You are on page 1of 16

ALCHEMY, Vol. 3 No.

2 Oktober 2014, hal 173 - 188

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT, KLOROFORM,


PETROLEUM ETER, DAN N-HEKSANA HASIL HIDROLISIS EKSTRAK
METANOL MIKROALGA Chlorella sp.

Ony Novia Anggraeni, A. Ghanaim Fasya, Munirul Abidin, A. Hanapi


Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT
Qur'an surah Luqman verse 10 says that God created plants that are beneficial to humans. Chlorella sp.
was kind of microalgae that contains bioactive antioxidant components. Purpose of this research was to
determine the antioxidant activity of fraction of ethyl acetate, chloroform, petroleum ether and n-hexane as
results of hydrolysis of the methanol extract of microalgae Chlorella sp., and active compound of Chlorella sp.
that identification by reagents test and thin layer chromatography (TLC).
Chlorella sp. was cultivated in Tauge Extract Medium (TEM) 4 % and harvesting at 10 th day. Chlorella
sp. macerated using methanol and hydrolyzed with HCl 2N as catalyst. Furthermore, partitioned using the
solvent: n-hexane, petroleum ether, chloroform, and ethyl acetate. Antioxidant activity was estimated by DPPH
assay with spectrofotometry UV-Vis. Identification of the active compound groups conducted with test reagents
and TLC.
The results showed that the EC50 value of methanol extract, the fraction of ethyl acetate, chloroform,
petroleum ether, n-hexane, and the aqueous phase as follows 1,334; 332.7; 182; 27.26; 173.7; and 1,411 ppm.
The identification result of active compound showed that the extract of Chlorella sp. containing steroids and
ascorbic acid. Good eluents of TLC for steroids are hexane:acetone (7:3) and n-hexane:ethyl acetate (7:3). The
best eluent for TLC for ascorbic acid is ethanol: 10% acetic acid (9:1).

Keywords: Chlorella sp., Hydrolysis, Antioxidant, DPPH, TLC

ABSTRAK
Al Qur’an surat Luqman ayat 10 menyebutkan bahwa Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan yang
bermanfaat bagi manusia. Chlorella sp. merupakan jenis mikroalga yang mengandung komponen bioaktif
sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat,
kloroform, petroleum eter dan n-heksana hasil hidrolisis ekstrak metanol mikroalga Chlorellasp., serta
mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak mikroalga Chlorellasp. hasil identifikasi dari uji
reagen dan kromatografi lapis tipis.
Chlorella sp. dikultivasi dalam MET 4 % dan pemanenan dilakukan pada hari ke-10. Chlorella sp.
dimaserasi menggunakan metanol dan dihidrolisis dengan katalis HCl 2N. Selanjutnya dipartisi menggunakan
pelarut n-heksana, petroleum eter, kloroform, dan etil asetat.Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode
DPPH secara spektrofotometri UV-Vis. Identifikasi golongan senyawa aktif dilakukan dengan uji reagen dan
KLTA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai EC50 ekstrak metanol Chlorella sp., fraksi etil asetat,
kloroform, petroleum eter, n-heksana, danfasa air berturut-turut 1.334; 332,7; 182; 27,26; 173,7; dan 1.411 ppm.
Hasil identifikasi golongan senyawa aktif dengan uji reagen dan KLTA menunjukkan bahwa ekstrak Chlorella
sp. mengandung steroid dan asam askorbat. Eluen yang baik untuk KLT steroid adalah n-heksana:aseton (7:3)
dan n-heksana:etil asetat (7:3). Eluen terbaik untuk KLT asam askorbat adalah etanol p.a.:asam asetat 10% (9:1).

Kata kunci: Chlorella sp., Hidrolisis, Antioksidan, DPPH, KLT


.

I. PENDAHULUAN Chlorella sp. merupakan tumbuhan


Firman Allah Swt. surat Luqman ayat ganggang hijau bersel tunggal yang tumbuh
10 menjelaskan bahwa Allah telah dapat di air tawar, air payau, dan air asin.
menciptakan berbagai macam binatang dan Berdasarkan cara pembudidayaan,
tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan Chlorella sp. memiliki beberapa
oleh manusia dalam berbagai keperluan.1 keunggulan diantaranya berkembang biak
Salah satunya adalah mikroalga jenis dengan cepat, mudah dalam
2
Chlorella sp.. membudidayakannya karena hidupnya

173
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

tidak tergantung musim, tidak memerlukan Ekstrak metanol Chlorella sp.


tempat yang luas dan tidak memerlukan mempunyai nilai EC50 yang kecil yaitu
waktu yang lama untuk memanennya3. 18,610 ppm13 menunjukkan bahwa
Pembudidayaan Chlorella sp. dapat Chlorella sp. berpotensi sebagai
dilakukan dengan cara kultivasi dalam antioksidan. Senyawa-senyawa antioksidan
Medium Ekstrak Tauge (MET). MET ini yang terkandung dalam mikroalga
merupakan salah satu media alami untuk Chlorella sp. umumnya merupakan
pertumbuhan mikroalga. MET mengandung senyawa metabolit sekunder. Metabolit
nutrient organik seperti karbohidrat, sekunder ini kebanyakan di alam berupa
protein, vitamin dan lemak yang glikosida. Penelitian aktivitas antioksidan
dibutuhkan sebagai sumber energi bagi terhadap mikroalga Eucheuma spinosum
pertumbuhan mikroalga. MET juga dengan metode DPPH dengan parameter
memberikan pertumbuhan yang pesat EC50 menunjukkan bahwa aktivitas
terhadap mikroalga dibandingkan pada antioksidan ekstrak yang telah dihidrolisis
MAL (Medium Air Laut) dan MG adalah lebih besar dibandingkan sebelum
(Medium Guillard). 4 dihidrolisis. 14
Chlorella sp. yang telah dibudidayakan
dapat dimanfaatkan di berbagai keperluan II. METODOLOGI
diantaranya sebagai sumber energi Lokasi dan Waktu Penelitian
alternatif, pangan sehat dan suplemen. Penelitian ini dilaksanakan di
Chlorella sp. mengandung berbagai nutrien Laboratorium Kimia Organik,
seperti protein, karbohidrat, asam lemak tak Laboratorium Bioteknologi Jurusan Kimia
jenuh, vitamin, klorofil, enzim, dan serat dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
yang tinggi.5 Chlorella sp. juga Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri
mengandung klorofil a, klorofil b, serta (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada
karotenoid. Klorofil dan karotenoid ini bulan November 2013 – April 2014.
dapat berfungsi sebagai antioksidan. Alat
Antioksidan memiliki peranan penting Seperangkat alat gelas, autoklaf,
dalam mencegah oksidasi radikal bebas inkubator, neraca analitik, cawan porselen,
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit desikator, shaker, rotary evaporator
seperti karsinogenik dan penuaan.6 Saat ini vacuum, kuvet, aluminium foil, sentrifuse,
antioksidan yang umum digunakan spektofotometer UV-Vis Varian Carry, dan
merupakan antioksidan sintetik diantaranya spektronik 20+.
Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylated Bahan
hydroxytoluene (BHT), Propylgallate (PG) Isolat mikroalga Chlorella sp. dari
dan Tert-Butylhydroquinone (TBHQ).7 Laboratorium Fisiologi Tumbuhan jurusan
Akan tetapi, senyawa tersebut dicurigai Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim
dapat menyebabkan keracunan dan efek Malang. Bahan-bahan lain yang digunakan
karsinogenik.8,9,10 Oleh karena itu, adalah metanol p.a, etil asetat p.a,
pengembangan serta pemanfaatan kloroform p.a, petroleum eter, n-heksana
antioksidan alami yang lebih efektif penting p.a, tauge (kacang hijau), akuades, larutan
untuk dilakukan .11 DPPH 0,2 mM, HCl 2 N, anhidrida asetat,
Senyawa antioksidan dalam asam sulfat pekat, serbuk Mg, HCl 37 %,
Chlorella sp. kebanyakan berasal dari HCl 2 %, etanol 95 %, etanol 99 %, natrium
senyawa-senyawa metabolit sekunder yang karbonat, reagen Dragendorff, reagen
dihasilkan pada fase stationer. Fase Mayer, reagen Limberman-Burchard,
stasioner pada kurva pertumbuhan vitamin C, dan BHT.
Chlorella sp. yaitu hari ke-10 memiliki
bioaktivitas tertinggi dibandingkan dengan
fase lainnya. 12
174
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Metode Penelitian sama hingga diperoleh berat cawan yang


