Professional Documents
Culture Documents
DI RSGM UNHAS
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
OLEH :
Yulia Wardhani
J111 12 137
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
i
ii
KATA PENGANTAR
Tak ada kata yang indah selain kata syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya sehingga
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Selain itu skripsi ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan peneliti lainnya untuk
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga akhirnya penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala
1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes, Sp. Pros, selaku Dekan Fakultas
2. Prof. Dr. drg. Hj. Barunawaty Yunus, M. Kes, Sp. RKG(K), selaku dosen
pembimbing penulisan skripsi ini dan juga selaku dosen favorit penulis, yang telah
pengalaman, petunjuk, serta membimbing penulis dengan penuh kasih sayang mulai
iii
3. Prof. Dr. drg. Muhammad Hendra Chandha, M.S., sebagai penasehat
4. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah bersedia
memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani masa pre-klinik, terkhusus kepada
drg. Ardiansyah S Pawinru, Sp. Ort yang telah membantu dan mensupport penulis
untuk ikutserta dalam Seminar yang bertaraf Nasional yaitu Makassar Scientific
Meeting 2015.
5. Seluruh dokter Alumni HmI komisariat Kedokteran Gigi Unhas, terkhusus yang
selama ini menjadi motivasi penulis, drg. Nursyamsi, M.Kes yang selalu
terkhusus pada kak Tri, kak Ipul, kak Cia, kak Edha dan Pak Amir yang telah
7. Untuk orang yang terkasih karena Allah, Adrian Rustam yang selalu memberikan
setelah kedua orangtua dan Allah SWT. Terimakasih telah sabar membimbing dari
awal pembuatan judul, selalu mengawal atau menemani penulis selama penelitian dan
menyusun skripsi ini sampai akhir penantian. Terimakasih sudah mau diajak dan mau
mengajak penulis untuk susah bersama, karena keyakinan kita bahwa Allah adalah
Tuhan kita Yang Maha Adil. Ketika kita ikhlas dalam kesusahan, maka Niscaya
iv
8. Untuk temanku yang sama pembimbing dan sama bagian. Yang seperjuangan selalu
peduli dan saling membantu, terima kasih banyak kepada Rezky Amalia dan Wiwik
Widya Praja.
Zulfitri Jahili, Siti Nurwahida SL, Andi Izham, Taufik Abdullah, Ardiansyah
Syamsuddin, Muhammad Faried Ma’ruf yang selalu setia dan selalu menolong
terkhusus kanda Tri Novriyandi, S.KG, kanda Dedy Ariwansa, S.KG, dan kanda
Anugerah Yanuar Azis, S.KG yang masih setia mengawal dengan berbagi ilmu dan
pengalaman dan selalu memberikan semangat kepada penulis serta selalu membuat
kepada teman jaga klinik di hari sabtu yang selalu berbagi ilmu dan pengalaman
kepada kanda Hariadi Putranto, S.KG, kanda Abd. Rahman, S.KG, kanda
Lestari, Nirsyawati Salu, Septianto Dwi Valen, dan Andi Muhammad Ghalib
v
yang selama ini selalu mendorong penulis untuk maju, selalu memberikan
semangat ketika penulis mulai jenuh, dan masih setia hingga saat ini.
14.Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang
Akhirnya penulis persembahkan skripsi ini kepada orang tua tercinta Ayahandaku
H. Muhammad Yunus, SH dan Ibundaku Hj. Hasnidar Tjoni, AMG, serta Kakak Ipar
dan saudaraku yang kusayangi Zainal Baddu, Amd. Rad, Sri Kasyuni Lestari,
Amd.Keb, dan Muhammad Akhyar serta keponakan yang paling kusayangi Haura
Farah Ramadhani. Rasa syukur yang sangat dalam penulis panjatkan kepada Allah
SWT karena masih memberikan umur panjang kepada keluarga besar kami dan
menjadikan keluarga kami orang-orang yang kuat dalam mengahadapi segala cobaan
yang Engkau berikan. Semoga segala cobaan-Mu membuahkan hikmah untuk kami ya
Allah. Terima kasih dan penghargaan terdalam dari lubuk hati, penulis berikan kepada
mereka yang senantiasa telah memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat,
perhatian, semangat, motivasi, dan cinta kasih yang tiada henti. Tak ada kata atau
kalimat yang mampu mengekspresikan besarnya rasa terima kasihku. Kalian adalah
vi
Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari segala
pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya dengan segenap kerendahan hati,
penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan
Yulia Wardhani
vii
Perbedaan Usia Kronologis dan Usia Dental dengan Menggunakan Metode
RSGM Unhas
Yulia Wardhani
ABSTRAK
Latar Belakang.Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun
kelahiran. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa usia kronologis mungkin tidak
dapat memberikan informasi yang cukup tentang pertumbuhan seseorang secara tepat.
