You are on page 1of 8

Tips Sehat, Hidup Sehat

Mendalami Penyakit Tifus: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang


Ampuh
Oleh Risky Candra Swari  
Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum .

Tifus atau demam tifoid, atau yang sering disebut tipes, adalah salah satu penyakit yang sering
dialami oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya masih banyak orang yang mengira bahwa tipes
dan tifus adalah penyakit yang sama. Ya, penyebutan tifus dan tipes yang memang sangat mirip
membuat banyak orang sering kali menganggap keduanya adalah penyakit yang sama. Padahal,
penyebab tifus dan tipes alias demam tifoid berbeda.

Apa itu penyakit tifus dan apa penyebabnya?

Tifus adalah infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis bakteri Rickettsia typhi atau R.
prowazekii. Bakteri ini bisa dibawa oleh ektoparasit seperti kutu, tungau dan caplak, kemudian
menginfeksi manusia. Ektoparasit sering ditemukan pada hewan seperti tikus, kucing, dan tupai.
Beberapa orang juga bisa membawanya dari pakaian, sprei, kulit, atau rambut mereka. 
Bakteri penyebab tifus tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya seperti sakit u
atau pilek. Ada empat jenis tipes, dan setiap jenisnnya disebabkan oleh bakteri serta cara
penularan yang berbeda-beda. Beberapa jenis penyakit tifus tergantung sumber bakteri yang
menginfeksinya, adalah:

Epidemik thypus disebabkan oleh bakteria Rickettsia prowazeki yang ditularkan oleh

gigitan kutu rambut pada tubuh manusia. Jenis penyakit ini dapat menyebabkan sakit

berat dan bahkan kematian.

Endemik thypus atau tifus murine disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, yang ditularkan

oleh kutu loncat pada tikus. Penyakit ini mirip dengan epidemik thypus, tapi memiliki

gejala tifus yang lebih ringan dan jarang menyebabkan kematian.

Scrub typhus disebabkan oleh Orientia tsutsugamushi, ditularkan melalui gigitan tungau

larva yang hidup pada hewan pengerat. Penyakit ini bisa menyerang manusia dalam

tingkat yang ringan sampai berat.

Spotted fever atau demam yang disertai dengan bintik-bintik merah pada kulit disebarkan

oleh gigitan hewan caplak yang terinfeksi bakteri kelompok Rickettsia.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia. Namun, negara yang padat penduduk dengan
santitasi yang buruk berisiko lebih tinggi terkena wabah penyakit ini.

Bagaimana bakteri bisa menyebabkan penyakit tifus?

Bakteri penyebab tifus endemik yaitu Rickettsia prowazekki ditularkan oleh kutu rambut
manusia. Bakteri dapat tumbuh dalam perut dan usus kutu. Anda dapat terinfeksi bakteri
penyebab tifus apabila menggaruk atau menyentuh luka setelah digigit oleh kutu. Risiko infeksi
epidemik thypus lebih mudah ditularkan di tempat pengungsian yang padat penduduk dan
tingkat kebersihan yang buruk.

Tak hanya itu saja, infeksi ini juga lebih retan dialami pada musim hujan dan ketika pakaian
yang dipenuhi kotoran kutu tidak dicuci dan digunaan secara bergantian. Hal tersebut
merupakan kondisi yang optimal untuk penyebaran penyakit.

Pada kasus endemik yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, penularan penyakit ini terjadi
ketika ketika Anda menghirup udara yang terinfeksi bakteri penyebab tifus. Misalnya saat Anda
membersihkan gedung lama yang berdebu dan banyak dihuni oleh tikus yang terinfeksi kutu.

Sementara risiko Anda terkena scrub thypus meningkat pada musim kemarau, ketika kutu dan
tungau sedang aktif berkembang biak di semak-semak atau padang rumput.

Cara bakteri menularkan penyakit ini pada tiap orang berbeda-beda tergantung jenisnya. Secara
umum, Anda dapat terkena infeksi bakteri penyebab tifus melalui gigitan kutu, tungau, atau
caplak. Dalam beberapa kasus, Anda juga dapat terinfeksi bakteri penyebab tifus jika Anda
menghirup debu yang sudah terkontaminasi oleh kotoran kutu.

