Professional Documents
Culture Documents
( SNH )
B. KLASIFIKASI
Menurut Tarwoto, dkk (2007) Stroke non hemoragik dapat
diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:
a) TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam
saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c) Stroke in Volution (progresif)
Perkembangan stroke terjadi perlahan – lahan sampai akut, munculnya
gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam
atau beberapa hari.
d) Stroke Komplit
Merupakan Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil
selama periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent,
dari sejak awal serangan dan sedikit tidak ada perbaikan
C. ETIOLOGI
Stroke Non Hemorajik dapat di klasfikasikan menjadi 2 bagian di tinjau
dari penyebabnya Yaitu:
a) Stroke embolik
Stroke embolik adalah bekuan atau gumpalan darah yang terbawa
aliran darah bagian lain tubuh ke dalam otak sumber embolik selebral
yang paling sering adalah jantung dan arteri karotis riwayat penyakit
demam reumatik, fibrirasi atrium ( tersering) infrark miokardium dan
kelainan katup jantung biasanya rentan terkena stroke embolik
khususnya bila mereka mengalami kelainan irama jantung ( arit Mia)
(Thomas DJ 1996)
b) Sroke trombotik
Trombotik selebral dapat menjadi akibat proses penyempitan (
arterioskleosis).
Pembuluh nadi otak dengan derajat yang sedang / berat dan adanya
perlambatan sirkulasi selebral keadaan ini sangat berhubungan erat
dengan usia, tetapi dapat pula di timbulkan oleh tekanan darah tinggi
dan resiko lainnya seperti diabetes beserta kadar lemak termasuk
kolesterol yang tinggi dalam darah.
F. PATHOFISIOLOGI
Adanya aterotrombosis atau emboli dapat memutuskan aliran darah
otak (cerebral blood flow/CBF). Nilai normal CBF adalah 53 ml/100 mg
jaringan otak/menit, Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit maka dapat
mengahkibatkan terjadinya iskemik, Dan jika CBF < 10 ml/100 mg/menit
maka otak kekurangan oksigen lalu terjadi proses fosforilasi oksidatif
terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang mengahkibatkan pompa
Na-K-ATPase tidak berfungsi, hal ini memicu depolarisasi membran sel
saraf berupa pembukaan kanal ion Ca disertai kenaikan influks Ca secara
cepat yang berakibat gangguan Ca homeostasis (Ca merupakan signalling
molekul yang mengaktivasi berbagai enzim) dapat memicu proses
biokimia yang bersifat eksitotoksik dimana dapat terjadi kematian sel
saraf (nekrosis maupun apotosis), gejala yang timbul tergantung pada saraf
mana yang mengalami kerusakan/kematian.
G. PATHWAY
ISKEMIK
Terkena pada
saraf ke-12
(Hipoglosus) Ansietas Harga diri Imobilitas Defisit
rendah fisik perawatan
diri
Menelan
terganggu/ Kurang
tidak simetris pengetahuan
kebutuhan
H. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah
serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm.
2137)
a) Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke
jaringan.
b) Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,
dan integritas pembuluh darah serebral.
c) Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme
akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan
menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik
a) CT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini
memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara
pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
b) MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang
mengalami infark, hemoragik.
c) Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
d) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah
satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
e) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
f) Elektro Encephalografi (EEG) Mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. (Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.)
d) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
J. PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
c) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
d) Bed rest
e) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
f) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
g) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
h) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
i) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
j) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
k) Penatalaksanaan spesifik berupa:
Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor,
tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi