You are on page 1of 10

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PADA SUB DAS MASANG BESAR PADA DAS
MASANG UNTUK MENGURANGI LAJU ALIRAN PERMUKAAN, EROSI, DAN
SEDIMEN
(Studi kasus, pada Sub DAS Masang pada DAS Masang Besar di Kabupeten Agam
Sumatera Barat)
Aprisal, 1) Bujang Rusman, 2) dan Darmawan 3)
1
MKTI Sumbar dan Dosen Konservasi tanah dan air Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
email; aprisalunand@yahoo.co.id
2
Forum DAS Pusat dan Dosen Konservasi Tanah dan Air Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
email; bujang.rusman@yahoo.com
3
Dosen Kualitas Tanah dan Lingkungan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
email; darmawan708@gmail.com

Abstract
Watershed (DAS) is rainwater catchment area that need to be managed properly so the interactions
between components in the watershed system are positively synergized. If mismanagement happens,
there will be negative interaction that will impact to the flood disaster, erosion and silting of the river.
The purpose of this research is to find optimal the land use direction to reduce volume of surface run
off, erosion and sediment in sub-Watershed of Masang Besar in Masang Watershed in Agam Regency,
West Sumatera. The method that has been used is land survey to take the soil sample and ground
check to the field and followed by analysis of soil samples in Andalas University soil laboratory,
Faculty of Agriculture. Soil samples were taken in purposive random sampling from the land unit, for
representative sample. Whereas the rainfall and river discharge data was taken from related
institution, which from the Water Resources Management Office.The Surface run off data was
analyzed by soil conservation service (SCS) model, soil erosion analyzed by USLE model and
sediment by using sediment delivey ratio (SDR) model. Monthly surface run off data, erosion and
sediments are the coefficeient index in linear programming (LGP) model to determine the land use
optimization. The results showed that the volume of surface run off in the Masang Besar sub-
Watershed is highest found in mixed garden land use, which is 0.001239 m3 / ha / s. The lowest
erosion rate occurs in forest land. The amount of erosion is 1.78-11.92 t / ha / yr and this erosion is
lower than the tolerated erosion which is 29.33 t / ha / yr. The optimal land use pattern scenario
refers to the Agricultural Minister's regulation No.837 / Kpts / Um / 1980, about 30 percent of forest
land availability in the Watershed area, can suppress surface run off 66.59 m3 / s. Whereas the
erosion and sediment can be pressed accordingg to the target or the limit of tolerance.

Key word: Watershed, surface run off, erosion, sediment and optimization

1. PENDAHULUAN keseimbangan dan dapat memanfaatkan


Latar Belakang sumberdaya DAS dengan optimal.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu Keseimbangan sistem dalam DAS sangat
ekosistem alamiah berupa geomorfologi, ditentukan oleh faktor komponen tanah,
penggunaan lahan, dan kondisi iklim yang vegetasi, air dan manusia, kalau interaksi
secara bersamaan mewujudkan suatu komponen tersebut positif tentu akan memberi
ekosistem agrohidrologi. Sistem respon baik pada sistem agrohidrologis, dan
agrohidrologis dengan komponen utamanya sebalik akan terjadi yang tidak baik bila sistem
adalah tanah, air, vegetasi dan aktivitas komponen DAS tidak berjalan dengan
manusia. Diantara komponen tersebut terjadi seimbang.
interaksi antara satu sama lainnya sampai Dalam pengelolaan DAS sasaran yang
terjadi keseimbangan sistem DAS. Oleh inngin di capai adalah; penggunaan lahan
karena itu sangat diperlukan pengelolaan DAS yang sesuai dengan kelas kemampuannya,
yang baik untuk mengen-dalikan interaksi pengolahan tanah yang mengikuti kaedah
antara komponen dalam sisitem DAS dalam konservasi, tata air yang optimal. Sebagai
tolok ukur dari keberhasilan pengelolaan DAS

