You are on page 1of 15

MAKALAH KHUSU’ DALAM SHOLAT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

PUJA NURHALIZA

KELAS X MIA 1

SMA N 9 MANDAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Mah Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Shalat Khusyu’”. Dalam makalah ini
membahas tentang pengertian khusyu’, shalat, khusyu’ dalam shalat, dan dalil tentang shalat
khusyu’ serta hikmah dan kiat-kiat agar mencapai shalat khusyu’.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai
segala usaha kita. Amin.

Duri, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Khusyuk
Dalil Yang Memerintahkan Agar Khusu’ Dalam Sholat
Hikmah Shalat Khusyu’
Cara Mendapatkan Kekusyu’an Dalam Sholat
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Shalat adalah ibadah yang sangat istimewa dalam Islam. Istimewa karena shalat menjadi tiang
agama, menjadi pembeda antara orang Muslim dan orang kafir serta menjadi penentu diterima atau
tidaknya amalan selain shalat. Sesungguhnya shalat merupakan rukun agama terbesar yang bersifat
praktik (amali), sedangkan di antara hal yang amat dituntut di dalam pelaksanaan shalat ialah
khusyu’ Ibadah shalat juga merupakan sarana untuk berdialog dengan Allah, sarana untuk
membangun manusia menjadi taqwa, sarana untuk berdzikir kepada Allah, sarana untuk
membangun manusia menjadi orang yang mampu mencegah fahsya’ dan munkar juga sebagai
sarana untuk mohon pertolongan- Nya. Shalat menurut pandangan Islam merupakan bentuk
komunikasi manusia dengan Khaliknya. Komunikasi ini dimaksudkan untuk bertawajjuh
(menghadap) sungguh-sungguh dan ikhlas kepada Allah SWT. Di samping itu, shalat dimaksudkan
juga untuk meneguhkan keesaan Allah, tunduk dan patuh terhadap perintah-perintah dan larangan-
Nya.
Shalat merupakan proses transendensi (berpindahnya jiwa) menuju Tuhan dengan menyebut
nama Allah dan bermunajat kepada-Nya. Ia merupakan bentuk komunikasi yang sempurna antara
hamba dan Tuhannya. Karena kedudukan shalat begitu agung dan tinggi menurut Allah, maka tidak
diragukan bagi seorang Muslim untuk memperhatikan pentingnya shalat. Karenanya ia wajib
melaksanakan shalat secara benar dan sempurna. Jika selama ini problem umat Islam kebanyakan
adalah mereka tidak mau shalat, maka sesungguhnya problem bagi mereka yang sudah shalat adalah
bahwa mereka belum dapat merasakan khusyu’ dalam menjalankan shalat. Banyak umat Islam yang
belum mampu shalat secara khusyu’, sehingga kalaupun mereka sudah melaksanakan shalat, tetapi
kosong dari kekhusyu’an. Jadi, seolah-olah shalat hanya mengikuti kebiasaan saja dan kering dari
makna ibadah. Padahal khusyu’ itulah buah dari ibadah yang hakiki, dan buah dari mengenal Allah
dan kitab-Nya.

B. Rumusan Masalah
Mengacu dari latar belakang penulis dapat merumuskan dengan beberapa poin diantaranya:
1. Apa makna dari khusu?
2. Apa dalil yang memerintahkan agar khusu dalam sholat?
3. Apa hikmah khusu dalam melaksanakan sholat menurut sunnah?
4. Bagaimana cara mendapatkan kekusyu’an dalam sholat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khusyuk
Kata Khusyu' sendiri disebutkan di dalam Al Qur'an. Makna bahasanya berkisar pada
hina/menunduk, rendah/ tenang, ketakutan, kering/mati, seperti:
a. Hina dan menunduk
"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina". (QS. Al Ghaasyiyaah [88]:2).
"Pandangannya tunduk". QS. (An-Naazi'aat [79]: 9).
"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka
belalang yang beterbangan" QS. (Al Qamar [54]: 7).
b. Rendah dan tenang
"Dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak
mendengar kecuali bisikan saja". (QS. (Thaahaa [20]: 108).
c. Merendahkan dan menundukkan diri
"Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir". (QS. Al Hasyr [59] : 21).
"(dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan
sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan
sejahtera". (QS. Al Qalam [68] : 43).
d. Kering dan mati
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaaan-Nya (ialah) bahwa engkau lihat bumi kering dan
gersang, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia bergerak dan subur". (QS.
Fushshilat [41]: 39)

Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan untuk
mendapatkan rasa khusyu’ kita hanya perlu bersikap seolah-olah ketika shalat kita sedang
berhadapan dengan Allah dan berserah diri kepada Nya. Sikap yang patut kita lakukan ketika
menghadap Allah adalah tenang, menundukkan pandangan dan merendahkan diri serendah-
rendahnya. Sikap yang sepatutnya dilakukan oleh seorang hamba yang hina dihadapan Tuhan
semesta alam, Tuhan Yang Maha Agung. Seperti sikap bumi yang kering kerontang dimusim
kemarau mengharapkan pertolongan dari Allah swt dalam bentuk curahan hujan agar dapat kembali
subur makmur.
B. Dalil Yang Memerintahkan Agar Khusu’ Dalam Sholat
1) Surah Al Baqarah ayat 45

‫ين‬ ِ ‫يرةٌ إِاَّل َعلَى ْال َخ‬


َ ‫اش ِع‬ َ ِ‫ة َوإِنَّهَا لَ َكب‬eِ ‫صاَل‬ َّ ‫َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬
Artinya :
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

Kata khasyi’in dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata khasyi’ yang berarti orang
yang merendahkan diri, menundukkan jiwa yang diperlihatkan oleh anggota badan dengan diam
dan pasrah. Qatadah berkata : khusyu’ didalam hati maksudnya adalah sungguh-sungguh dalam
melaksanakan shalat dengan memasrahkan diri sepenuhnya.

2) Surah Ali Imran ayat 199

ِ ‫ين هَّلِل‬
َ ‫اش ِع‬ِ ‫ب لَ َم ْن ي ُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ُك ْم َو َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ْم َخ‬
ِ ‫َوإِ َّن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
‫ك لَهُ ْم أَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم إِ َّن هَّللا َ َس ِري ُع‬ َ ِ‫ت هَّللا ِ ثَ َمنًا قَلِياًل أُولَئ‬
ِ ‫ُون بِآَيَا‬َ ‫اَل يَ ْشتَر‬
ِ ‫ْال ِح َسا‬
‫ب‬

Artinya :
Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka
sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-
ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.

Khusyu’ dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tunduk atau rendah diri, memperhatikan sesuatu
yang ada didalam hati.

3) Surah Al Isra’ ayat 109

‫ون َويَ ِزي ُدهُ ْم ُخ ُشو ًعا‬ ِ َ‫ون لِأْل َ ْذق‬


َ ‫ان يَ ْب ُك‬ َ ُّ‫َويَ ِخر‬
Artinya :
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu’.

Khusyu’ disini adalah menundukkan kepala ketika mendengarkan Al Quran, sikap rendah diri
terhadap semua orang serta bijak dalam menentukan sesuatu.

4) Surah Al Anbiya’ ayat 90

ِ ‫فَا ْستَ َج ْبنَا لَهُ َو َوهَ ْبنَا لَهُ يَحْ يَى َوأَصْ لَحْ نَا لَهُ َز ْو َجهُ إِنَّهُ ْم َكانُوا يُ َس‬
َ ‫ار ُع‬
‫ون فِي‬
‫ين‬
َ ‫اش ِع‬ ِ ‫ت َويَ ْد ُعونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا َو َكانُوا لَنَا َخ‬ ِ ‫ْال َخي َْرا‬

Artinya :
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya
Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.

Orang-orang khusyu’ disini adalah orang-orang yang pasrah kepada Tuhannya dan
merendahkan diri.

5) Surah Al Mukminun ayat 2

‫ُون‬ ِ ‫صاَل تِ ِه ْم َخ‬


َ ‫اشع‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ‫ين هُ ْم فِي‬
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.

Khusyu’ disini maksudnya adalah serius dalam melaksanakan shalat, tidak ada kesombongan
dan niat bermain-main didalamnya. Maknanya adalah tunduk dan merendahkan diri ketika berada
di hadapan Tuhannya. Khusyu’ itu letaknya didalam hati, jika seseorang telah khusyu’ maka
seluruh anggota tubuhnya akan tunduk mengikutinya. Ulama jika melakukan shalat, timbullah rasa
takutnya kepada Allah dan tubuhnya bergerak mengikuti sesuatu, sedangkan jiwanya
memberitahukan sesuatu tentang dunia.

C. Hikmah Shalat Khusyu’


Hikmah dari shalat khusyu’ sebenarnya bisa membawa pengaruh pada sikap keseharian, contohnya
dalam peningkatan etos kerja sehari-hari. Setidaknya ada tujuh hikmah yang bisa diperoleh dari
shalat yang khusyu’, yaitu :
1)        Manajemen Waktu
Seseorang yang ahli shalat khusyu’ bisa dilihat dari cara menyikapi waktu. Dia menilai waktu
sangatlah berharga sehingga tidak mau melakukan kesia-siaan. Dia akan melakukan hal yang
bermakna. Begitu juga dalam dunia kerja, Orang yang khusyu’ shalat akan giat bekerja dan tidak
malas-malasan karena akan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja. Selain itu dia juga
sangat efisien menggunakan waktu, dia bisa menyelesaikan pekerjaanya dengan waktu yang singkat
dengan kualitas yang unggul.
Agar kita bisa mengoptimalkan waktu yang ada, ada lima kunci manajemen waktu, yaitu :
a.        Aku harus memacu percepatan diri, waktu adalah barang berharaga untuk  kujaga
b.        Aku harus memasuki system yang kondusif
c.        Aku harus berdaya saing sehat dan positif
d.       Aku harus mampu bersinergi (berjamaah). Seorang yang pintar bertemu dengan seorang yang
pintar akan bertambah pintar.
e.        Aku harus pintar dalam manajemen kalbu (mampu mengendalikan hati)

2)        Manajemen Niat


Kunci keberhasilan setiap pekerjaan tergantung pada niat. Niat secara bahasa berarti menyengaja
(al-qhasdu) untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut syara’ adalah tekad kesungguhan hati
untuk mengerjakan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Niat merupakan salah satu syarat bagi sahnya shalat. Orang bisa mencapai khusyu’ dalam shalat
tergantung dari niatnya. Maka dari itu niat merupakan hal awal sebelum melakukan suatu
perbuatan. Begitu juga dalam dunia kerja, pekerjaan boleh sama namun hasilnya jelas berbeda
tergantung pada niatnya. Niat tidak selamanya sejalan dengan apa ya ng diucapkan, tapi secara pasti
bisa dilihat dari hasilnya.

3)        Manajemen sense of Clean


Tidak ada satupun yang melakukan shalat tanpa diawali dengan wudlu atau tayamum. Proses bersih
dari awal merupakan kunci sukses shalat yang khusyu’. Niat lurus dalam aktifitas sehari-hari pun
harus selalu dijaga kebersihan pikiran dan tingkah lakunya.
Mengenai kebersihan Rasulullah sendiri sudah mengajarkan kepada umatnya, yaitu melaukan siwak
(siwakan) yang salah satu manfaatnya yaitu mempertajam kecerdasan dan daya ingat.
Begitu juga dalam dunia kerja, jika diterapkan bisa berarti kita harus mencari rezeki dengan jalan
yang halal lagi bersih, sehingga akan mendatangkan berkah. Manajemen Sense of Clean yang
tercermin dalam shalat khusyu’ juga mengandung arti “bersih pikiran dan hati”.

4)        Manajemen Disiplin atau Tertib


Shalat merupakan sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan. Waktu sudah ditentukan secara pasti
sehingga orang yang mampu melaksanakan secara disiplin akan menghasilkan pribadi-pribadi
disiplin yang tinggi. Shalat juga harus dilakukan dengan teratur dari mulai wudlu hingga salam, ini
menggambarkan betapa suatu keteraturan itu dimulai dari cara berfikir sampai pelaksanaanya.
Begitu juga dalm dunia kerja, seseorang yang melakukan pekerjaan harus tertib dan disiplin dalam
menjalankanya sehingga akan menghasilkan suatu sesuai yang diinginkan. Hidup tertib teratur
merupakan kunci sukses seseorang. Siapa saja yang hidupnya tidak teratur pasti akan mengalami
masalah.

5)        Tuma’ninah
Tuma’ninah artinya tenang. Dalam shalat kita harus tuma’minah, Shalat tanpa tuma’ninah tidak
akan ada artinya. Sholat yang khusyu’ itu gerakannya disempurnakan, hatinya hadir, dan pikiran
tertuju hanya kepada Allah.
Kita sering melakukan sesuatu tapi pikiran kita tidak disana, hati kita tidak disana. Akibatnya apa
yang kita lakukan tidak ada hasilnya (sia-sia). Begitu juga dalam dunia kerja, ketenangan sangatlah
diperlukan. Kesuksesan hanya akan diraih orang yang memusatkan daya dan perhatianya pada apa
yang ingin ia dapatkan. Tuma’minah dalam dunia kerja mengandung arti kesungguhan dan
keseriusan dalam bekerja dan tidak menjadi ‘kutu loncat’ (berpindah kerja dari satu tempat ke
tempat yang lain). Berikut ini dampak negatif jika menjadi ‘kutu loncat’ :
Ø  Memengaruhi Persepsi diri
Ø  Terkesan tidak kompeten
Ø  Terkesan tidak sesuai dengan pekerjaan anda
Orang yang khusyu’ dan tuma’ninah dalam shalat yaitu orang yang bisa menikmati shalatnya.
Begitu juga dalam dunia kerja, tak lain adalah yang dapat menikmati pekerjaanya.
6)        Manajemen Siap dalam segala hal
Dalam shalat kita melakukan berdiri, rukuk, sujud. Ketika berdiri akal lebih tinggi dari hati, saatnya
mengolah akal kita. Ketika ruku’ hati dan akal seimbang, ketika sujud akal tunduk kepada hati kita,
tidak takabur akal dengan kecerdasannya.
Dalam dunia kerjapun tidak bedanya dengan diatas. Kadang beruntung (sikap berdiri), kadang
hanya kembali modal (sikap ruku’), kadang juga rugi (sikap sujud) Semuanya bisa terjadi kapan
saja tanpa diduga. Dari pernyataan diatas bisa kita simpulkan bahwa khusyu’ dalam shalat
mengajarkan kita tentang bagaimana kiat-kiat menghadapi situasi yang yang tidak terduga tersebut
untuk selalu siap dalam segala hal.

7)        Manajemen Salam


Shalat ditutup dengan salam. Dengan salam kita memberikan jaminan pada orang disekitar kita
bahwa kita berharap keselamatan. Artinya seorang yang shalatnya khusyu’ akan menjaga
tindakanya agar orang lain merasa aman oleh apapun yang dia miliki.
Manajemen salam adalah manajemen yang didalamnya tercermin jiwa penuh rasa kasih sayang.
Dalam dunia kerja, nilai-nilai kasih sayang yang terkandung dalam salam sangat berguna untuk
memajukan usaha. Manajemen salam selain itu tidak ubahnya dengan sistem keselamatan kerja.
Dunia kerja yang tidak menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja yang optimal, hanya akan
membawa kerugian, bukan hanya harta tetapi juga nyawa.

