You are on page 1of 8

BAB III

METODOLOGI

3.1 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan secara
mendetail mulai dari menyiapkan peralatan dan bahan hingga mencatat hasil
pengujian. Pada prosedur penelitian dibagi menjadi dua bagian, yakni prosedur
pembuatan komposit dan prosedur pengujian.

3.1.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam proses manufaktur komposit epoksi serat
karbon ini adalah:

1. Penggaris
Penggaris merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang
bahan dan spesimen sebelum dipotong.
2. Kuas
Kuas merupakan alat yang digunakan untuk melapisi serat karbon dengan
epoksi saat proses laminasi.
3. Gunting Bahan
Gunting bahan merupakan alat potong yang digunakan untuk memotong
serat karbon.
4. Vernier Caliper
Vernier Caliper merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tebal
serat karbon dan tebal komposit.
5. Timbangan Digital
Timbangan merupakan alat ukur massa yang digunakan untuk mengukur
massa resin dan serat karbon. Timbangan yang digunakan memiliki skala
massa 1-5000 gram.
6. Gergaji Besi
Gergaji besi ini digunakan untuk memotong panel komposit menjadi
spesimen sesuai dengan dimensi standar uji.

23
Gambar 3.2 UTM HT-9501

7. Pompa Vakum
Pompa vakum merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
hingga dibawah 1 atm dan memberikan penekanan pada material komposit.
Pompa vakum yang digunakan adalah pompa Value dengan kapasitas ¼ hp.

Gambar 3.1 Pompa vakum


8. UTM
UTM (Universal Testing Machine) adalah alat yang digunakan untuk
menguji kekuatan suatu material. UTM yang digunakan adalah HT-9501
dengan kapasitas 100 kN.

24
9. Mikroskop
Mikroskop digunakan untuk mengamati patahan serat dengan satuan ukuran
mikrometer. Mikroskop yang digunakan adalah Zeiss Primo Star dengan
perbesaran hingga 100x.

Gambar 3.3 Mikroskop zeiss primo star


Bahan yang digunakan dalam proses manufaktur komposit epoksi serat
karbon ini adalah:

1. Serat Karbon
Serat karbon digunakan sebagai penguat dalam komposit. Serat karbon yang
digunakan dalam penelitian ini adalah serat karbon dengan jenis anyaman
plain weave 200 gram/m2 3k dan twill weave 200 gram/m2 3k.

a) Plain weave b) Twill weave


Gambar 3.4 Serat karbon plain weave dan twill weave
2. Resin Epoksi
Resin Epoksi termasuk ke dalam polimer thermoset dimana resin yang
termasuk jenis thermoset ketika dilakukan pemanasan yang tinggi tidak
akan melunak. Hardener digunakan untuk mengeraskan resin epoksi. Pada

25
penelitian ini, digunakan resin epoksi (Bhispenol A-epichlorohydrin) dan
hardener (Polyaminoamide).
3. Release Wax
Release wax berfungsi untuk melapisi molding dan peel ply agar tidak
lengket pada komposit yang akan dilaminasi
4. Peel Ply
Peel ply merupakan kain tenun halus yang diterapkan pada lapisan laminasi
agar tetap bersih, bebas kontaminasi.
5. Release Film
Sebuah bahan film yang befungsi sebagai pembatas antara peel ply dan
breather cloth untuk membatasi penyerapan resin saat di vakum agar
komposit tidak terlalu kering.
6. Breather Cloth
Sebuah kain berpori yang berfungsi untuk menyediakan jalur aliran udara
yang terperangkap pada saat proses laminasi dan juga untuk menyerap
kelebihan resin dari laminasi yang sedang dalam proses curring pada
kondisi vakum.
7. Sealant Tape
Sealant tape digunakan untuk menempelkan plastic bagging untuk
mengisolasi area kerja spesimen agar tidak ada kebocoran yang
menyebabkan tekanan vakum menjadi berkurang.
8. Bagging Film
Plastik bagging digunakan sebagai media tekan pada proses vakum dan juga
sebagai media untuk isolasi udara.

