You are on page 1of 8

BULETIN VOL. 4 No.

1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

PERBANDINGAN ENERGI GEMPABUMI SUSULAN


MEKANISME STRIKE SLIP DAN THRUST FAULT

Sabar Ardiansyah
Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu

ABSTRAK

Gempabumi yang dijadikan studi kasus dalam tulisan ini adalah gempabumi yang terjadi
di wilayah barat pantai Sumatera yaitu gempabumi Simeulue 20 Februari 2008
berkekuatan 7.5 SR dan gempabumi Padang 30 September 2009 berkekuatan 7.6
SR.Untuk menghitung nilai energi gempabumi susulan, digunakan rumus empiris
Guttenberg-Richter. Data historis gempabumi susulan diperoleh dari ISC (International
Seismological Center).

Dari hasil perhitungan, untuk mekanisme gempa utama thrust (sesar naik) memiliki
jumlah energi gempa susulan jauh lebih besar daripada jumlah energi gempa susulan
untuk gempa utama mekanisme strike slip (sesar geser).Hal ini dapat dijelaskan karena
masa berakhir gempa susulan mekanisme gempa utama thrust lebih lama daripada
gempa strike slip untuk ukuran kekuatan yang nyaris sama.

Kata Kunci : Aftershock, Strike Slip, Thrust Fault.


===================================================================

I. PENDAHULUAN

Secara histografi Indonesia merupakan wilayah langganan gempabumi dan tsunami.


Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng IndoAustralia dan lempeng
Pasifik. Setiap kali lempeng ini bergeser menimbulkan patahan yang menyebabkan
gempabumi. Selanjutnya dapat pula terjadi tumbukan antar lempeng tektonik yang
dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.

Gambar 1.1 Pola tektonik wilayah Indonesia

Sumber-sumber gempa tektonik keberadaannya ada pada daerah-daerah pertemuan


lempeng tektonik dan sesar-sesar aktif. Berdasarkan zonasi gempabumi, pulau
Sumatera merupakan salah satu daerah yang rawan akan bahaya gempabumi. Akibat
adanya pertemuan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia di sepanjang
barat Sumatera, maka terjadi subduksi yang menjadi sumber utama terjadinya gempa
ditandai oleh terbentuknya palung laut, busur kepulauan (island arc), serta di sepanjang
daratan Sumatera terdapat pegunungan dan sistem sesar Sumatera (sesar Semangko)
sebagai ”keistimewaan” tektonik Sumatera.

1
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

Gambar 1.2 Pola tektonik wilayah Sumatera

Tatanan teknonik yang sedemikian, jelas menjadikan Sumatera rawan akan terjadi
gempabumi termasuk wilayah pantai barat Padang dan Aceh. Sebut saja dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sudah terjadi beberapa gempabumi besar antara lain gempa
Simeulue dengan kekuatan gempa utama 7,5 SR pada tanggal 20 Februari 2008
dengan mekanisme thrut fault (sesar naik) yang diikuti oleh rentetan gempa susulan.
Selanjutnya di wilayah Sumatera Barat,Padang terjadi gempa besar pada tanggal 30
September 2009 dengan kekuatan gempa utama 7,6 SR dengan mekanisme strike slip
(sesar geser).

Melalui tulisan ini, penulis mencoba menganalisa perbedaan antara besar energi gempa
susulan mekanisme Thrust Fault (gempa Simeulue 20 Februari 2008) dan energi gempa
susulan mekanisme Strike Slip (gempa Padang 30 september 2009).Dengan tujuan
untuk dijadikan salah satu data yang bisa digunakan dalam upaya penanggulangan
bencana pasca gempa utama terjadi dimasa yang akan datang.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Teori Kegempaan (ElasticC Rebound Theory)

Gempabumi merupakan salah satu akibat dari pergerakan lempeng yang ada di dalam
bumi, dimana pergerakannya saling mengalami pertabrakan. Sehingga pada suatu saat
tertentu akan menimbulkan adanya lipatan dan setelah melewati batas elastisitas maka
akan terjadi patahan, pada saat patahan itu terjadi maka gempabumi itu akan terjadi.
Bentuk energi yang dilepaskan saat terjadinya gempabumi antara lain adalah energi
deformasi dan gelombang.

