You are on page 1of 3

DEMENSIA

No.Dokumen : SOP/179/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 23 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang bersifat


kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif
multiple, termasuk daya ingat (memori), daya pikir, daya tangkap
(komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi,
visuospasial, bahasa dan daya nilai. Gangguan kognitif biasanya
diikuti dengan deteriorasi dalam kontrol emosi, hubungan sosial
dan motivasi. Pada umumnya terjadi pada usia lanjut, ditemukan
pada penyakit Alzhaimer, penyakit serebrovaskular, dan kondisi
lain yang secara primer dan sekunder mempengaruhi otak.
Kode ICD X : F03 Unspecified dementia
Tingkat kemampuan 3A
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan demensia
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala demensia, yaitu gangguan daya
ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, dan
kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering
lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil,
pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.
Faktor resiko:
a. Usia > 60 tahun (usia lanjut)
b. Riwayat keluarga
c. Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi,
penyakit jantung), atau diabetes mellitus.
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
 Kesadaran sensorium baik
 Penurunan daya ingat yang bersifat kronik dan progresif.
Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi
memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, serta adanya
kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
 Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya
gangguan neurologik atau penyakit sistemik.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan
adanya kondisi medis yang menimbulkan dan memperberat
gejala.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Kriteria Diagnosis:
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir
yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang
b. Tidak ada gangguan kesadaran
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit
enam bulan.
Klasifikasi:
a. Demensia pada penyakit Alzheimer
b. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark)
c. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila)
d. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob
e. Demensia pada penyakit Huntington
f. Demensia pada penyakit Parkinson
g. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
h. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-
60%), disusul demensia vaskular (20-30%)
Diagnosis Banding yaitu Delirium, Depresi, Gangguan Buatan
dan Skizofrenia.
6. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
a. Non farmakologi
 Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik,
lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak,
stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-
teki silang, bermain catur.
 Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan
aman bagi pasien.
 Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari untuk
mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan
fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan
keterampilan, serta meminimalisasi kebutuhan akan
bantuan.
 Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu
mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu
dengan menggunakan jam besar, kalender harian, dapat
menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat,
mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat
menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat
sederhana dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu
gunakan isyarat atau sentuhan lembut.
b. Farmakologi
 Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti:
donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine
secara rutin untuk semua kasus demensia.
Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang
memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer
ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi
adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping
oleh pelaku rawat.
 Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan
antipsikotik dosis rendah, seperti: Haloperidol 0,5 – 1
mg/hari.
7. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) apabila
 Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan
penatalaksanaan lanjutan.
 Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan
membahayakan dirinya atau orang lain.
8. Petugas memberikan resep kepada keluarga pasien untuk
diserahkan ke apotik.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. Apotik

You might also like