Tipes dan tifus adalah dua penyakit yang berbeda


Memiliki penyebutan yang sangat mirip, banyak orang menganggap bahwa tipes dan tifus
adalah penyakit yang sama. Padahal tidak demikian. Penyakit tipes disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi yang terdapat pada tinja atau kotoran binatang. Bakteri ini menginfeksi saluran
pencernaan karena penderitanya mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Dikutip dari laman Detik, Paul Harijanto, SpPD-KPTI, pakar penyakit infeksi dari RS Bethesda
Tomohon, Sulawesi Utara mengatakan bahwa tifus adalah penyakit yang tidak umum di
Indonesia.

Penyebutan penyakit tifus atau tipes oleh orang awam yang merujuk pada demam typhoid,
sebenarnya sekadar untuk memudahkan. Entah sejak kapan kekeliruan ini mulai terjadi dan
dimaklumi. Namun yang pasti, kekeliruan ini sudah menjadi semacam kesepakatan di kalangan
masyarakat pada umumnya. Jadi, jika seseorang kena tifus, maka yang dimaksud adalah
demam typhoid.

Faktanya, kedua penyakit ini jelas berbeda. Perbedaan ini terletak pada jenis bakteri yang
memicu infeksi. Terkadang penyakit ini juga disebut penyakit Rickettsia.

Siapa yang berisiko tinggi terkena penyakit tifus?

Penyakit ini dapat memengaruhi orang dari segala usia, tingkat pendapatan, tingkat sosial, dan
lingkungan hidupnya. Namun, risiko penyakit ini akan meningkat apabila Anda:

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/ADIS, sedang

pengobatan kemoterapi, bayi, dan lansia.

Mengalami kontak kulit langsung yang lama dengan orang yang terinfeksi. Namun,

potensi penularan penyakit ini melalui jabat tangan atau berpelukan yang sebentar

termasuk kecil.

Berbagi barang yang sama, seperti handuk, sprei, ataupun pakaian dengan orang yang

terinfeksi.

Melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi bakteri penyebab tifus

Bepergian ke daerah endemik penyakit ini

Mungkin ada beberapa faktor risiko penyebab tifus yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda
mengkhawatirkan faktor risiko penyebab tifus lainnya, silakan konsultasi ke dokter untuk
informasi lebih lanjut.

Apa saja gejala tifus yang harus diwaspadai?

Gejala tifus biasanya berkembang 1-2 minggu setelah paparan dan bisa berkembang dari mulai
yang ringan hinga berat. Gejala tifus paling umum di antaranya:

Demam tinggi, biasanya sekitar 40 derajat celcius

Sakit kepala

Mual atau muntah

Diare atau sembelit


Batuk kering

Sakit perut

Nyeri sendi dan otot

Sakit punggung

Merasa tidak enak badan

Gejala tifus lainnya mungkin juga akan muncul ruam serta bintik-bintik berwarna gelap seperti
gejala kudis/scabies di area tubuh yang digigit oleh kutu. Ruam ini juga mungkin menyebar ke
seluruh tubuh seperti wajah, telapak tangan, atau kaki.

Jika Anda memiliki tanda atau gejala tifus sepeti yang tercantum di atas atau apabila ada hal lain
yang ingin ditanyakan terkait penyakit ini, jangan ragu untuk melakukan konsultasi ke dokter.
Setiap tubuh berfungi berbeda satu sama lain. Selalu diskusikan dengan dokter untuk
mendapatkan solusi terbaik bagi kondisi Anda.

Bagaimana cara mendiagnosis penyakit tifus?

Gejala tifus seringkali mirip dengan gejala penyakit lainnya. Tak jarang, hal ini membuat
penyakit ini sulit untuk diagnosis. Namun dokter biasanya akan melakukan tes darah atau biopsi
kulit untuk menentukan jenis bakteri penyebab tifus. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes
darah menggunakan metode serologi yang diambil dua minggu secara terpisah. Tes darah ini
berfungsi untuk mendeteksi respon sistem kekebalan tubuh pasien terhadap pasiennya.

