You are on page 1of 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
memberi pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Menurut UU kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138
menegaskan, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapat perhatian
khusus dengan tetap di pelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan nya sehingga
dapat ikut serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.
Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia
menarik untuk diamati. Diperkirakan Tahun 2020-2025 Indonesia akan
menduduki peringkat keempat dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat (Nugroho, 2008). Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut
Nugroho (1995), disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan
hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu:
(1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial ekonomi
dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.
Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses
penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,
timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini
akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis
(Depkes, 2008).
Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang
menonjol pada kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari
hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (Diabetes Meletus),
gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan gangguan
psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi).
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan
lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006,
diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit

1
sendi (52,3%), dan hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak
(23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas
pada lansia (komnas lansia 2010). Angka kejadian gangguan hipertensi
menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu pertanyaan yang
berujung pada “gaya hidup” lansia itu sendiri (Darmojo 2006).
Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia
dapat mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi.
Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan
tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan
minum kopi, pengaturan diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat
yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko terjadinya
hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005).
Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda
dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa
berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang
dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi dampak pada
kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.
Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Joint National
Commitee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High
pressure VII, 2003). Hipertensi menjadi sebuah tantangan global yang luar
biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setiap
tahunnya. Diperkirakan di dunia, prevalensi hipertensi akan meningkat
dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al., 2005).
Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk
mencegah komplikasi hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan
diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga
ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang
berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah
(Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih
kepada lansia dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para
lansia di RW 04 Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

2
1.2 Tujuan
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
secara komprehensif.
b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia
dengan hipertensi, melakukan aktivitas sesuai toleransi, dan
mencegah komplikasi hipertensi.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan
dalam bentuk tindakan kepada pasien yang membutuhkan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Asuhan keperawatan yang dimaksud
adalah asuhan keperawatan yang sesuai standar mulai dari pengkajian
hingga evaluasi. Intervensi yang diberikan kepada klien juga intervensi
yang berdasarkan pada evidence based sehingga asuhan yang diberikan
adalah asuhan keperawatan yang bermutu.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas
usia 60 tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi,
1999 dalam Wijayanti, 2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori
lanjut usia berdasarkan tingkat usia yaitu:
1. Usia pertengahan “middleage” 45-59 tahun,
2. Lanjut usia (lansia)“elderly”60-74 tahun,
3. Lansia tua “old” 75-90tahun,
4. Dan usia sangat tua “veryold” diatas 90 tahun
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)
dalam Wijayanti 2008, terdapat tiga kelompok lansia yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia
tua, antara lain (Papalia dkk, 2001 dalam Wijayanti, 2008) :
1. Primary aging
Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan
fisik yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak
dapat dihindarkan).
2. Secondary Aging
Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse
pada tubuh yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh
individu dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan
pola makan yang baik, menjaga kebugaran fisik dll.

4
2.1.2 Kesehatan Lansia
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis
lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan
manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual
mulai menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998 dalam
Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan
diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai
dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi
darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma
dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih,
mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi
indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Joseph J. Gallo (1998) dalam Wijayanti (2008) mengatakan untuk
mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan
keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan
yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002)
fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia
menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-
perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan
tersebut adalah perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa
lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yang ditandai
dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan gangguan perasaan
ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung,
sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur,
gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan

5
enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat
diri sendiri.
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun
orang yang segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang
yang kesegaran jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila
seseorang menjadi lebih segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan
lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam Sriwahyuniati, 2008). Proses menua
adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua manusia. Dalam
tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang merupakan proses
degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel
berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan
jaringan ikat baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil
dengan akibat timbulya kemunduran fungsi organ tubuh
Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008)
secara ringkas dapat dikatakan:
1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak
mengkilat.
3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara
keseluruhan menyusut dan fungsinya menurun.
4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran
jantung mengecil, kekuatan memompa darah berkurang.
5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran
pemapasan, alveolus menjadi kurang elastis.
7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan
menjadi kasar.
9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional
di ginjal yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang
berakibat kemampuan mengeluarkan sisa metabolisme melalui
urin berkurang pula.
10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang
memang harus dialami oleh semua makluk hidup.
Proses penuaan merupakan tantangan yang harus
ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi

6
kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia
menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak
bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan melakukan
olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran dan
penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun
olahraga pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem
musculoskeletal (otot dan tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung
dan paru-paru) (Sriwahyuniati, 2008).

Kemunduran fungsi organ-organ akibat terjadinya proses penuaan


terlihat pada:
1. Kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)
a. Volume sekuncup menurun hingga menyebabkan
terjadinya penurunan isi sekuncup (stroke volume) dan
curah jantung (cardiac output).
b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan tahanan perifer
dan peningkatan tekanan darah.
2. Respirasi
a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan
harus bekerja lebih keras dan kembang kempis paru
tidak maksimal.
b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga
menurun.
3. Otot dan persendian
a. Jumlah motor unit menurun
b. Jumlah mitokondria menurun
c. Otot dan memudahkan terjadinya kelelahan, karena
fungsi Mitokondria adalah memproduksi adenosin
triphospat (ATP).
d. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat
sehingga menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.
4. Tulang
a. Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis
dan akan meningkatkan resiko patah tulang.
b. Kiposis
5. Peningkatan lemak tubuh.

7
Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan peningkatan
resiko terserang penyakit.

2.2 Konsep Hipertensi


b.2.1 Definisi Hipertensi
Menurut Joint National Commite on Prevention Detection,
Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi
adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi adalah
tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada
3 kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal
adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80
mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap
hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih
dari 90 mmHg untuk diastolik. Istilah “prahipertensi” adalah
tekanan darah antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80
dan 89 mmHg untuk diastolik (Corwin, 2009: Price, 2005).
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat
menjadi salah satu faktor risiko langsung terhadap kejadian infark
miokard atau serangan jantung dan CVA (cerebrovascular
accidents) atau yang dikenal dengan stroke. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-
batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres
yang dialami. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole
tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering pada
lansia, sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastole tanpa
disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering pada dewasa
muda.

b.2.2 Klasifikasi Hipertensi

8
Beberapa klasifikasi tentang hipertensi dari berbagai
sudut pandang ahli dikelompokkan menjadi bermacam-macam.
A. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya:
a. Hipertensi primer (esensial)
Sekitar 20% dari populasi dewasa
mengalami hipertensi; lebih dari 90% dari mereka
mengalami hipertensi esensial (primer), yang tidak
mempunyai penyebab medis yang dapat dikenali.
Pada suatu ketika hipertensi timbul mendadak dan
parah serta terjadi proses “malignan” yang
menyebabkan penyimpangan kondisi dengan cepat.
Gangguan emosional, obesitas, konsumsi alkohol
berlebih, dan stimulasi berlebihan dengan kopi,
tembakau, dan obat-obat stimulator memegang
peranan dalam munculnya hipertensi. Hipertensi tipe
ini sangat bersifat familial dan menyerang lebih banyak
wanita daripada pria, tetapi pria Afrika-Amerika kurang
mampu mentoleransi penyakit ini (Baughman, 2000).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi dapat terjadi akibat penyakit yang
tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi,
tekanan darah dapat kembali normal. Pada bentuk
sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan
penyakit renovaskular adalah faktor penyebab paling
umum. Kontrasepsi oral telah dihubungkan dengan
hipertensi ringan yang berhubungan dengan
peningkatan substrat renin dan peningkatan kadar
angiotensin II dan aldosteron. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa hipertensi jenis ini adalah hipertensi yang
diakibatkan karena gangguan fisiologis atau penyakit
dalam tubuh sebelumnya.