D. Cara Mendapatkan Kekusyu’an Dalam Sholat


Betapa banyak manusia yang tergoda oleh tipuan setan sehingga dalam melakukan shalatnya tidak
lagi dapat berkonsentrasi (khusyu'). Bahkan khusyu' dalam shalat meupakan perkara yang pertama
kali dicabut oleh Allah dari permukaan bumi, padahal kita kini hidup pada akhir zaman. Keadaan
ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Hudzaifah Radhiyallhu 'anhu: "Mula-mua sesuatu yang
kamu kehilangan dari agamamu adalah kekhusyuan. Sedangkan yang terakhirnya adalah shalat.
Mungkin seseorang yang mengerjakan shalat, tetapi tidak mendapat kebaikan. Hampir-hampir
kamu masuk masjid, tetapi tidak kamu jumpai orang-orang yang shalat dengan khusyu'."
Dibawah ini ada kiat-kiat untuk menjadikan shalat kita khusyu:
1)        Persiapan Diri Untuk Shalat
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal. Diantaranya menjawab seruan adzan
dan dilanjutkan dengan berdoa sesudah adzan, menyempurnakan wudhu, menyiapkan diri untuk
shalat dengan memilih pakaian yang bagus dan harum, bersegera pergi menuju masjid dengan
ketenangan, menunggu shalat berjamaah dimulai dan segera melurus-rapatkan shaf (barisan) karena
setan selalu mencari celah-celah untuk dilaluinya.
2)        Thuma'ninah dalam Shalat
Orang yang tidak melakukan thuma'ninah dalam shalatnya, tidak mungkin dapat mencapai
kekhusyuan, karena shalat yang dikerjakan dengan cepat-cepat dapat menghilangkan kekhusyuan
dan dapat menghilangkan pahala."Sejahat-jahat manusia adalah pencuri, yaitu orang yang mencuri
dari shalatnya." Qatadah bertanya,"Ya Rasulullah, bagaimana ia bisa mencuri shalatnya?" Beliau
menjawab."Ia tidak emnyempurnakan ruku dan sujudnya." (Ahmad)
3)        Mengingat mati dalam shalat
"Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena apabila seseorang mengingat kematian dalam
shalatnya, sudah pasti ia akan berusaha keras untuk menyempurnakan shalatnya. Dan, shalatlah
kamu seperti shalatnya seseorang yang tidak membayangkan bahwa dirinya bisa mengerjakan
shalat sesudah itu." (As-silsilah Ash-Shahihah oleh Albani)
4)        Menghayati ayat-ayat dan  zikir yang dibaca serta berinteraksi dengannya
Diantara  hal-hal yang dapat membantu kita menghayati al-Quran adalah membaca ayat-ayat al-
Quran secara berulang-ulang sambil membiasakan diri mengamati artinya. Selain itu, hal lain yang
dapat mebantu kita agar dapat menghayati ayat-ayat al-quran adalah dengan mengadakan interaksi
dengan ayat-ayat tersebut. Juga diantara hal-hal yang dapat membantu penghayatan (terhadap ayat-
ayat yang dibacanya) adalah membaca al-quran  dan berbagai macam dzikir yang terdapat pada
rukum-rukun shalat dengan segala variasinya. Setelah dihafal maka dibaca, direnungkan dan
difikirkannya. Diantara bukti interaksi kita terhadap ayat-ayat al-quran ialah ketika kita
mengucapkan amin setelah membaca al-Fatihah. Atau seperti apa yang diriwayatkan
Hudzaifah,"Pada suatu malam saya shalat bersama Rasulullah. Beliau membaca al-Quran dengan
perlahan-lahan. Apabila melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pasti mebaca tasbih.
Apabila melewati ayat yang berisikan permohonan (kepada Allah), belaiu memohon. Dan, apabila
melewati ayat yang berisikan permohonan perlindungan beliau pasti memohon perlindungan
(kepada Allah)." (Muslim)
5)        Mentartil bacaan ayat per ayat
Metode memotong bacaan ayat per ayat dilakukan untuk lebih mempercepat memahami sekaligus
menghayati ayat-ayat tersebut. Bahkan hal yang demikian itu merupakan Sunnah Nabi sebagaimana
yang dituturkan oleh Ummu Salamah mengenai bacaan Rasulullah, "Bismillahirrahmaanirrahiim."
