You are on page 1of 6

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA PROFESI
REVIEW FILM KITA VS KORUPSI

DISUSUN OLEH :
BUDI NUR CAHYONO NIM.15242876
SEM. VII / MANAJEMEN

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
2018

Review Film Kita VS Korupsi

i
Korupsi adalah salah satu “penyakit” yang nampaknya masih menjadi problem
sosial di Indonesia. Sebab hingga kinipun berita mengenai penangkapan tersangka
Korupsi masih sering kita dengar di media elektronik dan baca di media cetak. Namun,
lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi yang diamahkan untuk menjadi “bambu
runcing” mengikis habis praktek jahat ini, telah bekerja keras dan masih terus menerus
berjuang. Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi momok yang mengancam bagi
mereka para “tikus berdasi”, hingga tak jarang para Penyidik KPK mendapatkan teror
dan ancaman dari orang asing yang diduga kuat dilakukan oleh para pelaku Korupsi.
Sebagai bentuk kampanye Anti Korupsi kepada masyarakat, maka KPK
memproduksi Film berjudul Kita VS Korupsi. Terbagi menjadi 4 film pendek dari 4
sutradara dengan 4 cerita yang berbeda, yang ternyata merupakan antologi dari cerita-
cerita terbaik sayembara yang diselenggarakan KPK sebelumnya. Isi film ini
menceritakan pada hal kecil yang biasa kita temui di sekitar kita yang jarang kita sadari.
Dikemas dengan baik dan modern tapi tidak melupakan pesan moral yang ingin dicapai
yaitu menitikberatkan pada pesan Anti Korupsi.

A. Film Rumah Perkara


Sutradara : Emil Heradi
Film ini mengangkat sebuah cerita tentang seorang kepala desa/ lurah
bernama Yatna yang tidak menepati janji-janjinya untuk mensejahterakan,
melindungi dan menjaga rakyat dan daerahnya. Sebagaimana yang ia janjikan banyak
program untuk memperbaiki Posyandu, menyediakan pupuk dan bibit. Akan Tetapi
setelah terpilihnya dia sebagai kepala desa, dia menandatangani persetujuan
permohonan Investor dimana sebagian tanah di desanya tersebut akan dijadikan
tempat wisata. Mungkin karena tergiur akan mendapatkan kucuran dana dari para
investor dan para jajaran proyektor itu, Kepala Desa secepatnya memprosesnya.
Namun terjadi sebuah konflik, dimana tinggal satu rumah yaitu milik seorang janda
yang enggan untuk pindah karena rumah adalah rumah satu-satunya yang dia miliki..
Janda tersebut ternyata adalah selingkuhan dari Kepala Desa tersebut. Dan
singkatnya setelah kepala desa tersebut telah berhasil mendapatkan surat tanah dari

ii
wanita simpanannya itu. Saat para proyektor sudah habis kesabaran karena wanita itu
tidak mau meninggalkan rumahnya, lalu mereka membakar rumah Janda tersebut dan
wanita tersebut masih ada didalamnya. Kepala Desa pun mendapati kabar tersebut
dengan menyesal kepala desa tersebut datang terlambat ke rumah itu dan mendapati
rumah itu telah terbakar habis. Dan mungkin saja anaknya si Iqbal pun turut
membeberkan rahasia Bapaknya yang didapati “bermain” di rumah si Janda.

Review :
Salah satu sifat pemimin yang baik adalah Amanah terhadap apa yang
diembankan kepadanya. Tentunya ketika kita diberi tanggung jawab untuk menjadi
pemimpin, maka semestinya kita lebih memihak kepada apa yang kita pimpin. Tak
mudah terhasut ataupun tergiur dengan iming2 uang. Dan jadilah sosok pemimpin
yang adil, dan bijaksana. Jika dalam suatu kampanye, maka sebaiknya mengatakan
bahwa kita berjanji akan selalu jujur. Bukan berjanji akan terlaksana semua program
kita. Menjadi Pemimpin pun, sebaiknya adalah yang benar-benar karena diusulkan
oleh warga. Bukan karena sekedar ingin ikut kontestasi karena memiliki uang yang
banyak yang kemudian pun dihabiskan untuk kampanye. Sehingga ketika telah
terpilih, maka hasrat duniawi bisa saja muncul untuk me “return” dana kampanye
yang telah dihabiskan.

B. Aku Padamu
Sutradara :
Film ini menceritakan tentang dua pemuda, Vano dan Laras ingin menikah tanpa
sepengetahuan orang tua Laras. Ketika mereka sampai di KUA, mereka tidak bisa
langsung menikah karena memerlukan kelengkapan Kartu Keluarga. Vano untuk
mempercepat penyelesaian masalah tersebut. Dan mereka ditawari oleh oknum Calo
di kantor KUA tersebut. Namun Laras tidak mau karena itu termasuk salah satu
tindak yang dekat dengan korupsi yaitu nepotisme, dan dia sangat anti yang namanya
korupsi, karena Ayahnya adalah seorang pegawai negeri yang sempat melakukan
korupsi sertifikasi guru. Laras ternyata bukanlah sekedar anak muda zaman sekarang
yang biasa. Dalam dirinya tertanam nilai-nilai anti KKN yang diwariskan oleh guru

iii
panutannya saat SD, seorang guru honorer yang rela hidup susah hingga akhir
hidupnya karena tidak mau membayar uang pelicin kepada ayah Laras, sang kepala
sekolah.

