Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4
A. MUHAMMAD BANGSAWAN
DEVY LUVITASARI
MUH. FEBY PUTRA
NURUL REZKI RAHMAWATI
SARAH LATIFAH
XII MIPA 1
TP 2016/2017
KATA PENGANTAR
XII MIPA 1 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….9
XII MIPA 1 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah
bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanya
menurut bahasa ialah ‘berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain’.
Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.
Pewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan
yang meninggalkan sejumlah harta benda maupun hak-hak yang diperoleh selama
hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Adapun yang
menjadi dasar hak untuk mewaris atau dasar untuk mendapat bagian harta
peninggalan menurut Al-Qur’an yaitu:
Karena hubungan darah, ini di tentukan secara jelas dalam QS. An-Nisa: 7,
11, 12, 33, dan 176.
Hubungan pernikahan.
Hubungan persaudaraan, karena agama yang di tentukan oleh AL- Qur’an
bagiannya tidak lebih dari sepertiga harta pewaris (QS. Al-Ahzab: 6).
Hubungan kerabat karena sesame hijrah pada permulaan pengembangan
Islam, meskipun tidak ada hubungan darah (QS. Al-Anfal: 75).
Yang disebut harta warisan, adalah sisa dari kekayaan si mati setelah dipotong
untuk:
XII MIPA 1 3
1. menzakati harta yang ditinggalkan si mayat
2. membiayai pengurusan mayat. Yakni mulai dari biaya pengobatan dan
ambulans (jika meninggal dunia di rumah sakit), pembelian kain kafan, nisan,
penggalian kubur, dan lain-lain sampai pemakamannya;
Sabda Muhammad Rosulullah saw. "Kafanilah olehmu mayat dengan dua kain
ihromnya." (HR. Jama'ah ahli hadits)
3. melunasi hutang-hutang si mayat, apabila ia memiliki hutang;
4. memenuhi wasiat si mayat, jika ia berwasiat yang besarnya tidak lebih dari
sepertiga dari harta yang ditinggalkannya. "...(pembasrian harta pusaka itu)
sesudah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar)
hutangnya." (QS. 4/An-Nisa': 11)
Yang berhak mendapat wasiat adalah selain ahli waris, karena ia sudah
mendapat hak warisan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda "Sesungguhnya
Allah memberi kepada setiap orang yang berhak atas haknya. Oleh karena itu
tidak ada wasiat bagi ahli waris” .(HR. Lima ahli hadits, kecuali Abu Dawud.
Hadits ini juga disahkan oleh Tirmidzi dari Amr bin Khorijah ra.)
XII MIPA 1 4
Pertalian darah ini dikelompokkan dalam tiga bagian:
# ke atas (disebut ushul), ialah ibu-bapak, kakek-nenek, dan seterusnya;
# ke bawah (disebut furu’) ialah anak-cucu keturunan si mati;
# ke samping (disebut hawasyi), ialah saudara, paman, bibi, keponakan dari si
mati.
Ditinjau ciari segi pembagiannya, ahli waris akibat pertalian darah ini dibagi
menjadi tiga (3).
a. Ashhabul Furudinnasabiyyah, ialah golongan ahli-ahli waris yang mendapat
bagian tertentu. Misal: 1/2 (setengah), 1 (sepertiga), dan lain-lainnya.
b. ‘Ashabah Nasabiyyah, ialah golongan ahli waris yang tidak mendapat bagian
tertentu. Mereka mendapat sisa dari golongan pertama. Jika tidak ada
golongan pertarna, golongan kedua ini berhak atas seluruh harta warisan.
a. Apabila istri yang meninggal dan tidak memiliki anak, suami mewarisi
separoh dari harta peninggalan istrinya. Jika punya anak memperoleh
seperempatnya. “Dan bagimu (suami-suami) tidaklah seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh (istri-istrimu), jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
mereka (istri-istrimu) mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat
dari harta yang ditinggalkannya sesudah (dipenuhi wasiat yang mereka buat
atau (dan setelah dibayar) hutangnya." (QS. 4/ An-Nisa': 12).
b. Apabila suami yang meninggal dan tidak memiliki anak, istri mewarisi
seperempat dari peninggalan suaminya. Jika punya anak memperoleh
seperdelapannya. "Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Apabila kamu mempumyai anak,
maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
(sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat, atau (dan setelah dibayar) hutang-
hutangmu." (QS. An-Nisa': 12).
XII MIPA 1 5
3. Wala adalah persaudaraan menurut hukum yang timbul karena
membebaskan budak. Sabda Muhammad Rosulullah saw. "Hubungan orang
yang memerdekakan budak dengan budak yang bersangkutan seperti
hubungan turunan dengan turunan, tidak dijual dan tidak diberikan." (HR. Ibnu
Khuzaimah, Rinu Hibban, dan Hakim). "Hak Wala’ itu hanya bagi orang yang
telah membebaskan budak. Wala’ itu adalah suatu kerabat sebagai kerabat
nasab yang tidak boleh dijual atau dihibahkan." (HR. Hakim).
Dengan demikian orang yang memiliki hak wala', berhak mewarisi harta
peninggalan budaknya. Ditegaskan oleh Muhammad Rosulullah saw.
"Sesungguhnya hak itu (mewaris) untuk orang yang memerdekakan," (Sepakat
ahli hadis). Mereka itu disebut ahli waris golongan ‘Ushubah sababiyyah,
1.2.TUJUAN
XII MIPA 1 6
BAB II
ISI LAPORAN
2.1.TOPIK WAWANCARA
XII MIPA 1 7
Narasumber : “Alhamdulillah iya. Keluarga kami melakukan
pembagian harta warisan sesuai dengan ketentuan dan
hukum islam”
XII MIPA 1 8
BAB III
KESIMPULAN
1.3. KESIMPULAN
Hukum waris yaitu segala jenis harta benda atau kepemilikan yang
ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan sebagainya.
Hukum waris menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 171 (a) adalah hukum
yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah)
pewaris, menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
bagiannya masing-masing.
Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur dengan sebaik-
baiknya. Alquran menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang
berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun.
Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah
ada ketentuannya dalam Alquran.
Artinya:
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (An-
Nisa: 7)
Dalam syariat Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris laki-laki lebih
banyak dari pada bagian perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli
waris perempuan.
XII MIPA 1 9
Firman Allah swt:
Artinya:
Allah swt menjanjikan surga bagi orang-orang yang beriman yang mentaati
ketentuan-Nya dalam pembagian harta warisan dan ancaman siksa bagi mereka
yang mengingkari-Nya.
- http://www.pekerjadata.com/2015/04/praktik-pembagian-harta-warisan-
studi.html
XII MIPA 1 10