Terkadang, dokter juga dapat menduga seseorang memunculkan gejala tifus yang khas apabila
dari sesi konsultasi diketahui jika pasien baru saja berpergian ke daerah endemik atau berisiko
tinggi. Terutama jika dokter juga menemukan riwayat gigitan dari kutu, tungau, atau caplak di
tubuh pasien.

Apa saja obat tifus?

Penyakit ini bisa diatasi dengan antibiotik. Salah satu obat tifus yang sering diresepkan dokter
adalah antibiotik tetracycline seperti doxycycline. Pengobatan menggunakan antibiotik ini
biasanya sudah dimulai sebelum hasil tes darah atau biopsi diketahui. 

Obat tifus ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat
ini tidak bekerja untuk infeksi virus (seperti pilek, u). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat,
berlebihan, atau tidak diperlukan dapat memengaruhi efektivitas obat.

Minum obat tifus sesuai anjuran dokter, biasanya sekali sehari dengan atau tanpa makanan.
Minum banyak air saat menggunakan obat tifus kecuali bila anjuran dokter berbeda.

Dosis obat tifus dan lama pengobatan akan bergantung pada kondisi kesehatan dan respon
Anda terhadap pengobatan. Untuk anak-anak, dosis obat tifus dapat juga berdasarkan berat
badan.

Antibiotik bekerja dengan baik saat jumlah obat di tubuh Anda tetap dalam kadar yang konstan.
Jadi, gunakan obat tifus ini dengan interval yang kurang lebih sama. Kebanyakan orang mulai
merasa lebih baik dalam 48 jam (2 hari) setelah memulai perawatan. Namun, penting untuk
tetap melanjutkan penggunaan obat ini hingga yang diresepkan habis, bahkan jika Anda merasa
gejala tifus menghilang setelah beberapa hari.

Menghentikan obat terlalu cepat dapat membuat bakteri lanjut berkembang, yang akhirnya
kembali terinfeksi. Beri tahu dokter jika kondisi Anda tidak membaik atau justru malah semakin
memburuk. Ikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai
pengobatan. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

Dokter mungkin meresepkan obat lain untuk meredakan gejala seperti paracetamol untuk
menurunkan demam.

Dalam kasus yang parah, orang yang terinfeksi penyakit ini mungkin perlu dirawat di rumah
sakit. Dokter akan menentukan perawatan terbaik yang sesuai dengan kondisi Anda. Perlu
dipahami bahwa makin cepat penyakit ini terdiagnosis, maka proses pemulihannya pun juga
akan semakin cepat.

Obat tifus bukan hanya antibiotik

Antibiotik digunakan sebagai obat tifus guna membunuh bakteri Rickettsia. Namun, sebenarnya
untuk bisa cepat sembuh dari penyakit ini, tidak hanya antibiotik saja yang jadi andalan. Anda
juga harus makan dan minum yang sehat dan aman bagi Anda. 

Makanan yang aman dikonsumsi

Makanan yang dimasak sampai benar-benar matang

Buah dan sayur yang dicuci dengan air bersih atau Anda kupas sendiri

Produk susu yang dipasteurisasi

Makanan lunak, lembek, dan berkuah untuk memudahkan Anda mengonsumsinya

Makanan bernutrisi dan bergizi tinggi guna mempercepat proses pemulihan

Makanan yang tidak aman dikonsumsi

Makanan yang disajikan pada suhu ruangan

Makanan dari warung pinggir jalan

Telur mentah atau setengah matang

Daging atau ikan mentah atau setengah matang

Buah dan sayuran yang tidak dicuci atau tidak dikupas

Rempah-rempah dari bahan yang segar

Salad, karedok, atau lalapan (intinya yaitu sayur mentah yang tidak dimasak)

Produk susu yang tidak dipasteurisasi

Bushmeat (daging monyet, kelelawar, dan hewan liar lainnya)


Makanan berlemak tinggi seperti santan, gorengan, junk food, dan lain sebagainya.