Usia kronologis saja adakalanya tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat
perkembangan dan maturasi seorang pasien, sehingga perlu ditentukan usia dentalnya.
Usia dental adalah perhitungan usia yang dihitung dengan menilai pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Estimasi usia memiliki peran penting dalam bidang kesehatan,
khususnya dalam bidang kedokteran gigi. Estimasi usia juga berperan penting karena
dapat menunjang diagnosis, rencana perawatan, serta prognosis suatu kasus.
Pengamatan erupsi gigi menurut metode Demirjian merupakan metode estimasi usia
yang melihat proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dengan menggunakan foto
panoramik. Tujuan. Mengetahui adanya perbedaan Usia Kronologis dan Usia Dental
dengan menggunakan metode Demirjian berdasarkan kajian Radiologi menggunakan
Radiografi Panoramik. Metode. Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik
dengan metode Cross-Sectional Study, data yang diobservasi hanya pada satu saat.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 30 sampai sampel terpenuhi, umur 4-9
tahun. Sampel dipilih sesuai populasi target yang memenuhi kriteria sampel pada
pasien anak yang dirujuk ke Bagian Radiologi RSGM Unhas untuk mengambil foto
panoramik. Semua hasil foto radiografi dicetak oleh salah satu pemeriksa dan
menggunakan metode Demirjian untuk mendapatkan usia dental. Skor selanjutnya
dianalisa untuk melihat perbedaan antara usia kronologis dan usia dental. Hasil.
Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji Wilcoxon, ditemukan nilai p:0.011 (p<0.05),
yang berarti bahwa terdapat perbedaan usia kronologis dan usia dental yang signifika.
Simpulan. Dalam melihat adanya perbedaan antara usia kronologis dan usia dental
dapat dianalisa dari hasil foto radiografi panoramik untuk menentukan usia dental
menggunakan Metode Demirjian.
Kata kunci : Usia Dental, Usia Kronologis, Metode Demirjian, Radiografi
Panoramik.
viii
Difference between Chronological Age and Dental Age using Demirjian Method
Based on Radiology Analysis of Panoramic Radiography
in RSGM Unhas
Yulia Wardhani
Student of Dentistry
Faculty of Dentistry, Hasanuddin University
Makassar, Indonesia
ABSTRACK
Background. Choronological age is assessed by the date, month, and year of birth.
Several researches suggested that Chronological age may not be able to provide
sufficient information regarding on human growth precisely. Chronological age, on the
other hand, could not be used to assess Maturity development rate of a patient, so it is
necessary to assess the dental age. Dental age is age assessment method by measuring
human growth and development. Age estimation has important role in health field,
Particularly in dentistry as it will be beneficial in making appropriate diagnosis,
Treatment plan, and prognosis. Tooth eruption estimation according to Demirjian
Method conducted by assessing growth and development process of tooth using
panoramic radiography. Purpose. Determine the difference between Chronological Age
and Dental Age Using Demirjian Method Based on Radiology Analysis of Panoramic
Radiography. Method. This study was an observational analytic using Cross-sectional
study, all data are observed once at the time. In this study, the amount of sample
reviewed were 30 samples, consisted of 4 – 9 years old children. Panoramic
radiography were collected based on target population which fulfill Sample Criteria
from reconciled patient of radiology department RSGM Unhas. The results were
obtained by estimating the score of dental age using Demirjian Method. After that, the
Dental age and chronological age were analayzed to obtain the mean difference. Result.
Based on wilcoxon test, mean value was obtain p:0.011 (p<0.05), this result shows that
there is significant difference between chronological age and dental age yang berarti
Conclusion. Chronological age and dental age can be assessed by reviewing the
panoramic radiography using Demirjian Method
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..……..i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..……..ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...iii
ABSTRAK… ………………………………………………………………….......viii
DAFRAR ISI………………………………………………………………………...x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….......xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
x
2.2 Usia Dental………………………………………………………………10
2.6.1 Definisi…………………………………………………...........17
2.6.2 Klasifikasi………………………………………………..........18
2.7.1 Definisi…………………………………………………..........19
xi
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.6.1 Populasi…………………………………………………..........31
4.6.2 Sampel…………………………………………………………31
4.9.1 Alat……………………………………………………………32
4.9.2 Bahan………………………………………………………….32
BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………………………………...41
xii
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan……………………………………………………………...49
7.2 Saran…………………………………………………………………….50
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...51
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………...53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Demirjian dkk 14
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi
yang dimulai dari tempat pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi
terdapat 20 gigi susu dan 32 gigi permanen. Benih gigi mulai dibentuk sejak janin
berusia 7 minggu dan berasal dari lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan
(eksfoliasi).4
Usia dental adalah perhitungan usia yang dihitung dengan menilai pertumbuhan dan
seseorang sudah mencapai suatu tahapan tertentu. Terdapat tiga bentuk usia biologis
Menurut Demirjian (1978) maturitas gigi dapat dinilai berdasarkan fase erupsi gigi
atau kalsifikasi gigi.2 Kalsifikasi gigi lebih diutamakan daripada erupsi gigi karena
1
proses erupsi gigi bersifat lebih cepat dan waktunya sangat sulit ditentukan sedangkan
kalsifikasi gigi bersifat terus-menerus dan dapat dinilai dengan menggunakan foto
radiografi.5
Penelitian Cheraskin (1972), Malayola (1989), Jaegar (1990), dan Carvalho (1990),
menemukan bahwa usia kronologis dan usia dental menunjukkan hubungan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini didukung oleh penelitian Hedge R.J
dan Sood P.B (2002) yang menemukan bahwa maturitas gigi dapat digunakan sebagai
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.6 Pada
pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi dan tinggi badan.