9
1. ISH (Isolated Systolic Hypertension), IDH (Isolated
Diastolic Hypertension), SDH (Systolic Diastolic
Hypertension)
Dewasa dan dewasa muda (<30 tahun)
dengan peningkatan tekanan darah dapat mengalami
gangguan hemodinamik yaitu peningkatan stroke
volume, dimana PVR relatif normal. Dengan menjaga
kondisi fisiologis, ISH umumnya terbentuk dari
hipertensi yang diamati pada kaum muda. Sebaliknya,
pada pertengahan usia (30-50 tahun), cardiac output
normal atau mengalami penurunan, tetapi gangguan
hemodinamik terlihat menonjol yang ditandai dengan
peningkatan PVR (Peripheral Vascular Resistance).
Isolated diastolic hypertension (IDH) or mixed (systolic/
diastolic) hypertension (SDH) adalah bentuk utama
dari hipertensi yang diamati pada individu. SDH
umumnya dilihat sebagai hipertensi esensial yang
menetap. Pada dewasa tua (>50 tahun), ISH adalah
bentuk utama dari hipertensi. Bagaimanapun juga,
berbeda dengan kondisi pada individu yang lebih
muda, pengerasan pembuluh darah adalah penyebab
gangguan hemodinamik.
2. Isolated office (“white-coat”) hypertension
Isolated office (“white-coat”) hypertension
adalah kondisi dimana pasien dengan tekanan darah
yang secara konsisten meningkat tetapi normal pada
lain waktu. Isolated office hypertension kira-kira
diderita oleh 10-15% pasien hipertensi. Tenaga
kesehatan harus menentukan tujuan untuk
mengidentifikasi peningkatan tekanan darah yang
terjadi dengan menggunakan pengukuran di rumah.
Ada juga dampak potensial dari fenomena ini pada
biaya pengobatan anti-hipertensi. Hal ini masih
diperdebatkan apakah Isolated office (“white-coat”)

10
hypertension adalah fenomena yang murni atau
apakah itu membawa peningkatan risiko
kardiovaskular. Keputusan untuk memulai pengobatan
harus berdasarkan faktor risiko keseluruhan pasien
individu dan adanya kerusakan organ target (Rahman.,
et. al, 2008).

B. Klasifikasi Hipertensi Menurut Tingginya Tekanan


Darah:
Tabel 2.1 Perbedaan Klasifikasi Hipertensi versi JNC VII

dan JNC VI
JNC 6 Nilai Tekanan Darah JNC 7

Sistolik/Diastolik (mmHg)

Optimal <120/80 Normal


Normal 120-129/80-84
Prehipertensi
Borderline 130-139/85-89

Hipertensi ≥ 140/90 Hipertensi

Stage 1: hipertensi 140-159/90-99 Stage 1: hipertensi

Stage 2: hipertensi 160-179/100-109


Stage 2: hipertensi
Stage 3: hipertensi ≥180/110

C. Klasifikasi Hipertensi Menurut Kelompok Umur:


Tabel 2.2 Hipertensi Menurut Kelompok
Umur
Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)

Bayi 80/40 Normal

11
Anak usia 7-11 tahun 100/60
120/80

Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80

Dewasa (20-45 tahun) 120-125/75-80 135/90


(45-65 tahun) 135-140/85 140/90-160/95
(>65 tahun) 150/85 160/95

D. Klasifikasi Hipertensi Menurut Perjalanan Penyakitnya:


Penggolongan hipertensi menurut perjalanan
penyakitnya ini dibagi menjadi dua, yakni :
1. Hipertensi Benigna, bila timbulnya kenaikan tekanan
darah terjadi secara berangsur,
2. Hipertensi Maligna, bila tekanan darah naik secara
progresif dan cepat dan biasanya disertai dengan
banyak komplikasi seerti GGk, CVA, hemoragi
retina, dan ensefalopati (Tambayong, 2000).

E. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Kegawatan :


1. Hipertensi Emergensi, jika TD diastolik >120 mmHg,
disertai dengan kerusakan organ target dan apabila
ada keterlambatan dalam penanganan dapat
berakibat pada kematian,
2. Hipertensi Urgensi, jika TD Diastolik >120 mmHg
dan tidak disertai dengan tanpa kerusakan organ
namun dalam penanganannya tekanan darah harus
diturunkan dalam 24 jam sejak onset.

F. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Bentuknya :


1. Hipertensi Diastolik
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan sistolik, biasanya jenis
hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda.
2. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti

12
peningkatan tekanan diastolik, umumnya ditemukan
pada usia lanjut.
3. Hipertensi campuran
Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang
meninggi) yaitu kombinasi dari peningkatan tekanan
darah pada sistol dan diastol. (Gunawan, 2001)

b.2.3 Penyebab Hipertensi


Institut Jantung, Paru dan Darah memperkirakan
separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan
kondisinya. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi,
lebih dari 90% diantaranya menderita hipertensi esensial (primer),
dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer,
2002 & Rubenstein, 2007). Etiologinya mungkin multifaktorial.
Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya bertambahnya usia,
obesitas, asupan alkohol berlebihan. Sedangkan hipertensi
sekunder bisa timbul akibat penyakit ginjal, penyakit endokrin
(sindrom Cushing, sindrom Conn, feokromoditoma, akromegali),
pil kontrasepsi oral, eklampsia, dan koaktasio aorta (Rubenstein,
2007).
A. Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu keadaan yang harus
mendapat perhatian khusus. Penyempitan arteri yang
memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal) menyebabkan
tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri).
B. Gagal ginjal
Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan
perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi
pada penderita ini terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal
dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh. Apabila
penderita menjalankan dialisis, penderita masih tetap harus
minum obat untuk menjaga tetap normal.
C. Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan
kelenjar adrenal. Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila

13
ada kasus, termasuk gangguan yang dapat disembuhkan.
Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas tiap-tiap ginjal.
Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang
dapat mengeluarkan berbagai hormon ke dalam aliran darah.
Bagian dalam kelenjar disebut medula yang mengeluarkan
adrenalin atau hormon yang dihasilkan sebagai rasa takut,
marah, dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan denyut
jantung. Selain itu, medula juga menghasilkan hormon
noradrenalin yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan
meningkatkan tekanan darah. Hipertensi akibat terlalu banyak
noradrenalin dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk
kesembuhannya diperlukan tindakan bedah.
D. Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan keadaan yang sangat jarang
terjadi. Keadaan ini sebagai akibat adanya tumor atau
pertumbuhan yang berlebihan dari lapisan luar kelenjar
adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan hormon stres lain yaitu
kortisol atau hormon lain yang disebut aldosteron hormon
yang mengakibatkan ginjal menahan garam (atau sodium)
dan melepaskan kalium.
E. Alkohol
Hipertensi dikaitkan dengan konsumsi alkohol berlebihan
dan hipertensi cenderung turun bila konsumsi alkohol
dihentikan atau dibatasi.
F. Stres
Mungkin hanya sedikit orang yang tidak segera
menghubungkan hipertensi dengan stres. Namun, peranan
stres sebagai faktor penyebab hipertensi tidak diragukan lagi.
Stres dapat meningkatkan tekanan darah

b.2.4 Faktor Resiko Hipertensi


Beberapa faktor risiko untuk terjadinya hipertensi
diantaranya:
A. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ini berkaitan dengan genetik. Tentu
saja orang-orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi

14
memiliki risiko dua kali menderita hipertensi daripada orang-
orang dengan riwayat keluarga tanpa hipertensi. Penelitian
lain menyebutkan jika seorang dari orang tua kita memiliki
riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi ( Astawan,2002 )

B. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap
terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh
baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada
wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang
wanita mengalami menopause. Perbandingan antara pria dan
wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi.
Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari
Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4%
wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5%
pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah
perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada
wanita (Gunawan, 2001).
C. Ras
Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika
Amerika (Black American) memiliki level tekanan darah yang
cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian).
Penelitian genetika menunjukkan bahwa ras Afrika-Amerika
cenderung sensitif terhadap natrium. Pada orang yang peka
terhadap kadar dalam tubuhnya, setengah sendok teh garam
dapat meningkatkan tekanan darah hingga 5 mmHg.
Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh
karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal,
stroke, dan jantung. Namun, tentunya faktor resiko lain juga
dapat berperan seperti diet dan berat badan.
D. Kelebihan berat badan (overweight)

15
Diperkirakan faktor utama hubungan antara obesitas dan
hipertensi adalah diet, aktivitas sistem saraf simpatik,
resistensi insulin, atau hiperinsulinemia. Selain itu, dapat
diterangkan pula bahwa pada individu yang mengidap
obesitas jumlah darah yang beredar akan meningkat
sehingga curah jantung akan naik, dan pada akhirnya
mengakibatkan naiknya tekanan darah. Menurunkan berat
badan merupakan salah satu yang terpenting dari modifikasi
gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Praktisi
kesehatan dan dietisian harus berkonsultasi membantu
pasien mengembangkan perencanaan penurunan berat
badan (William, Hopper, 2007). Kehilangan berat badan 5 kg
dapat membuat perbedaan penurunan tekanan darah.
E. Usia
Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Bagi kaum pria, risiko ini
cepat terjadi, yaitu saat usia 45-50 tahun. Karena adanya
hormon penyebab menstruasi, risiko hipertensi pada wanita
dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah
menopause. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin
tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin
meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan
oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang
berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden
penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti,
2005).
F. Merokok
Kebiasaan merokok dapat menambah berat kerja
jantung sehingga mendorong naiknya tekanan darah.
Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah,
adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin
akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena

16
nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak
akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon
yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
organ dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
G. Alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat
meningkatkan tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta
menyebabkan kegemukan dan aterosklerosis (penyempitan
pembuluh darah). Akibatnya, mempercepat timbulnya
penyakit jantung yang lebih parah. Menurut AHA (American
Heart Association) mengklaim batasan jumlah alkohol yang
dikonsumsi untuk satu hari tidak lebih dari dua gelas sehari
untuk pria dan satu gelas per hari bagi wanita.
H. Diabetes dan kolesterol
Kedua penyakit ini dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis dan meningkatkan tekanan darah akibat dari
gangguan regulasi hormon dan metabolik.
I. Sensitivitas terhadap natrium
Natrium (Na) atau yang biasa disebut juga sodium tidak
hanya terdapat pada garam dapur. Terdapat juga pada
minuman bersoda, penyedap rasa (vetsin), dan bahan
pengawet pada produk makanan kaleng. Sensitivitas
terhadap sodium tidak sama untuk semua orang. Kurang
lebih 30% orang Amerika yang menderita hipertensi
disebabkan oleh tingginya konsumsi sodium. Oleh karena itu,
dianjurkan bagi orang dewasa untuk membatasi konsumsi
sodium, yaitu tidak lebih 2.400 mg sehari atau setara dengan
5 gram (1 sendok teh) garam dapur. Terjadinya hipertensi

17
karena konsumsi Na juga mungkin dipengaruhi oleh genetik
individu dan kerusakan fisiologis. Individu yang peka terhadap
hipertensi mempunyai risiko tinggi jika mengkonsumsi Na
berlebihan. Orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi
normal lebih peka terhadap hipertensi karena tidak dapat
mengatur kadar Na dalam tubuh. Dengan kata lain, Na tidak
dapat diekskresikan dalam jumlah normal oleh ginjal.
Akibatnya, Na di dalam tubuh dan volume intravaskuler
meningkat sehingga terjadi hipertensi. Hal ini biasanya
umumnya terjadi pada manula (Julianti, 2007).
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam
antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap
timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida.
Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium,
yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan
darah (Sheps, 2000). Garam berhubungan erat dengan
terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini
hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan
garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram
sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika
asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat
prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).
J. Aktivitas kurang gerak
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi,
dimana pada orang yang kurang aktvitas atau kurang gerak
akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih
keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri ( Amir, 2002 ).

18
K. Stress
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang
memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Dunitz, 2001).

b.2.5 Patofisiologi Hipertensi


(Terlampir)

b.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi


Hipertensi primer sedang atau berat sebagian besar
tanpa gejala selama bertahun-tahun sehingga sering disebut
dengan silent killer. Gejala yang paling sering, sakit kepala, juga
sangat spesifik. Sakit kepala suboccipital, terjadi di awal pagi dan
mereda pada siang hari, dikatakan karakteristik, tetapi setiap jenis
sakit kepala dapat terjadi. Hipertensi dipercepat dikaitkan dengan
mengantuk, kebingungan, gangguan penglihatan, mual dan
muntah (hipertensi ensefalopati). Selain gejala tersebut gejala
lainnya seperti pusing, kelelalahan atau jika hipertensi sudah
berlangsung hipertensi menahun akan muncul gejala mual,
muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur. Tidak jarang
pula, pasien sering mengalami penurunan kesadaran/pingsan
bahkan koma.
Hipertensi pada pasien dengan pheochromocytomas
yang mengeluarkan dominasi norepinephrine biasanya
dipertahankan tetapi mungkin episodik. Serangan khas
berlangsung dari menit sampai jam dan berhubungan dengan

19
sakit kepala, kecemasan, palpitasi, keringat banyak, pucat, tremor,
dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat, dan angina atau
edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer,
pasien mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia
karena hipokalemia, hipertensi maligna jarang terjadi. Hipertensi
kronis sering menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang mungkin
berhubungan dengan diastolik atau, dalam tahap akhir, disfungsi
sistolik.
Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat
trombosis atau (2) perdarahan kecil atau besar dari
microaneurysms menembus arteri intrakranial. Hipertensi
ensefalopati mungkin disebabkan oleh kongesti kapiler akut dan
eksudasi dengan edema serebral. Temuan biasanya reversibel jika
perawatan yang memadai diberikan segera. Tidak ada hubungan
yang ketat tekanan darah diastolik dengan hipertensi ensefalopati,
tetapi biasanya melebihi 130 mm Hg.

Tabel 2.3 Gambaran klinis-manifestasi organ


target yang berhubungan dengan hipertensi
darurat (Torre et al., 2009)
Organ Target Manifestasi Klinis
Sistem Saraf Pusat Perubahan status mental
Kejang
Cerebrovascular accident
Sakit kepala
Perdarahan intrakranial
Optalmologi Penglihatan kabur
Diplopia
Perdarahan retina
Papilledema
Ginjal GGA dan hematuria
Kardiovaskular Angina (nyeri dada)
Congestive heart failure
Pulmonary edema
Aortic dissection
Hematologi Microangioplasthic hemolytic
anemia

20
b.2.7 Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi
A. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam
JNC 7:
1. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
2. Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
3. Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

B. Penyuluhan Pasien dan Pemeliharaan Kesehatan:


Perawatan di Rumah dan Komunitas
Turunkan Tekanan Darah ke Tingkat Normal
1. Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi dengan cara
biaya efektif yaitu obat antihipertensi, pembatasan diet
natrium dan lemak, kontrol berat badan, perubahan
gaya hidup, program latihan, dan perawatan kesehatan
tindak lanjut pada interval teratur
2. Berikan dorongan konseling, penyuluhan dan
kelompok swa bantu untuk keluarga dan pasien
Tingkatkan Kepatuhan dengan Program Perawatan Diri
1. Berikan dorongan partisipasi aktif pasien dalam
program, termasuk pemantauan mandiri tekanan darah
dan diet untuk meningkatkan kepatuhan.
2. Berikan dorongan pada pasien untuk tidak
menggunakan alkohol karena alkohol dapat
memberikan efek sinergis dengan obat.
3. Jangan anjurkan penggunaan tembakau dan produk
nikotin.
4. Berikan pasien informasi tertulis mengenai efek yang
diperkirakan serta efek samping obat.
5. Ajarkan pasien cara untuk mengukur tekanan darah
mandiri.
(Baughman, 2000)