43
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

adalah tingkat erosi, sedimentasi dan fluktuasi Besar. 2) mencari alternative pengelolaan yang
debit sungai [1]. optimal untuk mengurangi aliran permukaan,
Sub DAS Masang Besar di kabupaten erosi dan sedimentasi di sub DAS Masang
Agam, sering mengalami banjir dan membawa Besar.
sediment yang tinggi sehingga mennyebabkan
terjadi pendangkalan sungai Masang Besar. 2. METODA PENELITLAN
Hal ini disebabkan oleh ulah manusia yang Metode Penelitian
banyak merubah fungsi lahan hutan menjadi Metode penelitian mencakup lokasi
kebun dan ladang di sub DAS masang Besar penelitian, data penelitian, data primer dan
terbut. Lahan yang diolah oleh petani atau sekunder, dan metode analisis. Lokasi
masyarakat kebanyakan yang berlereng curam penelitian ini akan dilakukan di sub DAS
sampai sangat curam. Lahan inilah yang Masang Besar pada DAS Masang Kabupaten
mengalami erosi berat akibat besarnya volume Agam Sumatera Barat. Obyek penelitian aliran
air aliran permukaan, karena lahan relatif permukaan, erosi, dan hasil sedimentasi.
terbuka. Hasil penelitian [2], menunjukkan Pengumpulan data biofisik baik data
bahwa laju erosi dan sedimentasi yang terjadi primer maupun data sekunder dilakukan secara
di sub DAS Masang ini sudah melewati batas survai ke lapangan. Data biofisik meliputi:
erosi yang ditoleransikan, sehingga sebagian curah hujan harian, sifat-sifat tanah, yaitu jenis
tanah tererosi mengendap di sungai Masang tanah, struktur tanah, tekstur, kandungan
yang menyebab-kan pendangkalan sungai. bahan organik, permeabilitas, infiltrasi,
Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan panjang dan kemiringan lereng, ketinggian
sub DAS Masang Besar ini sangat penting, tempat di atas permukaan laut, penggunaan
kalau kerusakan DAS ini dibiarkan maka akan lahan, vegetasi penutup DAS, dan debit rerata
menyebabkan DAS kehilangan kemampuan sungai. Peta yang dibutuhkan adalah peta
menyimpan air, meningkatnya frekuensi topografi, citra satelit, peta tata guna lahan,
banjir, menurunkan kualitas dan kuantitas air peta tanah dan peta administrasi.
sepanjang tahun, serta erosi dan sedimentasi
akan terus meningkat. Untuk mencari solusi Motode Analisis
dalam arahan penggunaan lahan sudah banyak Analisis Penggunaan Lahan
digunakan oleh peneliti terdahulu dengan Untuk mengetahui tipe penggunaan lahan
menggunakan model goal programing atau dilakukan dengan interpretasi peta topogrfi
LGP, yang mampu menganalisis dengan multi dan foto citra dan ground cek di DAS
sasaran. Hasil ini dapat sebagai pertimbangan Masang, sehingga didapat tipe penggunaan
kebijakan dalam pengelolaan DAS yang lahan. Mencari luasan masing-masing tipe
optimal. penggu-naan lahan dilakukan deleniasi dan
scaning ke komputer kemudian dengan
Tujuan menggunankan sofe ware map info dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk; 1) penghitungan luas lahan.
mengetahui volume aliran permukaan, erosi
tanah, dan sedimentasi dari masing-masing
satuan lahan yang ada di sub DAS Masang

Tabel 1. Penggunaan lahan di sub DAS Masang Besar Kabupaten Agam Sumatera Barat *
Penggunaan Masang
No
Lahan (Ha) %
1 Hutan Primer 7381,00 4,86
2 Hutan Sekunder 62260.00 40,96
3 Kebun Campuran 14513,00 9,55
4 Tegalan 46082,90 30,32
5 Kebun Sawit 10343,00 6,81
6 Sawah 10241.77 6,74
7 Pemukiman 1168.61 0,77
Jumlah 151990,28 100
*) Sumber : analisis citra satelit tahun 2007 (PSDA 2007)

44
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Analisis Sitem DAS kandungan air tanah sebelumnya. SCS telah


Model analisis yang dikembangkan mengembangkan suatu sistem klasifikasi tanah
adalah model analisis sistem atas dasar yang mengelompokkan tanah ke dalam empat
struktur model hidrologi (SCS), model kelompok, dimana pengelompokannya
agroteknologi (USLE) dan model sedimentasi berdasarkan karakteristik tanahnya beserta
(SDR). Kemudian dilanjutkan dengan analisis angka infiltrasi minimumnya. untuk
optimasi konservasi lahan dengan Program menentukan nilai CN tersebut. Sedangkan
Sasaran Ganda (PSG), secara simultan dari penggunaan tanah pertanian dibagi ke dalam
masing-masing keofisien teknis sub model tindakan yang diberikan seperti penanaman
akan mengeluarkan pilihan skenario yang menurut kontur atau pembuatan teras. Kondisi
sesuai dengan target yang diinginkan. hidrologi mencerminkan tingkat pengelolaan
1). Sub Model Hidrologi tanah yang dibedakan kedalam kelompok
Model hidrologi ini meliputi: curah hujan, buruk, sedang, baik. Kandungan air tanah
infiltrasi, volume aliran permukaan, dan rerata sebelumnya mempengaruhi volume dan laju
debit Batang Masang. Curah hujan. Data aliran permukaan.
curah hujan harian selama setahun diperoleh
dari stasiun penakar curah hujan yang terdapat 3). Sub Model Agroteknologi
di lokasi penelitian, kemudian didapatkan rata- Pemilihan agroteknologi pada masing-
rata curah hujan dengan aritmatika. Laju masing tipe penggunaan lahan dapat dilakukan
Infiltrasi dilakukan pengukuran dengan dengan menggunakan model erosi USLE
double ring infiltrometer. Perhitungan (Universal Soil Loss Equation) [5] dan TSL
digunakan model Horton pada satuan lahan yang dikembang oleh [6].
pewakil.