Maturitas somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia lain yang akurat.7,8 Usia
kronologis sering tidak cukup pada penilaian tahapan pertumbuhan dan maturitas
Estimasi usia memiliki peran penting dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
bidang kedokteran gigi estimasi usia juga berperan penting karena dapat menunjang
suatu diagnosis, rencana perawatan, serta prognosis suatu kasus. Pengamatan erupsi
gigi menurut metode demirjian merupakan metode estimasi usia yang melihat proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi. Dan juga metode ini adalah metode estimasi usia
yang memiliki tingkat pengamatan serta kategorisasi yang paling mudah digunakan.3
memberikan informasi yang cukup tentang pertumbuhan seseorang secara tepat. Usia
2
kronologis saja adakalanya tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan
dan maturasi seorang pasien, sehingga perlu ditentukan usia biologisnya (usia dental).
Peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya perbedaan usia kronologis dan usia
dental pasien yang diamati melalui radiografi panoramik sesuai dengan metode yang
Dari latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah, yaitu apakah ada
perbedaan usia kronologis dan usia dental dengan menggunakan metode demirjian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Usia Kronologis dan
3
2. Memberikan informasi mengenai dampak adanya Perbedaan Usia Kronologis dan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 7 minggu dan berasal dari lapisan
periodontal, dan tulang alveolar. Proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan
dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap perkembangan gigi, tahap kalsifikasi gigi, dan tahap
erupsi gigi.2
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu
pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya.
Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas
5
Gambar 1. Siklus hidup gigi. (A–D)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi (bud stage),
(B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi, Morfodiferensiasi (bell stage),
(D)Aposisi dan dilanjut dengan tahap kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F)Setelah erupsi,
(G dan H) Atrisi, (I) Resesi gingiva dan kehilangan jaringan pendukung sehingga
terjadinya eksfoliasi. Modified from Schour and Massler.22
(sumber: Chiego D.J. 2006. Oral Histology. Available at http://crse.dent.umich.edu.
6
2. Proliferasi (cap stage)
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi,
memadat dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin
dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan
papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum,
I II
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam (inner email
epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan
berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas
7
III
4. Morfodiferensiasi
Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan
bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel
terbentuk.10
5. Aposisi
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum.
Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah
8
2.1.2. Tahap Kalsifikasi Gigi
kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan penambahan
Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti
Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor
genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota dan
komposisi mineralisasi.12
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal
pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke arah oklusi dan kontak
dengan gigi antagonisnya.1,12 Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu
erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan
ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam
rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif
adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah
panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada
Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer jumlahnya 20 di rongga mulut,
yang terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar
9
Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang
merupakan gigi yang pertama muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan erupsinya
gigi molar dua maksila.3 Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5
sampai 13 tahun kecuali gigi permanen molar tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun),
juga seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pubertas. Waktu erupsi gigi
Usia dental atau yang biasa juga disebut dengan usia biologis adalah perhitungan
usia yang dihitung dengan menilai pertumbuhan dan perkembangan manusia. Usia
tahapan tertentu. Usia dental dapat diprediksi dengan menggunakan dua metode yaitu
waktu erupsi gigi di dalam mulut dan maturasi gigi.15 erupsi gigi geligi adalah gerakan
gigi menuju ke dataran oklusal, dimulai sejak pembentukan akar gigi. Waktu erupsi
merupakan indeks maturasi klinis. Terdapat tiga bentuk usia biologis yaitu berdasarkan
perkembangan tulang (skeletal age), perkembangan seksual (sexual age), dan gigi geligi
(dental age).2
Maturitas skeletal ditentukan dengan cara membuat gambaran radiografi dari daerah
yang terdapat banyak tulang dan diskus epifiseal seperti tulang pergelangan tangan dari
10
setiap usia anak yang spesifik normal, dipakai sebagai standar untuk membandingkan
kasus seseorang yang diperiksa. Gambaran standar yang dipakai tersebut adalah
radiografi carpal index (Gambar 1). Penggunaan radiografi pergelangan tangan dapat
waktu pubertal growth spurt. Selain itu dapat juga untuk mengetahui status maturitas
skeletal pada pasien dengan perawatan maloklusi skeletal seperti maloklusi skeletal Klas
bertambah besar. Perkembangan adalah kejadian yang bertahap dari pembuahan ovum
11
pembuahan sel telur oleh sel sperma sampai terdapat bermacam-macam sel yang
pada perempuan, perkembangan penis, testis (alat kelamin) dan perubahan suara laki-
laki serta rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin merupakan tanda maturitas
seksual.13,14 Ada hubungan kuat antara maturitas seksual, somatik, dan skeletal,
meskipun terdapat beberapa perempuan yang maturitasnya jauh lebih awal atau lebih
lambat dari sesamanya. Pada klinik ortodonti, tidak digunakan maturitas seksual karena
Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Erupsi gigi
adalah gerakan gigi menuju ke dataran oklusal, dimulai sejak pembentukan akar gigi.
