You are on page 1of 12

Laporan Praktikum

Biologi Dasar
“Sistem Respirasi”

Oleh:
Putri Dwi Suryanti
130210101036
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
2014
1. Judul : Sistem Respirasi
2. Tujuan : Mengetahui kapasitas vital paru – paru pada manusia
3. Dasar Teori :
Pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan oksigen yang
terikat oleh unsur lain dan pengeluaran sisa berupa karbondioksida dan uap air.
Oksigen diperlukan oleh seluruh sel-sel tubuh dalam oksidasi untuk menghasilkan
energi berupa ATP (adenosin tri phosphat). Reaksi tersebut menghasilkan zat sisa
berupa karbondioksida dan uap air yang kemudian dihembuskan keluar.
Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2, pernapasan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
 pernapasan luar/respirasi eksternal, yaitu pertukaran O2 dalam
alveolus dengan CO2 dalam darah.
 pernapasan dalam/respirasi internal, yaitu pertukaran gas O2
dengan CO2 dari aliran darah dengan sel-sel tubuh (Hartono,1995).
Manusia membutuhkan zat asam (O2) secara terus-menerus. Selain itu,
CO2 yang merupakan hasil metabolisme juga harus terus-menerus dikeluarkan
dari tubuh. Agar kedua proses tersebut terjadi, maka harus ada pertukaran gas
antara tubuh dengan atmosfer. Pertukaran gas ini disebut respirasi. Dalam arti kata
yang lebih luas, respirasi meliputi pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-
paru yang dikenal dengan istilah pernafasan, transport O2 dari paru-paru sel
jaringan transport CO2 dari sel-sel ke paru-paru, dan yang terakhir adalah
penggunaan O2 oleh sel-sel jaringan yang disebut respirasi sel(Waluyo. 2006 :
91).
Sistem pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pernafasan dada dan
pernafasan perut. Pernafasan dada adalah pernafasan yang melibatkan otot antar
tulang rusuk. Mekanisme dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Fase inspirasi, otot tulang rusuk berkontraksi, sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan udara dalam rongga dada lebih
kecil dapat masuk membawa oksigen.
b) Fase ekspirasi, otot antar tulang rusuk kembali ke posisi semula
(relaksasi), sehingga rongga dada kembali mengecil, akibatnya
tekanan dalam rongga dada lebih besar dibanding udara luar
sehingga udara didalam rongga dada yang kaya akan
karbondioksida keluar.
Pernafasan perut adalah pernafasan yang melibatkan otot difragma.
Mekanismenya dapat dibedakan menjadi :
a) Fase inspirasi : otot diafragma berkontraksi sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada mengecil dan udara
diluar masuk.
b) Fase ekspirasi, otot diafragma relaksasi sehingga rongga dada mengecil,
akibatnya tekanan dalam rongga dada membesar dan udara dalam rongga
dada keluar dengan membawa karbondioksida.
(Wiwi. 2006. 72).
Organ-organ pernapasan yang dimiliki oleh manusia meliputi semua
unsur/struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ tersebut
antara lain:
a) Hidung
Terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.
Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah dan selalu lembab dengan adanya
lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidung udara disaring dari benda-
benda asing yag tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru (Tambajong,
1995).
b) Faring
Faring merupakan ruang di belakang rongga hidung yang merupakan
jalan masuknya udara dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep
(epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara, pernafasan dan
makanan (Tambajong, 1995).
c) Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring terdiri atas
tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis (tulang rawan) dan tulang rawan trikoid
(cincin stempel) yang letaknya paling bawah (Tambajong, 1995).
d) Trakhea
Trakea merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang
rawan yang berbentuk huruf ‘C’ pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea
tersusun tas 3 lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir untuk
menangkap dan mengendalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernapasan
sebelum masuk ke paru-paru bersama udara pernafasan (Tambajong, 1995).
e) Bronkus
Merupakan cabang batang tnggorokan yang jumlahnya sepasang,
yang satu menuju paru-paru kiri dan satunya menuju paru-paru kanan. Dinding
bronkus terdii atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaaringan epitel, otot polos dan
cincin tulang rawan (Tambajong, 1995).
f) Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronkus, dnding dan salurannya lebih tipis.
Bronkiolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus (Tambajong,
1995).
g) Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung udara.
Dinding alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembap dan berdekatan dengan
kapiler-kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkam terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus
terjadi pertukaran gas-gas oksigen dari udara bebas ke sel-sel darah (Tambajong,
1995).
h) Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasioleh otot dada dan
tulang rusuk. Pada bagian bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-
paru merupakan himpunan dari bronkiolus, samlus, alveolaaris dan alveolus. Di
antara selaput dari paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk
melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan
mengempisnya paru-paru karena adanya perubahan tekanan rongga dada
(Tambajong, 1995).

