You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengajaran adalah suatu proses mengajar belajar yang di dalamnya ada dua subjek yaitu
guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik, objek didik,
atau sebagai istilah lain dari murid/siswa. Tugas dan tanggung jawab utama seorang
guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif,
yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek
pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta didik
sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam
pengajaran.

Pengajaran memang bukan konsep atau praktek yang sederhana ia bersifat kompleks,
menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran itu berkaitan erat
dengan pengembangan potensi manusia (peserta didik), perubahan dan pembinaan dimensi-
dimensi kepribadian peserta menyikapi makanan pada sang bayi. Dengan kata lain, tugas
pengajaran adalah berat, kompleks, perlu keseriusan, tidak asal jadi atau coba-coba.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan
masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik
bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai
makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologi
dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan
bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas
cukup berat bagai guru dalam menggelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering
terlontar hanya karena masalah sukarnya menggelola kelas. Akibat kegagalan guru
menggelola kelas, tujuan pembelajaran pun sukar untuk dicapai.

Masing-masing unsur yang terkait dengan proses pembelajaran dapat menjadi sumber
permasalahan pembelajaran. Permasalahan pembelajaran dapat timbul dari tujuan
pembelajaran, dari materi pembelajaran, dari proses pembelajaran, atau dari evaluasi
pembelajarannya. Pelaksanaan pembelajaran sering mengalami kendala seperti terjadinya
perubahan kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi
seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan
dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya.
Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

1
Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara
lain adalah perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi , konflik dan motivasi yang kurang
sehat, lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan , keuangan (financial) yang tidak terpenuhi ,penolakan dari
sekelompok tertentu atas hasil inovasi, serta kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

Dengan berbagai masalah di atas menjadikan sebagian besar guru Matematika merasa
kesulitan untuk mengembangkan perencanan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum
2013. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mencari tahu kendala-kendala yang
dirasakan oleh Guru Matematika dalam membuat perencanaan pembelajaran. Berdasarkan
latar belakang tersebut maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Tantangan Dan
Kendala Yang Dialami Guru Dalam Membuat perangkat Perencanaan Pembelajaran
Matematika Kelas Iv Di SDN 13 POASIA” .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana profil sekolah SDN 13 Poasia ?
2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh guru dalam Membuat dan
Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran Matematika berdasarkan Kurikulum
2013 di Sekolah Dasar Negeri 13 Poasia ?
3. Apakah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi dalam Membuat dan Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran
Matematika berdasarkan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri 13 Poasia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang semuanya telah diuraikan
diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui profil sekolah di Sekolah Dasar Negeri 13 Poasia.
2. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam Membuat dan
Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran Matematika berdasarkan Kurikulum
2013 di Sekolah Dasar Negeri 13 Poasia.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan-
hambatan yang dihadapi dalam Membuat dan Melaksanakan Perencanaan
Pembelajaran Matematika berdasarkan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri
13 Poasia.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

3.1 Pemerintah Kota Kendari Dinas Kependidikan Kepemudaan Dan Olahraga


Sekolah Dasar Negeri 13 Poasia

Profil sekolah :
Nama lembaga :
Alamat
Kepala sekolah
Jumlah siswa
Jumlah guru
Susunan pengurus
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Profil sekolah :
1.identitas siswa
Nama sekolah

3.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kunandar, (2008:125), berpendapat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing pendidikan. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah atau madrasah dibawah koordinasi dan supervise
Dinas Pendidikan atau kantor Depag kabupaten atau kota untuk Pendidikan Dasar
dan Dinas Pendidikan atau kantor Depag untuk Pendidikan Menengah atau
Pendidikan Khusus.
b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mulyasa (2007: 22), secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipasif dalam mengembangkan kurikulum. Sedangkan secara khusus
tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai
berikut.
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

3
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengambilan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

