Professional Documents
Culture Documents
FERRY ANDRIAN
2015-11-151
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi kehidupan modern saat ini seolah tidak lagi mengenal batas waktu, aktivitas
manusia sudah tidak dibatasi oleh kehadiran matahari sebagai sumber cahaya. Hal ini
dimungkinkan karena telah ditemukan sebuah benda transparan berukuran segenggam tangan
yang dinamakan lampu. Dengan adanya lampu, kegiatan manusia dapat berlangsung 24 jam
maka energy yang digunakan semakin lama semakin tinggi. Suatu penerangan ruang
dibutuhkan manusia untuk mengenali objek secara visual. Penerangan mempunyai pengaruh
terhadap fungsi ruangan. Oleh karena itu dubutuhkan lampu sebagai sumber penerangan
utama yang dapat menunjang fungsi ruangan. Umumnya untuk pengaturan penerangan
ruangan digunakan prinsip on-off, dimana pada saat ruangan gelap lampu dinyalakan dan
pada saat ruangan terang lampu dimatikan. Dengan prinsip on-off. Pengaturan penerangan
hanya berdasarkan pada kondisi gelap terang ruangan tanpa menghiraukan kontribusi dari
cenderung naik pesat. Peningkatan kebutuhan daya listrik dapat diakibatkan oleh
penambahan beban baru, dapat juga disebabkan karena borosnya pemakaian daya listrik.
Pemborosan energi listrik harus dicegah, karena pasokan daya listrik PLN semakin terbatas.
Demi mengurangi adanya pemborosan dalam pemakaian arus listrik, maka tentu dibutuhkan
suatu sistem yang dapat mengontrol pemakaian daya listrik tersebut salah satunya adalah
sistem pengontrolan lampu dengan menggunakan sensor gerak Passive InfraRed (PIR).
Sensor PIR merupakan sensor gerak yang mendeteksi kehadiran orang dalam suaru ruangan.
Dasarnya adalah radiasi panas tubuh dengan infra merah. Lampu penerangan dalam suatu
ruangan akan menyala sendiri apabila ada orang dalam ruangan tersebut, dan akan padam
dengan sendirinya bila orang tersebut keluar ruangan. Dengan kata lain sensor kehadiran
atau memadamkan lampu dengan mengoperasikan saklar secara manual. Orang yang masuk
ruangan gelap pasti akan menyalakan lampu. Namum apabila orang tersebut meninggalkan
ruanagn, belum tentu orang tersebut ingat untuk mematikan lampu-lampu yang menyala.
Apabila hal tersebut diatas terjadi dalam waktu yang lama , maka akan terjadi pemborosan.
Untuk menghindari pemborosan energy listrik, maka dalam karya ilmiah ini akan dibahas
3. Apakah sensor gerak PIR mampu untuk menjad solusi penghematan energy listrik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah sensor PIR dapat digunakan sebagai saklar otomatis?
2. Untuk mengetahui apakah sensor PIR dapat menjadi solusi penghematan energy?
1.4 Batasan Masalah
1. Sensor gerak PIR hanya digunakan sebagai saklar on-off otomatis pada lampu.
Penggunaan saklar otomatis adalah salah satu cara operasi yang digunakan untuk
mengendalikan beban listrik. Ide penggunaan saklar otomatis ini mucul sebagai upaya
menghindari pemborosan enerhi listrik. Salklar otomatis juga memudahkan operasi. Dari segi
ekonomis, dengan memasang saklar otomatis, maka keborosan energy listrik dapat dihindari.
2.2 Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi
mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam
lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai
mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya.
mengubah besaran fisik ( misalnya : temperature, gaya kecepatan putaran ) menjadi besaran
listrik yang proporsional. Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus
a) Linieritas
Keluaran converter tidak boleh tergantung pada temperature di sekelilingnya kecuali sensor
suhu.
c) Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian , sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat
d) Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai
akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah
cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodic terendah dan tertinggi yang
masih dapat di konversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan aplikasi disyaratkan
f) Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran yang tetap pada
g) Histersis
Gejala histerisi yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada sensor. Misalnya,
pada suatu temperature tertentu sebuah sensor dapat memberikan keluaran yang berlainan.
PIR ( Passive Infra Red ) merupakan sebuah sensor berbasis infrared. Akan tetapi,
tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan Fototransitor.
PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’,
sensor ini hanya merespon energy dari pancaran sinar infrared pasif yang dimiliki oleh setiap
benda yang terdeksi olehnya. Benda yang bias dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh
manusia. Pancaran sinar infrared ditubuh manusia dengan panjang gelombang 9,4µm.
Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detector gerakan berbasis PIR. Karena
semua benda memancarkan energy radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika sumber
infrared dengan suhu tertentu melewati sumber infrared yang lain dengan suhu yang berbeda,
maka sensor akan membandingkan pancaran infrared yang diterima setiap satuan waktu,
sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor.
Modul PIR hanya membutuhkan tegangan input DC 5V cukup efektif untuk mendeteksi
gerakan hingga jarak 5m. ketika mendeteksi adanya gerakan, keluaran modul adalah LOW.
Dan ketika mendeteksi adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi HIGH. Adapun
lebar pulsa high adalah ±0,5 detik. Sensifitas modul PIR yang mampu adanya gerakan pada
jarak 5 meter memungkinkan kita membuat suatu alat pendeteksi gerak dengan keberhasilan
lebih besar.
Karena RE200B termasuk jenis pyroelectric sensor, maka perubahan tegangan tidak tetap.
Selain suhu tubuh dalam keadaan normal, aktivitas manusia menyebabkan pembakaran
energy dalam tubuh. Pembakaran ini dapat meningkatkan panas tubuh. Gerakan tubuh akan
menyebabkan perbedaan radiasi infrared. Perbedaan radiasi tersebut akan dapat direspon
a) Lensa Fresnel
c) Sensor Pyroelectric
d) Penguat Amplifier
e) Komparator
2.4 Prinsip Kerja Sensor PIR
Pancaran infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor pyroelectric.
Karena sinar infra merah mengandung energy panas maka sensor pyroelectric akan
menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelectric terbuat dari bahan gallium nitride (GaN),
cesium nitrat (CsNo3) dan litium tantalite (LiTaO3). Arus listrik inilah yang akan
menimbulkan tegangan dan dibaca secara analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan
dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu
(keluaran berupa sinyal 1-bit). Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1, 0
saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi
infra merah. Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi infra merah dengan
panjang gelombang 8-14 mikrometer . diluar panjang gelombang tersebut sensor tidak akan
mendeteksinya.
Untuk manusia sendiri memiliki suhu badan yang menghasilkan pancaran infra merah dengan
panjang gelombang antara 9-10 mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang
gelombang tersebut dapat terdeksi oleh sensor PIR (secara umum sensor PIR memang
Sensor PIR memiliki jangkauan jarak yang bervariasi, tergantung karakteristik sensor, proses
Sensor PIR pada dasarnya terbuat dari sensor pyroelectric (seperti logam bulat dengan Kristal
segi empat ditengah), yang dapat mendeteksi tingkat radiasi inframerah. Sensor PIR
memancarkan sejumlah radiasi tingkat rendah, dan panas. Sensor dalam pendeteksi gerak
sebenarnya terbagi dalam dua bagian untuk mendeteksi gerakan. Kedua bagian ini berkabel
sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain. Jika salah satu mendeteksi radiasi
infrared dari yang lainnya, maka menghasilkan output yang bernilain high atau low.
Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energy panas yang dihasilkan dari pancaran sinar
inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti
tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu
panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar infrared inilah yang
kemudian ditangkap oleh pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini
sehingga menyebabkan pyroelectric sensor yang terdiri dari gallium nitride, caesium nitrat
dan litium tantalite menghasilkan arus listrik. Hal ini dikarenakan pancaran sinar infrared
pasif ini membawa energy panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubh manusia saja karena adanya IR filter yang menyaring
panjang gelombang sinar infrared pasif. IR filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring
panjang gelombang sinar infrared pasif antara 8-14 mikrometer, sehingga panjang gelombang
yang dihasilkan dari tubuh manusia berkisar 9-10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi
oleh sensor.
Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar
infrared pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari
arus listrik karena adanya energy panas yang dibawah oleh sinar infrared pasif
tersebut. Kemudian sirkuit Amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian
Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda
panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antara 8-14 mikrometer dan benda
yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan
objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sensor PIR bekerja dengan menagkpan energy panas yang dihasilkan dari pancaran sinar
infrared dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Pancaran sinar infrared inilah yang
kemudian ditangkap oleh pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini
b. Sensor PIR bias menjadi solusi dalam rangka penghematan energy karena apabila
digunakan pada saklar lampu, maka sensor ini akan secara otomatis menjadi saklar yang
apabila ada orang dalam suatu ruangan barulah lampu di ruangan tersebut menyala dan
apabila orang tersebut meninggalkan rungan maka secara otomatis pula lampu akan
padam.
3.2 Saran
Sensor PIR merupakan salah satu alternative yang sangat efisien untuk digunakan
sebagai pengendali penggunaan energy listrik khususnya lampu. Untuk itu, sejalan dengan
adanya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi alangkah lebih baiknya lagi bila
pengguna.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Salim. januari 2013. http://www.sensor pir dan prinsip kerja file.com