Professional Documents
Culture Documents
Inseminasi buatan atau disebut dengan bayi tabung merupakan hasil rekayasa
manusia yang bertujuan untuk membantu pasangan suami dan isteri yang mandul
untuk mendapatkan seorang anak. Didalam Islam persoalan anak menjadi urusan
Allah swt. Asalkan manusia tetap bertasbih di waktu pagi dan petang. Hal ini terbukti
Allah swt. telah mengaruniai seorang anak kepada Nabi Zakaria as. yang sudah
berumur sangat tua dan isterinya dalam keadaan mandul. Akan tetapi meskipun
persoalan anak menjadi urusan Allah swt. akan tetapi manusia (suami dan isteri) yang
mandul tetap berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan seorang keturunan. Salah
satu caranya dengan menggunakan tekhnik bayi tabung.
Donor sperma merupakan salah satu hal yang bertentangan dalam agama islam.
Oleh karena itu, demi kehati-hatian para Ulama’ mengharamkannya dikarenakan
berhubungan dengan perbuatan zina. Diantara yang mengharamkan adalah Lembaga
fiqih Islam, OKI, Majelis Ulama (MUI), Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke 21 di
Klaten pada 6-11 April 1980, Muktamar NU ke 28 pada November 1989, Mahmd
Shaltut, Yusuf Alqordhowi, Alribasyi, dan Zakariya Ahmad Albari dengan
pertimbangan dikhawatirkan adanya pencampuran nasab dan hal-hal yang tidak
diinginkan (SK MUI No: Kep-925/MUI/XI/1990) (Mobtadin, 2016).
B. Sedangkan dari sisi lain, ada mudharat yang terkandung didalamnya antara
lain :
- Percampuran nasab, padahal islam sangat menjaga kesucian atau
kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya
dengan kemahraman dan kewarisan
- Bertentangan dengan sunnatullah
- Inseminasi buatan dengan donor pada hakikatnya sama dengan prostitusi,
karena terjadinya percampuran sperma dan ovum tidak dalam ikatan
perkawina yang sah
- Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
dalam rumah tangga
- Anak hasil inseminasi buatan lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi
- Anak hasil inseminasi buatan lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang
alami, terutama inseminasi buatan melalui ibu titipan yang menyerahkan
bayi nya kepada pasangan suami istri yang punya benihnya sesuai dengan
kontak, tidak terjadi hubungan keibuan secara alami (Utomo, 2003).
2. Perspektif Islam tentang Surrogate Mother
Surrogate mother adalah istilah ibu pengganti, yaitu seorang wanita yang
membesarkan zigot atau embrio hingga bayi itu lahir, yang mana zigot atau embrio
tersebut berasal dari sperma dan ovum yang dititipkan oleh pasangan suami istri lain
(Hidayat 2016). Di dalam al-quran tidak dijumpai ayat yang mengatur tentang
kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan
sperma dan ovum dari pasangan suami istri lalu embrionya ditransplantasikan ke
dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother) (Selian 2017).
َت أَفَبِّ ۡٱل َٰبَ ِّط ِّل ي ُۡؤ ِّمنُون ٱَّللُ َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِّس ُك ۡم أ َ ۡز َٰ َو ٗجا َو َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أ َ ۡز َٰ َو ِّج ُكم بَنِّينَ َو َحفَدَ ٗة َو َرزَ قَ ُكم ِّمنَ ٱل ه
ِّ ِۚ َطيِّ َٰب َو ه
٧٢ َٱَّللِّ ه ُۡم َي ۡكفُ ُرون ت ه ِّ َو ِّبنِّعۡ َم
Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? (QS An-Nahl : 72)
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa penyewaan rahim belum ditemukan
jawabannya secara spesifik dalam Al-Qur‟an maupun al-Hadits. Sehingga para ulama
kontemporer berusaha berijtihad memecahkan masalah. Semua ulama dan
cendekiawan Muslim sepakat untuk membolehkan inseminasi buatan, selama sperma
dan ovum yang diproses itu berasal dari suami istri yang mempunyai ikatan
perkawinan yang sah (Hidayat 2016).
b. H. Ali Akbar, menyatakan bahwa boleh menitipkan bayi tabung pada wanita
surrogate mother, karena tidak bisa mengandung karena rahimnya mengalami
gangguan. Menyusukan anak kepada wanita lain di perbolehkan dalam islam
dan boleh diupahkan. Nabi dahulu juga disusui oleh Halimatun Sa’diyahhal,
hal itu disamakan dengan diperbolehkan memberikan upah kepada wanita
yang meminjamkan rahimnya.
c. H. Salim Dimyati memberikan pendapat bahwa Bayi tabung yang
menggunakan sel telur dan sperma dari suami yang sah, lalu embrionya di
titipkan kepada ibu pengganti, maka setelah anak itu lahir statusnya adalah
anak angkat, tidak ada hak mewarisi dan di warisi.
Mobtadin. (2016). Mencari Formulasi baru antara Agama dan Sains: refleksi Etis atas
kasus Bank Sperma. Shahih, 128 vol.1 no. 2 .
Selian, M. A. (2017). Surrogate Mother : Tinjauan Hukum Perdata dan Islam. Jurnal
Yuridis, 4, 131-147.
Hidayat, Z. (2016). Tinjauan Hukum Islam terhadap Kewarisan Anal yang dilahirkan
melalui Sewa Rahim. Jakarta.
Salim HS, Bayi Tabung, Tinjauan Aspek Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 38.