Pengolahan data Volume Aliran


permukaan
Prediksi volume aliran permukaan pada
masing-masing tipe penggunaan lahan dapat
diduga dengan menggunakan metoda Soil
Conservation Service (SCS) [3], Di mana
metoda ini dijelaskan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut :
(P – 0,2 S)2
VQ= (P + 0,8 S)
Gbr 1. Peta Sub DAS Masang Besar Kab.Agam Sumatera Barat
dimana : vq = volume aliran permukaan (mm)
P = curah hujan (mm) Erosi
S = penahan / retensi air potensial maksimum Tujuan utama dari model erosi adalah
(mm). untuk melakukan prediksi erosi dari sebidang
tanah, yaitu memperkirakan laju erosi yang
Selanjutnya [4], menyatakan bilangan S akan terjadi dari tanah yang dipergunakan
dapat disubsitusikan dengan persamaan CN dalam penggunaan lahan dan pengelolaan
(Bilangan Kurva) : tertentu [7]. Jika laju erosi yang akan terjadi
CN = 1000 /S + 10 telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang
S = 1000/CN - 10 masih dapat ditoleransikan sudah dapat
dimana, CN = yaitu suatu indeks yang ditetapkan, maka dapat ditentukan
menyatakan pengaruh bersama tanah, kebijaksanaan penggunaan lahan dan tindakan
penggunaan tanah, perlakuan terhadap tanah konservasi tanah yang diperlukan agar tidak
pertanian, keadaan hidrologi dan kandungan terjadi kerusakan tanah dan dapat
air tanah sebelumnya (Bilangan Kurva Aliran dipergunakan secara produktif dan lestari.
Permukaan). Persamaan umum yang digunakan untuk
Selanjutnya [4], bilangan Kurva menduga besarnya erosi adalah persamaan
ditentukan berdasarkan klasifikasi tanah,
klasifikasi kompleks penutup tanah dan
45
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

umum kehilangan tanah atau USLE. Faktor ini ditentukan oleh jenis tanaman
Persamaan tersebut adalah: serta pengelolaannya atau pola tanam dalam
A = R. K. LS. C. P setahun pertanaman.

dimana: Faktor Tindakan Konservasi Tanah.


