Professional Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
PUJA NURHALIZA
KELAS X MIA 1
SMA N 9 MANDAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Mah Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Shalat Khusyu’”. Dalam makalah ini
membahas tentang pengertian khusyu’, shalat, khusyu’ dalam shalat, dan dalil tentang shalat
khusyu’ serta hikmah dan kiat-kiat agar mencapai shalat khusyu’.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Khusyuk
Dalil Yang Memerintahkan Agar Khusu’ Dalam Sholat
Hikmah Shalat Khusyu’
Cara Mendapatkan Kekusyu’an Dalam Sholat
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Mengacu dari latar belakang penulis dapat merumuskan dengan beberapa poin diantaranya:
1. Apa makna dari khusu?
2. Apa dalil yang memerintahkan agar khusu dalam sholat?
3. Apa hikmah khusu dalam melaksanakan sholat menurut sunnah?
4. Bagaimana cara mendapatkan kekusyu’an dalam sholat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khusyuk
Kata Khusyu' sendiri disebutkan di dalam Al Qur'an. Makna bahasanya berkisar pada
hina/menunduk, rendah/ tenang, ketakutan, kering/mati, seperti:
a. Hina dan menunduk
"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina". (QS. Al Ghaasyiyaah [88]:2).
"Pandangannya tunduk". QS. (An-Naazi'aat [79]: 9).
"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka
belalang yang beterbangan" QS. (Al Qamar [54]: 7).
b. Rendah dan tenang
"Dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak
mendengar kecuali bisikan saja". (QS. (Thaahaa [20]: 108).
c. Merendahkan dan menundukkan diri
"Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir". (QS. Al Hasyr [59] : 21).
"(dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan
sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan
sejahtera". (QS. Al Qalam [68] : 43).
d. Kering dan mati
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaaan-Nya (ialah) bahwa engkau lihat bumi kering dan
gersang, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia bergerak dan subur". (QS.
Fushshilat [41]: 39)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan untuk
mendapatkan rasa khusyu’ kita hanya perlu bersikap seolah-olah ketika shalat kita sedang
berhadapan dengan Allah dan berserah diri kepada Nya. Sikap yang patut kita lakukan ketika
menghadap Allah adalah tenang, menundukkan pandangan dan merendahkan diri serendah-
rendahnya. Sikap yang sepatutnya dilakukan oleh seorang hamba yang hina dihadapan Tuhan
semesta alam, Tuhan Yang Maha Agung. Seperti sikap bumi yang kering kerontang dimusim
kemarau mengharapkan pertolongan dari Allah swt dalam bentuk curahan hujan agar dapat kembali
subur makmur.
B. Dalil Yang Memerintahkan Agar Khusu’ Dalam Sholat
1) Surah Al Baqarah ayat 45
Kata khasyi’in dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata khasyi’ yang berarti orang
yang merendahkan diri, menundukkan jiwa yang diperlihatkan oleh anggota badan dengan diam
dan pasrah. Qatadah berkata : khusyu’ didalam hati maksudnya adalah sungguh-sungguh dalam
melaksanakan shalat dengan memasrahkan diri sepenuhnya.
ِ ين هَّلِل
َ اش ِعِ ب لَ َم ْن ي ُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ُك ْم َو َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ْم َخ
ِ َوإِ َّن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا
ك لَهُ ْم أَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم إِ َّن هَّللا َ َس ِري ُع َ ِت هَّللا ِ ثَ َمنًا قَلِياًل أُولَئ
ِ ُون بِآَيَاَ اَل يَ ْشتَر
ِ ْال ِح َسا
ب
Artinya :
Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka
sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-
ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.
Khusyu’ dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tunduk atau rendah diri, memperhatikan sesuatu
yang ada didalam hati.
Khusyu’ disini adalah menundukkan kepala ketika mendengarkan Al Quran, sikap rendah diri
terhadap semua orang serta bijak dalam menentukan sesuatu.
ِ فَا ْستَ َج ْبنَا لَهُ َو َوهَ ْبنَا لَهُ يَحْ يَى َوأَصْ لَحْ نَا لَهُ َز ْو َجهُ إِنَّهُ ْم َكانُوا يُ َس
َ ار ُع
ون فِي
ين
َ اش ِع ِ ت َويَ ْد ُعونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا َو َكانُوا لَنَا َخ ِ ْال َخي َْرا
Artinya :
Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya
Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.
Orang-orang khusyu’ disini adalah orang-orang yang pasrah kepada Tuhannya dan
merendahkan diri.
Khusyu’ disini maksudnya adalah serius dalam melaksanakan shalat, tidak ada kesombongan
dan niat bermain-main didalamnya. Maknanya adalah tunduk dan merendahkan diri ketika berada
di hadapan Tuhannya. Khusyu’ itu letaknya didalam hati, jika seseorang telah khusyu’ maka
seluruh anggota tubuhnya akan tunduk mengikutinya. Ulama jika melakukan shalat, timbullah rasa
takutnya kepada Allah dan tubuhnya bergerak mengikuti sesuatu, sedangkan jiwanya
memberitahukan sesuatu tentang dunia.
5) Tuma’ninah
Tuma’ninah artinya tenang. Dalam shalat kita harus tuma’minah, Shalat tanpa tuma’ninah tidak
akan ada artinya. Sholat yang khusyu’ itu gerakannya disempurnakan, hatinya hadir, dan pikiran
tertuju hanya kepada Allah.
Kita sering melakukan sesuatu tapi pikiran kita tidak disana, hati kita tidak disana. Akibatnya apa
yang kita lakukan tidak ada hasilnya (sia-sia). Begitu juga dalam dunia kerja, ketenangan sangatlah
diperlukan. Kesuksesan hanya akan diraih orang yang memusatkan daya dan perhatianya pada apa
yang ingin ia dapatkan. Tuma’minah dalam dunia kerja mengandung arti kesungguhan dan
keseriusan dalam bekerja dan tidak menjadi ‘kutu loncat’ (berpindah kerja dari satu tempat ke
tempat yang lain). Berikut ini dampak negatif jika menjadi ‘kutu loncat’ :
Ø Memengaruhi Persepsi diri
Ø Terkesan tidak kompeten
Ø Terkesan tidak sesuai dengan pekerjaan anda
Orang yang khusyu’ dan tuma’ninah dalam shalat yaitu orang yang bisa menikmati shalatnya.
Begitu juga dalam dunia kerja, tak lain adalah yang dapat menikmati pekerjaanya.
6) Manajemen Siap dalam segala hal
Dalam shalat kita melakukan berdiri, rukuk, sujud. Ketika berdiri akal lebih tinggi dari hati, saatnya
mengolah akal kita. Ketika ruku’ hati dan akal seimbang, ketika sujud akal tunduk kepada hati kita,
tidak takabur akal dengan kecerdasannya.
Dalam dunia kerjapun tidak bedanya dengan diatas. Kadang beruntung (sikap berdiri), kadang
hanya kembali modal (sikap ruku’), kadang juga rugi (sikap sujud) Semuanya bisa terjadi kapan
saja tanpa diduga. Dari pernyataan diatas bisa kita simpulkan bahwa khusyu’ dalam shalat
mengajarkan kita tentang bagaimana kiat-kiat menghadapi situasi yang yang tidak terduga tersebut
untuk selalu siap dalam segala hal.