3.3 Perencanaan pembelajaran


Perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan materi pembelajaran,
penggunaan media pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Madjid, 2011: 17). Perencanaan pembelajaran dimulai dari dapat pula dikategorikan
menjadi dua, perisapan formal serta persiapan teknis sebelum pembelajaran.
Persiapan formal dalam pembelajaran yang dimaksud adalah penyusunan perangkat
pembelajaran. Sedangkan persiapan teknis adalah persiapan guru sebelum masuk
kelas menuju pembelajaran. Sesuai yang telah diamanatkan dalam undang-undang,
penyusunan perangkat pembelajaran harus mengacu pada Standar Isi. Standar Isi
adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang
lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan
berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi
Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

3.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


E. Mulyasa (2010: 164-165) menjelaskan beberapa komponen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut:
1. Identitas mata pelajaran (mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas atau
semester, peretemuan ke, alokasi waktu) yang diisi sesauai yang tertera
dalam silabus.
2. Kompetensi Dasar dan indikator yang ditulis lengkap sesuai dengan silabus.
3. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan lengkap yang mengacu pada
indikator.
4. Materi standar dituliskan dengan secara garis besar atau pokok-pokok yang
langsung berkiaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
5. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan pembelajaran, dapat diisi misalnya dengan ceramah, tanya
jawab, karyawisata,dan cara-cara lainnya,
6. Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal(pembukaan), kegiatan
inti (pembentukan kompetensi), kegiatan akhir (penutup). Ketiga unsur
tersebut ditulis kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan dari awal hingga
akhir untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi).

4
7. Sumber belajar diisi dengan menuliskan sumber belajar yang akan digunakan
termasuk alat, media, dan bahan pembelajaran atau buku sumber.
8. Penilian yang terdiri dari beberapa sistem penilaian yaitu tes tulis, kinerja
(perfomansi),produk, penugasan/proyek,portofilio. Dari beberapa macam
penilaian tersebut dituis dengan memilih jenis penilian yang paling sesuai.

2.4 Program Tahunan, Program Semester, Dan Kalender Pendidikan


a. Program Tahunan ( Prota )
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk
mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan.Penetapan alokasi waktu
diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya
dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam
pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang
harus dikuasai oleh siswa. Program Tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai
dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan
program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran
dimulai , karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran
berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus
dan sistem penilaian
b. Program Semester ( Promes )
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-
hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.Program semester
merupakan penjabaran dari program tahunan.
c. Kalender Pendidikan ( Kaldik )
Kalender Pendidikan ( Kaldik ) adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama saut tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur.Kurikulum satuan
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender
pendidikan pada setiap tahun ajaran.

2.5 Masalah dalam pembelajaran


Setelah perencanaan dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan
pembelajaran.Pelaksanaan pembelajaran mempunyai empat komponen utama yang
harus dipenuhi, yaitu tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian (Sudjana, 2009:
30). Dari kesemuanya Aunurrahman (2013: 176) menyatakan bahwa keberhasilan
proses belajar adalah muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa
dalam pembelajaran. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembelajaran
akan menemui masalah-masalah. Masalah pembelajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar
(Aunurrahman, 2013: 199). Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran dapat
berupa masalah internal dan masalah eksternal. Aunurrahman (2013: 177)
menyatakan keduanya dapat dikaji dari dimensi guru dan dimensi siswa.

5
BAB III

METODE ANALISIS

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 13 Poasia . Sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 26 september 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru kelas SD Negeri 13 Poasia dan
populasi berjumlah 20 orang. Sedangkan sampel yang menjadi bagian atau wakil
dari populasi yang akan diteliti adalah guru Matematika kelas IV.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1) Sumber Data
a) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung
melalui wawancara dengan subjek dan informan. Subjek dalam penelitian ini adalah
guru-guru di SD Negeri 13 Poasia. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah
guru Matematika kelas VI di SD Negeri 13 Poasia.
b) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak

6
langsung dari sumbernya. Peneliti melihat buku-buku yang digunakan guru
Matematika sebagai sumber pembelajaran, serta bentuk penugasan dan penilaian
yang dikerjakan oleh siswa. Arsip-arsip yang dimiliki guru seperti perangkat
pembelajaran (Rencana Pembelajaran, Silabus, Program Tahunan, Program
Semester, Kalender Akademik, dan Minggu Efektif), yang dapat memberikan
keterangan mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membut
perencanaan pembelajaran Matematika.
2) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan digunakan beberapa teknik
diantaranya :
a) Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru matematika kelas VI di
SD Negeri 13 Poasia. Wawancara yang dilakukan kepada guru Matematika untuk
mencari tahu mengenai latar belakang pendidikan guru Matematika, kemampuan dan
kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran Matematika meliputi
perencanaan dan pelaksanaan yaitu : perumusan indikator keberhasilan belajar,
pemilihan materi pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran, pemilihan
sumber pembelajaran, skenario pembelajaran, penilaian, pra pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.
b) Observasi
Peneliti mengobservasi guru tentang perencanaan pembelajaran Matematika,
tantangan dan kendala dalam membuat perencanaan pembelajaran Matematika serta
solusi untuk mengatasi masalah dalam membuat perencanaan pembelajaran
Matematika.
c) Dokumentasi
Peneliti mengambil foto aktifitas pembelajaran Matematika di kelas,
ketersediaan buku-buku di perpustakaan, media yang digunakan guru, dan sarana
prasarana yang digunakan. Hal tersebut berkaitan dengan kendala dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran Matematika yang dapat dilihat di dalam
pembahasan.

3.5 Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif
(Miles dan Huberman, 1984). Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya
yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi,
aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus hingga membentuk
sebuah siklus. Peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data samapai
penyusunan kesimpulan. Peneliti menyusun pemahaman arti segala peristiwa yang
disebut reduksi data dan diikuti penyusunan data yang berupa ceritera secara
sistematis. Reduksi dan sajian data ini disusun pada saat peneliti mendapatkan unit

7
data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data terakhir peneliti mulai
melakukan usaha menarik kesimpulan dengan menarik verifikasi berdasarkan reduksi
dan sajian data. Jika permasalahan yang diteliti belum terjawab dan atau belum
lengkap, maka peneliti harus melengkapi kekurangan tersebut di lapangan terlebih
dahulu. Secara skematis proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai
berikut.

Pengumpulan Sajian Data


Data

Reduksi Data Verifikasi/


Penarikan
Kesimpulan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS MASALAH

Hambatan-hambatan yang dialami guru matematika di SDN 13 Poasia dalam


Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran adalah :
1. Penyusunan RPP
Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru-guru SD
masih kesulitan dalam pengembangannya karena berbagai faktor yakni: kurangnya
pemahaman terhadap adanya otonomi guru yang memiliki kewenangan untuk
mengambangkan RPP, kurangnya pemahaman terhadap Permendiknas No 42 tentang
penyusunan RPP, terbatasnya referensi untuk pengembangan RPP, dan adanya
kebingungan dengan model RPP yang bermacam ragam.

2. Menyiapkan Materi Pembelajaran


Pada umumnya guru-guru SDN 13 Poasia belum maksimal dalam menyiapkan
materi pelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran. Pemahaman cara mengemas
materi pelajaran sebagai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
dimana guru harus mengembangkan seluruh proses kegiatan pembelajaran termasuk

8
bahan ajar atau materi pelajaran belum difahami secara baik. Guru-guru masih banyak
yang sekedar menggunakan buku-buku teks pelajaran yang tidak dikemas dalam
pelaksanaan pembelajaran (R1, R2, R6, wawancara 26 september 2018). Padahal
tugas guru salah satu tuntutan undang-undang adalah mampu mengembangan materi
pembelajaran baik yang mencakup kompeksitas dan keluasan, maupun yang
menyangkuat pengorganisasian materi agar mudah diterima oleh siswa.

3. Menggunakan Media Pembelajaran


Masalah media pembelajaran merupakan permasalahan umum di hampir setiap
sekolah yang belum dikembangkan secara maksimal baik oleh sekolah secara
kelembagaan, maupun oleh guru itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pemahaman akan arti penting media pembelajaran sebagai sarana penyampai
informasi pada siswa. Kebanyakan sekolah masih belum memiliki LCD, komputer
khusus untuk kegiatan pelajaran, demikian juga dengan akses internet. Media-media
yang dimiliki masih tradisional, itupun belum dikembangkan secara maksimal oleh
guru. Para guru juga masih menunjukkan rutinitas dalam pelaksanaan pembelajaran,
sebagai wujud sekedar melaksanakan kewajiban mengajar. Namun demikian terdapat
juga beberapa guru yang berusaha mengembangkan media pembelajaran seperti
membuat peta konsep menggunakan kertas manila, kartu-kartu media permainan,
mengembangkan peta, dan media-media lain yang dianggap penting.