A = besarnya erosi yang terjadi Faktor tindakan konservasi tanah adalah
(ton/ha/tahun) besarnya erosi dari tanah dengan suatu
R = faktor erosivitas hujan tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya
K = faktor erodibilitas tanah
erosi dari tanah yang diolah menurut arah
LS = faktor topografi yaitu panjang lereng
(L) lereng [7], termasuk dalam tindakan
dan kemiringan lereng (S) konservasi adalah penanaman dalam strip,
C = faktor pengelolaan tanaman pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan
P = faktor tindakan konservasi tanah teras. Nilai untuk berbagai tindakan konservasi
tanah.
Faktor Erosivitas Hujan, diperoleh dari
persamaan berikut: TSL (Tolerable Soil Loss) atau erosi yang
R =  (EU30) dapat ditoleransikan, ditetapkan dengan
EU30 = 6,119 (CHbln)1,21 . (HH)-0,47 . (Chmaks)0,53 menggunakan persamaan yang dikemukakan
dimana: oleh Hamer (1981), sebagai berikut:
EI30 = indeks erosivitas hujan
DE – Dmin
CH bln = curah hujan rata-rata bulanan (cm) TSL = + Laju Pembentukan
T
HH = hari hujan (hari) Tanah.
Ch maks = curah hujan maksimum selama 24 jam
dimana:
(cm)
TSL : erosi yang dapat ditoleransikan (mm/tahun)
DE : kedalaman ekivalen, diperoleh dari perka-
Faktor Erodibilitas Tanah. Ditetapkan lian nilai faktor kedalam dengan kedalaman efektif
dengan menggunakan persamaan: tanah.
100 K = 1,292 [2,1 M1,14 (10-4) (12-x)] + 3,25 (y-2) Dmin : kedalaman tanah minimum yang diperlukan
+ 2,5 (z-3) untuk perkembangan perakaran suatu jenis
tanaman
dimana: T : umur guna lahan
K = erodibilitas tanah
M = persentase pasir sangat halus dan Untuk menjaga agar penggunaan lahan
debu (diameter 0,1 – 0,05 dan 0,05 – 0,02 mm) dapat dipergunakan secara lestari, maka nilai
x (100 – persentase liat) pendugaan erosi (A) harus ditekan menjadi
x = persentase bulan organik (% c x sama atau lebih kecil dari TSL, dengan cara
1,724) menerapkan pola tanam ( C) dan teknik
y = kode struktur tanah (Tabel 12) konservasi tanah (P).
z = kelas permeabilitas tanah (Tabel 13)
4). Sub Model Sediment
Faktor Lereng. Sediment diprakirakan dengan model [9]
Penentuan faktor lereng yaitu panjang yaitu dengan sediment deliver ratio (SDR) dari
lereng (L) dan kemiringan lereng (S), dihitung potensi erosi dari masing-masing penggunaan
secara bersama-sama. Menurut [8] dan [7], lahan. Dugaan sediment yang masuk ke alur
nilai LS untuk suatu tanah dapat dihitung sungai diduga berdasarkan perhitungan SDR
dengan persamaan sebagai berikut: adalah: SRD x Erosi dari masing-masing
penggunaan lahan.
LS = VL/100 (0,138+ 0,0965 S + 0,0138 S2) 5)
dimana: 5). Optimasi Sumberdaya Lahan DAS
L = panjang lereng (m) Selajutnya dilakukan analisis parameter
S = kemiringan lereng (m) teknis dengan model Program Sasaran Ganda
(PSG) untuk optimasi konservasi lahan secara
Faktor Tanaman dan Pengelolaannya. menyeluruh di DAS Masang, yang bertujuan
untuk menekan volume aliran permukaan

46
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

sebagai penyebab banjir maka perlu dilakukan dengan menetapkan prioritas dan perumusan
optimasi lahan dengan membuat beberapa modelnya seperti berikut :
skenario land use yang didasarkan pada: aliran
permukaan yang di inginkan, erosi kecil dari Penetapan Prioritas
erosi ditoleransikan, dan sedimen, kemudian Untuk mengetahui alokasi optimal
dianalisis dengan model Program Sasaran penggunaan lahan ditentukan :
Ganda (PSG) supaya didapatkan suatu (1) Debit air yang dihasilkan merata
keputusan yang simultan dengan pertimbangan sepanjang tahun.
beberapa parameter sekaligus. (2) Erosi tanah yang terjadi lebih kecil atau
[10] Ciri utama pemograman sasaran sama dengan erosi yang ditoleransikan.
ganda adalah : (1) sasaran-sasaran yang ingin (3) Sedimentasi dari masing-masing satuan
dicapai diberi urutan prioritas, setidaknya lahan.
dalam skala ordinal; (2) pemenuhan sasaran
dilakukan berdasarkan urutan prioritas, yaitu Perumusan Model
sasaran dengan prioritas lebih rendah baru (1) Kendala Riel
diperhatikan bila sasaran dengan lebih tinggi Kendala Riel pada aktivitas usaha tani di
terpenuhi; dan (3) sasaran tidak perlu harus wilayah penelitian adalah luas lahan yang
terpenuhi secara tepat, tetapi diusahakan dapat ditanami, yakni :
sedekat mungkin. Model umum PSG adalah X1 + X2 + X3 + X4 + … + X n = X
sebagai berikut : (2) Kendala Riel 1. Alokasi penggunaan
lahan pada masing-masing Sub DAS
Minimumkan fungsi objektif : dibatasi oleh total luas areal dari masing-
masing Sub DAS (Xj).
p m (3) Kendala Riel 2. Alokasi penggunaan
Z=  Pk =  (wk1 – d1 - + Wk1+ d1+ )
lahan untuk sawah dibatasi oleh luas areal
k=1 i=1
lahan yang sesuai untuk budidaya padi
sawah pada masing-masing Sub DAS.
Dengan syarat ikatan : (4) Kendala Riel 3. Alokasi penggunaan
Kendala tujuan/ sasaran : lahan kebun dibatasi oleh luas areal lahan
n yang sesuai untuk kebun pada masing-
 e1j Xj + d1- - d1+ = b1 masing Sub DAS..
j=1 (5) Kendala Sasaran
Kendala Erosi
- +
Kendala riel e1X1 + e1X1 + … Xn + - = E d1 d1
n e = kehilangan tanah atau erosi pada
 akj Xj  atau  fk penggunaan lahan dengan berbagai pola tanam
j=1 Xj (ton/ha/thn).
Xj, d1- , d1+  0 E= target erosi yang masih dapat
dimana; dibiarkan (ditoleransikan) dalam (ton/ha/thn)
d1-, d1+ = 0
Xj : Perubah keputusan (pola tanam) ke – j ; +
Tujuan minimumkan d1
Eij : Koefisien Xj pada kendala sasaran ke- ;
Akj : Koefisien Xj pada kendala riel ke-k;
b1 : Sasaran/ tujuan atau target ke-i; 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
fk : Nilai yang diperlukan pada kendala riel ke-k; Aliran Permukaan.
di- : Kekurangan dari sasaran ke-i; Aliran permukaan adalah bagian dari air
di+ : Kelebihan dari sasaran ke-j hujan yang mengalir (direct runoff) ke sungai
pk : Faktor prioritas ordinal ke – k ; atau saluran, danau, atau laut. Bentuk aliran
Wk1- : bobot bagi d1- pada prioritas ke-k; permukaan sangat penting artinya dalam
Wk1+ : bobot bagi d1+ pada prioritas ke-k; proses terjadinya erosi, yang terdispersi dari
i : 1, 2, 3, ……………, m.
daerah aliran sungai (DAS).
j : 1, 2, 3, ……………, n.
Aliran permukaan setiap jenis
Dalam mencapai sasaran yang telah
penggunaan lahan dihitung dengan
ditentukan, maka data yang dikumpulkan
dianalisis dengan Program Sasaran Ganda menggunakan metode SCS (Soil Conservation
Service). Untuk menghitung nilai volume
47
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