Minuman yang aman dikonsumsi 


Minuman kemasan botol yang disegel (yang dikarbonasi lebih aman)

Air yang direbus, di lter, atau diolah terlebih dahulu

Es yang dibuat di dalam botol atau air yang bebas infeksi

Minuman karbonasi kemasan botol dan segel, serta minuman olahraga

Kopi atau teh panas

Susu yang dipasteurisasi

Minuman yang tidak aman dikonsumsi

Air keran atau sumur

Es yang dibuat dari air keran atau sumur

Air yang dibuat dengan air sumur atau keran

Es loli atau popsicle

Susu yang tidak dipasteurisasi

Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi?

Sama seperti penyakit lainnya, penyakit ini membutuhkan perawatan yang cepat dan tepat.
Ketika seseorang yang terinfeksi dibiarkan berlarut tanpa penanganan medis yang memadai,
komplikasi serius bisa muncul ke permukaan. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:

Hepatitis alias peradangan hati

Perdarahan saluran cerna

Hipovolemia atau penurunan volume cairan darah

Bagaimana cara mencegah penyakit tifus?

Jika penyakit tipes bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi, lain ceritanya dengan penyakit
satu ini. Setelah perang dunia kedua berakhir, vaksinasi untuk penyakit ini sudah tidak
diproduksi lagi. Meski begitu, Anda jangan khawatir. Ada beberapa cara sederhana yang dapat
Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi penyakit ini, di antaranya:

Pakai obat pembasi serangga. Selalu sediakan obat pembasmi serangga setiap kali Anda

ingin berpergian ke tempat-tempat terbuka, seperti berkemah, naik gunung, dan lain

sebagainya. Bila perlu, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi risiko gigitan kutu dan tungau.

Cuci tangan. Rajin cuci tangan setiap kali ingin memulai aktivitas atau setelah beraktivtitas.

Gunakan sabun antiseptik untuk memastikan kebersihan tangan Anda.

Cuci semua pakaian dan sprei tempat tidur. Gunakanlah air panas dan sabun untuk

mencuci semua pakaian, handuk, dan sprei, atau jika perlu direbus untuk membunuh

tungau yang masih tertinggal.


Biarkan tungau mati kelaparan. Untuk benda-benda yang tidak dapat dicuci, Anda dapat

memasukkan benda-benda tersebut ke dalam plastik tertutup dan letakkan di tempat yang

jarang dijangkau selama beberapa minggu. Tungau akan mati dalam beberapa hari ketika

dibiarkan tanpa makanan.

Hindari kontak. Penyakit ini dapat menular lewat kontak sik, makanhindari kontak

langsung dengan penderita dalam waktu yang lama. Selain itu, hindari juga kebiasaan

saling menggunakan barang-barang pribadi seperti handuk yang dapat menularkan

penyakit ini.

Bersihkan seluruh ruangan di rumah. Dengan menggunakan mesin penyedot debu

(vacuum cleaner), bersihkan semua karpet dan furnitur yang ada di dalam rumah. Jangan

lupa, gunakan masker wajah saat membersihkan daerah tersebut. Hal ini dilakukan agar

Anda tidak menghirup debu yang terkontaminasi oleh kotoran hewan pengerat.

Konsultasi ke dokter. Segera cek kesehatan setelah berkunjung ke daerah endemik di

mana penyakit ini sedang mewabah. Meski Anda tidak memunculkan gejala tifus,

sebaiknya tetap lakukan pemeriksaan. Pasalnya dalam banyak kasus, gejala tifus baru

muncul setelah beberapa minggu terinfeksi.

Mencegah penularan penyakit tifus perlu disiplin yang tinggi. Cara-cara di atas wajib dilakukan
pada saat sebelum memulai terapi dengan pengobatan karena apabila tidak dilakukan tindakan
pencegahan maka akan sangat mudah menular dan tidak menutup kemungkinan untuk
terjadinya infeksi ulang pada pasien yang sudah sembuh.

Bagikan artikel ini:

Review Date: September 3, 2018


Last Modi ed: September 3, 2018

Sumber

Hidup sehat ♡ Hidup bahagia

This site complies with the HONcode


standard for trustworthy health
information: verify here.

Tentang Kami Lowongan Kontak Kami Kebijakan Kebijakan Editorial Informasi

Penting Informasi Kesehatan Sitemap


© 2018 Hello Health Group Pte. Ltd. Hak cipta dilindungi.
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan.

You might also like