You are on page 1of 11

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau yang lebih

dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan

melekat pada sekum (Faridah, 2015).Organ yang tidak diketahui fungsinya ini

sering menimbulkan masalah kesehatan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).

Apendisitis adalah peradangan akut pada apendiks sehubungan dengan

obstruksi lumen dan infeksi bakteri. Biasanya menimbulkan keluhan nyeri

abdomen. Penyakit ini adalah kedaruratan bedah yang paling sering

ditemukan dan bisa terjadi pada usia berapa pun, insidensinya 120/100.000

per tahun walaupun jumlahnya bisa berkurang (Gleadle. J. 2005).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai

semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang

laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer dkk, 2000).

2. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi apendisitis :

a. Apendisitis Akut

Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis.

Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria, dan

faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu

1
hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing

askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa

apendiks karena parasit.

b. Apendisitis Rekurens

Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut

kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini

terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun

apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis

dan jaringan perut.

c. Apendisitis Kronis

Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan

bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik

dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh didinding apendiks, sumbatan

parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama

dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang

setelah apendiktomi.

3. Etiologi

Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi

menghasilkan lendir 1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam

lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara

apendiks tampaknya berperan dalam patogenesis apendiksitis. Apendisitis,

penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari

2
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah badomen

darurat (Smeltzer SC dan Bare BG. 2002).

Apendisitis atau radang umbai cacing dikenal sebagai sakit usus buntu.

Mungkin saja terkait dengan sumbatan dari feces. Mucosal lining dari usus

buntu terus mengeluarkan cairan, menyebabkan naiknya tekanan di dalam

lumen appendix, menyebabkan pembatasan suplai darah ke usus buntu.

Turunnya suplai darah dapat mengakibatkan ganggren atau perforasi jika

tekanan terus berlanjut. Rasa sakit hanya berada di titik McBurneys, berada

ditengah antara umbilicus dan iliac crest kanan depan. Sakit usus buntu dapat

terjadi pada umur berapa pun, tetapi kejadian puncak adalah dari remaja

sampai 30 tahun (Digiulio dan Donna, 2007).

4. Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasiafolikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan

mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus

tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang

mengakibatkan edema, diapedisis bakteri, danulserasi mukosa. Pada saat

inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri

3
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai

peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.

Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.Bila kemudian aliran

arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan

ganggren. Stadium ini disebut dengan apendisitisganggrenosa. Bila dinding

yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua

proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut

infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses

atau menghilang (Mansjoer Arief, dkk. 2000).

5. Manifestasi Klinis

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau

periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan

beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila

berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam

yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-

kadang terjadi diare, mual dan muntah.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang

menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan

semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan

satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah

dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya

4
juga muncul. Bila tanda rosving, psoas, dan obturator positif akan semakin

meyakinkan diagnosis klinis apendisitis (Mansjoer Arief, dkk. 2000).

6. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa

perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami

pendinginan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks,

sekum, dan lekuk usus halus (Sjamsuhidajat dan Jong. 2004).

Komplikasi pada apendisitis yaitu mempunyai kecenderungan menjadi

progresif dan mengalami perforasi. Tanda-tanda perforasi meliputi

meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan

tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise,

dan leukositosis semakin jelas. Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa

absessubfrenikus dan fokal sepsis intra abdominal lain (Mansjoer Arief, dkk.

2000).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dengan melakukan inspeksi akan tampak adanya

pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak

mengencang (distensi). Pemeriksaan dengan melakukan palpasi juga

dilakukan didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blumber sign) yang merupakan kunci

dari diagnosis apendisitis akut.

5
b. Pemeriksaan Laboratorium

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-

18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan

apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

c. Pemeriksaan Radiologi

1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang

membantu).

2) Ultrasonografi (USG), CT scan.

3) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen

dan apendikogram.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Mansjoer Arief, dkk (2000) yaitu ;

a. Sebelum Operasi

1) Observasi Kondisi Umum Pasien

2) Intubasi bila perlu

3) Antibiotik

4) Operasi Apendiktomi

b. Pascaoperasi

1) Observasi TTV

2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar untuk mencegah aspirasi

cairan lambung.

3) Baringkan pasien dalam posisi fowler.

4) Pasien dikatakan baik dalam 12 jam jika tidak terjadi gangguan.

6
5) Berikan minum 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/

jam.

6) Berikan makanan saring dan makanan lunak

7) Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan duduk tegak ditempat tidur

selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk

diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien

diperbolehkan pulang.