aliran permukaan perlu ditentukan nilai 0,001239 m3/ha/dt. Hal ini disebabkan oleh
bilangan kurva (CN) sehingga dapat lahan kebun campuran tersebut kerapatan
dikalkulasikan besar aliran permukaan. Hasil vegetasi yang rendah, tidak dilakuakan
perhitungan volume aliran permukaan seperti tindakan konservasi, dan juga pengaruh sifat
pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, terlihat tanah yakni laju permeabilitas yang lambat
bahwa volume aliran permukaan pada sub yaitu sekitar 0,43-1,02 cm/jam.
DAS Masang Besar yang terbesar tajadi pada
penggunaan lahan kebun campuran yakni

Tabel 2. Volume aliran permukaan tambah pada berbagai penggunaan lahan pada sub DAS Masang Besar
Kabupaten Agam Sumatera Barat
Curah Hujan Hutan P Hutan S Kebun Campuran Tegalan Kb. Sawit Sawah Pemukiman
Bulan (m3/ha/dt)
Januari 236.15 0.0008684 0.0008726 0.0008773 0.0008726 0.0008732 0.0008692 0.0008699
Februari 221.01 0.0008119 0.0008161 0.0008207 0.0008161 0.0008167 0.0008127 0.0008134
Maret 229.95 0.0008453 0.0008494 0.0008541 0.0008494 0.0008500 0.0008460 0.0008467
April 317.31 0.0011714 0.0011756 0.0011803 0.0011756 0.0011762 0.0011721 0.0011729
Mei 254.67 0.0009376 0.0009417 0.0009464 0.0009417 0.0009423 0.0009383 0.0009390
Juni 165.35 0.0006041 0.0006082 0.0006129 0.0006082 0.0006089 0.0006049 0.0006056
Juli 208.68 0.0007659 0.0007700 0.0007747 0.0007700 0.0007707 0.0007666 0.0007673
Agustus 286.30 0.0010557 0.0010598 0.0010645 0.0010598 0.0010604 0.0010564 0.0010571
September 237.53 0.0008736 0.0008777 0.0008824 0.0008777 0.0008784 0.0008743 0.0008750
Oktober 327.22 0.0012084 0.0012126 0.0012173 0.0012126 0.0012132 0.0012092 0.0012099
Nopember 333.04 0.0012302 0.0012343 0.0012390 0.0012343 0.0012349 0.0012309 0.0012316
Desember 258.66 0.0009525 0.0009566 0.0009613 0.0009566 0.0009572 0.0009532 0.0009539