Review :
Banyak pesan moral yang bisa dipetik dari Film ini. Rumah adalah tempat
belajar yang paling besar peranannya dalam membentuk karakter keluarga. Seorang
Kepala Keluarga semestinya memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Memberikan teladan agar dapat mengarahkan karakter anaknya ke ara yang positif.
Bukan justru memprakekan kecurangan bahkan di hadapan anak. Dengan
mempertimbangkan semuanya dengan nominal materi.
Setiap orang pun tentunya memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda.
Berpegang teguhlah terus pada prinsip kita yang positif. Karena hal itu akan selalu
mengingatkan terhadap perbuatan apa yang akan dan telah kita perbuat. Hindari
praktek KKN dengan menggunakan calo dalam pengurusan. Begitu pula, janganlah
menjadi calo karena ternyata prosedurnya sudah lebih jelas dan mudah jika langsung
mengurus sesuai bagaimana mestinya diurus sendiri.

C. Selamat Siang, Risa !


Sutradara :
Film ketiga,”Selamat Siang, Risa” adalah arahan dari Ine Febriyanti. Film ketiga
ini bercerita tentang seorang penjaga gudang bernama Arwoko (Tora Sudiro) yang
tengah dilanda kesulitan ekonomi pada masa Malari (1974). Kebimbangan adalah hal
yang sangat sering terjadi ketika kita berhadapan dengan korupsi, begitu pula yang
terjadi saat Arwoko menerima tawaran dari seorang penimbun beras untuk
menggunakan gudangnya yang saat itu sedang kosong, apalagi seluruh teman-teman
dan atasannya telah menerima tawaran tersebut. Pergolakan batin Arwoko tergarap
dengan baik dan penuh emosi di sini. Sayangnya, film ini tidak berhenti pada saat
yang tepat. Keputusan melanjutkan cerita setelah klimaks agaknya menurunkan
emosi yang sudah dengan sangat baik dimainkan oleh Ine.

iv
Review :
Film ketiga yang berjudul “Selamat Siang, Risa” ini menggambarkan seorang anak
yang dibesarkan dengan kejujuran orang tuanya terhadap hidup dan masalah
penyalahgunaan wewenang meskipun kecil mempengaruhi kehidupan dia
selanjutnya. Dia belajar banyak dari kejujuran orang tuanya. Dengan jujur semua
pada akhirnya akan baik-baik saja. Bayangkan kalau ayahnya menerima uang
sogokan. Di masa akan datang anaknya pasti akan merasa biasa saja untuk menerima
uang tambahan yang diberikan pihak lain.Ssemua kembali dari mana kita berasal.
Kalau kita dibesarkan dengan menjunjung tinggi kejujuran, kita akan menjadi orang
yang jujur.

D. Pssstt… Jangan Bilang Siapa-Siapa


Sutradara :
Berawal dari sebuah rekaman dalam kehidupan sekolah, Olla yang direkam oleh
temannya, Gita untuk membuat sebuah video-cam tentang temannya. Saat perekeman
berlangsung, saat mereka berada di kantin, mereka bertemu dengan Echi. Saat
mereka berbincang di kantin, Gita menyadari banyak cerita di sekelilingnya yang dia
tidak tahu. Temannya Gita yang bertugas menjual buku dari gurunya
mengungkapkan alasan dia mendapat nilai yang lebih rendah dari temannya hanya
karena dia tidak membeli buku yang dijual gurunya. Nilai bukannya ditentukan
prestasinya tetapi ditentukan menguntungkan atau tidaknya guru tersebut. Di lain
pihak, temannya yang lain terbiasa berbohong kepada orang tuanya saat meminta
uang untuk membeli buku pelajaran. Ayahnya anak ini berbohong kepada atasannya.
Atasannya akan berbohong kepada atasannya. Karena ini, terbentuk lingkaran
kebohongan. Temannya Gita menganggap sogok menjadi biasa.

Review :

v
Pada film ”Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa” sangat mudah untuk diambil
amanahnya karena menyangkut dalam kehidupan sehari-hari seorang remaja di
sekolah. Dengan teknik pengambilan gambar video-cam dari mata seorang murid
SMA yang sedang membuat film dokumenter, kita melihat anak-anak SMA masa kini
yang dengan enteng menilep duit di sana-sini. Satu murid ditugaskan gurunya untuk
menjual buku pelajaran dengan harga yang lebih mahal daripada harga buku di toko.
Keuntungannya akan dikantongi sang guru dan sang murid. Korupsi ini terus berantai
dari satu orang ke orang lain, dimulai dari usia dini hingga dewasa dan berlangsung
dari lini terbawah hingga atas, vertikal dan horizontal.

vi

You might also like