)
Identifikasi atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara luas
c.
Prinsip penting
1)
Bila insiden terjadi, isu penting bukanlah “SIAPA YANG
SALAH” tapi “bagaimana dan mengapa hal itu terjadi”
2)
Belajar secara sistematik tentang tipe insiden yang perlu
dilaporkan, informasi apa dan kapan diperlukan, bagaiman
menganalisis dsb

7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien


Gunakan informasi yang ada tentang kejadian /masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan
a.
Bagi Rumah Sakit

47
1)
Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari
system pelaporan, assesmen resiko,kajian insiden dan audit
serta analisis untuk menentukan solusi setempat
2)
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system
(stuktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrument yang
menjamin keselamatan pasien
3)
Lakukan assesmen resiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan
4)
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) – Perhimpunan
Rumah Sakit SeluruhIndonesia (PERSI)
5)
Beri umpan balik kepada staf tentang tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan

b.
Bagi Unit/Tim
1)
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
2)
Telaah kembali perubahan – perubahan yang telah dibuat oleh
tim anda dan pastikan pelaksanaannya
3)
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan
c.
Prinsip penting

48
Dari solusi dibuat system baru sehinngga staf mudah melaksanakan
asuhan yang lebih baik dan lebih aman

49
50
51

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pemakaian Apd Di Sarana Pelayanan Kesehatan


1. Mengenakan Apd
a. FAKTOR – FAKTOR PENTING YANG HARUS
DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN APD
1) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya
sebelum memasuki ruangan
2) Gunakan dengan hati – hati jangan menyebarkan
kontaminasi
3) Lepas dan buang secara hati – hati ke tempat sampah
infeksius yang telah disediakan di ruang ganti khusus. Lepas
masker di luar ruangan
4) Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah higiene
tangan

b. Urutan Mengenakan Apd


1) Pelindung kaki
2) Apron, gaun pelindung dan topi
a) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,
lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke
belakang punggung.
b) Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
3) Masker
a) Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah
kepala dan leher
b) Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada
batang hidung
c) Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu
sehingga melekat dengan baik
d) Periksa ulang pengepasan masker
Kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
4) Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
c. Cara Melepas Apd

Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker


dilepaskan setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.

1) Sarung tangan

a) Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah


terkontaminasi
b) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya, lepaskan
c) Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan
d) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung
tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan
tangan
e) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
f) Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius

2) Kacamata atau pelindung wajah

a) Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah


telah terkontaminasi
b) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata
c) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses
ulang atau dalam tempat sampah infeksius

3) Apron, gaun pelindung dan topi

a) Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun


pelindung telah terkontaminasi
b) Lepas tali
c) Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam
gaun pelindung saja
d) Balik gaun pelindung

52
e) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah
yang telah disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat
sampah infeksius

4) Masker

a) Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi –


JANGAN SENTUH !
b) Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet
bagian atas
c) Buang ke tempat sampah infeksius

Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga alat itu
tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap faktor – faktor yang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini berarti bahwa prosedur
yang cocok untuk melaporkan kerusakan pemeriksaan rutin, pembangunan
perbaikan dan pembersihan harus dilaksanakan.

Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan
besok akan di pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk dan rusak.
Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting agar fungsi alat
pelindung diri tetap baik.

Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi yang
baik, tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di simpan baik untuk
mencegah kerusakan dan hilang.

Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan usaha untuk mengurangi


resiko secara maksimal, namun apabila pemakaian tidak tepat dapat
membahayakan atau menyebabkan kecelakaan kerja.

Perawatan Alat Pelindung Diri ( APD ) dilakukan dengan maksud agar


semua pelindung diri tetap memberikan perlindungan yang efektif terhadap faktor
– faktor yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di simpan
dengan baik sesuai dengan ketentuan.

53
54
55

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Macam – Macam Mutu


1. Mutu Manajerial :
a. Penilaian instrumen A (kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan).
b. Penilaian instrument C (Tindakan keperawatan sesuai dengan
prosedur)
c. Discharge Planning
2. Mutu Klinis :
a. Penilaian instumen B (kepuasan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan keperawatan)
b. Kejadian Dekubitus
c. Kejadian cidera Akibat Restrain
d. Phlebitis
e. Kebersihan Diri
f. Tatalaksana pasien nyeri
g. Ketidaktepatan penggantian cairan infuse
h. Pengetahuan pasien
3. Mutu Sasaran keselamatan pasien :
a. Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat
b. Kejadian Pasien Jatuh

B. Cara Melaksanakan Kegiatan

1. Mutu Manajerial Instrument AB C Dan Discharge Planning

a. Penilainya dibentuk tim yang terdiri dari Manajer unit keperawatan


dan Ka. Ruang.

b. Masing-masing menilai dokumentasi keperawatan pada ruang yang


sudah ditentukan / bukan ruang dimana bekerja.
Penilai / observer dari ruang lain

c. Setelah selesai dikumpulkan pada panitia mutu untuk di olah.

d. Hasilnya dilaporkan ke manager keperawatan setahun 2 kali.