Paru-paru manusia terbungkus oleh dua selaput, yaitu pleura dalam (pleura
visceralis) dan pleura luar (pleura parietalis). Pleura dalam langsung menyelimuti
paru-paru, sedangkan pleura luar bersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua
pleura tersebut terdapat rongga tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut
terdapat rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-
paru.
Paru-paru tersusun atas bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Alveolus adalah kantung udara yang terdapat pada ujung-ujung
bronkiolus. Alveolus memiliki selaput tipis dan pada permukaannya banyak
terdapat muara kapiler darah, oleh karena itu dapat berlangsung pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida secara difusi (Ridwanas, 2011).

Dalam keadaan biasa, orang dewasa normal menghirup dan


menhembuskan udara sebanyak lebih kurang 500 ml yang disebut volume tidal
(udara pernapasan). Setelah melakukan pernafasan biasa, kita masih dapat
menghirup udara sekuat-kuatnya sebanyak lebih kurang 1500 ml yang disebut
volume cadangan inspirasi (udara komplementer) dan menghebuskan udara
sekuat-kuatnya hingga lebih kurang 1500 ml yang disebut volume cadangan
ekspirasi (udara suplementer). Volume udara tidal, komplementer, dan
suplementer mencapai 3500-4000 ml yang disebut kapasitas vital paru-paru.
Setelah menghembuskan nafas sekuat-kuatnya, di dalam peru-paru tersisa udara
sebanyak lebih kurang 1000 ml yang disebut sebagai volume residu. Jumlah
keseluruhan udara yang ditampung secara maksimal dalam peru-paru disebut
kapasitas total paru-paru (kapasitas vital paru-paru + volume residu) yaitu 4500-
5000 ml (Priadi, 2009: 204).
Kecepatan frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, kegiatan tubuh
(Susilowarno, 2007: 204).

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai


4500 ml. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernafasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernafas
mencapai 3500 ml, yang 1000 ml merupakan sisa udara yang tidak dapat
digunakan tetapi senantiasa mengisi paru-paru(Waluyo. 2006 : 93).

4. Metode Praktikum
 Alat
a. Bak besar
b. Botol besar bervolume 5 liter
c. Pipa plastik (selang)
d. Timbangan berat badan
e. Alat ukur (mit line)
 Bahan
a. Air secukupnya
 Langkah kerja

Membuat skala pada botol besar dari 0-0,25-0,5-0.75-1-1,25-1,5 dan


seterusnya dan menggunakan gelas ukuran untuk membuat skala

Mengisi air pada botol besar lalu dibalik dan memasang pipa plastik

Memasang pipa sesuai gambar

Salah satu probandus menarik nafas sedalam-dalamnya dan


menghembuskan nafas sekuat-kuatnya (max) lewat mulut yang
dihubungkan dengan pipa plastik. Kemudian membaca volumenya

Probandus melakukan gerak badan misalnya berlari atau menaiki


tangga

Menarik nafas sedalam-dalamnya dan menghembuskan nafas sekuat-


kuatnya (max) melewati mulut yang dihubungkan dengan pipa plastik

Membandingkan kapasitas vital sebelum dan sesudah olahraga


5. Hasil Pengamatan

Kapasitas Vital
Lingkar
No Nama Umur L/P Tinggi Berat Sebelum Sesudah
Dada
Lari Lari