Erosi Tanah Kuranji Kota Padang, juga menujukkan bahwa


Hasil perhitungan besar erosi pada tiap mencarikan alternative agroteknologi dalam
jenis penggunaan lahan perhektar berdasarkan pengelolaan lahan dan mengikuti kaedah
persamaan umum kehilangan tanah (USLE) di konservasi dapat menekan erosi dan
Sub DAS Masang Besar seperti pada Tabel 3. sedimentasi.
Dari Tabel dapat dilihat erosi aktual yang
terjadi sebagian besar lebih besar dari erosi Sedimentasi
yang diperbolehkan. Menurut [1] lahan-lahan Perhitungan sediment dapat dilakukan
yang mempunyai erosi melebihi erosi dengan cara SDR, pada ketiga sub-sub DAS di
diperbolehkan sudah termasuk pada kondisi Sub DAS Masang. Besar sedimen pada sub-
kritis. Di sini pada penggunaan lahan untuk sub DAS tersebut seperti pada Tabel. Dari
hutan erosinya lebih kecil daripada erosi yang beberapa tipe penggunaan lahan perkam-
diperbolehkan. Tingginya erosi yang terjadi di pungan, tegalan dan kebun campuran
Sub DAS Masang ini dikarenakan oleh praktek memberi-kan konstribusi pasokan sediment
usahatani yang tidak menerapkan kaedah yang besar ke hilir sungai yakni 43 -164,75
konservasi tanah dan air (Tabel 1). Disamping t/ha/th. Hal ini disebabkan oleh erosi yang
itu luasan lahan hutan pada Sub DAS ini sudah berasal dari lahan perkampungan, tegalan dan
semakin sempit, terutama hutan primer. Pada kebun campuran relative tinggi. Sedangkan
hal fungsi hutan merupakan sebagai pelindung yang paling kecil adalah lahan sawah dan
dan pengatur tata air di DAS. Laju erosi yang hutan primer. Hal ini bearti lahan sawah dan
terendah terjadi pada lahan hutan. Besar erosi hutan efektif dalam mengendapkan kembali
yang terjadi yakni 1,78-11,92 t/ha/th dan erosi kehilangan tanah akibat erosi. Faktor utama
ini lebih rendah dari erosi yang ditoleransikan yang berperan disitu adalah terastering sawah
29,33 t/ha/th. Hasil penelitian [11] pada sub dan vegetasi penutup tanah hutan.
DAS Limau Manis pada DAS

Tabel 3. Erosi dan sedimentasi pada beberapa penggunaan lahan pada sub DAS Masang
Besar di Sub DAS Masang Kabupaten Agam Sumatera barat.
Tata Guna Lahan Luas Erosi SDR Sedimen
(ha) (t/ha/th) ( %) (t/ha/th)
Hutan Primer 7,381.00 3.56 0.13 0.46
Hutan Sekunder 62,260.00 139.9 0.049 6.86
48
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Tegalan 46,082.90 438.44 0.085 37.27


Kebun Campuran 14,513.00 394.86 0.11 43.43
Perkampungan 1,168.61 1,098.32 0.15 164.75
Sawit 10,343.00 33.03 0.11 3.63
Sawah 10,241.77 1.53 0.11 0.17