A. Kultivasi Mikroalga Chlorella sp. konstan. Biomassa Chlorella sp. ditimbang
1. Sterilisasi Alat 1 mg kemudian dimasukkan ke dalam
Alat-alat yang akan disterilkan ditutup cawan dan dikeringkan di dalam oven suhu
dengan alumunium foil. Kemudian 100 – 105 ºC selama 30 menit, kemudian
dimasukkan ke dalam autoklaf dan diatur dimasukkan dalam desikator, ditimbang dan
pada suhu 121 oC dengan tekanan 15 psi dilakukan perlakuan yang sama hingga
(per square inchi) selama 15 menit.15 diperoleh berat cawan yang konstan. Kadar
air dihitung menggunakan rumus:
2. Pembuatan Medium Ekstrak Tauge (b - c)
Kadar air = × 100%
Pembuatan medium ekstrak tauge b-a
diawali dengan pembuatan larutan stok Dimana: a = bobot cawan kosong
MET yaitu 100 gram tauge direbus dalam b = bobot sampel + cawan sebelum
500 mL akuades yang mendidih selama 1 dipanaskan
jam hingga volume ekstrak 200 mL. c = bobot cawan + sampel setelah
Medium ekstrak tauge 4 % (v/v) sebanyak dipanaskan
600 mL dibuat dengan cara melarutkan 24
mL ekstrak tauge ke dalam akuades 576 mL E. Ekstraksi Senyawa Aktif Mikroalga
dalam erlenmeyer 1000 mL, tanpa Chlorella sp.
perlakuan pH.16 Biomassa Chlorella sp. kering 50 gram
dimaserasi dengan pelarut metanol p.a 250
3. Kultivasi Chlorella sp. dalam Media mL selama 24 jam dan dishaker selama 5
Ekstrak Tauge jam. Maserasi dilakukan tiga kali. Setelah
Sebanyak 100 ml isolat Chlorella sp. itu dipisahkan antara filtrat dengan residu.
diinokulasikan ke dalam masing-masing Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
600 mL MET dalam erlenmeyer 1000 mL rotary evaporator vacuum dan dialiri gas
yang ditempatkan pada rak yang telah N2 hingga diperoleh ekstrak pekat metanol,
dilengkapi dengan pencahayaan kemudian dihitung rendemennya dengan
menggunakan lampu TL 36 watt (intensitas rumus:
cahaya 1000 – 4000 lux) dan
Berat ekstrak kasar yang diperoleh
fotoperiodisitas 14 jam terang dan 10 jam Rendemen =
Berat sampel yang digunakan
×100 %
gelap selama 10 hari.16
F. Hidrolisis dan Partisi Ekstrak Pekat
B. Pemanenan Biomassa Chlorella sp. Metanol Mikroalga Chlorella sp.
Media kultur Chlorella sp. Ekstrak pekat metanol sebanyak 1
disentrifugasi selama 15 menit dengan gram dihidrolisis dengan katalis HCl 2N
kecepatan 3000 rpm. Biomassa Chlorella sebanyak 2 mL dan distirrer selama 1 jam
sp. dipisahkan dari supernatannya. dengan hot plate stirrer. Selanjutnya
ditambahkan natrium bikarbonat hingga
C. Preparasi Sampel pH-nya netral. Kemudian dipartisi secara
Sampel biomassa Chlorella sp. diambil bertingkat dengan pelarut n-heksana,
seluruhnya kemudian dikeringanginkan petroleum eter, kloroform, dan etil asetat.
pada suhu ruang, 25 – 30 0C selama 48 jam. Masing-masing fraksi pelarut (hasil partisi)
dipekatkan dengan rotary evaporator dan
D. Penentuan Kadar Air dialiri gas N2. Selanjutnya dihitung
Cawan yang akan digunakan rendemennya dengan rumus:
dipanaskan dahulu dalam oven suhu 100–
105 °C selama 15 menit, kemudian cawan Rendemen =
Berat ekstrak kasar yang diperoleh
× 100 %
disimpan dalam desikator 10 menit, Berat sampel yang digunakan