C. Manajemen Non Farmakologi


Managemen non farmakologi (modifikasi gaya hidup
terapeutik) memainkan peranan penting dalam managemen
hipertensi. Ini mungkin satu-satunya pengobatan yang
diperlukan dalam tahap satu hipertensi. Sayangnya data dari

21
studi cross-sectional menunjukkan bahwa pengobatan non-
farmakologis untuk pasien dengan hipertensi masih belum
memadai. Beberapa manajemen non farmakologi dalam
mengontrol tekanan darah antara lain :
1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan adalah yang paling
menguntungkan bagi pasien yang mempunyai lebih
dari 10% kelebihan berat badan. BMI yang ideal untuk
orang Asia sekitar 18,5-23,5 kg/m2. Target praktis
untuk pasien kelebihan berat badan adalah
pengurangan minimum 5% berat badan. Namun
penurunan berat badan sebesar 4,5 kg secara
signifikan mengurangi TD.
2. Mengurangi Konsumsi Sodium
Pengaruh pembatasan natrium dalam
hipertensi dapat bervariasi. Subyek lansia lebih sensitif
terhadap asupan natrium. Rata-rata, pengurangan 4
mmHg sistolik dan diastolik 2 mmHg dicapai dengan
pembatasan natrium. Konsumsi <100 mmol natrium
atau 6g natrium klorida sehari dianjurkan (setara
dengan <1/4 sendok teh garam atau 3 sendok teh
monosodium glutamat).
3. Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
Alkohol memiliki efek akut dalam
meningkatkan TD. Saran standar untuk membatasi
asupan tidak lebih dari 21 unit untuk pria dan 14 unit
untuk wanita per minggu (1 unit setara dengan 1/2
gelas bir atau 100 ml anggur atau 20ml wiski). Pasien
hipertensi yang menjadi peminum berat lebih
cenderung memiliki hipertensi resisten terhadap obat.
Satu-satunya cara untuk mengurangi TD pasien
efektifnya adalah dengan mengurangi atau
menghentikan konsumsi alkohol. Mengurangi alkohol
dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan
diastolik 7 mmhg.

22
4. Olahraga secara teratur
Jenis latihan aerobik lebih efektif daripada
latihan yang melibatkan pelatihan resistensi, (misalnya
angkat besi). Saran umum kesehatan jantung olahraga
ringan, seperti jalan cepat selama 30-60 menit
setidaknya 3 kali seminggu.
5. Pengaturan diet
Diet yang kaya buah-buahan, sayuran dan
produk susu dengan penurunan lemak jenuh dan
jumlah lemak dapat menurunkan TD (11/6 mmHg pada
penderita hipertensi dan 4/2 mmHg pada pasien
dengan TD normal). Jenis diet ini juga memiliki efek
menguntungkan pada keseluruhan kesehatan jantung.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting
pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan
diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan
sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis
besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi
atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah,
yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak
terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila
kelebihan berat baadan (Astawan, 2002).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien
dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet
rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan
darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur
tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau
natrium (Na).Oleh karena itu yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah
garam adalah komposisi makanan yang harus
mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein,

23
mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan
natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang
mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono
Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap,
selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta
obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala).
Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di
dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu:
kolestrol, trigeserida, dan fospolipid. Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan
dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat
berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada
yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh
akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap
makanan (Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada
penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu
serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak
terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan
serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat
yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau.
Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit
tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu
mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini
dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi

24
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo,
2005 ).
6. Berhenti merokok
Hal ini penting dalam manajemen
keseluruhan dari pasien dengan hipertensi dalam
mengurangi risiko kardiovaskular. Dengan berhenti
merokok tekanan darah akan turun secara perlahan ,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang
dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan
dengan berhenti merokok efektifitas obat akan
meningkat ( Santoso, 2001 ).

7. Lainnya
Ini termasuk managemen stres, perubahan
mikronutrien dan suplemen makanan dengan minyak
ikan, kalium, kalsium, magnesium dan serat (Rahman
et al., 2008).

Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk


mencegah dan managemen hipertensi
(JNC VII, 2003)
Modifikasi Rekomendasi Penurunan
TD Sistolik
Penurunan berat Mempertahankan 5-20
badan berat badan normal mmHg/10 kg
(BMI 18.5-24.9 kg/m2
Diet DASH Mengkonsumsi 8-14 mmHg
banyak buah, sayur,
dan produk rendah
lemak dengan
penurunan lemak
jenuh dan lemak total
Penurunan Penurunan konsumsi 2-8 mmHg
konsumsi sodium tidak lebih

25
sodium/natrium dari 100 mmol per
hari (2.4 g sodium
atau 6 g sodium
chloride)
Olahraga Aktivitas aerobik 4-9 mmHg
biasa seperti jalan
cepat (kurang lebih
30 menit per hari)
Alkohol Batasi konsumsi tidak
lebih dari 2 minuman
(24 oz beer, 10 oz
wine, atau 3 oz 80
whiskey) per hari
pada laki-laki, dan
tidak lebih dari 1
minuman per hari
pada wanita dan
seseorang yang
mempunyai berat
badan lebih ringan

D. Manajemen Farmakologi
Menurut Muttaqin (2009), pengobatan farmakologi
hipertensi terdiri dari:
1. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling
sering diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan.
Dapat diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi
ringan atau klien yang baru. Banyak obat antihipertensi
dapat menyebabkan retensi cairan; karena itu, sering kali
diuretik diberi bersama antihipertensi.
2. Simpatolitik (menekan simpatetik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral
simpatolitik), penghambat adrenergik alfa, dan

26
penghambat adrenergik beta, juga dianggap sebagai
simpatolitik dan menghambat reseptor beta.
3. Vasodilator arteriol yang berkerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah
obat tahap III yang bekerja merelaksasikan otot-otot
polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga
menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya
vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta
air tertahan sehingga terjadi edema perifer.
4. Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACEi) menghambat secara kompetitif pembentukan
angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif,
yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal,
jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angiotensin II
merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu
penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral
dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II
ini akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem
angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi (misalnya pada
keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik)
efek antihipertensi ACEi akan lebih besar.
5. Penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis)
Blokir jalur kalsium akan memperlambat
gerakan kalsium ke dalam sel-sel pembuluh darah
jantung dan darah, karena kalsium menyebabkan
kontraksi jantung kuat, maka obat ini mudah membuat
kontraksi jantung dan mengendurkan pembuluh darah.

b.2.8 Komplikasi Hipertensi


A. CVA (Cerebrovascular Attack)
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

27
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(Corwin, 2000). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak
(Santoso, 2006).
B. IMA (Infark Miokard Akut)
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri
koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel
dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2000).
C. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan
progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,
glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).