Waktu erupsi merupakan indeks maturasi klinis. Metode waktu erupsi gigi memiliki
kekurangan antara lain : sulit menentukan waktu erupsi yang sebenarnya karena
kejadiannya berlangsung cepat, penilaiannya secara klinis dan dipengaruhi faktor lokal,
penyakit sistemik serta pola makan sehingga reliabilitasnya masih dipertanyakan. Tahap
kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih reliabilitas untuk menentukan tahap
maturasi gigi. Kalsifikasi gigi merupakan gambaran yang sangat jelas dalam
menentukan maturasi gigi geligi. Gambaran kalsifikasi gigi dapat diobservasi melalui
radiografi. Cara ini akan memberikan estimasi usia gigi geligi yang lebih akurat tanpa
12
2.3. Metode Demirjian
Tahap mineralisasi menurut metode Demirjian adalah proses kalsifikasi benih gigi
tetap dari benih gigi tanpa kalsifikasi sampai selesainya pembentukan akar gigi
(Gambar.2) yaitu9,18 :
1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal; tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain
2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat
3. Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi
dentin
terbuka
13
Gambar 5. Tahap Kalsifikasi Gigi Permanen menurut Demirjian, dkk. Berakar Tunggal
(atas) dan Berakar Ganda (bawah).9,18
(Sumber: Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis : Color Atlas of Dental Medicine Thieme
1992; I: 98-107)
Diantara metode tersebut, salah satu yang secara luas digunakan adalah metode delapan
tahap yang diperkenalkan oleh Demirjian et al. pada metode ini, tahap perkembangan
akar dan mahkota dari tujuh gigi permanen kiri rahang bawah (kecuali gigi molar
penentuan skor tiap gigi selesai, maka semua skor akan dijumlahkan dan dikonversikan
ke dalam tabel konversi maturasi gigi geligi yang telah ditetapkan oleh Demirjian.12
14
Celikoglu, et al dalam penelitiannya mengukur Usia Dental pada anak-anak di Turki
dan menemukan adanya peningkatan rata-rata usia dental dalam hal usia kronologis
yang bervariasi berdasarkan grup usia antara 0.2-1.9 tahun pada anak perempuan dan
0.4-1.3 tahun pada anak laki-laki.19 Masih ada metode lain yang dapat digunakan untuk
mengukur usia dental seperti Metode Star namun metode ini membutuhkan pengamatan
Metode demirjian dipilih pada penelitian ini karena kriteria tiap tahapnya jelas
berdasarkan bentuk dan proporsi panjang akar, menggunakan nilai relatif terhadap tinggi
pemeriksaan.
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.6 Pada
pengukuran maturitas somatik, misalnya usia tulang, menstruasi, dan tinggi badan.
Maturitas somatik dapat digunakan untuk memperkirakan usia kronologis bila tidak ada
data usia lain yang akurat.7,8 Informasi ini penting dalam praktek medis dan dokter gigi
untuk mengevaluasi perkembangan pasien. Usia kronologis sering tidak cukup pada
penilaian tahapan pertumbuhan dan maturitas somatik dari pasien, sehingga dibutuhkan
15
Tabel 1. Perkembangan kronologis pada gigi permanen. Slightly modified by
(Sumber: David Sugihartana. Perbandingan Usia Kronologis Berdasarkan Gambaran Radiografis Dari
Tahapan Erupsi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah dengan Metode Olze Antara Pasien Laki-laki dan
Perempuan di RSGM Prof. Soedomo Tahun 2008-2013. Yogyakarta: Universitas gadjah Mada. Electronic
Theses & Dissertations (ETD) 2013)
16
2.5. Hubungan Maturitas Gigi dengan Usia Kronologis
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi
karena secara klinis lebih mudah diketahui.16 Usia gigi berhubungan erat dengan usia
kronologis dalam hal perkembangan anak. Perkembangan gigi lebih erat kaitannya
dengan usia kronologis daripada maturitas skeletal, somatik, dan seksual. Kalsifikasi
gigi lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi untuk menilai maturitas gigi karena
penelitian kalsifikasi gigi yang dapat memudahkan kita dalam melihat tahap
Radiografi dental adalah alat yang membantu dalam diagnosa dan rencana
pengobatan penyakit mulut seperti karies, periodontal penyakit dan patologi oral.