4. Memfokuskan Perhatian Siswa


Secara umum siswa sekolah dasar adalah masa bermain, sehingga dalam
kegiatan pembelajaran perhatian siswa kurang terfokus pada kegiatan pembelajaran.
Anak kurang konsentrasi dalam pembelajaran seperti berbicara dengan teman
sebelahnya, ribut sendiri, ngantuk-ngantuk karena kelelahan, dan bahkan ada pula
yang memang sengaja ingin mencari perhatian guru. Apalagi jika metode mengajar
guru hanya ceramah belaka, maka anak terkadang merasa bosan (KS1, Wawancara,
26 september 2018). Terlebih lagi pada pelajaran siang hari, siswa sudah tampak tidak
betah di kelas karena lapar dan ingn segera pulang sekolah.

5. Menerapkan Variasi Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran yang diterapkan oleg guru-guru kebanyakan belum
menunjukkan variasi dalam implementasinya, sehingga metode belum berkembang
secara baik. Sebenarnya metode cukup banyak tetapi yang dikuasai sepertinya itu-itu
saja, sehingga terasa membosankan bagi anak. Penyebabnya karena kurangnya
pemahaman guru tentang metode yang sedang berkembang dan banyak digunakan di
kota-kota, rasa enggan guru untuk mengembangkan metode yang memerlukan
perangkat pendukung yang rumit, dan metode-metode yang memerlukan waktu
khusus dan panjang (R3, Wawancara, 26 oktober 2018).

6. Memberikan Umpan Balik (feed back)

9
Umpan balik dalam kegiatan pembelajaran untuk menyelami seberapa jauh
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sangat penting dilakukan oleh guru.
Dalam pelaksanaannya guru masih kesulitan memberikan umpan balik pada anak,
baik selama proses pembelajaran berlangsung, maupun setelah materi pembelajaran
selesai diberikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu pembelajaran
yang sudah habis, siswa yang kurang tertarik pada materi pembelajaran, dan masalah-
masalah lain yang menyebabkan guru merasa kesulitan untuk melakukan umpan
balik.

7. Memberikan Rangsangan Motivasi


Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih baik, maka pemberian
motivasi belajar pada siswa menjadi sangat penting karena keberhasilan pencnapaian
tujuan pembelajaran adalah melalui penanaman motivasi belajar pada siswa. Apalagi
pada suatu kelas di mana kemampuan anak berbeda-beda, maka akan kesulitan dalam
memberi motivasi terutama pada siswa yang kemampuannya rendah jika dibandinkan
dengan siswa lain. Bahkan juga karena faktor lain yang sensitif seperti latarbelakang
ekonomi dan sosial orang tua, faktor keberanian, dan lain sebagainya.

8. Mengevaluasi Pembelajaran Secara Komprehensif


Sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melakukan evaluasi secara
menyeluruh. Pada umumnya, evaluasi hanya dilakukan terhadap kemampuan kognitif
siswa, sementara yang menyangkut apektif dan psikomotorik belum banyak
dievaluasi (R2, 26 september 2018). Oleh karena itu pembelajaran pada umumnya
masih terfokus pada usaha penguasaan ranah kognitif seperti hapalan dan
pengetahuan belaka, semenara arti penting materi pelajaran bagi kehidupan anak di
keluarga dan di masyarakat kurang tersentuh. Keadaan seperti ini di disebabkan oleh
faktor intern dan ekstern yang mengkondisikannya seperti kurangnya pemahaman
guru mengenai sistem evaluasi yang baik serta keengganan menyusun instrumen
evaluasi untuk mengevaluasi secara kemampuan siswa secara menyeluruh, dan faktor
kebijakan pemerintah sampai kepala sekolah yang menkondisikan evaluasi hanya
menyentuh ranah kognitif dan apektif yang terbatas. Kebijakan sekolah belum
mengarah pada usaha penilaian psikomotorik secara memadai terlebih pada mata
pelajaran-pelajaran sosial. Padahal kehidupan riil siswa adalah kehidupan sosial,
sehingga perkembangan perilaku siswa harus dievaluasi secara berkelanjutan.