28
D. Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung
dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki
dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru
– paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema (Amir, 2002)
E. Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya
kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

29
ii. Pathway

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Mekanisme koping,
harapan tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistik

Koping30 individu tidak


efektif
Reabsorbsi Na
Angiotensin
dan air
Ion exchange II di
Sekresi Tekanan
Tekanan intravascularpembuluh
Tekanan
Deficit
Gangguan darah
intraocular
lapang
Peningkatan volume
otak meningkat
(vasokontriksi)
K
tubulus
dan Hginjal
Sekresi aldosteron
ACE cairanmeningkat
Tekanan darah meningkat
ekstrasel meningkat
pandang
penglihatan
rasa nyaman
Resiko cedera

31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : Tanggal


Pengkajian : 20 Desember 2016

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 80 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : RT 16 RW 04 Bulurejo, Petungsewu, Dau, Kab. Malang

2. DATA :
KELUARGA
Nama : P. Bandi
Hubungan : Cucu
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : RT 16 RW 04 Bulurejo, Petungsewu, Dau, Kab. Malang

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :


Keluhan utama: Nyeri kepla bagian depan. TD : 180/140 mmHg
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: Istirahat
Obat-obatan: -

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA)


FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu makan : √
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak mudah
lelah, tidak ada perubahan BB
secara drastis, tidak mengalami
penurunan nafsu makan.

32
Kemampuan ADL klien mandiri.
BB 6 bulan terakhir 50 kg

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Kulit klien terlihat keriput, warna
kecoklatan. Tetapi tidak ada
gangguan dalam proses
penyembuhan luka, klien selalu
berhati-hati dalam melakukan
segala hal.

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. Limfe : √
Anemia : √
KETERANGAN : Klien tidak
anemis, tidak
ada perdarahan
dan tidak ada
pembengkakan
pada kelenjar
limfe dan tidak
ada masalah
pada
hematopoetic
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Klien mengatakan pusing, berat
pada bagian tengkuk. Pusing
terasa saat melakukan aktivitas
berat, seperti mencuci
dengan membungkuk yang

33
lama

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan √
Pakai kacamata :
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Klien tidak menggunakan kacamata,
klien masih bisa membaca
dengan jelas tanpa kebingungan. Reflek
cahaya (+)

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Klien mengalami penurunan
pendengaran
KETERANGAN : Klien masih bisa mendengar
dengan jelas tanpa
menggunakan alat bantu dengar.
Saat diajak berkomunikasi klien
selalu mengerti namun dengan
jarak bicara yang dekat dengan
telinga klien

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √

34
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Pilek (-), obstruksi (-), perdarahan (-), klien
masih bisa mencium bau-bauan meskipun
dari jarak jauh. Tidak ada gangguan pada
hidung ataupun infeksi

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa :
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Klien menyikat giginya sehari 2x
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi
KETERANGAN : Klien tidak menggunakan gigi palsu,
mukosa bibir lembab, perdarahan pada
gusi (-), klien masih bisa merasakan
berbagai rasa makanan atau minuman
dengan baik

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Klien mengeluh lehernya terasa sedikit
kaku, tetapi tidak nyeri saat di tekan.
Hanya sedikit terasa kaku saat dipegang

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : klien mengatakan tidak batuk dan
tidak pernah sesak nafas.
Rhonci (-), wheezing (-), RR:

35
20x/menit, pergerakan dinding dada
simetris

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Klien tidak ada masalah pada
kardiovaskular
Klien mengatakan tidak ada nyeri
dada, dan saat pemeriksaan fisik
tidak ada suara tambahan pada
bunyi jantung, gallop (-), murmur (-)

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu makan : √
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : BAB 1x sehari, WC jongkok,
konsistensi padat
KETERANGAN : Klien mengatakan makan 2x sehari
dengan tahu, tempe, sambal dan
sayur bening. Makan sekarang
tidak terlalu banyak seperti dulu.

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : ±2x sehari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √

36
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Warna urin kuning
KETERANGAN : Klien mengatakan minum sehari 3
gelas yaitu 1 gelas kopi dan 2 gelas
air putih. Kopi diminum setiap pagi
dan sore, jika tidak minum kopi,
klien mengatakan pusing. BAK ±2x
sehari

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi (perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √

menstruasi
Aktifitas seksual :


Pap smear :


KETERANGAN : Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan
menstruasinya saat masih
muda dulu, sekarang klien
sudah tidak menstruasi
sejak usia 50 tahun. Dan
klien juga mengatak sudah
tidak melakukan aktifitas
seksual karena suaminya
sudah meninggal.

37
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Klien sudah tidak pernah mengikuti
senam lansia
Dampak ADL : Klien masih bisa berjalan tanpa alat
bantu, klien bisa berdiri dari duduk
tanpa berpegangan dan klien tidak
gemetaran

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Klien hanya mengeluh pusing dan
berat pada tengkuk

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Klien biasanya bercerita kepada
cucunya saat ada masalah
Persepsi tentang kematian : klien menganggap kematian sebuah takdir,
karena semua
manusia juga

38
akan berpulang
ke Rahmatullah
Dampak pada ADL : tidak ada dampak yang berarti bagi klien

Spiritual
 Aktivitas ibadah : klien melakukan
sholat dirumah saja bersama anaknya,
klien kadang mengikuti pengajian
 Hambatan : jarak masjid yang
menurut klien cukup jauh sehingga klien
melakukan sholat hanya dirumah saja
KETERANGAN: -

6. LINGKUNGAN :
 Kamar:
1) Penataan perabot dalam kamar : rapi
2) Lantai kamar : ubin, rata dan tidak licin
- Kebersihan : terlihat agak kotor
- Licin/Tidak : lantai tidak licin
3) Pencahayaan siang dan malam : saat siang pencahayaan dari
sinar matahari dan saat malam menggunakan lampu
4) Penataan ventilasi : terdapat ventilasi di dinding kamar.
5) Jenis perabot yang ada : lemari es, kipas angin, penanak nasi,
televisi
6) Jarak kamar dengan kamar mandi : 1-2 meter
7) Apakah ada pegangan dalam kamar : tidak ada
 Kamar mandi:
1) Lantai kamar mandi : lantai semen
2) Pencahayaan : lampu dan cahaya matahari
3) Jenis Closet : jamban jongkok
4) Jenis bak mandi : bak mandi permanen dari semen
5) Pegangan : tidak ada
6) Adanya keset : tidak ada
 Dalam rumah.wisma :
1) Penataan perabot : rapi, perabot diletakkan pada tempatnya
2) Lantai Rumah :
- Kebersihan = bersih
- Licin/Tidak = tidak licin dan tidak berbahaya terhadap klien
- Rata/Tidak = lantai rata dan tidak berbahaya terhadap klien.
3) Pencahayaan :
Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu, saat siang hari
pencahayaan menggunakan sinar matahari dan saat malam hari
pencahayaan menggunakan lampu.

39
4) Ventilasi :
Terdapat ventilasi di atas pintu dan jendela, pertukaran udara
melalui pintu yang terbuka dan ventilasi.
5) Tangga, Ada/Tidak : tidak ada tangga
 Luar rumah :
1) Halaman rumah : tidak terdapat pagar pada rumah klien
2) Permukaan lantai, datar/menanjak : permukaan lantai di depan rumah datar.

7. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
A. Stresor
 Stresor fisiologis : -

 Stresor Psikologis:
Klien sering menceritakan tentang anaknya yang meninggal
secara tiba-tiba meskipun kejadian tersebut sudah 2 tahun
B. Kebiasaan Lansia
 Hobi/kegemaran : tidak ada

 Kebiasaan positif : Klien rutin mengikuti acara keagamaan di


lingkungan tempat tinggalnya
 Kebiasaan negatif :-
C. Pengetahuan
 Pengetahuan lansia tentang kesehatan : klien mengatakan tidak tahu
Hipertensi dan tidak pernah memeriksakan diri ke posyandu lansia
D. Riwayat Pengobatan dan efek samping
 Jenis pengobatan : -

 Efek samping obat : -

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Klien mengatakan aktivitas sehari-hari dilakukan sendiri, mulai dari pagi
memasak, menyapu, membersihkan rumah. Klien mengatakan kadang masak
bersama dengan cucu menantunya. Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Aspek Kognitif
Klien mengalami gangguan kognitif sedang.
a) Orientasi = Dalam hal orientasi waktu klien tidak dapat menyebutkan
hari, tanggal, tahun dan bulan

40
b) Registrasi = klien dapat menyebutkan obyek yang telah disebutkan oleh
mahasiswa (buku, kursi, meja)
c) Perhatian dan kalkulasi = klien dapat berhitung dengan benar
d) Mengingat = klien dapat mengulangi tiga obyek yang telah disebutkan
sebelumnya (buku, kursi, meja)
e) Bahasa =
- klien dapat menunjukkan dan menyebutkan dua nama benda
(televise dan lampu)
- klien dapat mengulang kata yang diucapkan mahasiswa (dan,
atau, tetapi)
- klien dapat mengikuti perintah dari mahasiswa (mengambil
kertas, melipat menjadi dua dan menaruh di lantai)
- klien mengikuti perintah untuk menutup mata
- klien tidak dapat menulis sebuah kalimat
- klien tidak dapat menyalin gambar segilima bertumpuk
3. Resiko Jatuh
Dari hasil observasi menggunakan Times Up and Go, klien dapat melakukan
kegiatan duduk, berdiri, berjalan 3 meter dan berputar selama 9 detik. Dapat
disimpulkan bahwa klien tidak beresiko jatuh.
4. Pemenuhan Kebutuhan Tidur
Kualitas tidur klien dalam rentang kurang. Hal ini ditunjukkan dari skor kuesioner
kualitas tidur yang menunjukkan skor 9. Klien mengatakan mulai tidur malam jam
23.00 dan bangun pada pukul 04.00 WIB. Klien mengatakan mampu tertidur
setelah ± 45 menit setelah berbaring di tempat tidur, jika merasa lelah, klien
mengatakan lebih cepat tertidur. Klien mengatakan setiap hari klien tidur malam
kira-kira 4 sampai 5-6 jam.
5. Kecemasan, GDS
Klien berada dalam rentang level minimal kecemasan (skor: 10). Klien
mengatakan selama sebulan terakhir ini tidak merasakan kecemasan. Klien
mengatakan tidak pernah merasa bosan dengan aktivitasnya, untuk mengisi waktu
luang klien biasanya menonton televisi dan bermain dengan cucunya. Klien juga
mengatakan selalu bersemangat dalam menjalani kehidupan
6. Status Nutrisi lansia
Status nutrisi klien dalam rentang kurang. Klien mengatakan dalam sehari klien
makan dua kali. Lauk yang dihidangkan dalam sehari-hari adalah tahu, tempe
dan sayur. Klien juga mengatakan jarang sekali mengkonsumsi buah-buahan.
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik : -

41
KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)

ID : Tanggal : 20 Desember 2016


Jam :
1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?
23.00
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?
45 menit
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?
04.00
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?
4-5 jam
5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah Tidak 1x 2x ≥3x
ini mengganggu tidur anda? pernah /minggu /minggu /minggu
a) Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak

berbaring
b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini √
c) Terbangun untuk ke kamar mandi √
d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa √
e) Batuk atau mengorok √
f) Kedinginan di malam hari √
g) Kepanasan di malam hari √
h) Mimpi buruk √
i) Terasa nyeri √
j) Alasan lain ……… √
6 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur √
7 Seberapa sering anda mengantuk ketika

melakukan aktifitas disiang hari
Tidak
Kecil Sedang Besar
antusias
8 Seberapa besar antusias anda ingin

menyelesaikan masalah yang anda hadapi
Sangat Sangat
Baik kurang
baik kurang
9 Pertanyaan pre intervensi : Bagaimana

kualitas tidur anda selama sebulan yang lalu
Pertanyaan post intervensi : Bagaimana

kualitas tidur anda selama seminggu yang lalu

PENILAIAN PSQI
Komponen :
1. Kualitas tidur subyektifàDilihat dari pertanyaan nomer 9
Skor = 1
0 = sangatbaik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangatkurang
2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) à total skor dari pertanyaan nomer 2 dan 5a

42
Pertanyaan nomer 2:
Skor=3
≤ 15 menit = 0
16-30 menit = 1
31-60 menit = 2
> 60 menit = 3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu= 2
>3 kali seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3
3. Lama tidur malamàDilihat dari pertanyaan nomer 4 Skor = 2
> 7 jam =0
6-7 jam =1
5-6 jam =2
< 5 jam =3
4. Efisiensi tiduràPertanyaan nomer 1,3,4
Skor=0
Efisiensitidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % =0
75-84 % =1
65-74 % =2
< 65 % =3
5. Gangguan ketika tidur malamàPertanyaan nomer 5b sampai 5j Skor=1
Nomer 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidakpernah = 0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu= 2
>3 kali seminggu= 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3
6. Menggunakan obat-obat tiduràPertanyaan nomer 6 Skor=0
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu= 2
>3 kali seminggu= 3
7. Terganggunya aktifitas di siang hariàPertanyaan nomer 7 dan 8 Skor=2
Pertanyaan nomer 7:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu= 2

43
>3 kali seminggu= 3
Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias = 0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawahini:
Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3

Jumlah Skor = 9
Skorakhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7
Nilai
0 = Sangat baik
1-7 = Baik
8-14 = Kurang
15-21 = Sangat kurang

KEMAMPUAN ADL

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari


(Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor Yang
Bantuan Didapat
1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15 15


tempat tidur, atau
sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, 0 5 5
menyisir rambut, gosok gigi)
4 Keluar masuk toilet 5 10 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar 0 5 5
(jika tidak bisa, dengan kursi
roda )
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10

44
ASPEK KOGNITIF

MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai
Kognitif maksimal Klien Kriteria
1 Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : - Hari : -
Musim : - Bulan : -
Tanggal : -
2 Orientasi 5 0 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : - Panti : -
Propinsi: - Wisma : -
Kabupaten/kota : -
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3).
Kertas
4 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
kalkulasi
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). meja
2). pulpen
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Meja dan pulpen
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis

45
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 19
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : klien mengalami gangguan kognitif sedang
TES KESEIMBANGAN
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 20 Desember 2016 9 detik
2 22 Desember 2016 9 detik
Total 9 detik
Interpretasi hasil
Tidak beresiko jatuh
Interpretasi hasil:
Setelah dilakukan pengukuran TUGT, waktu yang dibutuhkan klien
adalah 9 detik, disimpulkan bahwa klien tidak beresiko jatuh
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil
berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

TES KECEMASAN, GDS

Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil

46
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat 0 1 0
ini
2. Anda merasa bosan dengan berbagai 1 0 0
aktifitas dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / 1 0 0
kosong
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik 0 1 0
sepanjang waktu
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi 1 0 0
pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang 0 1 0
waktu
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah 1 0 1
daripada keluar melakukan sesuatu hal
10 Anda merasa memiliki banyak masalah 1 0 0
dengan ingatan anda
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat 0 1 0
luar biasa
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup 1 0 0
anda
13 Anda merasa diri anda sangat energik / 0 1 0
bersemangat
14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik 1 0 0
dari diri anda
Jumlah 1
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

STATUS NUTRISI

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang 2 0


mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis

47
makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum 2 0


minuman beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau 2 0


giginya sehingga tidak dapat makan
makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk 4 0


membeli makanan

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi 1 1


minum obat 3 kali atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg 2 1


dalam enam bulan terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik 2 1


yang cukup untuk belanja, memasak atau
makan sendiri

Total score 4
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk

FUNGSI SOSIAL LANSIA

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

48
1. Saya puas bahwa saya dapat kembaliADAPTATION 1
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga PARTNERSHIP 2