Radiologi ini merupakan langkah awal pendeteksi keparahan penyakit. Dalam tindakan
perawatan gigi sangat baik jika dilakukan radiologi dental sebagai penunjang dari
pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa sebaik
mungkin.21
penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan
pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal.
17
2.6.2. Klasifikasi Radiografi Dental
a. Periapikal radiografi
b. Interproksimal radiografi
c. Oklusal radiografi
Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang.
a. Panoramik
b. Lateral jaw
c. Lateral cephalometrik
d. Postero-anterior
e. Submentovertec, waters
f. dll
18
2.7. Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang paling sering
gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan
mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari
detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik
dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Foto panoramik
dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di
kedokteran gigi karena teknik yang simpel, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang
Dari hasil foto panoramik bisa membantu dalam melihat sampai mana tahap erupsi
gigi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi sehingga kita dapat menentukan
19
Gambar 6. Contoh Gambaran Radiografi Panoramik.10
(Sumber: Whaites, Eric. Essential of Dental Radiography and Radiology. Third edition. Churgical
Livingstone. Einburg London Newyork Oxford. 2002
Jenis radiografi panoramik yang dalam proses pembuatan foto masih menggunakan
Jenis radiografi panoramik yang dalam proses pembuatan tidak memerlukan proses
20
2.7.3. Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Panoramik
2. Untuk pemeriksaan lesi seperti kista, tumor dan anomali pada korpus dan ramus
alveolar.
implant.
21
2.7.4. Keuntungan dan Kerugian Radiografi Panoramik
umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase
bercampur.
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.
Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat
dirangkum meliputi:10,22
22
2.8.1. Persiapan Alat :
1. Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan kedalam
tempatnya.
4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan tempat
23
2.8.2. Persiapan pasien
2. Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan
3. Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang
4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
7. Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum
8. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat
penyinaran.10
24
Gambar 8. Teknik Radoigrafi Panoramik.22
(sumber: Pasler, Friedrich A. Color Atlas of Dental Medicine. Radiology. Thieme. 2006.)
2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-ray
3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak ada
pergerakan.
25
4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada
tempatnya.
1. Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter
radiopaque.
3. Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter
kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
Analitik dengan desain Cross Sectional, yaitu observasi dan pengukuran variabel yang
dilakukan pada saat tertentu dan tidak dilakukan tindak lanjut terhadap hasil
pengukuran.
dan usia
2. Jenis Kelamin.
28
3.Tidak ada gigi permanen yang dicabut
dan anomali.
perkembangan gigi.
Panoramik
Maturitas seksual.
Menggunakan skala nominal untuk mengukur perbedaan usia kronologis dan usia
dental.
29
4.3. Definisi Operasional Variabel
Metode Demirjian.
pasien.
gigi.
30
4.4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM)
Anak usia 4 – 9 Tahun. Yang datang di Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan
Sampel penelitian yang digunakan adalah foto rontgenologi panoramik dan usia
kronologis pasien yang diperoleh dari identitas pasien yang datang di Bagian Radiologi
2. Berusia 4 – 9 Tahun
31
4. Tidak ada gigi permanen yang dicabut
Besar sampel pada penelitian ini adalah 30 orang yang terdiri dari : 30 orang anak
4.9.1. Alat
b. Apron
c. Monitor Computer
4.9.2. Bahan
a. Air Mineral
32
4.10. Prosedur Penelitian
a. Dari populasi pasien yang datang ke Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan
Purposive sampling.
b. Umur kronologis pasien diidentifikasi dari rekam medis dan akte kelahiran
kelahiran pasien.
c. Rekam foto panoramik pasien yang datang ke Bagian Radiologi Rumah Sakit
Gigi dan Mulut diambil, kemudian dianalisis berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.
menjiplak hasil foto panoramik menggunakan kertas acetat tracing pada Gigi
Molar pertama dan kedua kiri permanen rahang bawah. Penapakan dilakukan
g. Dilakukan uji interoperator untuk melihat tidak ada perbedaan dari hasil
33
h. Maturasi gigi dan Usia dental ditentukan berdasarkan metode Demirjian.
kelamin.
j. Setelah penentuan skor tiap gigi selesai, maka semua skor dari tiap gigi
geligi yang telah ditetapkan oleh Demirjian untuk menentukan usia dental
sampel.