1. Adil 21th L 170cm 55kg 84cm 750ml 500ml

2. Vijay 19th L 168cm 81kg 101cm 250ml 500ml

3. Vutikatul 20th P 153cm 65kg 90cm 750ml 250ml

4. Rizky 20th L 172cm 49kg 80cm 500ml 500ml

5. Beta 19th P 152cm 44kg 80cm 250ml 250ml

6. Irma 19th P 165cm 46kg 79cm 500ml 500ml

7. Dini 20th P 153cm 71kg 98cm 250ml 250ml

8. Umi 20th P 151cm 40kg 79cm 500ml 500ml

9. Budi 20th L 165cm 47kg 76cm 500ml 500ml

10. Ali 20th L 169cm 52kg 78cm 250ml 250ml

11. Diah 20th P 165cm 53kg 86cm 750ml 250ml

12. Endah 20th P 168cm 50kg 79cm 250ml 500ml

6. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu mengenai sistem respirasi pada manusia yang
bertujuan mengetahui kapasitas pernafasan paru-paru. Dalam praktek kali ini
ada 6 pasang praktikan yang dipilih secara acak berdasarkan pertimbangan
faktor jenis kelamin, tinggi badan,berat badan, umur, lingkar dada, dan
seringnya beraktivitas.
Untuk mengetahui kapasitas vital paru-paru manusia dalam percobaan kali ini
kita memakai alat sederhana yang dilakukan dengan cara merangkai alat
spirometer yang tersusun dari botol besar yang telah diberi skala berisi air dan
dihubungkan dengan selang kemudian dimasukkan dalam bak besar yang
berisi air dengan posisi terbalik. Pada saat praktikum masing – masing
probandus melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar dada,
kemudian satu persatu perwakilan menghembuskan nafasnya sekuat-kuatnya
melalui selang yang dihubungkan ke botol besar yang telah diberi skala dan
akan terlihat volume air yang dikeluarkan itu menunjukkan volume kapasitas
vital paru-paru dari probandus tersebut.
Setelah melakukan percobaan ini diperoleh hasil kapasitas vital paru – paru
yang dimiliki oleh para probandus jauh dibawah kapasitas vital paru – paru
pada literatur. Hal ini mungkin diakibatkan oleh ketidaktelitian penghitung
kapasitas vital paru - paru atau ketidakpahaman dalam menghitung kapasitas
vital paru – paru. Sehingga terjadi kesalahan dalam menghitung serta
mengakumulasikan data hasil pengamatan.
Dalam percobaan kali ini juga diamati perbedaan antara kapasitas vital paru –
paru sebelum melakukan aktivitas dengan kapasitas vital paru – paru setalah
melakulan aktivitas. Dari masing – masing probandus diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut,
Probandus yang pertama yaitu Adil(21tahun), yang memiliki tinggi 170cm
dan berat 55kg, serta memiliki lingkar dada sebesar 84cm. Kapasitas vital
sebelum aktivitas sebesar 750ml dan setelah aktivitas sebesar 500ml.
Probandus yang kedua yaitu Vijay(19tahun), yang memiliki tinggi badan
168cm dan berat badan 81kg, serta lingkar dada 102cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 250ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus yang ketiga yaitu Vutikatul(20tahun), yang memiliki tinggi badan
153cm dan berat badan 65kg, serta lingkar dada 90cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 750ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
250ml.
Probandus yang keempat yaitu Rizky(20tahun), yang memiliki tinggi badan
172cm dan berat badan 49kg, serta lingkar dada 80cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 500ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus yang kelima yaitu Beta(19tahun), yang memiliki tinggi badan
152cm dan berat badan 44kg, serta lingkar dada 80cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 250ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
250ml.
Probandus yang keenam yaitu Irma(19tahun), yang memiliki tinggi badan
165cm dan berat badan 46kg, serta lingkar dada 79cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 500ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus yang ketujuh yaitu Dini(20tahun), yang memiliki tinggi badan
153cm dan berat badan 71kg, serta lingkar dada 98cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 250ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
250ml.
Probandus yang kedelapan yaitu Umi(20tahun), yang memiliki tinggi badan
151cm dan berat badan 40kg, serta lingkar dada 79cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 500ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus yang selanjutnya yaitu Budi(20tahun), yang memiliki tinggi badan
165cm dan berat badan 47kg, serta lingkar dada 76cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 500ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus selanjutnya yaitu Ali(20tahun), yang memiliki tinggi badan 169cm
dan berat badan 52kg, serta lingkar dada 78cm. Kapasitas vital paru – paru
sebelum aktivitas sebesar 250ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
250ml.
Probandus selanjutnya yaitu Diah(20tahun), yang memiliki tinggi badan
165cm dan berat badan 53kg, serta lingkar dada 86cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 750ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Probandus yang terakhir yaitu Endah(20tahun), yang memiliki tinggi badan
168cm dan berat badan 50kg, serta lingkar dada 79cm. Kapasitas vital paru –
paru sebelum aktivitas sebesar 250ml dan setelah melakukan aktivitas sebesar
500ml.
Dari hasil tersebut seharusnya dapat diketahui bahwa kapasitas paru – paru
setelah beraktivitas jauh lebih besar daripada sebelum melakukan aktivitas.
Tapi dalam kenyataannya terjadi banyak ketimpangan hasil. Hal ini mungkin
diakibatkan karena para probandus yang tidak bersungguh – sungguh dalam
melakukan aktivitas olahraga, selain itu antrian dalam mengukur kapasitas
paru – paru karena kurangnya alat juga turut berpengaruh, karena probandus
berkesempatan untuk menormalkan kapasitas paru – paru mereka sebelum
diukur menggunakan spirometer.
Dari hasil pengamatan yang menyertakan faktor – faktor yang mempengaruhi
besarnya kapasitas paru – paru dapat juga diketahui perbedaan yang cukup
menonjol dari faktor – faktor yang saling berkebalikan.
Perbedaan kapasitas antara laki-laki dan perempuan tentu, pada laki-laki
umumnya mempunyai kapasitas pernapasan yang lebih besar daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan kapasitas atau volume paru-paru pada laki-
laki lebih besar dan jumlah oksigen yang dibutuhkan laki-laki lebih besar
daripada perempuan karena pada umumya laki-laki lebih banyak bergerak dan
melakukan aktivitas yang berat daripada perempuan. Seperti pada Rizky dan
Beta kapasitas yang dimiliki Rizky jauh lebih besar daripada kapasitas Beta
karena faktor jenis kelamin tersebut. Tetapi pada kasus Vutikatul dan Diah
yang memiliki kapasitas paru – paru yang besarnya sama dengan laki –laki
mungkin dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti aktivitas
atau lingkar dada.
Umumnya orang yang memiliki lingkar dada besar kapasitasnya paru –
parunya lebih besar karena mereka memiliki volume paru – paru yang lebih
besar. Seperti pada Diah dan Endah, Diah yang memiliki lingkar dada lebih
besar memiliki kapasitas paru – paru yang lebih besar pula. Tapi dalam
percobaan kali ini banyak terjadi ketimpangan yang mungkin
diakibatkankurang telitinya pengukuran atau kurang validnya alat ukur yang
digunakan.
Umur juga memiliki pengaruh terhadap kapasitas paru – paru, jika
semakin bertambah umur seseorang maka frekuensi pernafasannya semakin
lambat, sehingga kapasitas pernafasannya dapat dikatakan lebih rendah
dibandingkan dengan remaja. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya
kebutuhan energi yang juga akan mengurangi kecepatan metabolisme tubuh
sehingga oksigen yang dibutuhkan juga akan berkurang. Seperti dalam kasus
Irma dan Dini, Irma yang memiliki umur lebih muda dari pada Dini memiliki
kapasitas paru – paru yang lebih besar dari pada Dini.
Tinggi badan dan berat badan juga berpengaruh, orang yang gemuk akan
memiliki kapasitas pernapasan yang lebih besar daripada orang yang kurus.
Hal tersebut disebabkan karena orang yang gemuk memiliki banyak
kebutuhan oksigen untuk proses metabolismenya daripada orang yang lebih
kurus. Karena suplai oksigennya lebih besar maka volume vital pernapasannya
juga besar. Begitu pula dengan orang yang memiliki berat badan dan tinggi
badan yang ideal tentu memiliki kapasitas paru – paru yang besar pula. Seperti
pada kasus Adil dan Vutikatul.