9. Mengembangkan KTSP
Secara umum, pemahaman guru tentang KTSP masih sangat terbatas. Guru-
guru belum bisa mandiri dalam mengembangkan kurikulum baik yang menyangkut
pengembangan materinya, perencanaan dan penyusunan perangkat pendukungnya,
implementasinya, maupun pelaksanaan sistem evaluasinya. Dampaknya, KTSP hanya
menjadi barang mati yang dikembangkan hanya wadahnya saja, sementara substansi
dan materinya sepenuhnya mengikuti rambu-rambu yang standar dari pemerintah.
Dalam konteks pengembangan seharusnya guru mampu mengembangkan materi
melalui pengayaan kasus-kasus lokal dan nasional lain yang lebih memberikan

10
pengalaman bagi peserta didik. Demikian juga dengan penyusunan perangkat
pembelajaran, guru yang seharusnya otonom menyusun dan mengembangkan
perangkat pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, silabus, dan lain sebagainya, tetapi
masih terlihat kebingungan, dan pada akhirnya hanya mencontoh model yang sudah
jadi dari orang lain. Begitu juga dalam implementasi dalam kegiatan pembelajaran
belum menunjukkan adanya usaya serius untuk mandiri dan lebih baik, demikian juga
dengan pelaksanaan sistem evaluasi yang instrumen dan pengembangannya menjadi
wilayah otonomi guru. Bahkan pengawas sekolah dan kepala sekolah masih mendikte
guru untuk mengikuti arah kebijakan dan tuntutannya ketimbang melihat substansi
dan kewenangan guru sebagimana tuntutan undang-undang yang memberikan
otonomi pada guru, sementara pengawas dan kepala sekolah adalah komponen
pengontrol saja yang menjamin kualitas pembelajaran yang dilaksanakan dan
dikembangkan oleh guru.

4.2 ALTERNATIF SOLUSI

Solusi-solusi yang di gunakan oleh guru untuk mengatasi masalah-masalah di


atas adalah :
1. Penyusunan RPP

Upaya yang di lakukan guru untuk mengatasi hambatan penyusunan RPP adalah
dengan diskusi dengan teman sejawat, seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan ilmiah,
membuka internet dengan belajar sendiri (R1, Wawancara, 26 september 2018). Di
samping itu juga membandinkan beberapa RPP untuk kemudian memilih salah satu RPP
yang mereka anggap paling baik untuk disusun sesuai dengan mata pelajaran yang
menjadi tugasnya mengajar. Meskipun demikian, RPP yang disusun sendiri oleh para
guru terkadang masih belum sinkron antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan pelaksanaan evaluasinya. Padahal dalam sistem kegiatan pembelajaran antara tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasi harus sinkron satu sama
lainnya.

2. Menyiapkan materi pelajaran


Upaya yang di lakukan guru untuk mengatasi kesulitan menyiapkan materi pelajaran
adalah melalui diskusi dengan teman sejawat, mengikuti pelatihan-pelatihan, dan
kegiatan-kegiatan lain yang memberi pengalaman untuk mengembangkan materi
pelajaran, sehingga penyajiannya dapat dengan mudah difahami oleh siswa.

3. Menggunakan Media Pembelajaran


Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan media pembelajaran
adalah melalui pelatihan-pelatihan pembuatan dan pengembangan media, pelibatan siswa
dalam mengembangkan media sederhana, dan mendorong sekolah untuk membiayai atau
mengalokasikan anggaran untuk pengembanan media pembelajaran yang disusun dalan
rencana program sekolah (R2, R6, Wawancara, 26 september 2018).

11
4. Memfokuskan Perhatian Siswa
Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah memfokuskan perhatian
siswa adalah melalui upaya menciptakan suasana yang menyenangkan seperti dengan
lelucon, menampilkan gambar-gambar yang lucu sehingga perhatian anak terfokus pada
gambar karena merasa tertarik, selanjutnya baru menjelaskan arti dan makna gambar
tersebut. Di samping itu juga melalui permainan-permainan yang mendorong motivasi
siswa untuk ikut berpartisipasi dalam permainan dan dapat mendorong rasa senang di
kalangan siswa.