Dalam satu riwayat disebutkan," Kemudian beliau berhenti sejenak, lalu membaca alhamdu lillahi
rabbil 'alamiin, kemudian berhenti. Setelah itu membaca ar-rahmaanir rahiim." Dalam riwayat
yang lain disebutkan,"Kemudian beliau berhenti, lalu membaca maaliki yaumid diin, sambil
memutus-mutuskan ayat demi ayat."
6)        Membaca dengan tartil dan memperbagus suara bacaannya
Membaca al-Quran dengan tartil dan perlahan-lahan itu lebih mendorong si pembacanya untuk
menghayati dan bersikap khusyu. Keadaan yang demikian itu berbeda dengan membaca secara
cepat den tergesa-gesa. Yang juga dapat membantu kekhusyuan dalam shalat adalah memperbagus
suara bacaan. Hal ini bukan berrati melenggak-lenggokkan suara dan membaca berdasarkan bacaan
orang lain yang tidak benar. Akan tetapi suara itu dikatakan indah bila disertai dengan bacaan yang
mengandung kesedihan, seperti disabdakan Nabi,"Sesungguhnya di antara manusia yang suaranya
bagus ketika membaca al-Quran adalah apabila kamu mendengar al-quran itu dibacanya, kamu
mengira bahwa dia benar-benar takut kepada Allah." (Ibnu majah)
7)        Menyadari bahwa Allah pasti Mengabulkan doa dalam shalatnya
"Apabila salah seseorang diantaramu berdiri shalat, sesungguhnya ia sedang bermunajah kepada
Rabb-nya, maka hendaklah ia memperhatikan bagaimana cara bermunajah kepada-Nya (yang
baik)." (Mustadrak al-Haakim)
8)        Shalat dengan Menghadap dan dekat kepada Tabir
"Apabila salah seorang dari kalian shalat, hendaklah ia menghadap ke arah tabir dan dekat
kepadanya." (Abu Daud)
"Apabila salah seorang kamu shalat ke arah tabir hendaklah mendekatinya, maka setan tidak
dapat memutus kan shalatnya." (Abu Daud)
9)        Meletakkan Tangan Kanan di atas Tangan Kiri di atas dada
Ibnu Hajar Rahimahullah berkata bahwa para ulama berkata,"Hikmah dari posisi tangan seperti itu
ketika shalat adalah membuktikan sikap seseorang yang meminta dengan penuh kehinadinaan dan
ketundukan. Keadaan seperti itu akan lebih mencegah dari sikap main-main (yang tidak ada
kaiatannya dengan shalat) dan justru akan lebih mendekatkan kepada kekhusyuan."
10)  Memandang ke tempat sujud
"Apabila shalat, Rasulullah biasa menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke
tanah (ke tempat sujud)." (Hakim). Adapun dalam duduk Tasyahhud dianjurkan memandang ke
arah jari telunjuk tangannya yang dipergunakan untuk isyarat sambil digerak-gerakkan.
11)  Menggerak-gerakkan jari telunjuk
Banyak sekali orang yang shalat mengabaikan masalah ini. Apalagi mereka tidak mengerti tentang
manfaatnya yang begitu besar dan dampak positif yang ditimbulkan dalam rangka membantu
tercapainya kekhusyuan. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya menggerak-gerakkan jari telunjuk itu lebih dahsyat untuk mengalahkan syetan
daripada besi." (Ahmad)
12)  Membaca beragam surat, ayat, zikir, dan doa dalam shalat
Hal ini sangat membantu untuk selalu memiliki perasaan baru dalam menerima kandungan ayat,
zikir, dan doa yang dibacanya. Hal ini juga merupakan Sunnah Nabi bahkan lebih sempurna dalam
mencapai kekhusyuan. Misalnya dalam doa iftitah, terkadang kita membaca: “Allahamumma naa'id
baini wa baina khathaayaaaya kama baa'adta bainal masyriqi wal maghribi...”
Dilain kesempatan kita membaca: “Subhaanaka Allahumma wa bi hamdika wa tabaaraka ismuka
wa taala jadduka wa laa ilaaha ghaairuka” atau disaat yang lain membaca: “Wajjahtu wajhiya
lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan . . .”
13)  Membaca Sujud Tilawah bila membaca ayat sajdah
Melakukan Sujud tilawah ketika shalat itu besar sekali gunanya karena dapat menambah
