You are on page 1of 3

APPENDISITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI
Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada secum (bagian
awal dari colon). Bentuknya seperti cacing putih. Secara anatomi appendix sering
disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing. Appendix terletak di
bagian kanan bawah dari abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan
ketiga taenia coli. Muara appendix berada di sebelah postero-medial secum.

Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir. Lendir
ini secara normal dialirkan ke appendix dan secum. Appendiks menghasilkan lendir 1
– 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu
secara normal dicurahkan ke dalam Lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
(Wim De Jong, 2004).

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid


Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A.
Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab
jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan
seluruh tubuh. (Wim De Jong, 2004).
B. PENGERTIAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius
vermikularis (Ovedolf, 2006).

C. ETIOLOGI
1. Faktor Obstruksi
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, sekitar 60%
b. Karena stasis fekal 35%
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian 3%
d. Sumbatan oleh parasit dan cacing 1%
e. Striktura lumen fibrosa akibat peradangan sebelumnya 1%
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.
Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus,
Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis. sumbatan oleh parasit dan cacing.
Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan
sehari-hari.
5. Tergantung pada bentuk apendiks
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

You might also like