(teman-teman)saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga GROWTH 2


(teman-teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga AFFECTION 2


(teman-teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 2


saya dan saya meneyediakan waktu
bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL 7


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2).
Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

49
3.2 Analisa data
Masalah
Data Etiologi
keperawatan
DS :
- Klien mengatakan
gerontik+gaya hidup yg
tidak pernah
tidak sehat
membatasi garam

yang digunakan
Perubahan struktur dan
- Klien tidak tahu bahan
fungsi vaskuler
makanan apa saja

yang maengandung
Meningkatkan TD sistemik Defisiensi
tinggi natrium
- Klien mengatakan ↓ Pengetahuan
masih minum kopi Hipertensi berhubungan
setiap hari, 1 gelas ↓ dengan kurang
setiap hari Kurangnya paparan informasi terkait
- Klien dan keluarga
informasi hipertensi
jarang mengkonsumsi

buah-buahan
Pola diet yang salah
- Klien mengatakan

tidak pernah minum
TD 180/100 mmHg
obat anti hipertensi

dan tidak pernah
Defisiensi Pengetahuan
kontrol ke puskesmas
berhubungan dengan
maupun mengikuti
kurang informasi
kegiatan posyandu
lansia

DO :
- TD = 180/140
mmHg
DS :
- Nyeri kepala bagian depan
- Klien mengatakan pusing
dan tengkuknya terasa
gerontik+gaya hidup yg
kaku/berat
- Klien mengatakan kepala tidak sehat Nyeri kronis
kadang agak pusing ↓ berhubungan

50
- Klien mengatakan kadang- Perubahan struktur dan dnegan
kadang sulit tidur di malam fungsi vaskuler peningkatan
hari ↓ tekanan vaskuler
DO :
Meningkatkan TD sistemik
- TD = 180/140 mmHg
- Skala nyeri 3 ↓
Hipertensi

- TD 180/140
mmHg
- kadang masih
merasa
pusing/tengkuk berat
- nyeri kepala bagian
depan

Nyeri kronis

3.3 Diagnosa Keperawatan dan Prioritas


1. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terkait hipertensi
2. Nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

51
52
Defisit pengetahuan NOC : Knowledge : Diseases Process 1. Bangun hubungan terapeutik berdasarkan rasa
Tujuan : percaya dan hormat.
2. Tunjukan sikap empati, kehangatan dan ketulusan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Tentukan lamanya konseling.
selama 5 kali pertemuan, kesiapan 4. Tetapkan tujuan.
meningkatkan pengetahuan adekuat dengan 5. Berikan privasi dan jamin kerahasiaan.
kriteria hasil: 6. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
7. Kaji TTV klien terutama TD dan nadi
- Klien menyatakan pemahaman tentang
8. Jelaskan dengan baik tentang penyakit hipertensi
penyakitnya
pada klien
- Klien mampu menjelaskan kembali apa 9. Jelaskan dengan baik kepada klien tentang makanan
yang sudah dijelaskan dengan benar yang dilarang dan makanan yang diperbolehkan
- Klien menyatakan mengerti tentang
untuk pasien hipertensi
diet hipertensi 10. KIE tentang diit hipertensi:
- Klien mengatakan mengerti tentang - pembatasan penggunaan garam dapur
posyandu lansia - makanan-makanan sumber natrium seperti kecap,
- Klien mengatakan bersedia datang ke kripik, mie instan, vetsin
posyandu lansia - pembatasan penggunaan minyak goreng
- Klien dan keluarga mengerti tentang - konsumsi buah untuk pasien hipertensi
pendidikan kesehatan yang - konsumsi sayur untuk pasien hipertensi
disampaikan oleh mahasiswa perawat - penggunaan rebusan daun alpukat dan daun salam
- Klien mampu mempraktekkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi
pendidikan kesehatan yang diberikan - makanan yang diperbolehkan dan tidak
oleh mahasiswa diperbolehkan untuk penderita hipertensi
- Angka pencapaian pre test 30% 11. KIE tentang posyandu lansia dan menyarankan untuk
- Angka pencapaian post test 50% datang
12. KIE tentang cara menurunkan TD dengan rebusan
daun salam
13. Motivasi klien untuk tetap rutin kontrol kesehatan ke
puskesmas walaupun tidak ada keluhan
14. Motivasi klien untuk datang ke posyandu lansia setiap
bulan

53
15. Selalu tutup pertemuan dengan ucapan salam dan
terimakasih
Nyeri kronis NOC : Pain Level 1. Kaji PQRST of pain dengan komunikasi terapeutik.
2. Kaji dampak nyeri pada aktivitas sehari-hari.
Tujuan :
3. Sarankan klien untuk meningkatkan istirahat.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 4. Sarankan klien untuk memodifikasi lingkungan agar
dalam 3 kali pertemuan, gangguan rasa meningkatkan rasa nyaman klien (seperti : tidur
nyaman teratasi dengan kriteria hasil : menggunakan bantal yang lebih rendah)
5. Edukasi klien tentang penggunaan teknik relaksasi
- Tidak ada keluhan nyeri
dalam meningkatkan rasa nyaman
- Ekspresi wajah tenang
6. Edukasi klien menggunakan terapi mandi air hangat
- Skala nyeri 0
dalam meningkatkan rasa nyaman
- Gangguan tidur teratasi 7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan
- Tidak ada ketegangan otot obat sesuai indikasi, seperti obat analgesik.

54
3.4 Implementasi
Tgl No. Dx Kep Jam Tindakan Keperawatan EVALUASI Tanda
tangan
20 Desember 1 08.00  Memperkenalkan diri dengan S:
2016 sopan  Klien mengatakan
 Membuat kontrak waktu
tengkuknya masih
dengan pasien
terasa berat
 Menjelaskan tujuan
 Klien mengatakan
pertemuan
bahwa posyandu lansia
 Mengukur tekanan darah
adalah tempat untuk
pasien
 Mengkaji keluhan yang mengukur tensi daan
dirasakan klien perkumpulan para
 Mengkaji dampak gangguan
lansia
rasa nyaman pada aktivitas  Klien mengatakan
sehari-hari kurang mengerti tentang
 Mengkaji mengenai
diet HT
pengetahuan klien tentang HT  Klien mengatakan
dan diet HT mengerti tentang
 Mengkaji mengenai
informasi yang

55
pengetahuan klien tentang disampaikan
 Klien mengatakan akan
pola hidup sehat pada lansia
memperbanyak
dan posyandu lansia
 Menyarankan klien untuk istirahatnya
 Klien mengatakan
meningkatkan istirahat
 Menyarankan klien untuk senang telah diberi
banyak minum air putih motivasi tentang
 Menyarankan pasien untuk
kesehatan terutama
memodifikasi lingkungan agar
tentang penyakit klien
meningkatkan rasa nyaman
O:
pasien (seperti : tidur
 Klien kooperatif dalam
menggunakan bantal yang
diskusi
lebih rendah)  Klien aktif bertanya
 Memberikan KIE tentang HT  Klien mendengarkan
dan tanda gejala. penjelasan dengan baik
 Tekanan darah: 180/140
mmHg

A: Masalah belum teratasi

56
P: intervensi dilanjutkan dan
diberikan pendidikan
kesehatan tentang pola
hidup sehat pada lansia
dan posyandu lansia

22 Desember 1 14.00  Membuat kontrak waktu S:


2016 dengan pasien  Klien mengatakan
 Mengukur tekanan darah
tengkuknya terkadang
pasien
masih terasa berat.
 Mengkaji keluhan yang
 Klien dapat menjelaskan
dirasakan klien
kembali tentang
 Menanyakan kembali
hipertensi
tentang pengetahuan klien
 Klien dapat menjelaskan
tentang hipertensi
kembali tentang pola
 Memberikan KIE tentang
hidup sehat pada lansia
pola hidup sehat pada lansia
dan posyandu lansia
dan posyandu lansia
 Klien mengatakan
 Mengkaji pengetahuan klien
selama ini tidak pernah
tentang managemen terapi