ditimbang dan dilakukan perlakuan yang


175
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

G. Uji Aktivitas Antioksidan dengan H. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif


DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Secara Kualitatif dengan Reagen
1. Penentuan Panjang Gelombang 1. Uji Terpenoid dan Steroid
Maksimum Ekstrak kasar diambil dan dilarutkan
Etanol 95 % dipipet sebanyak 6,75 dengan kloroform sebanyak 0,5 mL, lalu
mL kemudian ditambahkan larutan DPPH ditambah dengan 0,5 mL anhidrida asetat.
0,2 mM sebanyak 2,25 mL, dimasukkan ke Selanjutnya ditambah dengan 1 – 2 mL
dalam tabung reaksi kemudian dimasukkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung
ke dalam kuvet hingga penuh. Selanjutnya tersebut. Warna hijau kebiruan
dicari λmaks larutan dan dicatat hasil menunjukkan adanya steroid, jika berupa
pengukuran λmaks untuk digunakan pada cincin kecoklatan atau violet pada
tahap selanjutnya.17 perbatasan dua pelarut menunjukkan
adanya triterpenoid. 19
2. Penentuan Waktu Kestabilan 2. Uji Flavonoid
Pengukuran Antioksidan Ekstrak dilarutkan dalam 1 – 2 mL
Larutan tiap fraksi 30 ppm dipipet metanol panas 50 %, kemudian ditambah
sebanyak 6,75 mL dan ditambahkan larutan logam Mg dan 0,5 mL HCl pekat. Senyawa
DPPH 0,2 mM sebanyak 2,25 mL. flavonoid akan menimbulkan warna merah
Kemudian waktu kestabilan dicari tanpa atau jingga.20
inkubasi dan setelah inkubasi pada suhu 37 3. Uji Alkaloid
ºC dan rentangan waktu 5 – 100 menit Ekstrak kasar ditambah 0,5 mL HCl 2
dengan interval 5 menit. Sampel diukur %, selanjutnya larutan dibagi dalam dua
menggunakan spektronik 20+ pada λmaks tabung. Tabung I ditambahkan 2 – 3 tetes
yang telah diketahui pada tahap reagen Dragendorff, tabung II ditambahkan
sebelumnya.13 2 – 3 tetes reagen Mayer. Jika tabung I
terbentuk endapan jingga dan pada tabung
3. Pengukuran Potensi Antioksidan Pada II terbentuk endapan kekuning-kuningan
Sampel menunjukkan adanya alkaloid. 20
Sampel ekstrak dilarutkan dalam etanol 4. Uji Asam Askorbat
95 % dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, Masing-masing ekstrak dilarutkan
dan 30 ppm. Ekstrak masing-masing dalam akuades kemudian ditambahkan
konsentrasi dipipet 6,75 mL dan larutan KMnO4 0,1 %. Jika terbentuk warna
ditambahkan 2,25 mL DPPH 0,2 mM cokelat maka menunjukkan adanya asam
kemudian diinkubasi dengan suhu 37 oC askorbat. 21 13
pada waktu kestabilan yang diperoleh pada
tahap sebelumnya, kemudian diukur I. Uji Senyawa Aktif dengan KLTA
absorbansinya menggunakan Uji senyawa aktif dengan KLT
spektrofotometer UV-Vis pada panjang dilakukan terhadap golongan senyawa yang
gelombang 518,0 nm. Data absorbansinya positif dari hasil uji senyawa aktif dengan
yang diperoleh dari tiap konsentrasi uji reagen dan memiliki nilai EC50 paling
masing-masing ekstrak dihitung nilai rendah. Identifikasi dengan KLT digunakan
persen (%) aktivitas antioksidannya:18 plat silika gel F254 yang sudah diaktifkan
Aktivitas A kontrol–A sampel dengan pemanasan dalam oven pada suhu
== ( ) × 100 %
antioksidan A kontrol 60-80 ○C selama 30 menit. Masing-masing
plat dengan ukuran 1x10 cm2. Ekstrak
Kontrol yang digunakan yaitu Larutan Chlorella sp. ditotolkan pada jarak ± 1 cm
DPPH 0,2 mM sebanyak 2,25 mL dalam dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler.
6,75 mL etanol 95 %. Pembanding BHT Noda/bercak hasil pemisahan kemudian
dan asam askorbat (Vitamin C) diamati di bawah sinar UV pada panjang
diperlakukan seperti sampel. gelombang 254 nm dan 366 nm.
176
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

KLTA untuk golongan senyawa menggunakan lampu TL (Tube Lamp)


steroid menggunakan eluen n- sebagai pengganti sinar matahari dengan
heksana:aseton (7:3), 22 n-heksana:etil asetat fotoperiodisitas 14 jam terang dan 10 jam
(9:1),23 n-heksana:etil asetat (8:2),24 n- gelap yang bertujuan untuk mengatur
heksana:etil asetat (6:4),24 n-heksana:etil pencahayaan dalam fotosintesis.
asetat (7:3),25 dengan pereaksi Lieberman Temperatur selama kultivasi
Buchard dideteksi di bawah lampu UV 366 Chlorella sp. adalah temperatur ruang (25–
nm. KLTA asam askorbat menggunakan 30 ºC). Rostini (2007) 30 menumbuhkan
eluen etanol : asam asetat 10 % (9:1),20 Chlorella sp. menggunakan medium air laut
etanol : asam asetat glasial (9:1), dengan temperatur berkisar antara 20 – 27
etanol:asam asetat 1% (9:1),26 etanol : asam ºC.
asetat glasial : toluen (5,5:1:1,5),27 etil Penelitian ini menggunakan MET 4
asetat : asam asetat glasial : asam format : % tanpa perlakuan pH (pH ± 7). Kisaran pH
air (6:1:1:2),28 dilihat dibawah lampu UV yang sesuai untuk pertumbuhan mikroalga
254 nm menghasilkan spot biru gelap- yaitu 4,5 – 9,3.16
hitam. Tetapi sebagai perbandingan, hasil Selama masa kultivasi terjadi
elusi juga dideteksi di bawah lampu UV perubahan warna kultur yang semula
366 nm. berwarna hijau kekuningan menjadi hijau
tua hingga pada hari ke-10 kultivasi.
J. Analisis Data Gradasi warna hijau selain menunjukkan
Analisis data dilakukan dengan peningkatan populasi sel Chlorella sp., juga
menghitung persen (%) aktivitas mengindikasikan peningkatan kadar klorofil
antioksidan dari data absorbansi masing- yang merupakan pigmen utama yang
masing ekstrak dan pembanding asam terdapat dalam sitoplasma sel.
askorbat (vitamin C) dan BHT. Nilai EC50
dihitung dengan menggunakan software
“GraphPad prism6 software” dengan
persamaan regresi non linear “Regression
for analyzing dose-response data” yang Gambar 1 Warna kultur Chlorella sp. pada
menyatakan hubungan antara log hari berbeda
konsentrasi ekstrak (x) dengan persen (%)
aktivitas antioksidan (y).13 Semakin kecil B. Pemanenan Mikroalga Chlorella sp.
nilai EC50 maka semakin tinggi kemampuan Pemanenan biomassa Chlorella sp.
ekstrak sebagai antioksidan. dilakukan pada hari ke-10 yang merupakan
fase stasioner dari fase pertumbuhan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Chlorella sp.. Kurva pertumbuhan
A. Kultivasi Mikroalga Chlorella sp. mikroalga Chlorella sp. menunjukkan
Kultivasi Chlorella sp. dilakukan bahwa fase stasioner hari ke-10 kepadatan
dalam Medium Ekstrak Tauge (MET). sel Chlorella sp. berada dalam jumlah sel
MET mengandung unsur makro dan mikro, tertinggi, yaitu 4.880.000 sel/mL dengan
vitamin, mineral serta asam amino yang aktivitas antibakteri yang tertinggi
dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroalga dibandingkan dengan fase lainnya.12
Chlorella sp.. Unsur hara yang terkandung Pada fase stasioner terjadi
dalam MET seperti K, P, Ca, Mg, Fe, Na, metabolisme sekunder yang merupakan
Zn, Mn, dan Cu sedangkan vitamin yang keseluruhan proses sintesis dan
terkandung dalam media tersebut perombakan produk metabolit primer.31
diantaranya karoten, thiamin, riboflavin, Contoh produk senyawa metabolit sekunder
niasin, dan vitamin C.29 seperti senyawa fenol, alkaloid,
Chlorella sp. dikultivasi dalam triterpenoid.32
MET 4 % selama 10 hari. Pencahayaan
177
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