B. KONSEP DASAR KEPERAATAN

1. Pengkajian

Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan klien dengan memakai norma-norma kesehatan sosial

yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan klien untuk

mengatasinya.

a. Identitas klien

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur,

alamat, jenis kelamin, pekerjaan, nomor rekam medis, tanggal masuk

dan tanggal pengkajian.

b. Keluhan utama

Keluhan utama dikajiberdasarkan keluhan yang di rasakan klien pada

saat datang berobat.

c. Riwayat keluhan utama

Riwayat keluhan utama merupakan gejala-gejala lain yang dirasakan

oleh klien tentang kondisi yang dialami saat datang berobat.

7
d. Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit sebelumnya apakah klien pernah menderita penyakit

seperti ini atau tidak

e. Pengakajian fisik

Pengkajian terfokus pada pengkajian muskuloskeletal, biasanya

terdapat gangguan pada ekstremitas baik pada kekuatan otot maupun

tonus otot.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pembedahan, mis; anoreksia.

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait bekas

insisi post op

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan prosedur

bedah.

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan

tubuh secara tidak normal, seperti pendarahan.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi, prosedur invasif

dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.

8
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri akut - Mampu mengontrol - Lakukan pengkajian nyeri


nyeri (tahu penyebab secara komperehensif.
berhubungan
nyeri, mampu - Gunakan tehknik
dengan proses
menggunakan tehknik komunikasi terapeutik
pembedahan. nonfarmakologi). untuk mengetahui
- Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri klien.
(skala, intensitas, - Ajarkan teknik non
frekuensi, dan tanda farmakologi
nyeri). - Monitor penerimaan klien
- Menyatakan rasa tentang manajemen nyeri
nyaman setelah nyeri - Kolaborasi penetuan
berkurang. analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri.
2. Ketidakseimbang - Mampu mengidentifikasi - Kaji adanya alergi
an nutrisi kurang kbutuhan nutrisi makanan
dari kebutuhan - Tidak ada tanda-tanda - Anjurkan klien untuk
tubuh malnutrisi meningkatkan intake
berhubungan - Tidak terjadi penurunan - Monitor jumlah nutrisi
dengan berat badan yang berarti. dan kandungan kalori
pembedahan, mis; - Berikan informasi tentang
anoreksia. kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi.
3. Gangguan rasa - Status kenyamanan - Jelaskan semua prosedur
nyaman meningkat dan apa yang dirasakan
berhubungan - Kualitas tidur dan setelah prosedur
dengan efek istrahat adekuat - Gunakan pendekatan yang

9
samping terkait - Kontrol gejala menenangkan
bekas insisi post - Respon terhadap - Dorong klien untuk
op pengobatan mengungkapkan
perasaan,ketakutan, dan
persepsi
- Instruksian klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
4. Ansietas - Klien mampu - Identifikasi tingkat
berhubungan mengidentifikasi dan kecemasan.
dengan perubahan mengungkapkan gejala - Gunakan pendekatan yang
status kesehatan cemas menenangkan
prosedur bedah. - Mengidentifikasi, - Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan yang telah terlewati
menunjukkan tehknik - Temani klien untuk
untuk mengontrol cemas. memberikan keamanan
- Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
5. Resiko - Mempertahankan urine - Monitor ttv
kekurangan output sesuai deengan
- Monitor status hidrasi
volume cairan usia dn BB, BJ urine
- Monitor nutrisi
berhubungan normal, HT nrmal.
dengan hilangnya - Tekaan darah nadi, suhu, - Pertahankan catatan
cairan tubuh dalam batas normal.
intake dan output yang
secara tidak - Tidak ada tanda-tanda
akurat
normal, seperti dehidrasi, elastisitas

10
pendarahan. tugor kulit baik, - Dorong masukan oral
membran mukosa
- Kolaborasi pemberian
lembab, tidak ada rasa
cairan IV
haus yang berlebihan.
6. Resiko infeksi - Klien bebas dari tanda - Monitor tanda dan gejala
berhubungan dan gejala infeksi infeksi sistemik dan lokal
dengan proses - Mendeskripsikan proses - Monitor hitung granulosit,
inflamasi, penularan penyakit WBC
prosedur invasif faktor yang - Tingkatkan intake nutrisi
dan jalur mempengaruhi - Berikan terapi antibiotik
penusukkan, penularan serta bila perlu
luka/kerusakan penatalaksanaan
kulit, insisi - Menunjukkan
pembedahan. kemampuan untuk
. mencegah timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukkan perilaku
hidup sehat

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di

buat pada tahap perencanaan.

11

You might also like