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian mengenai perbedaan usia kronologis dan usia dental
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Hasanuddin (Unhas) pada bulan
April–Mei 2015. Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang berusia empat
Radiologi RSGM Unhas dan telah memenuhi kriteria seleksi sampel. Jumlah sampel
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan usia kronologis dan usia dental. Usia
kronologis diidentifikasi dari data rekam medis, sedangkan usia dental diukur melalui
seluruh sampel harus difoto panoramik. Selanjutnya hasil foto ditracing untuk
maturasi gigi untuk menentukan usia dental. Seluruh hasil penelitian dikumpulkan dan
35
dilakukan analisis data dengan menggunakan program SPSS 18.0 (SPSS Inc., Chicago,
IL, USA). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai berikut.
berjumlah 30 sampel (100%). Pada penelitian ini, jumlah perempuan lebih banyak
(40%). Adapun rata-rata usia kronologis sampel penelitian mencapai hampir 7 tahun
atau 6 tahun lebih , sedangkan rata-rata usia dental yang diperoleh melalui metode
Demirjian mencapai 7 tahun lebih. Berdasarkan kategori usia kronologis, terlihat jumlah
sampel terbanyak ditemukan pada kategori usia 6 – 7 tahun dan 8 – 9 tahun, masing-
masing berjumlah 12 sampel (40%). Adapun hanya 6 orang sampel pada penelitian ini
dengan usia kronologis 4 -5 tahun. Sebaliknya, berdasarkan kategori usia dental, terlihat
kategori usia 6 – 7 tahun yang memiliki jumlah sampel terbanyak, yaitu berjumlah 14
sampel (46.7%), sedangkan kategori usia 8 – 9 tahun berada di urutan kedua dengan
36
jumlah 9 sampel (30%). Kategori usia dental 4 – 5 tahun memiliki jumlah sampel paling
Keterangan :
I1 = Insisivus centralis
I2 = Insisivus lateralis
C = Caninus
P1 = Premolar 1
P2 = Premolar 2
M1 = Molar 1
M2 = Molar 2
diperiksa, terdapat 12 gigi I1 (40%) yang telah mencapai tahap G dan hanya terdapat 1
gigi I1 (3.3%) yang masih dalam tahap C. Selain itu terdapat 2 gigi yang telah masuk
dalam tahap H. Tabel 2 juga memperlihatkan terdapat 12 gigi I2 (40%) yang mencapai
tahap E dan hanya 1 gigi I2 (3.3%) yang telah mencapai tahap H. Pada unsur gigi C,
terdapat 11 gigi (36.7%) yang telah mencapai tahap E dan F, namun tidak ada gigi yang
37
terdapat 12 (40%) gigi P1 yang telah mencapai tahap E, namun masih terdapat satu gigi
P1 yang dalam tahap B. Pada gigi P2, tahap D merupakan tahap dengan jumlah gigi
terbanyak, yaitu 10 gigi P2 (33.3%) dan hanya 3 gigi P2 yang mencapai tahap F. Selain
itu, dari 30 gigi M1 yang diamati, terdapat 3 gigi M1 yang telah mencapai tahap H dan
masih ada 1 gigi yang berada pada tahap D. Sebaliknya, pada gigi M2, hanya 1 gigi M2
yang mencapai tahap H dan masih ada 6 gigi (20%) yang berada pada tahap B.
Tabel 3 menunjukkan distribusi rata-rata usia kronologis dan usia dental dalam
tahun berdasarkan jenis kelamin, kategori usia kronologis, dan kategori usia dental.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia kronologis dan usia dental laki-laki cukup
jauh, yaitu terdapat selisih sebesar 0.491, sedangkan pada perempuan, usia kronologis
dan dentalnya hanya berbeda 0.155. Berdasarkan kategori usia kronologis, terlihat pada
kategori usia 4 – 5 tahun, usia kronologis mencapai 4.8 tahun, namun usia dental
38
mencapai 5.38 tahun. Adapun, pada kategori usia 6 – 7 tahun, usia dental juga lebih
tinggi dibandingkan dengan usia kronologisnya. Namun, hal yang berbanding terbalik
terlihat pada kategori usia kronologis 8 – 9 tahun, dimana usia kronologisnya lebih
tinggi daripada usia dental. Berdasarkan kategori usia dental, terlihat pada kategori usia
dental 4 – 5 tahun, usia kronologis mencapai 5.14 tahun, sedangkan usia dental hanya
5.25 tahun. Pada kategori usia dental 8 – 9 tahun, terlihat rata-rata usia kronologis dan
berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian memperlihatkan pada usia kronologis dan
dental 4 – 5 tahun, jumlah laki-laki lebih banyak pada kategori usia kronologis,
sedangkan jumlah perempuan lebih banyak pada kategori usia dental. Pada kategori usia
kronologis dan dental 6 – 7 tahun, jumlah laki-laki lebih banyak pada usia dental
dibandingkan pada kategori usia kronologis, namun jumlah perempuan kedua kategori
39
sama banyak. Adapun pada kategori usia dental dan kronologis 8 – 9 tahun, jumlah laki-
laki maupun perempuan pada kategori usia kronologis lebih banyak daripada usia dental.