Analisis Penggunaan Lahan Konservasi Masang Besar. Dampak dari kebijakan tata
Optimal guna lahan tersebut adalah terhadap debit air,
Analisis penggunaan lahan optimal erosi, dan sedimentasi pada sungai Masang.
bertujuan untuk melihat pengaruh dari Oleh karena itu skenario yang di desain dalam
komposisi penggunaan lahan terhadap biofisik kajian ini bertujuan bahwa model dapat
(debit sungai, erosi dan sedimentasi) di DAS melihat dampak-dampak dari kebijakan tata
Masang. Alat yang dipakai dalam analisa guna lahan pada Sub DAS Masang Besar.
optimum ini adalah program sasaran ganda
Pada kajian ini diajukan skenario tata guna
(PSG), dengan urutan prioritas dan kendala
lahan yang bertitik tolak pada konsep
dari beberapa skenario penggunaan lahan
konservasi di Sub DAS Masang Besar.
pada Sub DAS Masang Besar pada DAS
Masang. Fungsi Kendala Sasaran.
1. Debit Air
Fungsi Kendala dan Peubah Keputusan - Volume aliran permukaan/hektar/detik
Fungsi kendala dalam analisis ini setiap jenis penggunaan lahan
dibedakan menjadi kendala riel dan kendala sebagai koefisien peubah keputusan
sasaran. Fungsi kendala rielnya adalah (m3/ha/detik).
sumberdaya lahan, luasan penggunaan lahan, - Nilai sebelah kanan adalah rerata tahunan
tipe lahan yang sulit dialih gunakan dan luas di out let Sub DAS yang berasal dari
Sub DAS. Sedangkan fungsi kendala wilayahnya (m3/detik).
sasarannya ialah debit air, erosi, dan 2. Erosi
sedimentasi, pada Sub DAS Masang Besar. - Kehilangan tanah pada penggunaan lahan
Urutan prioritas masing-masing fungsi kendala (t/ha/th) sebagai koefisien peubah
sasaran disajikan pada Metode Penelitian dan keputusan.
seluruh fungsi kendala riel dimasukan kedalam - Nilai sebelah kanan (target) adalah besar
prioritas satu. Peubah keputusan dan notasinya erosi yang diperkenankan kali luas sub
untuk setiap Sub DAS adalah sebagai berikut: DAS (t/th)
3. Sedimentasi
Sub DAS Masang (151,990.28 ha). - Sedimen sediment yang diangkut oleh
X1 = luas hutan Primer aliran permukaan atau air sungai dapat
X2 = luas hutan sekunder ditinjau dari sumber eksternalnnya yakni
X3= luas kebun campuran akibat adanya erosi dari masing-masing
X4 = luas Tegalan penggunaan lahan di bagian hulu.
X5 = luas Perkampungan Perhitungan sediment dapat dengan cara
X6 = luas Sawah SDR dan didapatkan sediment masing-
X7 = Luas Sawit masing penggunaan lahan (t/ha/th) sebagai
koefisien teknis. Pada persamaan nilai
sebelah kanan adalah target (sediment
Skenario Alokasi Penggunaan Lahan yang direncanakan) t/th.
Optimal pada Sub DAS Masang Besar di
DAS Masang Hasil iterasi dari dua skenario pada paper ini
Model yang di desain pada Sub DAS adalah sebagai berikut:
Masang Besar sebagai daerah Kajian adalah Dari hasil analisis alokasi penggunaan
untuk melihat konsekwensi dari dampak lahan konservasi optimal berdasarkan scenario
kebijakan tata guna lahan pada Sub DAS I disajikan iteratifnya pada Tabel 4 dan hasil
Masang Besar, artinya model ini bukan untuk fungsi objektifnya pada Tabel 5. Pada
menetapkan suatu kebijakan pada Sub DAS
49
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

scenario I ini kendala luasan lahan hutan No.837/Kpts/Um/1980, tentang keberadaan


dibatasi sebesar 30 persen dari wilayah sub- lahan hutan sebesar 30 persen di wilayah DAS.
sub DAS. Ketentuan ini berdasarkan
peraturan Mentri Pertanian

Tabel 4 . Alokasi penggunaan lahan secara optimal menurut scenario I pada sub DAS Masang Besar
Kabupaten Agam Sumatera Barat Skenario I
No Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Hutan primer 45,597
2 Hutan sekunder 62,000
3 Kebun campuran 18,513
4 Tegalan 7,300
5 Perkampungan 1168.61
6 Sawit 10,343
7 Sawah 10,200

Tabel 5. Hasil fungsi objektif menurut skenario I


Nomor prioritas Kelebihan dan kekurangan
1 - 66.59
2 0
3 0

Hasil dari analisis alokasi lahan tersebut sediment yang terjadi sesuai dengan dengan
pada sub DAS Masang Besar menunjukkan target.
bahwa aliran permukaan dapat dapat ditekan Sedangkan berdasarkan hasil iterasi
(66,59 m3/dt) di bawah rerata tahunan dan skenario II, maka skenario II ini dengan
banyak air menjadi diserap oleh tanah, hal ranrancangan penggunaan lahan menaikan luas
menjadi indicator bahwa fluktuasi debit dapat hutan menjadi 150 persen mengurangi luasan
diperkecil. Sedangkan erosi yang terjadi pada tegalan 50 persen dan menerapkan sistem
sub DAS Masang Besar dapat ditekan atau konservasi tanah dan air (Tabel 6).
mencapai target. Demikian juga dengan
Tabel 6. Alokasi penggunaan lahan secara optimal menurut skenario II pada Sub DAS
Masang Besar Kabupaten Agam Sumatera Barat
No Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Hutan primer 18.071,50
2 Hutan sekunder 69.773,00
3 Kebun campuran 2913,00
4 Tegalan 22.784,95
5 Perkampungan 1168,61
6 Sawit 22.964.43
7 Sawah 10.241.77