7. Penutup
7.1 Kesimpulan
Kapasitas paru – paru tiap orang berbeda, karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat menambah atau mengurangi besarnya kapasitas
vital paru – paru.
Kapasitas paru – paru dalam keadaan diam dan setelah beraktivitas juga
berbeda karena semakin banyak kita melakukan aktivitas maka kapasitas pary
– paru akan semakin besar.
Dalam kapasitas paru – paru yang dapat berubah hanya beberapa eleman saja,
ada elemen yang tidak bisa berubah seperti udara sisa yang tidak dapat
dikeluarkan dari paru – paru. Bolumenya akan tetap tidak dapat berubah
hingga kita meninggal.

7.2 Saran
Praktikan diharapkan bersungguh-sungguh dalam melakukan percobaan,
agar hasil yang diperoleh akurat, dan praktikan sebaiknya mencatat hasil
pengamatan dengan baik agar tidak salah dalam perhitngan kapasitas paru
– paru.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, audry. 1995. Biokimia Harper Edisi-22. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC
Priadi, Arif. 2009. Biologi 2. Jakarta: Yudhistira.
Ridwanaz. 2011. Sistem Respirasi Alat Pernafasan dan Fungsinya.
http://ridwanaz.com/umum/biologi/2011/sistem-respirasi-manusia-alat-
pernafasan-dan fungsinya. Pdf [diakses tangga l 6 April 2014].
Susilowarno, Gunawan. 2007. Biologi Umum. Jakarta: PT Grasindo.
Tambajong, Jan. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: Kedokteran EGC.
Waluyo, Joko. 2006. Anatomi Manusia. Jember. Jember University press
Wiwi, Isnaini. 2006. Biologi. Jakarta. Erlangga.

You might also like