kekhusyuan dalam shalat.
14)  Berlindung kepada Allah dari godaan syetan
Untuk menghadapi tipu daya setan, sekaligus untuk menghilangkan waswas yang dibisikkan oleh
setan, nabi telah menunjukkan kepada kita terapi berikut ini: "Abul Aash berkata,"Ya Rasulullah,
sesungguhnya setan telah menghalang-halangi antara aku dan shalatku serta bacaanku dan
mengacaukannya terhadapku." Lalu Rasulullah bersabda,"Itulah setan yang dinamakan Khanzab.
Jika kamu merasakan keberadaannya maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah
ke sebelah kirimu tiga kali." Kata Abul Aash," Lalu aku mengerjakan hal demikian itu, maka Allah
menghilangkan hal itu dari diriku." (Muslim)
"Sesungguhnya apabila salah seorang kamu berdiri shalat maka datanglah setan untuk
mengacaukan shalatnya dan membuatnya ragu sehingga tidak mengerti berapa rakaat dia telah
mengerjakan shalat. Apabila salah seorang dari kamu merasakan demikian, hendaklah sujud dua
kali dalam keadaan duduk."(Bukhari)
"Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan shalat, lalu merasakan gerakan pada duburnya,
apakah berhadats atau tidak, sehingga ia ragu-ragu maka sekali-kali janganlah keluar dari shalat
(membatalkannya) sebelum mendengar (kentut) atau mencium baunya." (Thabrani)
15)  Merenungi ihwal orang-orang salaf dalam mengerjakan shalat
Hal ini dapat menambah kekhusyaun dalam shalat sekaligus dapat terdorong untuk mengikuti jejak
mereka. Misalnya seperti ibnu Zubair Radhiyallahu 'anhu berdiri dala melaksanakan shalat, dia
bagaikan sebatang kayu karena khusyuknya. Ketika dia sujud, manjanik 'peluru' musuh mengenai
bagian dari pakaiannya, namun dia tidak mengangkat kepalanya. Sebagian mereka ada pula yang
mukanya berubah menjadi kuning apabila ia berwudhu untuk menunaikan shalat. Ketika ditanyakan
kenapa seperti itu, dia menjawab,"Aku mengerti bahwa aku akan berdiri di hadapan zat Yang Maha
tinggi."
16)  Mengetahui  keistimewaan khusyu dalam shalat
"Sesungguhnya seseorang yang mengerjakan shalat, tidaklah dicatat baginya dari shalat kecuali
sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya,
seperenamnya,seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya." (Ahmad)
"Siapa orang muslim yang waktu shalat wajib tiba lalu berusaha menyempurnakan wudhu, khusyu,
dan rukunya, maka shalatnya itu menjadi penghapus dosa-dosa selama setahun selama dia tidak
mengerjakan dosa besar." (Muslim)
17)  Bersungguh-sungguh dalam berdoa ditempat-tempat tertentu terutama dalam sujud
"Seseorang yang paling dekat kepada Allah ialah ketiak ia dalam keadaan sujud. Maka
perbanyaklah berdoa (didalamnya)." (Muslim)
18)  Membaca dzikir-dzikir sesudah shalat
Jika kita mau mengamati dzikir-dzikir yang dibaca setelah shalat, akan kita dapatkan dzikir-dzikir
tersebut dimulai dengan istighfar sebanyak tiga kali. Bacaan istighfar itu menggambarkan seolah-
olah orang yang shalat itu memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangan yang
dilakukannya selama shalat, atas usahanya yang belum optimal dalam mencapai kekhusyuan dalam
shalat.
19)  Berusaha menghilangkan sesuatu yang dapat mengganggu orang shalat
Termasuk kategori semacam ini adalah berhati-hati melakukan shalat di tempat-tempat yang sangat
gaduh dan bising karena disampingnya banyak orang yang ngobrol ke sana ke mari. Hendaknya
menghindarkan diri dari melakukan shalat ditempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang dapat
mengganggu pandangannya. Di samping itu, hendaknya juga menghindarkan diri dari
melaksanakan shalat ditempat-tempat yang amat panas.