Energi deformasi dapat dilihat pada perubahan bentuk volume sesudah terjadinya
gempa bumi, seperti misalnya tanah naik, tanah turun, pergeseran batuan, dan lain-lain.
Sedangkan energi gelombang akan menggetarkan medium elastis disekitarnya dan
akan menjalar ke segala arah. Gelombang yang dipancarkan oleh gempa tektonik
tersebut akan menjalar keseluruh penjuru, tidak hanya melewati permukaan bumi
melainkan juga melalui bagian bumi bagian dalam dan bahkan seringkali gelombang
tersebut melewati inti bumi sebelum ditangkap oleh suatu stasiun pencatat gempa.

2
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

Gambar 2.1 Mekanisme gempabumi yang menjadi sumber gempa tektonik. Garis tebal
vertikal menunjukan pecahan atau sesar pada bagian bumi yang padat.

Pada keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi perubahan bentuk
geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus-menerus, maka akan terdapat
stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu merubah bentuk geologi dari
lapisan batuan.

Keadaan II menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan mengandung stress
dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A mendapat stress ke
atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai
stress yang terjadi ( dikandung ) di daerah ini cukup besar untuk merubahnya menjadi
gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama kelamaan karena lapisan batuan sudah
tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan terjadi suatu pergerakan atau
perpindahan yang tiba-tiba sehingga terjadilah patahan. Peristiwa pergerakan secara
tiba-tiba ini disebut gempabumi.

Pada keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah, karena adanya
pergerakan yang tiba-tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan-lahan sesar ini akan
berjalan terus, sehingga seluruh proses diatas akan diulangi lagi dan sebuah gempa
akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya, demikian seterusnya. Teori Reid ini
dikenal dengan nama “Elastic Rebound Theory”.

2.2 Gempa Susulan (Aftershock)

Pada umumnya gempabumi merusak diikuti oleh aktifitas gempa susulan (aftershock)
yang membentuk pola tertentu. Setiap gempa tektonik dangkal (<100 km) selalu diikuti
dislokasi atau patahan yang mengganggu di sekelilingnya, sehingga muncul gempa
susulan atau gempa baru di sepanjang patahan tersebut.

Gempa susulan yang dirasakan dapat dinyatakan secara umum patahan lokal pada
lapisan permukaan bumi. Bila dimulai patahan besar pada kedalaman tertentu dari
permukaan, bagian yang terbanyak dari pengumpulan tegangan energi yang dilepaskan
terdapat pada gempa utama. Hal ini serentak dengan terjadinya pada daerah patahan di
antara fokus gempabumi dengan permukaan. Karena banyak sekali tegangan sisa yang
umumnya tertinggal di dalam dan di sekitar daerah patahan tersebut serta adanya
tegangan konsentrasi yang tinggi di sekitarnya, sehingga akan terjadi beberapa retakan
dan patahan lokal, yang mana tegangan rata – rata di daerah ini menurun saat terjadi
gempa utama dengan berkurangnya energi terhadap waktu dan tegangan konsentrasi
setempat pada suatu titik tidak tetap.

Akibat tegangan sisa yang tersimpan maka pada saat tertentu masih ada energi yang
dilepaskan berupa gempa susulan dengan kekuatan tertentu yang merupakan proses
stabilisasi medan stress ke keseimbangan yang baru setelah pelepasan energi (stress
drop) yang besar pada gempa utama. Lokasi penyebaran sumber gempa susulan
berkaitan langsung dengan luas bidang sesar gempa utama yang bersangkutan (Abe,
1975; Kanamori, 1977). Tegangan elastis yang keluar menurut Benioff (1951)

3
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

merupakan bagian yang terpenting dalam pemakaian tegangan sisa. Pada kondisi
tertentu, mekanisme gempa susulan sedikit berbeda dengan mekanisme dari pendapat
Benioff pada beberapa ketentuan. Dalam model Benioff, gempa susulan disebabkan
oleh pergerakan patahan yang sama yang ditimbulkan oleh gempa utama. Dalam model
yang lain, gempa susulan tidak selalu terjadi pada daerah patahan yang sama, tetapi
biasanya terjadi pada daerah patahan yang luas di sekitar gempa utama.