F. Hidrolisis dan Partisi Ekstrak Pekat


Metanol Mikroalga Chlorella sp.
Senyawa-senyawa antioksidan yang
terkandung dalam mikroalga Chlorella sp.
umumnya merupakan senyawa metabolit
Gambar 2 Biomassa Chlorella sp. hasil pemanenan sekunder. Metabolit sekunder kebanyakan
di alam berupa glikosida (mengandung
C. Preparasi Sampel komponen gula dan bukan gula).
Preparasi sampel biomassa Chlorella Pemutusan ikatan glikosida dapat dilakukan
sp. dilakukan dengan pengeringanginan dengan reaksi hidrolisis menggunakan
selama 48 jam menggunakan kipas angin. katalis asam.
Pengeringanginan dengan kipas angin tidak Ekstrak pekat metanol Chlorella sp.
menimbulkan panas dan dapat membawa dihidrolisis dengan katalis HCl 2 N untuk
uap air yang lebih besar daripada mempercepat pemutusan ikatan glikosida
pengeringan AC dan blowerheat, sehingga antara senyawa glikon dan aglikon. Asam
proses pengeringan berlangsung lebih cepat kuat lebih mudah melepas ion H+ secara
sebelum terjadinya kerusakan bahan.33 sempurna didalam air. Konsentrasi ion H+
Hasil yang diperoleh dari proses inilah yang mempengaruhi kecepatan reaksi
pengeringan adalah 12,0423 gram biomassa pemutusan ikatan glikosida. HCl
kering dari total 423,2000 gram biomassa menghasilkan garam (NaCl) pada
basah dan rendemennya 2,8455 %. penetralan yang tidak menimbulkan
gangguan. Penetralan hidrolisat NaHCO3
D. Analisis Kadar Air bertujuan menghentikan reaksi hidrolisis
Penentuan kadar air dilakukan untuk yang reversible (dapat balik). Jika reaksi
mengetahui kadar air yang terkandung tidak dihentikan maka akan terbentuk
dalam sampel. Semakin rendah nilai kadar kembali ikatan glikosida antara glikon dan
air bahan maka akan semakin memudahkan aglikon. 35
pelarut untuk mengekstrak komponen Proses partisi dilakukan secara
senyawa aktif yang diinginkan. Maksimum bertingkat yaitu dengan pelarut n-heksana,
kadar air yang disyaratkan agar proses petroleum eter, kloroform dan etil asetat.
ekstraksi dapat berjalan lancar yaitu sebesar Proses partisi dengan pelarut yang berbeda
11%.34 Kadar air dari biomassa kering kepolaran ini dimaksudkan agar senyawa-
Chlorella sp. adalah 7,8099 %. senyawa yang memiliki kepolaran yang
berbeda dapat terekstrak ke dalam pelarut
E. Ekstraksi Senyawa Aktif Mikroalga yang sesuai.
Chlorella sp. Pada saat proses partisi terbentuk 2
Ekstraksi Chlorella sp. dilakukan lapisan yang tidak saling bercampur yaitu
dengan metode maserasi menggunakan lapisan fasa air yang bersifat polar dan
pelarut metanol p.a. Hasil rendemen lapisan fasa organik yang bersifat semi
ekstraksi maserasi ditunjukkan pada Tabel polar atau nonpolar. Fasa air mengekstrak
2. komponen gula (glikon) sedangkan fasa
organik mengekstrak metabolit sekunder
Tabel 2 Rendemen Ekstraksi Chlorella sp. (aglikon). Hasil rendemen masing-masing
Warna fraksi terlihat pada Tabel 3.
Biomassa Ekstrak Rendemen
Ekstrak
(gram) (gram) (%) (b/b)
Pekat
Hijau tua
10,0001 1,3607 13,6069
pekat

178
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Tabel 3 Rendemen masing-masing fraksi hasil tanpa inkubasi. Sampel dengan


partisi menunjukkan bahwa sampel yang
Fraksi Warna ekstrak Rendemen ditambahkan DPPH dengan inkubasi pada
pekat (%) (b/b)
suhu 37 ºC memiliki inkubasi cenderung
n-Heksana Hijau kehitaman 45,6132
Petroleum Hijau kehitaman 8,1854
lebih stabil dan memiliki penurunan nilai
eter absorbansi yang lebih rendah dibandingkan
Kloroform Hijau kecoklatan 7,5573 tanpa inkubasi. 37
Etil asetat Hijau 7,4377
Tabel 4 Waktu kestabilan masing-masing
Air Hijau 10,0897
ekstrak
Waktu kestabilan
Pelarut n-heksana memiliki hasil dengan
rendemen tertinggi yaitu sebesar 45,6132 Sampel tanpa inkubasi
inkubasi
%. Hasil memberikan informasi bahwa (menit)
(menit)
sebagian besar senyawa pada ekstrak Vitamin C 25-50 40-65
metanol Chlorella sp. yang telah BHT 35-75 65-90
dihidrolisis memiliki kepolaran sesuai Metanol 15-65 60-95
dengan kepolaran n-heksana (non polar). n-Heksana 45-90 55-85
G. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Petroleum 55-85 65-95
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Eter
1. Penentuan Panjang Gelombang Kloroform 55-90 75-105
Etil Asetat 60-90 85-120
Maksimum
Fasa Air 55-95 75-120
Hasil penentuan panjang gelombang
DPPH 0,2 mM diperoleh panjang
3. Pengukuran Potensi Antioksidan
gelombang maksimum sebesar 518,0 nm.
pada Mikroalga Chlorella sp.
2. Penentuan Waktu Kestabilan
Uji kuantitatif potensi antioksidan
Pengukuran Antioksidan
pada ekstrak Chlorella sp. dilakukan
Pengukuran waktu kestabilan penting
dengan uji DPPH secara spekrofotometri
dilakukan karena untuk mengetahui waktu
sinar tampak. Metode ini didasarkan pada
sampel dan DPPH sudah bereaksi secara
perubahan warna radikal DPPH dari ungu
stabil yang ditunjukkan dengan tidak
menjadi kuning yang disebabkan oleh
adanya lagi penurunan absorbansi. Setiap
reaksi antara radikal bebas DPPH dengan
senyawa memiliki waktu kestabilan yang
satu atom hidrogen yang dilepaskan
berbeda untuk dapat bereaksi secara
senyawa yang terkandung dalam bahan uji
sempurna.36
untuk membentuk senyawa 1,1-diphenyl-2-
Penentuan waktu kestabilan pada
picrylhydrazin yang berwarna kuning. Pada
ekstrak metanol, hasil partisi fraksi n-
metode ini absorbansi yang diukur adalah
heksana, petroleum eter, kloroform, etil
absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak
asetat, fasa air, serta pembanding BHT dan
bereaksi dengan senyawa antioksidan.38
vitamin C dilakukan tanpa inkubasi dan
Pengujian potensi antioksidan
dengan inkubasi pada suhu 37 ºC selama 5
dilakukan pada semua fraksi ekstrak
– 100 menit (atau sampai diperoleh batas
Chlorella sp. dan pembanding yaitu BHT
atas waktu kestabilannya) dengan interval 5
dan vitamin C (asam askorbat). Pengukuran
menit. Hasil penentuan waktu kestabilan
potensi antioksidan dari masing-masing
masing-masing ekstrak terhadap DPPH
sampel dilakukan dengan variasi
menggunakan inkubasi pada suhu 37 ºC dan
konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm,
tanpa inkubasi disajikan pada Tabel 4.
diinkubasi sesuai waktu kestabilan yang
Hasil penentuan waktu kestabilan
telah didapatkan pada masing-masing
masing-masing ekstrak waktu kestabilan
ekstrak dan diukur serapannya pada
yang lebih cepat dicapai dan nilai
panjang gelombang 518,0 nm.
absorbansi yang lebih stabil dibandingkan
179
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Parameter yang digunakan untuk antioksidan yang menangkap radikal DPPH


mengetahui potensi antioksidan dalam sehingga tereduksi menjadi DPPH-H (1,1-
ekstrak Chlorella sp. yaitu persen (%) diphenyl-2-picrylhydrazyn).39 Data hasil %
aktivitas antioksidan dan nilai EC50. Persen aktivitas antioksidan ditunjukkan pada
aktivitas antioksidan (%) menunjukkan Tabel 5.
banyaknya atom hidrogen dari senyawa