Tabel 5 memperlihatkan perbedaan usia kronologis dan usia dental yang diperoleh
dari metode Demirjian secara keseluruhan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia
kronologis hanya mencapai 6.910 tahun, sedangkan usia dental yang diperoleh dari
metode Demirjian mencapai 7.200 tahun. Pada tabel 5 juga memperlihatkan hasil uji
normalitas untuk menentukan uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji
normalitas Shapiro Wilk menunjukkan p>0.05 hanya pada kelompok data usia
kronologis. Hal ini berarti bahwa hanya kelompok data usia kronologis yang
berdistribusi normal, sedangkan kelompok data usia dental yang diperoleh dari metode
Demirjian tidak berdistribusi normal. Hal ini tidak memenuhi syarat uji parametrik yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu Wilcoxon Sign Rank test. Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon, ditemukan nilai p:0.011 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan usia
40
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan usia kronologis dan usia
dental yang dianalisa dari hasil foto radiografi panoramik dan diukur menggunakan
metode Demirjian. Usia kronologis didapatkan dari usia pertumbuhan gigi / erupsi gigi
yang dilihat berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran pasien. Usia dental
Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi. Erupsi gigi
adalah gerakan gigi menuju ke dataran oklusal, dimulai sejak pembentukan akar gigi.
Waktu erupsi merupakan indeks maturasi klinis. Metode waktu erupsi gigi memiliki
kekurangan antara lain : sulit menentukan waktu erupsi yang sebenarnya karena
kejadiannya berlangsung cepat, penilaiannya secara klinis dan dipengaruhi faktor lokal,
Sedangkan tahap kalsifikasi gigi dipakai sebagai kriteria yang lebih reliabilitas untuk
menentukan tahap maturasi gigi. Kalsifikasi gigi merupakan gambaran yang sangat jelas
41
Menurut Gustafson dan Koch (1974) maturitas gigi dinyatakan sebagai usia gigi
karena secara klinis lebih mudah diketahui.16 Dalam menentukan maturasi gigi, tahap
kalsifikasi gigi lebih banyak digunakan daripada erupsi gigi.17 Pada penelitian ini juga
menggunakan pengamatan tahap kalsifikasi gigi yang juga digunakan oleh Demirjian et
al. pada pengamatan delapan tahap kalsifikasi gigi yang ditetapkan dalam metode
Demirjian. Untuk menilai proses kalsifikasi gigi dapat digunakan panduan radiografi
Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang paling sering
maksilofasial.10 Pada penelitian ini dibutuhkan hasil rontgen foto radiografi panoramik
untuk menganalisa tahap kalsifikasi gigi sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Metode
1. Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal; tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain
2. Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat
3. Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi
dentin
terbuka
42
8. Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.9,18
2. Lakukan penapakan gambar, 7 gigi rahang bawah regio kiri mulai dari Insisivus
centralis sampai Molar kedua.
dan mahkota dari tujuh gigi permanen kiri rahang bawah (kecuali gigi molar
43
Gambar 3. Tahap Kalsifikasi menurut Metode Demirjian.23
(Sumber: Demirjian A, Goldstein H, Tanner J.M. A New System of Dental Age Assessment. Human
Biology, 45:2 (1973:May). P.211.
44
Gambar 4. Konversi Tahap Kalsifikasi Gigi berdasarkan Jenis Kelamin.23
(Sumber: Demirjian A, Goldstein H, Tanner J.M. A New System of Dental Age Assessment. Human
Biology, 45:2 (1973:May). P.211.
5. Setelah pengklasifikasian dan penentuan skor tiap gigi selesai, maka selanjutnya
dijumlahkan semua skor tahapan perkembangan mahkota dan akar gigi Insisivus
sentralis, insisivus lateralis, caninus, premolar pertama dan kedua, molar pertama
konversi maturasi gigi geligi yang telah ditetapkan oleh Demirjian untuk
45
Gambar 5. Konversi Total Skor Jenis Kelamin Laki-laki.23
(Sumber: Demirjian A, Goldstein H, Tanner J.M. A New System of Dental Age Assessment. Human
Biology, 45:2 (1973:May). P.211.
46
Tabel 1. Tabel Pengaplikasian Metode Demirjian.