Berikut ini beberapa kriteria dari gempa susulan menurut Mogi dengan jenis – jenis
sebagai berikut:

 Jenis pertama yaitu terjadi gempabumi tanpa gempa pendahuluan, tetapi selalu
diikuti oleh gempa susulan. Yang terbanyak jenis ini adalah gempabumi tektonik
yang biasanya terjadi di daerah yang mempunyai medium homogen dengan stress
yang bekerja hampir merata (uniform).
 Jenis kedua yaitu bahwa gempa pendahuluan terjadi terlebih dahulu, kemudian
terjadi gempa utama, dan disertai oleh gempa susulan yang cukup banyak. Gempa
jenis ini terjadi pada daerah dengan struktur medium yang tidak seragam dengan
distribusi stress yang bekerja tidak seragam.
 Jenis ketiga yaitu gempabumi swarm dimana jumlah dan besarnya gempa lambat
laun bertambah sesuai dengan waktu dan berkurang sesudah beberapa lama. Hal
ini tidak berpengaruh terhadap prinsip gempabumi di dalam jenis swarm. Gempa
jenis ini terjadi dalam daerah yang terbatas, biasanya terjadi di daerah gunung api
atau daerah gunung kapur. Gempa ini terjadi pada daerah yang struktur
mediumnya tidak seragam dengan stress yang bekerja terkonsentrasi pada area
yang terbatas.

Dari segi waktu kejadian dan besarnya energi yang dipancarkan oleh gempa susulan
bervariasi kejadian berkisar antara beberapa hari sampai dua minggu bahkan bisa
mencapai beberapa bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain
kekuatan gempa utama, sifat fisik, kerapuhan dan umur batuan, dan lain sebagainya.
Dalam kenyataan di lapangan sulit untuk mengenali dan membedakan antara gempa
pendahuluan dengan gempa – gempa kecil (micro earthquake) atau aktifitas
kegempaan harian. Seperti halnya peristiwa gempabumi belum ada suatu negara maju
dibidang seismologi yang berhasil dengan baik membuat ramalan tentang kapan
(waktu) dan dimana gempabumi serta gempa susulannya akan terjadi.

Pada umumnya gempa susulan disebabkan oleh pergerakan patahan yang sama yang
ditimbulkan oleh gempa utama. Mekanisme gempa susulan ini tampak menunjukan sifat
– sifat berikut ini:

 Gempa susulan terjadi terutama pada daerah – daerah yang terangkat naik pada
waktu timbulnya gempa utama. Daerah ini bersesuaian pada daerah patahan
karena volume daerah ini bertambah akibat suatu proses patahan.
 Bahwa terjadinya gempa susulan pada daerah yang luas, dan keadaannya sering
terjadi pada satu sisi episenter atau patahan di sekitar gempa utama. Distribusi
yang serupa dari model patahan yang dikemukakan oleh Mogi di dalam
laboratorium. Sedangkan distribusi yang tidak serupa dari model patahan sebagai
akibat dari struktur sifat patahan yang peka.
 Gempa susulan jarang terjadi pada daerah – daerah yang dalam (Matuzawa, 1954;
Mogi, 1963). Mekanisme gempa susulan ini dari kerak bumi yang bebas
permukaan adalah pengaruh utama pada kelanjutan dari suatu kerapatan daerah
patahan, karena itu gempa susulan pada daerah – daerah dalam tidak diharapkan
terjadi, yang diperkirakan bertambah regangan yang disebabkan oleh tekanan
tinggi, suhu tinggi dan juga regangan ulang yang berlanjut dari suatu daerah
patahan.
 Dimana konstanta b dalam hubungan magnitudo dan frekuensi dari gempa susulan
lebih besar dari pada gempa lainnya, kecuali gempa pendahuluan (Mogi, 1963;
Sujehiro, 1964). Nilai b besar menunjukan keadaan patahan dari pada daerah –
daerah gempa susulan. (b: parameter tektonik yang menunjukan jumlah relatif dari
getaran yang kecil hingga besar biasanya mendekati 1). Hal ini menunjukan sifat

4
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

medium seismik dengan mengacu beberapa hal seperti stress atau kondisi material
di wilayah lokal.
 Bagian yang sangat penting dari fenomena gempa susulan yaitu distribusi waktu
tertentu. Jadi fenomena gempa susulan tampak menjelaskan sebagai bagian
fundamental dari suatu patahan pada lapisan bumi.