Tabel 5 Persen aktivitas antioksidan dan nilai EC50 ekstrak Chlorella sp. dan pembanding
% aktivitas antioksidan
No. Sampel
5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm
1. Ekstrak Metanol 0,6098 0,6646 0,8864 1,2065 1,8387 2,0957
2. Ekstrak n-Heksana 0,1480 0,4425 0,4901 0,5234 0,6388 1,7564
3. Ekstrak Petroleum eter 0,7068 1,8652 2,5287 7,8273 37,6118 64,8839
4. Ekstrak Kloroform 0,8342 0,8476 4,8666 5,3512 7,9819 8,0472
5. Ekstrak Etil asetat 0,8618 4,6571 4,7180 5,7809 7,1768 9,4496
6. Fasa Air 0,9902 1,2737 1,6327 1,7731 2,5699 3,4392
7. Asam askorbat 71,2814 76,0809 94,4278 94,8744 95,4452 95,9923
8. BHT 9,9193 20,6979 34,0538 38,1616 40,1994 51,1178

Ekstrak fraksi petroleum eter konsentrasi larutan sampel yang akan


Chlorella sp. pada konsentrasi 30 ppm menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
memiliki persen (%) aktivitas antioksidan DPPH sebesar 50 %. Semakin kecil nilai
yang paling besar dibandingkan ekstrak EC50 maka aktivitas antioksidannya
Chlorella sp. lainnya. Persen aktivitas semakin tinggi.40 Nilai EC50 diperoleh
antioksidan ekstrak fraksi petroleum eter dengan mengolah data persen aktivitas
pada konsentrasi 30 ppm lebih tinggi antioksidan dan dianalisis menggunakan
dibandingkan pembanding BHT tetapi lebih persamaan regresi non linear dengan
kecil dibandingkan dengan vitamin C (pada menggunakan “GraphPad prism6 software,
konsentrasi 30 ppm). Semakin besar persen Regression for analyzing dose-response
aktivitas antioksidannya maka semakin data”. Data hasil nilai EC50 ditunjukkan
besar kemampuan ekstrak dalam meredam pada Gambar 4.
radikal DPPH.
Parameter EC50 (effective
concentration) didefinisikan sebagai
Nilai EC50 (ppm) ekstrak Chlorella sp. dan pembanding
EC50
(ppm)
1334 1411
1500

1000

500 332.7
173.7 182
27.26 2.643 30.66
0

Ekstrak

Gambar 4 Nilai EC50 ekstrak Chlorella sp. dan pembanding

180
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Ekstrak petroleum eter memiliki nilai EC50 dibandingkan dengan EC50 ekstrak metanol.
terkecil diantara masing-masing ekstrak Semakin kecil EC50 suatu senyawa uji maka
Chlorella sp.. Nilai EC50 ekstrak petroleum senyawa tersebut semakin efektif sebagai
eter adalah 27,26 ppm artinya dengan penangkal radikal bebas. 41
penambahan antioksidan dari ekstrak H. Uji Fitokimia Ekstrak Chlorella sp.
sebanyak 27,26 ppm larutan uji akan dengan Reagen
menangkap radikal bebas sebanyak 50 % Uji fitokimia dilakukan untuk
dari total radikal bebas. Hasil ini juga mengetahui kandungan senyawa aktif pada
menunjukkan bahwa ekstrak Chlorella sp. bahan uji secara kualitatif. Uji fitokimia
setelah dihidrolisis dan dipartisi dengan pada penelitian ini dilakukan terhadap
petroleum eter memiliki potensi antioksidan ekstrak Chlorella sp. yang meliputi ekstrak
yang lebih kuat dibandingkan dengan metanol, fraksi n-heksana, petroleum eter,
ekstrak sebelum dihidrolisis (ekstrak kloroform, etil asetat dan fasa air. Hasil uji
metanol). Hal ini terlihat dari nilai EC50 fitokimia mikroalga Chlorella sp.
ekstrak petroleum eter lebih kecil ditunjukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Mikroalga Chlorella sp.
Hasil Pengujian Tiap Ekstrak
Golongan
No. Petroleum Etil
Senyawa Metanol n-Heksana Kloroform Air
eter asetat
1. Alkaloid - - - - - -
2. Flavonoid - - - - - -
3. Steroid + + + + + +
4. Terpenoid - - - - - -
5. Asam askorbat + + + + + +
Keterangan : tanda + : terkandung senyawa/warna muda
tanda - : tidak terkandung senyawa/tidak terbentuk warna

1. Steroid disebut dengan sterol, sehingga sifatnya


Identifikasi adanya golongan cenderung lebih polar. 42
senyawa steroid pada ekstrak Chlorella sp. 2. Asam Askorbat
menggunakan reaksi Liebermann-Burchard Asam askorbat positif terkandung
(anhidrida asetat-H2SO4 pekat). Steroid dalam ekstrak Chlorella sp. yaitu adanya
akan mengalami dehidrasi akan perubahan warna dari pereduksi kalium
menghasilkan produk oksidasi yang permanganat yang semula berwarna ungu
memberikan reaksi warna hijau kebiruan. berubah menjadi cokelat.
Semua ekstrak Chlorella sp. I. Pemisahan Senyawa Aktif dengan
memberikan warna hijau kebiruan pada uji KLTA
golongan senyawa steroid yang KLTA digunakan untuk mengetahui
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut eluen terbaik dalam memisahkan senyawa.
mengandung golongan senyawa steroid. KLTA dilakukan terhadap ekstrak yang
Senyawa steroid cenderung bersifat non menghasilkan nilai EC50 terkecil yaitu
polar atau semi polar, namun dapat ekstrak petroleum eter Chlorella sp. yang
terekstrak dalam pelarut metanol yang positif mengandung steroid dan asam
bersifat polar. Hal ini diduga karena steroid askorbat.
masih terikat pada glikosidanya sehingga 1. KLTA Steroid
ikut terekstrak dalam pelarut metanol yang Hasil elusi KLTA senyawa golongan
bersifat polar. Beberapa senyawaan steroid steroid ditampilkan pada Tabel 7.
mengandung gugus –OH yang sering Berdasarkan 5 variasi eluen tersebut,
terdapat dua macam campuran eluen yang
181
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