Tabel 7. Hasil fungsi objektif menurut skenario II


Nomor prioritas Kelebihan dan kekurangan
1 112.465.538
2 15.918.817,32
3 1.682.578.643
alternative ini kendala luas lahan hutan primer
Hasil analisis alternative penggunaan dibatasi dengan menaikan luasan dari 7.381 ha
lahan ini, yang disajikan pada Tabel 6 dan menjadi atau 11.071,50 ha (50 %) dari luasan
hasil fungsi objektif pada Tabel 7. Dalam hutan yang ada sekarang ini. Peningkatan
50
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

luasan hutan ini berdasarkan pertimbangan [3] Sigh.V.P., 1992, Elementary Hydrology
bahwa hutan sangat baik dalam hal menahan Englewood Cliff, New Jersy.
aliran permukaan sehingga dapat mengurangi [4] Schwab, G. O., R. K. Frevert, T. W.
laju erosi dan disamping itu hutan paling sesui Edminster and K. K. Barnes, 1981, Soil
dengan berbagai bentuk kemiringan lahan. and Water Conservation Engineering
Dalam alokasi penggunaan lahan dalam Ed.3. John Wiley & Sons, Inc., New
alternative ini terjadi pengkonversian sebagian York.
lahan tegalan menjadi hutan, dan [5] Wischmeier, W. H. and D. P. Smith,
meningkatkan kerapatan intensitas tanaman 1978, Predicting Rainfall Erosion Losses
pada kebun campuran. Akibatnya luasan A Guide to Conversation Planning USDA
lahan tegalan dikurang sebesar 50 persen. Agric. Handbook No. 53.
Pertimbangan pengurangan luasan lahan [6] Hamer, W. I., 1982, Final Soil
tegalan karena besarnya aliran permukaan dan Conversation Consultant Report, Tech.
erosi yang terjadi pada lahan ini. Namun Note No. 26 Centre for Soil Research,
dengan meningkatkan luasan hutan dan Bogor.
mengurangi tegalan aliran permukaan yang
mensuplai air sungai masih lebih tinggi dari [7] Arsyad, S., 1989, Konversi Tanah dan
target yakni 112 Air, IPB Press, Bogor.
m3/dt, erosi sudah dapat tekan dari kondisi [8] Morgan, R. P. C., 1979, Soil Erosion.
biofisik sekarang (134,012,198.27 t/th) Longman Group Ltd., New York.
menjadi (15.918.817, 32 t/ha) (Tabel ) akan [9] Robinson, A. R., 1979, Sediment Yield as
tetapi masih lebih tinggi dari dari erosi yang a Function of Upstream Erosion. SSSA
ditargetkan. Special Pub. hal 7-16.
[10] Nasendi, B. D. dan A. Affendi, 1985,
4. KESIMPULAN Program Linier dan Variasinya. PT.
Dari hasil penelitian optimasi sub DAS Gramedia, Jakarta.
Masang Besar, maka dapat diambil [11] Aprisal dan Junaidi, 2010, Prediksi erosi
kesimbpulan sebagai berikut; dan sedimentasi pada berbagai
1. Hasil prediksi aliran permukaan, erosi dan penggunaan lahan di sub DAS Danau
sedimentasi yang terjadi terjadi tergolong Limau Manis pada DAS Kuranji Kota
tinggi dan melampaui erosi yang di Padang, J. Solum, Vol VII, no 1 hal 61-
perbolehkan. 67.
2. Tindakan alternatif konservasi tanah telah
dapat menekan menekan erosi tanah
dibawah batas toleransi
3. Berdasarkan analisis LGP maka arahan
penggunaan lahan yang optimal adalah
dengan mengacu keaturan menteri Mentri
Pertanian No.837/Kpts/Um/ 1980, tentang
keberadaan lahan hutan sebesar 30 persen
di wilayah DAS.

5. REFERENSI
[1] Achil, K.,1982, Kriteria lahan kritis dalam
rangka program pelestarian hutan tanah
dan air (PHTA) Proyek pusat
pengembangan DAS. Solo
[2] Aprisal, 2011, Prediksi Erosi Dan
Sedimentasi Pada Berbagai Penggunaan
Lahan Di Sub Das Masang Bagian Hulu
di Kabupaten Agam. J. Solum Vol. VIII
No.1 Jan 2011 (11-18)

51
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

52
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau

You might also like