2.3 Energi Gempabumi

Energi seismik yang dipancarkan adalah salah satu parameter yang paling mendasar
untuk menjelaskan suatu kejadian gempabumi. Dalam praktek, energi secara historis
hampir selalu diperkirakan dengan rumus empiris.Dalam perumusan Gutenberg-Richter,
energi dibatasi sekali besarnya yang dikenal melalui log Es = a + b M dimana a dan b
adalah konstanta. Untuk magnitudo gelombang permukaan (Ms), rumus dari
Guttenberg-Richter yaitu :

Log Es = 4,8 + 1,5 Ms ................ (2.1)

Dalam penggunaan normal dari persamaan 2.1 energi ini berasal setelah Ms dihitung.
Namun, sekarang diakui bahwa untuk gempa bumi yang sangat besar atau gempa bumi
yang sangat dalam, frekuensi tunggal yang digunakan untuk menghitung Ms belum
tentu mewakili dimensi gempa karenanya, tidak mungkin perwakilan dari energi yang
terpancar. Karena energi terpancar sekarang dapat dihitung secara langsung, itu adalah
parameter independen dari yang berkekuatan unik dapat didefinisikan. (Bormann.2010)

Pemancaran energi gempabumi dapat bernilai besar maupun kecil, hal ini tergantung
dari karakteristik batuan yang ada dan besarnya stress yang dikandung oleh suatu
batuan pada suatu daerah. Pada suatu batuan yang rapuh (batuan yang heterogen),
stress yang dikandung tidak besar karena langsung dilepaskan melalui terjadinya
gempabumi kecil yang banyak. Sedangkan untuk batuan yang lebih kuat ( batuan yang
homogen), gempabumi kecil jarang atau bahkan tidak pernah terjadi sehingga stress
yang dikandung sangat besar dan pada saat batuannya tidak mampu lagi menahan
stress maka akan terjadi gempabumi dengan magnitudo yang besar.(Subardjo.2005)

III. DATA DAN METODE

3.1 Data Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa data parameter-parameter gempa
yaitu magnitudo, lokasi episenter (berupa lintang dan bujur) dan kedalaman gempa.
Data historis gempa utama dan gempa susulannya diperoleh dari ISC (International
Seismological Center). Data gempa yang dianalisa yaitu gempa Simeulue 20 Februari
2008 dan gempa Padang 30 September 2009.

 Parameter Gempa Simeulue 20 Februari 2008

OT : 08 :08:32 UTC Jenis Mekanisme : Thrust Fault


Koordinat : 2.78 LU, 95.98 BT Jumlah Gempa Susulan : 85 kali
Depth : 35 KM
Magnitudo : 7.5 SR

 Parameter Gempa Padang 30 September 2009

OT : 10:16:09 UTC Jenis Mekanisme : Strike Slip


Koordinat : 0.73 LU, 99.86 BT Jumlah Gempa Susulan : 37 kali
Depth : 81 KM
Magnitudo : 7.6 SR

5
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

3.2 Metode

Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data gempa dari ISC berdasarkan bujur, lintang, magnitudo,


kedalaman dan waktu.
b. Setelah data diperoleh, selanjutnya menghitung nilai energi gempa bumi utama jenis
thrust fault (sesar naik) dan energi gempa susulannya. Serta menghitung energi
gempa utama jenis strike slip (sesar geser) serta energi gempa susulannya.
d. Tahap selajutnya yaitu melakukan analisa perbandingan nilai energi gempa susulan
untuk gempa thrust fault dan strike slip.

IV. PEMBAHASAN

Perhitungan energi gempa utama dan susulan secara empiris menggunakan rumusan
Gutetenberg-Richter, persamaan (2.1). Setelah energi gempa utama dan energi gempa
susulan didapat, kemudian dilakukan analisa perbandingan kedua energi tersebut untuk
masing-masing gempabumi.

Hasil perhitungan energi untuk masing-masing gempabumi sebagai berikut :

 Gempabumi Simeulue, Aceh 20 Februari 2008 Kekuatan gempa utama 7,5 SR


dengan mekanisme thrust fault (sesar naik)
15
Energi gempa utama : 1.1 x 10 J
14
Jumilah energi gempa susulan : 2.5 x 10 J
Perbandingan energi gempa susulan dan gempa utama : 22.78 %

 Gempabumi Padang 30 September 2009 kekuatan gempa utama 7,6 SR


dengan mekanisme strike slip (sesar geser)
15
Energi gempa utama : 1.5 x 10 J
12
Jumlah energi gempa susulan : 1.6 x 10 J
Perbandingan energi gempa susulan dan gempa utama : 0.1 %