menunjukkan hasil pemisahan baik yaitu dan n-heksana : etil asetat (7:3).
KLT dengan eluen heksana : aseton (7:3)
Tabel 7 Data penampakan noda senyawa steroid dari hasil KLTA fraksi petroleum eter Chlorella sp. dengan
lampu UV 366 nm
Jumlah noda dengan pendeteksi
No. Fase Gerak Nilai Rf
Lieberman-Buchard
heksana:aseton 0,03; 0,06; 0,13; 0,21; 0,31; 0,36; 0,5;
1. 13
(7:3) 0,69; 0,79; 0,84; 0,93; 0,96; 0,99
heksana:etil
2. 6 0,04; 0,08; 0,1; 0,14; 0,44; 0,65
asetat (9:1)
heksana:etil 0,03; 0,05; 0,09; 0,15; 0,51; 0,55; 0,59;
3. 8
asetat (8:2) 0,77
heksana:etil
4. 3 0,03; 01375; 1
asetat (6:4)
heksana:etil 0,03; 0,13; 0,25; 0,46; 0,53; 0,58; 0,73;
5. 12
asetat (7:3) 0,74; 0,79; 0,85; 0,93; 0,96

A B
Gambar 5 Hasil KLT senyawa steroid pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. pada eluen n-heksana:aseton
(7:3) dideteksi dibawah lampu UV 366 nm (a) hasil elusi sebelum disemprot reagen Lieberman-
Burchard (b) hasil elusi setelah disemprot reagen Lieberman-Burchard

Tabel 8 Hasil KLT senyawa steroid pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. pada eluen n-heksana:aseton
(7:3) dideteksi di bawah lampu UV 366 nm
Rf Warna noda di bawah sinar UV pada λ 366 nm
Dugaan
No. tiap Sebelum disemprot reagen Setelah disemprot reagen
senyawa
noda Liebermann-Buchard Liebermann-Buchard
1 0,03 Merah muda Orange -
2 0,06 Hijau Orange -
3 0,13 Ungu Merah muda Steroid
4 0,21 Merah Ungu Steroid
5 0,31 Merah Ungu Steroid
6 0,36 Merah Ungu Steroid
7 0,50 Merah muda-ungu Ungu Steroid
8 0,69 - Ungu Steroid
9 0,79 Merah muda-ungu Ungu Steroid
10 0,84 Orange Hijau Steroid
11 0,93 Orange Ungu Steroid
12 0,96 Kuning Hijau Steroid
13 0,99 - Hijau Steroid

182
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Hasil identifikasi dengan KLT noda 11 berwana ungu, kemudian noda 10,
golongan senyawa steroid dalam fraksi 12, 13 berwarna hijau. Pada hasil KLT ini
petroleum eter Chlorella sp. dengan eluen yang diduga senyawa golongan steroid
n-heksana : aseton (7:3) menghasilkan adalah noda dengan merah muda, ungu23
pemisahan yang baik karena dihasilkan 13 dan hijau44 setelah disemprot reagen
spot atau noda jelas dan tidak terjadi Liebermann-Burchard dan dideteksi di
tailing. Pemisahan dikatakan baik apabila bawah lampu UV 366 nm.
menghasilkan komponen senyawa berupa Hasil pemisahan senyawa golongan
noda yang banyak, noda yang terbentuk steroid pada fraksi petroleum eter Chlorella
bulat tidak berekor, dan pemisahan nodanya sp. dengan eluen n-heksana : etil asetat
jelas. 43 (7:3). Hasil elusi dapat ditunjukkan pada
Noda yang berhasil dipisahkan Gambar 6. dengan rincian keterangan
memiliki rentang nilai Rf antara 0,03−0,99 warna dan nilai Rf ditampilkan pada Tabel
dengan noda 1 dan 2 berwarna orange, noda 9.
3 berwarna merah muda, noda 4−9 dan

A B
Gambar 6 Hasil KLT senyawa steroid pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. pada eluen n-heksana:etil asetat
(7:3) dideteksi dibawah lampu UV 366 nm (a) hasil elusi sebelum disemprot reagen Lieberman-
Burchard (b) hasil elusi setelah disemprot reagen Lieberman-Burchard

Tabel 9 Hasil KLT senyawa steroid pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. pada eluen n-heksana:etil asetat
(7:3) dideteksi di bawah lampu UV 366 nm
Rf Warna noda di bawah sinar UV pada λ 366 nm
Dugaan
No. tiap Sebelum disemprot reagen Setelah disemprot reagen
senyawa
noda Liebermann-Buchard Liebermann-Buchard
1 0,03 Orange Orange -
2 0,13 Ungu Hijau Steroid
3 0,25 Ungu Merah muda Steroid
4 0,46 Merah muda Merah muda Steroid
5 0,53 - Hijau Steroid
6 0,58 Merah muda Merah muda Steroid
7 0,63 Merah muda Ungu Steroid
8 0,74 Merah muda Ungu Steroid
9 0,79 Hijau Hijau Steroid
10 0,85 Hijau Ungu Steroid
11 0,93 Orange Hijau Steroid
12 0,96 - Hijau Steroid

Hasil KLT golongan senyawa steroid menghasilkan pemisahan yang baik karena
dengan eluen n-heksana:etil asetat (7:3) dihasilkan 12 spot atau noda jelas dan tidak
183
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

terjadi tailing. Noda yang berhasil untuk noda yang diduga senyawa steroid
dipisahkan memiliki rentang nilai Rf antara yaitu warna merah muda, hijau dan ungu.
0,03−0,96 dengan noda 1 berwarna orange;
noda 3, 4, 6 berwarna merah muda; noda 2, 2. KLTA Asam Askorbat
5, 9, 11, 12 berwarna hijau; dan noda 7, 8, Senyawa yang juga positif terdeteksi
10 berwana ungu. Noda yang diduga dalam fraksi petroleum eter Chlorella sp.
senyawa golongan steroid adalah noda adalah asam askorbat. Hasil KLTA asam
dengan warna merah muda, ungu dan hijau. askorbat menunjukkan eluen dengan
Hasil pemisahan dengan eluen n-heksana : pemisahan terbaik adalah eluen etanol :
aseton (7:3) dengan rentang Rf 0,13 − 0,99 asam asetat 10 % (9:1),20 Hasil elusi dari
dan n-heksana : etil asetat (7:3) dengan Rf tiap eluen ditunjukkan pada Tabel 10.
0,13−0,96 memiliki hasil warna yang sama

Tabel 10 Data penampakan noda senyawa asam askorbat dari hasil KLTA fraksi petroleum eter Chlorella sp.
dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm
Pada 254 nm Pada 366 nm
No. Fase Gerak
Noda Rf Noda Rf
1. Etanol:asam asetat 10 % (9:1) 2 0,80; 0,91 4 0,80; 0,86; 0,89; 0,91
2. Etanol:asam asetat glasial (9:1) 1 0,94 2 0,91; 0,96
3. Etanol:asam asetat 1% (9:1) 2 0,79; 0,89 3 0,79; 0,84; 089
Etanol:asam asetat glasial:toluen
4. 1 0,96 1 0,96
(5,5:1:1,5)
Etil asetat:asam asetat
5. 1 0,94 1 0,95
glasial:asam format:air (6:1:1:2)

Hasil KLT dari pemisahan asam ditunjukkan pada Gambar 7. dengan rincian
askorbat fraksi petroleum eter Chlorella sp. keterangan warna dan nilai Rf ditampilkan
dengan eluen etanol:asam asetat 10 % (9:1) pada Tabel 11.