TAHAP SKOR
Canine D 3,5
lalu penentuan usia dental seluruh sampel, maka didapatkan bahwa usia kronologis dan
dental laki-laki cukup jauh, yaitu terdapat selisih sebesar 0.491, sedangkan pada
perempuan, usia kronologis dan dentalnya hanya berbeda 0.155. Berdasarkan kategori
usia kronologis, terlihat pada kategori usia 4 – 5 tahun, usia kronologis mencapai 4.8
47
tahun, namun usia dental mencapai 5.38 tahun. Adapun, pada kategori usia 6 – 7 tahun,
usia dental juga lebih tinggi dibandingkan dengan usia kronologisnya. Namun, hal yang
berbanding terbalik terlihat pada kategori usia kronologis 8 – 9 tahun, di mana usia
kronologisnya lebih tinggi daripada usia dental. Berdasarkan kategori usia dental,
terlihat pada kategori usia dental 4 – 5 tahun, usia kronologis mencapai 5.14 tahun,
sedangkan usia dental hanya 5.25 tahun. Pada kategori usia dental 8 – 9 tahun, terlihat
rata-rata usia kronologis dan dental yang sama (Tabel. 3). Dengan adanya perbedaan
selisih besar, kecil ataupun sama antara usia kronologis dan usia dental dikarenakan
beberapa faktor yang di jelaskan dalam penelitian Ali Bagherian dan Mostafa Sadeghi
(2011) di Iran memperlihatkan bahwa tingginya usia dental dibanding usia kronologis
pasien ataupun sebaliknya dikarenakan beberapa faktor, yaitu variasi etnik, genetik, dan
faktor lingkungan seperti status sosial ekonomi, gizi, nutrisi dan gaya hidup.19
Penelitian Cheraskin (1972), Malayola (1989), Jaegar (1990), dan Carvalho (1990),
menemukan bahwa usia kronologis dan usia dental menunjukkan hubungan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini didukung oleh penelitian Hedge R.J
dan Sood P.B (2002) yang menemukan bahwa maturitas gigi dapat digunakan sebagai
berdistribusi normal hanya pada kelompok data usia kronologis sedangkan kelompok
data usia dental tidak berdistribusi normal. Hal ini membuktikan bahwa hasil penelitian
ini berdasarkan uji Wilcoxon, ditemukan nilai p:0.011 (p<0.05) yang berarti terdapat
48
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran. Usia
dental adalah perhitungan usia yang dihitung dengan menilai pertumbuhan dan
sudah mencapai suatu tahapan tertentu. Usia dental dapat ditentukan dari tahapan erupsi
dan kalsifikasi gigi. Tetapi pada penelitian ini yang dipakai yaitu dengan menilai tahap
kalsifikasi gigi karena tahap ini dianggap lebih reliabilitas dibanding tahapan erupsi gigi.
radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang paling sering
maksilofasial. Tahapan kalsifikasi gigi dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya
usia dental dibanding usia kronologis anak dapat dipengaruhi oleh cepat atau lambatnya
49
7.2. Saran
benar menguasai teknik foto dan cara-cara pendekatan terhadap pasien anak yang
kadang tidak kooperatif. Dan juga seorang dokter gigi diharapkan untuk mengerti
dan bisa mengaplikasikan metode demirjian ini untuk menentukan usia dental pasien
1. Indriyanti R, Pertiwi AS, Sasmita IS. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau
dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 sampai 12 Tahun. Laporan Penelitian
FKG UNPAD 2006: 1-25.
4. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta:EGC. 1999: 83.
6. Tamba S. Waktu Erupsi Gigi Permanen ditinjau dari Usia Kronologis pada
anak usia 6 sampai 12 tahun di SD ST ANTONIUS V MEDAN. Skripsi.
FKG USU 2010: 6-50.
10. Bosmans, N., Ann, P., Medhat, A. and Willems, G. The Aplication of Kvaal’s
Dental Age Calculation Technique On Panoramic Dental Radiographs.
Forensic Science International,2005.
12. Kurita LM, Menezes AV, Casanova MS, Haiter-neto F. Dental Maturity as an
Indicator of Chronological Age: Radiograph Assesment of Dental Age in a
Brazilian Population. J Appl Oral Sci 2007; 2: 99-104.
13. Nassar AS. The Relationships Between Cervical Vertebral Maturation and
Dental Calcification among Malays. Thesis. Malaysia: Master of Science
USM. 2008: 1-24.
14. Flores C, Nebbe B, Major PW. Use of Skeletal Maturation Based on Hand-
Wrist Radiographic Analysis as a Predictor of Facial Growth: A Systemic
Review. Angle Ortho 2004; 74: 118-24.
15. Uysal T, Sari Z, Ramoglu SI, Basciftci FA. Relationships Between Dental
and Skeletal Maturity in Turkish Subjects. Angle Orthod 2004; 5: 657-64.
16. Janson GR. A Review of The Most Commonly Used Dental Age Estimation
Techniques. Odon Forensic J 2001; 19: 9-17.
20. Yan jin, Lou Xi. Assessment of dental age of children aged 3.5 to 16.9 years
using demirjian’s method ; a Meta Analysis based on 26 studies. Plos one
;8;2013:pp. 1-7
21. Whaites, Eric. Essential of Dental Radiography and Radiology. Third edition.
Churgical Livingstone. Einburg London Newyork Oxford.2002.