20)  Hendaknya tidak melakukan shalat dengan memakai pakaian yang ada hiasan, tulisan,
warna-warni atau gambar-gambar yang mengganggu orang shalat
21)  Jangan shalat sementara hidangan telah tersedia
"Tidak (boleh) shalat sementara makanan telah tersedia di hadapannya." (Muslim)
22)  Jangan mengerjakan shalat shalat sambil menahan buang air
"Apabila salah seorang kamu hendak pergi ke jamban sementara shalat telah dimulai, maka
hendaklah didahulukan pergi ke jamban." (Abu Daud)
23)  Hendaklah tidak mengerjakan shalat dalam keadaan mengantuk
"Apabila salah seorang dari kalian mengantuk, sedangkan ia mengerjakan shalat, maka hendaklah
tidur hingga hilanglah kantuknya, karena apabila mengantuk maka ia tidak mengerti yang
seharusnya ia beristighfar , namun nyatanya ia mencaci maki dirinya sendiri." (Bukhari)
24)  Hendaknya tidak shalat di belakang orang yang berbicara atau tidur
"Janganlah kamu melaksanakan shalat dibelakang orang yang sedang tidur dan jangan pula
dibelakang orang yang sedang berbicara." (Abu Daus)
25)  Tidak Menyibukkan diri dengan meratakan kerikil/pasir/tanah (Tempat Sujud)
"Janganlah kamu menyapu (pasir) padahal kamu sedang shalat. Tetapi jika kamu perlu maka
(boleh) menyapu sekali saja." (Abu Daud)
26)  Tidak mengganggu orang lain dengan bacaan (keras)
"Ketahuilah, sesungguhnya kalian sedang bermunajah kepada Allah, maka sekali-kali janganlah
sebagian kamu mengganggu sebagian yang lain dalam shalatnya, dan janganlah sebagian kamu
mengeraskan bacaan terhadap sebagian yang lain." Atau beliau bersabda,"Janganlah sebagian
dari kalian  mengeraskan suara dengan bacaan al-Quran." (Ahmad)
27)  Tidak Menoleh dalam Shalat
"Allah Azza wa Jalla senantiasa menghadap kepada seseorang yang tengah shalat selama ia tidak
berpaling muka. Apabila ia berpaling muka maka Allah pun berpaling darinya." (Abu Daud)
28)  Tidak menengadahkan Pandangan
"Apabila salah seorang dari kalian sedang melaksanakan shalat maka sekali-kali jangan
menengadahkan pandangannya agar penglihatannya tidak berkilau." (Ahmad)
29)  Tidak meludah ke arah depan ketika shalat
"Apabila seseorang dari kamu sedang shalat maka janganlah meludah ke depan karena Allah
berada dihadapannya ketika ia sedang shalat." (Bukhari)
"Apabila salah seorang dari kalian berdiri shalat maka sebenarnya ia sedang bermunajah kepada
Rabb-nya. Allah berada diantara dia dan kiblatnya. Janganlah meludah ke arah kiblatnya, tetapi
hendaklah di sebelah kiri atau dibawah tumitnya." (Bukhari)
Apabila lantai masjid itu dilapisi sajadah dan sejenisnya sebagaimana yang kita saksikan pada
zaman sekarang, maka bila dianggap perlu kita mengeluarkan sapu tangan atau sejenisnya lalu
meludah ke dalamnya kemudian menyimpan sapu tangan tersebut.
30)  Berusaha secara maksimal untuk tidak menguap ketika shalat
"Apabila salah seorang dari kalian sedang menguap dalam shalat maka tahanlah semampu
mungkin karena setan masuk (mengganggunya)." (Muslim)
31)  Tidak Berkacak Pinggang
"Nabi melarang orang shalat dengan berkacak pinggang." (Abu Daud)
32)  Tidak mengulurkan kain sampai ke tanah dalam shalat
"Rasulullah melarang mengulurkan kain sampai ke tanah ketika shalat dan juga melarang
seseorang menutup mulutnya." (Abu Daud)
33)  Tidak boleh meniru-niru Binatang
Larangan meniru-niru binatang mencakup beberapa sifat shalat dan gerakannya. Ada riwayat bahwa
Rasulullah melarang tiga perkara dalam shalat: mematuk seperti burung gagak (rukuk dan sujudnya
cepat), membentangkan tangan bagaikan binatang buas, dan menguasai tempat tertentu (di dalam
masjid untuk shalat) seperti unta menderum. (Ahmad)

You might also like