A B
Gambar 7 Hasil KLT asam askorbat pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. pada eluen etanol:asam asetat 10
% (9:1) (a) hasil elusi dideteksi dengan lampu UV 254 nm (b) hasil elusi dideteksi dengan lampu
UV 366 nm

Tabel 11 Hasil KLT asam askorbat pada fraksi petroleum eter Chlorella sp. dengan eluen etanol:asam asetat 10
% (9:1)
No Rf Warna noda pada 254 nm Warna noda pada 366 nm Dugaan senyawa
1 0,80 Coklat-hitam Orange-coklat -
2 0,86 - Merah muda-ungu -
3 0,89 - Orange -
4 0,91 Hitam kuning Asam askorbat

184
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

Hasil KLT asam asskorbat dengan ppm. Fraksi petroleum eter Chlorella sp.
eluen etanol:asam asetat 10 % (9:1) memiliki aktivitas antioksidan yang paling
terdeteksi 2 spot berwarna coklat hitam dan tinggi karena mempunyai nilai EC50 paling
hitam pada panjang gelombang 254 nm dan kecil.
4 spot pada 366 nm dengan warna orange Ekstrak mikroalga Chlorella sp.
kecoklatan, merah muda-ungu, orange dan mengandung senyawa steroid dan asam
kuning. Noda yang diduga senyawa asam askorbat. Hasil KLTA fraksi petroleum eter
askorbat adalah noda 4 dengan Rf 0,91 mikroalga Chlorella sp. menunjukkan
karena dilihat dibawah lampu UV pada bahwa eluen yang baik untuk pemisahan
panjang gelombang 254 nm menghasilkan golongan senyawa steroid adalah
spot biru gelap. Asam askorbat yang heksana:aseton (7:3) dan n-heksana:etil
bersifat polar lebih terdistribusi ke fasa asetat (7:3). Eluen terbaik dalam pemisahan
geraknya (etanol:asam asetat 10 % (9:1)) asam askorbat adalah etanol:asam asetat 10
yang bersifat lebih polar dari pada plat KLT % (9:1).
sehingga memiliki Rf yang besar yaitu Saran
0,91. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
IV. PENUTUP KLTP untuk pemisahan senyawa yang
Kesimpulan berpotensi sebagai antioksidan. Kemudian
Nilai EC50 dari fraksi etil asetat, dapat dilanjutkan dengan identifikasi
kloroform, petroleum eter, n-heksana, air dengan menggunakan LC-MS.
dan ekstrak metanol berturut-turut yaitu
332; 182; 27,26; 173,7; 1.411; dan 1.334
V. DAFTAR PUSTAKA
Masyarakat, Institut Pertanian
1
Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al Mishbah : Bogor.
6
pesan, kesan dan keserasian Al Yan, X., Nagata, T., and Xiao, F.. 1998.
Quran. Jakarta : Lentera Hati. Antioxidative Activities in Some
2
Sidabutar, E.A.. 1999. Pengaruh Medium Common Seaweeds. Journal of
Pertumbuhan Mikroalga Chlorella Plant Foods for Human Nutrition
sp. terhadap Aktivitas Senyawa Institute of Oceanology,LII.
7
Pemacu Pertumbuhan yang Sherwin, F.R., 1990. Antioxidant. In: Food
Dihasilkan. Skripsi Tidak Additive (ed. Branen R). New York:
Diterbitkan. Institut Pertanian Marcel Dekker.
8
Bogor. Grillo, C.A. and F.N. Dulout. 1995.
3
Borowitzka, M. A. dan Lesley, J. B. 1988. Cytogenetic Evaluation of Butylated
Microalgae Biotechnology. London: Hydroxytoluene. Mutat. Res., (345)
Cambridge University Press. : 73–85.
4 9
Wulandari, A.P., Frida N., Annisa E.P., Safer, A.M. dan A.L. Nughamish. 1999.
dan Dilaekha R.P.. 2010. Hepatotoxicity Induced by the
Identifikasi Mikroalgae di Sekitar Antioxidant Food Additive
Pantai Pangandaran dan Potensi Butylated Hydroxytoluene (BHT) in
Pertumbuhannya pada Formulasi Rats: An Electron Microscopical
Medium Ekstrak Tauge (MET). Study. Histol. Histopathol., XIV:
Prosiding Seminar Nasional 391–406.
10
Limnologi, V. Shanab, S.M.M.. 2007. Antioxidant and
5
Kawaroe, M. 2008. Mikroalga sebagai Antibiotic Activities of Some
Bahan Baku Biofuel. Surfactant and Seaweeds (Egyptian Isolates).
Bioenergy Research Centre, Agriculture and Biology, IX (2):
Lembaga Pengabdian Pada 220–225.

185
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

11 17
Oktay, M., I. Gulcin, and O., Kufrevioglu, Hanani, E., M. Abdul dan Ryany, S. 2005.
2003. Determination of In Vitro Identifikasi Senyawa Antioksidan
Antioxidant Activity of Fennel dalam Spons Callyspongia sp. dari
(Foeniculum Vulgare) Seed Extract. Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Lebensmittel-Wissenchaft and Kefarmasian, II (3): 127-133.
18
Technology, XXXVI: 263-271. Arindah, D. 2010. Fraksinasi dan
12
Khamidah, U. 2013. Uji Aktivitas Identifikasi Golongan Senyawa
Antibakteri Ekstrak Metanol Antioksidan pada Daging Buah
Mikroalga Chlorella sp. Hasil Pepino (Solonum Muricatum aiton)
Kultivasi dalam Medium Ekstrak yang Berpotensi sebagai
Tauge Terhadap Escherichia coli Antioksidan. Skripsi Tidak
dan Staphylococcus aureus. Skripsi Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
Tidak Diterbitkan. Malang : Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Universitas Islam Negeri (UIN)
Malik Ibrahim Malang. Maulana Malik Ibrahim Malang.
13 19
Bariyyah, S.K. 2013. Uji Aktivitas Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia
Antioksidan Terhadap DPPH dan Penuntun Cara Modern
Identifikasi Golongan Senyawa Menganalisis Tumbuhan. Bandung :
Aktif Ekstrak Kasar Mikroalga Penerbit ITB.
20
Chlorella sp. Hasil Kultivasi dalam Indrayani, L., Soetjipto, H., dan Sihasale,
Medium Ekstrak Tauge. Skripsi L. 2006. Skrining Fitokimia dan Uji
Tidak Diterbitkan. Malang : Jurusan Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (Stachytarpheta jamaicensis L.
Universitas Islam Negeri Maulana Vahl) terhadap Larva Udang
Malik Ibrahim Malang. Artemia salina Leach. Berk.
14
Mardiyah, U. 2012. Ekstraksi Uji Penelitian. Hayati, Vol. XII: 57-61.
21
Aktivitas Antioksidan Terhadap Auterhoff, H. dan Kovar, K.A. 1987.
DPPH dan Identifikasi Golongan Identifikasi Obat, Terbitan Kelima.
Senyawa Aktif Alga Merah Terjemahan N.C. Sugiarso.
Eucheuma spinosum dari Perairan Bandung: Penerbit ITB.
22
Banyuwangi. Skripsi Tidak Syamsudin., Tjokrosonto, S., Wahyuono,
Diterbitkan. Malang: Universitas S dan Mustofa. 2007. Aktivitas
Islam Negeri Maulana Malik Antiplsmodium dari dua Fraksi
Ibrahim Malang. Ekstrak n-Heksana Kulit Batang
15
Hidayati, Nurul. 2009. Uji Efektivitas Asam Kandis (Garcinia parvifolia
Antibakteri Ekstrak Kasar Daun The Miq). Majalah Farmasi.
(Camellia sinensis L, v. assamica) Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Tua Hasil Ekstraksi Menggunakan 23
Sulastry, T dan Kurniawati, N. 2010.
Pelarut Akuades dan Etanol. Skripsi Isolasi Steroid dari Ekstrak Metanol
Tidak Diterbitkan. Malang: daun Bluntas (Plucea indica L).
Universitas Islam Negeri Maulana Jurnal Chemica Vol. II. FMIPA
Malik Ibrahim Malang. UNM.
16 24
Prihantini, N.H, Putri B., dan Yuliati R.. Reveny, J. 2007. Daya Antimikroba
2005. Pertumbuhan Chlorella sp. Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih
dalam Medium Ekstrak Tauge Merah (Piper betle L.). Fakultas
(MET) dengan Variasi pH Farmasi Universitas Sumatra Utara.
Awal. Makara, Sains, IX (1): 1-6. Jurnal Ilmu Dasar .Vol.12 No.1: 6-
12.
186
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

