Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
3. Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang
menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan
cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
4. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265).
5. Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi
tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514).
6. Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai
proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh,
1973 : 325).
7. Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang
menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan
cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.
Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur
dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein
pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan
mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat
sehingga diameter beberapa centimeter.
Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
- Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
- Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
- Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti seonggok buah
anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur ( Ovum ) yang
kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu sperma yang
mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing masing kromosom
membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan demikian sebagian besar
mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang menghasilkan sel
anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus adalah keturunan
pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft. Jaringan mola komplita
secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi dan pembuluh pembuluh darah;
bahkan terjadi pembentukancisterna villosa, disertai hiperplasia baik dari sel sel
sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel sitotrofoblas. Tidak tampak embryo karena sudah
mengalami kematian pada masa dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih
hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan
histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang
tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola parsialis bisa
normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY. Ditemukan juga adanya fetus
dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak menyeluruh. Penelitian berikutnya
secara sitogenetik menunjukkan bahwa hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna
pada mola parsialis hanya ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan
sitogenetik ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya
adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom paternal).
Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya crinkling atau
scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic inclusionHiperplasia trofoblas
umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun
ada janin , umumnya mengalami kematian pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih
jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca mola komplit.
E. Diagnosis :
1. Anamnesa / keluhan :
- terdapat gejala hamil muda
- kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
- terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau
kecoklatan.
- Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
- Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).
2. Pemeriksaan Fisik
i. Inspeksi:
- Muka dan kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning – kuningan yang
disebut muka mola (mola face) atau muka terlihat pucat.
- Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
ii. Palpasi
- Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
- Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
- Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus
uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.
- Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi
tiroktoksikosis
iii. Auskultasi
- Tidak terdengar DJJ
- Terdengar bising dan bunyi khas
viii. USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang
tawon.
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit
yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .Terapi mola
hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
Faktor Resiko :
- Usia ibu yang lanjut
- Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
- Riwayat infertilitas
- Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
- Berbagai macam infeksi
- Paparan dengan berbagai macam zat kimia
- Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
- Kelainan kromosom
Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan
dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan
kuretase.
- Sondage, menentukan posisi ukuran uterus.
- Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
- Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk.
- Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun
kuret.
Risiko Yang Mungkin Terjadi :
- Perdarahan
- Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di
dinding rahim.
- Gangguan haid
- Infeksi
b) Histerektomi