1) Instrumen A ( untuk menilai dokumentasi asuhan keperawatan) A


a) Yang dinilai adalah status berkas rekam medis pasien yang
sudah pulang
b) Pasien yang sudah dirawat minimal 3 hari.
2) Instrumen B ( menilai persepsi pasien terhadap pelayanan
keperawatan )
a) Menggunakan angket persepsi pasien yang di buat oleh
keperawatan.
b) Pasien yang bisa baca dan menulis.
c) Bersedia untuk mengisi angket
d) Setiap ruang minimal ada 20 responden
e) Pasien yang telah dirawat minimal selama tiga hari
f) Pasien yang akan pulang
3) Instrumen C ( mengevaluasi perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan )
4) Menilai Discharge planing bersamaan dengan angket
Instrumen B sekaligus menilai persepsi pasien.

2. Mutu klinis dan keselamatan pasien

a. Ketua tim/ penanggungjawab shift / perawat melakukan


rekapitulasi data tiap shift untuk menilai indicator mutu di
keperawatan sesuai dengan format yang telah ditentukan.

b. Kepala Ruangan setiap hari merekap data yang telah


dilaporkan/dituliskan oleh ketua tim/penanggungjawab shift/perawat.

c. Pada akhir bulan Kepala Ruangan melaporkan hasil rekapitulasi


penilaian indicator mutu pelayanan keperawatan kepada
penanggungjawab laporan

C. SASARAN

56
1. Terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan dan kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Terlaksananya dokumen asuhan keperawatan yang lengkap dan
benar.

3. Terciptanya keamanan dan keselamatan pasien

4. Adanya kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

D. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN (bulan)
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penilaian instrumen A x x X x

2 Penilaian instrumen B x x X x

3 Penilaian instrumen C x x X x

4 Discharge planning x X x

5 Kejadian dekubitus x x x x X x x x X x x x

6 Kesalahan pemberian
x x x x X x x x X x x x
obat oleh perawat

7 Kejadian pasien jatuh x x x x X x x x X x x x

8 Kejadian cidera akibat


X x x x X x x x X x x x
restrain

9 Phlebitis X x x x X x x x X x x x

10 Kebersihan diri X x x x X x x x X x x x

11 Tatalaksana pasien nyeriX x x x X x x x X x x x

12 Ketidaktepatan
penggantian cairan x x x X x x x X x x x
infuse

57
E. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
1. Setiap satu bulan sekali bagian keperawatan membuat laporan
evaluasi pelaksanaan kegiatan indikator mutu pelayanan keperawatan
kepada pimpinan RS Natalia.
2. Analisa hasil penilaian indicator mutu keperawatan dan tindak
lanjut dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Komite Keperawatan (Sub
Komite Mutu Pelayanan Keperawatan)
F. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan dan pelaporan hasil program mutu keperawatan dibuat setiap hari
dan atau maksimal1 bulan setelah kegiatan selesai. Sedangkan evaluasi
program dilakukan setiap satu tahun sekali.

58
BAB IX

LAPORAN

A. Laporan Harian

Laporan harian merupakan pencatatan rutin yang dilakukan setiap hari dalam
buku kegiatan harian oleh staf. Pencatatan harian yang ada di Bidang
Keperawatan antara lain :

Permasalahan dibidang pelayanan maupun fasilitas yang ada di RS Natalia.


1. Jumlah pasien setiap unit serta permasalahan yang ada.
2. Menghitung BOR dan pencapaian targetdimasing– masing unit
kerja.
3. Dan lain-lain yangdianggap perlu

B. Laporan Bulanan

Laporan bulanan adalah evaluasi yang dilakukan oleh pejabat RS


Natalia termasuk bagian Rumah Tangga dan jajaran nya pada setiap bulan
sekali,dengan sistematika laporan sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Program Kerja Bulanan,


2. Laporan Kegiatan Rutin harian,
3. Laporan Kegiatan Insidentil,
4. Laporan Peningkatan mutu bagian, dengan ketentuan

C. Laporan Tahunan

Laporan tahunan adalah laporan pertanggungjawaban akhir tahun oleh


pejabat RSU NATALIA

termasuk Bagian Rumah Tanggadan jajarannya dengan sistematika


sebagaiberikut:

1. Pendahuluan,

2. Maksud dan tujuan,

3. Isi(Inti)Laporan memuatparameter 1-3Laporan Bulanan,

59
a. Laporan RealisasiProgramKerjaBulanan,
b. LaporanKegiatan Rutin harian,
c. LaporanKegiatan Insidentil,
d. Laporan Peningkatan mutu bagian,

4. Evaluasidan Analisiskegiatan/laporan,

5. Kesimpulan dan Saran,

6. Penutup,

7. Lampiran/data pendukung

60
61

BAB X

PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Rawat Inap RSU Natalia ini dibuat


sebagai acuan pengorganisasian bagi karyawan di RSU Natalia umumnya dan
bagi staf dan pimpinan dibagian Keperawatan.Tiada ada yang sempurna hasil
ciptaan manusia termasuk pedoman ini,karena kesempurnaan itu hanyalah milik
Allah. Untuk itu,masukan dan kritik membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan pedoman ini di masa yang akan datang.

Mudah-mudahan dengan adanya pedoman pelayanan ini, dapat lebih


memudahkan semua Pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan
pelayanan internal maupun eksternan bagian. Semoga Allah senantiasa
memberikan kita semua limpahan Taufik dan Hidayah-Nya kepada hamba-
hamba yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terus menerus
memperbaiki amaliyahnya, amiiin.

You might also like