25
Hayati, K., Jannah, A., Ningsih R. 2012. penerjemah. Edisi kedua. Semarang:
Identifikasi Senyawa dan Aktivitas IKIP Semarang Press.
32
Antimalaria In Vivo Ekstrak Etil Yudha, A.P.. 2008. Senyawa Antibakteri
Asetat Tanaman Anting-Anting dari Mikroalga Dunaliella sp. pada
(Acalypha Indica L.). Molekul. Vol Umur Panen yang Berbeda. Skripsi
7 No 1. Malang : Jurusan Kimia Tidak Diterbitkan. Bogor : Fakultas
UIN Maulana Malik Ibrahim Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Malang. Institut Pertanian Bogor.
26 33
Himesh, S., Singhai, A.K., dan Sarvesh S. Mohammad, J. 2007. Produksi dan
2012. Quantification of Ascorbic Karakterisasi Biopigmen Fikosianin
Acid in Leaves of Annona dari Spirulina fusiformis serta
squamosa. International Journal of Aplikasinya sebagai Pewarna
Pharmacy and Pharaceutical Minuman. Thesis Tidak Diterbitkan.
Sciences. ISSN. 0975-1491 Bogor: Program Studi Teknologi
Vol.4.Prihantini, N.H, Putri B., dan Hasil Pertanian Institut Pertanian
Yuliati R.. 2005. Pertumbuhan Bogor.
34
Chlorella sp. dalam Medium Nurmillah, Ovi, Y. 2009. Kajian Aktivitas
Ekstrak Tauge (MET) dengan Antioksidan dan Antimikroba
Variasi pH Awal. Makara, Sains, IX Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang dan
(1): 1-6. Daun Tanaman Jarak Pagar
27
Kondawar, M.S., Kamble, K.G., dan (Jatropha curcas L.). Skripsi
Mali, D.S. 2011. Quantitative diterbitkan. Bogor: Fakultas
estimation of Gallic acid in a Teknologi Pertanian IPB.
35
Marketed Herbal Medicine: Triphala Handoko, D.S.P. 2006. Kinetika
Churna by High Perfomance Thin Hidrolisis Maltosa pada Variasi
Layer Chromatography. Suhu dan Jenis Asam sebagai
International Journal of Pharm Katalis. Jurnal. Jember: Jurusan
Tech Research. ISSN : 0974-4303. Kimia FMIPA Universitas Jember.
Vol. 3., No. 3. SIGMA.Vol.9 No.1 ISSN 1410-5888.
28 36
Patel, N.V., dan Telange, D.R. 2011. Brand-Williams, W. 1995. Use of Free
Qualitative and Quantitative Radical Method to Evaluate
Estimation of Gallic Acid and Antioxidant activity. Lebensmettel –
Ascorbic Acid in Polyherbal Tablet. Wissenschaft and Technologie.
International Journal of Dalam Ratmo. 2007. Potensi
Pharaceutical Sciences and Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
Reasearch. ISSN: 0975-8232. Vol. crocotum) sebagai Antioksidan.
2. India : School of Pharmacy and www.kimiabrawijaya.ac.id.
37
Technology Management. Suroso, H.C. 2011. Uji Antioksidan dan
29
Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia). Identifikasi Senyawa Aktif pada
2009. Tabel Komposisi Pangan Tanaman Anting-anting (Achalypha
Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Indica L.). Skripsi Tidak
Komputindo. Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
30
Rostini, I.. 2007. Kultur Fitoplankton Fakultas Sains dan Teknologi
(Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) Universitas Islam Negeri Maaulana
pada Skala Laboratorium. Karya Malik Ibrahim Malang.
38
Ilmiah. UNPAD. Josephy, P.D. 1997. Molecular
31
Herbert RB. 1995. Biosintesis Metabolit Toxicology. New York: Oxford
Sekunder. Bambang Srigandono, University Press.

187
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 173 - 188

39
Rahayu, D.S., Dewi, K., Enny, F. 2010.
Penentuan Aktivitas Antioksidan
dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang
(Terminalia catappa L) dengan
Metode 1,1 difenil 2 Pikrilhidrazil
(DPPH). Skripsi Diterbitkan.
Semarang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Diponegoro.
40
Molyneux, P.. 2003. The Use of The
Stable Free Radical
Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH), for
Estimating Antioxidant Activity.
Science and Technology, Vol. 26.
No. 2: 211-219.
41
Rohman, A., Riyanto. 2005. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Buah
Mengkudu (Morinda Citrifolia L,).
Agritech, Vol. 25. No. 3: 131-136.
42
Sriwahyuni, I. 2010. Uji Fitokimia
Ekstrak Tanaman Anting-Anting
(Acalypha Indica Linn) Dengan
Variasi Pelarut Dan Uji Toksisitas
Menggunakan Brine Shrimp
(Artemia Salina Leach). Skripsi
Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Malang.
43
Gandjar, I.B., dan Rohman, A. 2007.
Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
44
Handayani D., N. Sayuti dan
Dachriyanus. 2008. Isolasi dan
Karakterisasi Senyawa Antibakteri
Epidioksi Sterol dari Spon Laut
Petrosia nigrans, Asal Sumatera
Barat. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi- II 2008.
Lampung: Universitas Lampung.

188

You might also like