Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau yang lebih
dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan
melekat pada sekum (Faridah, 2015).Organ yang tidak diketahui fungsinya ini
ditemukan dan bisa terjadi pada usia berapa pun, insidensinya 120/100.000
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
2. Klasifikasi
a. Apendisitis Akut
1
hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing
b. Apendisitis Rekurens
terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun
c. Apendisitis Kronis
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik
parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
setelah apendiktomi.
3. Etiologi
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari
2
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah badomen
Apendisitis atau radang umbai cacing dikenal sebagai sakit usus buntu.
Mungkin saja terkait dengan sumbatan dari feces. Mucosal lining dari usus
tekanan terus berlanjut. Rasa sakit hanya berada di titik McBurneys, berada
ditengah antara umbilicus dan iliac crest kanan depan. Sakit usus buntu dapat
terjadi pada umur berapa pun, tetapi kejadian puncak adalah dari remaja
4. Patofisiologi
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
3
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua
proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
5. Manifestasi Klinis
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah
dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya
4
juga muncul. Bila tanda rosving, psoas, dan obturator positif akan semakin
6. Komplikasi
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan
tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise,
dan leukositosis semakin jelas. Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa
absessubfrenikus dan fokal sepsis intra abdominal lain (Mansjoer Arief, dkk.
2000).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
dilakukan didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blumber sign) yang merupakan kunci
5
b. Pemeriksaan Laboratorium
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan
c. Pemeriksaan Radiologi
membantu).
dan apendikogram.
8. Penatalaksanaan
a. Sebelum Operasi
3) Antibiotik
4) Operasi Apendiktomi
b. Pascaoperasi
1) Observasi TTV
2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar untuk mencegah aspirasi
cairan lambung.
6
5) Berikan minum 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/
jam.
selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk
diperbolehkan pulang.
1. Pengkajian
mengatasinya.
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
7
d. Riwayat penyakit sebelumnya
e. Pengakajian fisik
tonus otot.
2. Diagnosa Keperawatan
insisi post op
bedah.
8
3. Intervensi Keperawatan
9
samping terkait - Kontrol gejala menenangkan
bekas insisi post - Respon terhadap - Dorong klien untuk
op pengobatan mengungkapkan
perasaan,ketakutan, dan
persepsi
- Instruksian klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
4. Ansietas - Klien mampu - Identifikasi tingkat
berhubungan mengidentifikasi dan kecemasan.
dengan perubahan mengungkapkan gejala - Gunakan pendekatan yang
status kesehatan cemas menenangkan
prosedur bedah. - Mengidentifikasi, - Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan yang telah terlewati
menunjukkan tehknik - Temani klien untuk
untuk mengontrol cemas. memberikan keamanan
- Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
5. Resiko - Mempertahankan urine - Monitor ttv
kekurangan output sesuai deengan
- Monitor status hidrasi
volume cairan usia dn BB, BJ urine
- Monitor nutrisi
berhubungan normal, HT nrmal.
dengan hilangnya - Tekaan darah nadi, suhu, - Pertahankan catatan
cairan tubuh dalam batas normal.
intake dan output yang
secara tidak - Tidak ada tanda-tanda
akurat
normal, seperti dehidrasi, elastisitas
10
pendarahan. tugor kulit baik, - Dorong masukan oral
membran mukosa
- Kolaborasi pemberian
lembab, tidak ada rasa
cairan IV
haus yang berlebihan.
6. Resiko infeksi - Klien bebas dari tanda - Monitor tanda dan gejala
berhubungan dan gejala infeksi infeksi sistemik dan lokal
dengan proses - Mendeskripsikan proses - Monitor hitung granulosit,
inflamasi, penularan penyakit WBC
prosedur invasif faktor yang - Tingkatkan intake nutrisi
dan jalur mempengaruhi - Berikan terapi antibiotik
penusukkan, penularan serta bila perlu
luka/kerusakan penatalaksanaan
kulit, insisi - Menunjukkan
pembedahan. kemampuan untuk
. mencegah timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukkan perilaku
hidup sehat
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di
11