Dari perhitungan dua gempa di atas, diperoleh hasil bahwa untuk ukuran kekuatan
gempa utama yang hampir sama ( 7,5 SR dan 7,6 SR) dengan mekanisme gempa yang
berbeda, energi gempa utama memiliki nilai yang nyaris sama. Namun, ukuran jumlah
energi gempa susulan memiliki harga yang jauh berbeda. Dapat dilihat jumlah energi
gempa susulan untuk mekanisme gempa thrut fault jauh lebih besar dibandingkan
jumlah energi gempa susulan mekanisme strike slip. Perbedaan besar energi gempa
susulan yang kurang lebih 22 kali lipat ini dapat dijelaskan karena waktu berakhirnya
gempa susulan memang berbeda. Untuk gempa dengan mekanisme thrust fault waktu
berakhir gempa susulan mencapai 3 bulan sejak gempa utama terjadi, sedangkan waktu
berakhir gempa susulan untuk mekanisme strike slip berkisar 2 bulan sejak gempa
utama terjadi.

Hasil pemetaan distribusi gempabumi susulan untuk masing-masing gempabumi


ditampilkan sebagai berikut :

6
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

Gambar 4.1 Sebaran gempa susulan Simeulue, Aceh 20 Februari 2008

Gempabumi Simeulue 20 Febrruari 2008 sebaran gempa susulannya ada yang jauh dari
epicenter gempa utama. Lokasi gempa utama tidak berada tepat pada plate boundaries,
tetapi ada beberapa gempa susulan yang berada pada plate boundaries. Pada gempa
Simeulue ini, perbandingan jumlah nilai energi gempa susulan dan jumlah energi gempa
utamanya sebesar 22,78 %.

Gambar 4.2 Distribusi Gempa susulan gempa Padang 30 September 2009

7
BULETIN VOL. 4 No. 1 – Januari 2014 ISSN 2088 - 9151

Sebaran gempabumi susulan dari gempa Padang 30 September 2009 memanjang


tegak lurus terhadap arah garis plate boundaries dengan gempa utama terletak di ujung
sebaran mendekati pantai. hal ini menunjukkan bahwa gempa Padang 30 September
2009 bukan gempabumi subduksi melaikan pemecahan kerak bumi (crustal earthquake)
dengan mekanisme strike slip. Perbandingan jumlah energi gempa susulan terhadap
energi gempa utama yaitu 0,10 %. Dengan demikian gempabumi dengan mekanisme
sesar mendatar mempunyai energi gempa susulan dengan prosestase kecil.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari perhitungan energi gempa utama dan gempa susulan dua jenis gempa (strike slip
dan thrust fault) dapat ditarik kesimpulan :

a. Harga energi gempa utama baik gempa mekanisme strike slip dan thrust tidak ada
perbedaan untuk ukuran kekuatan yang sama.
b. Jumlah energi gempa susulan mekanisme thrust lebih besar daripada jumlah
energi gempa susulan mekanisme strike slip.
c. Gempabumi dengan mekanisme thrust masa berakhir gempa susulan relatif lebih
lama dibandingkan dengan gempa mekanisme strike slip.

5.2 Saran

a. Hendaknya dilakukan penelitian lebih mendalam baik jumlah gempa maupun


wilayah penelitian yang berbeda. Sehingga didapat hasil yang lebih akurat.
b. Informasi jenis mekanisme gempa utama bisa dijadikan salah satu informasi
dalam upaya mitigasi bencana khususnya pasca gempa utama terjadi, sehingga
bisa diinterpretasi baik sebaran maupun jumlah energi gempa susulannya.

DAFTAR RUJUKAN

Event Cataloque.2013.(http://www.isc.ac.uk/iscbulletin/search/catalogue/).Diakses : 20
Juni 2013

Nur, Muhammad.2008. Peluruhan Dan Distribusi Gempa Susulan (Studi Kasus Gempa
Bengkulu 12 September 2007).Laporan Kerja.Akademi Meteorologi Dan
Geofisika.Jakarta.

Olymphia.2012.Perbandingan Energi Gempabumi Utama dan Gempabumi


Susulan.Laporan Kerja.Akademi Meteorologi dan Geofisika.Jakarta

Rectanguler Area Earthquake Sarch.2013.


(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqarchives/epic/epic_rect.php) diakses: 20 Juni
2013.

You might also like