57
farmakologi dan minum obat anti
nonfarmakologi hipertensi
 Memberikan KIE tentang  Klien mengatakan tidak
pentingnya managemen pernah kontrol ke
farmokalogi (obat) yang puskesmas, tidak
berkelanjutan pernah kontrol ke
 Memotivasi klien untuk
posyandu lansia, tidak
mengkonsumsi obat dan
pernah mengikuti
kontrol secara teratur dan
posyandu lansia karena
berkelanjutan.
tidak tahu jadwalnya.
 Membuat kontrak dengan
O:
klien untuk pertemuan
 Klien kooperatif dalam
berikutnya
diskusi
 Klien mendengarkan
penjelasan dengan baik
 Tekanan darah: 170/90
mmHg
A: Masalah belum teratasi

58
P: intervensi dilanjutkan dan
diberikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah garam
29 Desember 1, 2 10.30  Membuat kontrak waktu S:
2016 dengan pasien  Klien mengatakan tidak
 Mengukur tekanan darah
pernah minum obat anti
pasien
hipertensi
 Menanyakan menu sarapan
 Klien mengatakan tadi
yang telah dimakan
pagi sarapan dengan
 Mengkaji pengetahuan klien
nasi, sayur, tempe, tahu
tentang diet rendah garam
 Klien mengatakan
 Memberikan KIE tentang diet
setiap hari minum 1
rendah garam
 Berdiskusi tentang menu gelas kopi
 Klien mengatakan
makanan yang baik untuk
mengerti pentingnya
penderita hipertensi
 Menganjurkan klien banyak diet rendah garam
 Klien mengatakan akan
mengonsumsi buah dan
mengurangi makan
sayur
 Menganjurkan klien untuk makanan yang asin-asin
 Klien mengatakan akan
meminum air rebusan daun

59
daun salam saat TD mandi air hangat setiap
meningkat hari
 Menganjurkan mandi air
hangat untuk mnegurangi O:
rasa nyeri  Klien kooperatif dalam
 Membuat kontrak dengan
diskusi
klien untuk pertemuan  Klien mendengarkan
berikutnya penjelasan dengan baik
 Tekanan darah: 190/160
mmHg
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan dan
diberikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya diet makanan
30 Desember 1, 2 13.00  Membuat kontrak waktu S:
2016 dengan pasien  Klien mengatakan
 Mengukur tekanan darah
sudah tidak pusing lagi
pasien  Klien mengatakan
 Menanyakan keluhan yang
sudah mengurangi
di rasakan klien
makanan yang asin-asin

60
 Menanyakan kembali  Klien mengatakan tidak
tentang diet rendah garam bisa berhenti untuk
 Menanyakan kembali terapi
minum kopi
mandi air hangat untuk  klien meminum air
mengurangi rasa nyeri rebusan daun salam
 Menanyakan kembali  Klien mengatakan
tentang cara menurunkan mengerti tentang cara
TD dengan reusan daun menurunkan TD dan
salam fungsi dari mandi air
 Memberikan KIE pentingnya
hangat
diet hipertensi
O:
 Membuat kontrak dengan
 Klien kooperatif dalam
klien untuk pertemuan
diskusi
berikutnya
 Klien mendengarkan
penjelasan dengan baik
 Tekanan darah: 160/80
mmHg

A: Masalah belum teratasi


P: intervensi dilanjutkan dan

61
diberikan pendidikan kesehatan
tentang mengurangi rasa nyeri
03 Januari 2017 1, 2 10.00  Membuat kontrak waktu S:
dengan pasien  Klien mengatakan tidak
 Mengukur tekanan darah
ada keluhan
pasien  Klien mengatakan
 Menanyakan keluhan yang
sudah mengurangi
di rasakan klien
makanan yang asin-asin
 Menanyakan kembali
 Klien mengatakan
tentang diet rendah garam
masih tetap tidak bisa
 Menanyakan kembali
untuk berhenti minum
tentang terapi mandi air
kopi
hangat yang dilakukan
 Menayakan kembali tentang O:
cara menurunkan TD  Klien kooperatif dalam
dengan rebusan daun salam diskusi
 Terminasi  Klien mendengarkan
penjelasan dengan baik
 Klien mampu mengikuti
dan mempraktekkan
kembali cara back

62
massage yang sudah
diajarkan
 Tekanan darah: 140/90
mmHg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

63
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Alasan
Berdasarkan hasil intervensi selama 3 minggu dengan
dilakukan lima kali kunjungan rumah menunjukkan bahwa
intervensi yang dilakukan berhasil. Hal ini tampak dengan
outcome masalah yang ditemukan pada saat pengkajian dapat
teratasi setelah intervensi dijalankan. Tekanan darah klien
menunjukkan penurunan dibandingkan sejak awal pengkajian.
Selain itu klien juga tidak mengeluhkan lagi tekait ketidaknyaman
yang dialaminya akibat penyakit yang dirasakannya.
Hipertensi yang dialami lansia merupakan hipertensi
primer yang dikarenakan usia lansia. Nyeri klien terjadi karena
kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit yang
dialaminya. Rendahnya tingkat pendidikan serta ekonomi yang
menengah ke bawah membuat klien jarang memeriksakan
penyakitnya.
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. S cenderung
mengalami peningkatan tekanan darah dikarenakan usia dan
penurunan degeneratif. Selain itu, kondisi Ny. S juga diperparah
oleh konsumsi makanan yang tidak sehat, tidak pernah kontrol
dan tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Dalam hal ini
perawat pengelola memberikan KIE yang tepat kepada klien
diantaranya KIE hipertensi dan tanda gejalanya, KIE
penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologi, KIE
penatalaksanaan hipertensi dengan diet rendah garam dan KIE
minum rebusan daun salam dalam mengontrol tekanan darah.
4.2 Hambatan
Hambatan selama 3 minggu tidak ada. Klien sangat
terbuka dan sangat antusis saat berdiskusi, hanya saja klien sulit
untuk di mengurangi konsumsi kopi

64
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ny. S mengalami hipertensi yang tidak terkontrol.
Pengetahuan klien tentang penyakit dan penatalaksaannya masih
kurang. Hasil intervensi yang diberikan menunjukkan output yang
baik dimana meningkatnya pengetahuan lansia tentang penyakitnya
serta adanya penurunan tekanan darah.

5.2 Saran
Penyakit hipertensi adalah penyakit kronis yang tidak
bisa disembuhkan dan hanya dapat dikontrol. Sehingga perlunya
peran serta dari orang – orang sekitar klien seperti keluarga, dan
masyarakat disekitarnya.

65
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Buku Pedoman Sehat Bersama Askes, Sehat Bersama Hipertensi. 2007.
Jakarta : Depkes RI.
Chobanian AV. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressue : Hypertension (JNC 7). Journal of the American Heart
Association, 2003, 42, 1206 – 1252.
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Jakarta :
Balai Pustaka FKUI
Doengoes, et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Herdman, T.H (ed). 2012. Nanda Internasional : Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC.
Kearney, P. M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P. K, HE, J.
2005. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data.
The Lancet, 365, 217-223.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta :EGC.
Soendoro, Triono. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS
Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan RI.
Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. 2008. Buku saku : Asuhan keperawatan
geriatric. Edisi 2. Alih bahasa Nike B.S. Jakarta : EGC.
Wihastuti TA, Ika Setyo R, Luh Putu AA. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita

66
Hipertensi di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnoses Handbook With NIC Interventions
Dan NOC Outcomes. New Jersey: Pearson Prentica Hall.

67

You might also like