5. Menerapkan Variasi Metode Pembelajaran


Upaya-upaya yang dilakukan gutu untuk mengatasi masalah variasi metode
pembelajaran, adalah melalui pelatihan-pelatihan metode pembelajaran, diskusi dengan
teman sejawat, kepala sekolah, dan juga pengawas sekolah.

6. Memberikan Umpan Balik (feed back)


Upaya-upaya yang dilakukan gutu untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mengelola waktu pembelajaran secara efektif dan efisien, serta melakukan umpan balik
di sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan seperti dengan usaha
menyelami apakah anak sedah menguasai materi atau belum, pemberian kesempatan
untuk bertanya, dan atau dengan memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh siswa dan
diikuti oleh siswa lain saling melengkapi (R3, R8, Wawancara, 26 september 2018).

7. Memberikan Rangsangan Motivasi


Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah ini adalah melalui
pengelompokan siswa melalui teknik pembagian tempat duduk misalnya anak yang
kurang pandai diberi tempat duduk bersama siswa yang landai sehingga mereka
termotivasi untuk belajar. Bentuk lain juga dilakukan guru seperti menanamkan arti
penting pelajaran bagi kehidupan riil siswa dalam keluarga dan masyarakat (R1, R2, R9,
Wawancara, 26 september 2018).

8. Mengevaluasi Pembelajaran Secara Komprehensif


Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah ini adalah melalui
pelatihan-pelatihan evaluasi atau sistem penilaian dan berusaha memahami bagaimana
penyusunan instrumen yang baik untun diterapkan, dan juga melalui pertemuan-
pertemuan dengan teman sejawat baik di tingkat sekolah maupun lintas sekolah (R12,
Wawancara 26 september 2018) yang mendiskusikan mengenai teknik-teknik evaluasi
yang baik. Oleh karena itu usaha-usaha ini akan mengarah pada peningkat kemampuan
diri yang bersifat positif bagi pengembangan profesi.

9. Mengembangkan KTSP
Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
diskusi dengan teman sejawat, mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh

12
pemerintah, seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan ilmiah, membuka internet, belajar
sendiri. Sehingga dengan usaha-usaha ini guru dapat mengembangkan kurikulum sesuai
dengan tugas dan kewajibanya sebagai guru.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas , maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. Dalam implementasi KTSP guru-guru sekolah dasar masih menemukan banyak


kesulitan-kesulitan baik secara teoritik maupun praktik. Adapun kesulitan-kesulitan
yang dialami guru dalam pembelajaran sejarah yang menyangkut implementasi
KTSP adalah :
1) kesulitan dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
2) menyiapkan atau mengemas materi pembelajaran,
3) menggunakan media yang mtakhir,
4) memfokuskan perhatian siswa,
5) menerapkan variasi metode pembelajaran,
6) memberikan umpan balik,
7) memberikan rangsangan motivasi,
8) mengevaluasi pembelajaran secara komprehensif, dan

13
9) mengembangkan secara keseluruhan KTSP itu sendiri.
2. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh guru sekolah dasar terhadap hambatan-
hambatan yang ditemukan adalah melalui: diskusi dengan teman sejawat, ikut
pelatihan-pelatihan, baik pelatihan penyusunan silabus dan RPP, pelatihan
metodologi pembelajaran, pelatihan evaluasi pembelajaran, atau sistem penilaian
dan berusaha memahami bagaimana penyusunan instrumen yang baik untun
diterapkan, penelitian tindakan kelas dan kegiatan-kegiatan lain yang memberi
pengalaman untuk mengembangkan materi pelajaran, sehingga penyajiannya dapat
dengan mudah difahami oleh siswa.

5.2 SARAN
Diharapkan para pembaca makalah ini, khususnya guru dapat meningkatkan dan
mengembangkan profesinya sehingga lebih berkualitas dalam membuat dan
melakanakan perencanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

E. Mulyasa.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Raja Grafindo.

Madjid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miles, M.B. and Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. Beverly Hills CA: Sage Publications.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

14
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

15

You might also like