3.1.2 Prosedur Pembuatan Komposit


Pembuatan spesimen uji komposit epoksi-serat karbon menggunakan
metode hand lay-up vacuum bagging. Berikut prosedur pembuatan komposit
epoksi-serat karbon :

1. Persiapan Bahan
Serat karbon plain weave dan twill weave di potong dengan ukuran 28 cm x
10 cm masing-masing sebanyak 28 lembar orientasi 0o, 8 lembar orientasi 45o dan

26
6 lembar orientasi 90o. Serat karbon yang telah dipotong kemudian disusun sesuai
orientasi serat yang digunakan dan diukur massanya menggunkan timbangan digital
untuk mendapatkan massa serat karbon. Dengan menggunakan perbandingan fraksi
massa filler dan matriks sebesar 60% : 40% maka akan didapatkan massa estimasi
material komposit. Setelah didapatkan massa resin epoksi, kemudian massa resin
tadi dibagi lagi dengan perbandingan 2:1 yaitu perbandingan antara epoksi dengan
hardener. Resin dan hardener dicampur hingga untuk mendapatkan larutan epoksi.
2. Proses Hand Lay-up
Proses hand lay-up dimulai dengan membersihkan dan melapisi cetakan
datar dengan wax. Hal ini dilakukan agar komposit mudah dilepas setelah kering.
Selanjutnya dilakukan proses pelapisan resin epoksi yang telah dicampur dengan
hardener secara merata ke seluruh permukaan cetakan, kemudian dilanjutkan
dengan proses pelapisan serat karbon. Pelapisan dilakukan menggunakan kuas
secara merata keseluruh permukaan serat karbon hingga permukaan serat basah
oleh epoksi. Berikan sedikit tekanan pada permukaan serat karbon agar merekat
dengan baik. Proses pelapisan komposit epoksi serat karbon ini dilakukan hingga
didapat jumlah lapisan komposit yang diinginkan yaitu 5, 7, dan 9 lapisan dengan
orientasi unidirectional dan multidirectional.
3. Proses Vakum
Proses ini dimulai dengan menempelkan sealant tape seluruh bagian pinggir
cetakan, kemudian cetakan ditutup menggunakan bagging film hingga cetakan
tertutup dengan baik. Cetekan yang telah tertutup dengan baik dilakukan proses
vakum selama kurang lebih 2 jam hingga seluruh udara didalam cetakan hilang.
Proses vakum dilakukan menggunakan pompa vakum dengan tekanan vakum 14,8
psi. Komposit yang talah divakum lalu didiamkan selama 1 hari untuk proses curing
dalam kondisi vakum untuk mendapatkan hasil komposit yang baik.
4. Proses Pemotongan Spesimen
Komposit epoksi serat karbon yang telah kering dikeluarkan dari cetakan
lalu dibersihkan dari sisa-sisa resin dan wax. Komposit yang telah bersih diberi
ukurun menggunakan marker sesuai ukuran standar pengujian yang digunakan
yaitu ASTM D3039. Komposit lalu dipotong dengan menggunakan gergaji besi
untuk mendapatkan hasil potongan yang baik.

27
3.1.3 Prosedur Pengujian
Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mendapatkan sifat mekanik
yaitu pengujian tarik dengan standar ASTM D3039.

1. Pengukuran Spesimen Awal


Pada tahap ini spesimen uji diukur panjang, lebar dan tebal nya
menggunakan jangka sorong. Spesimen uji diberikan tanda menggunakan spidol
pada titik berat spesimen dan gauge length spesimen. Spesimen uji yang telah
diukur diberi kode sesuai dengan variasi variabel yang diberikan. Kode P digunakan
untuk spesimen dengan anyaman plain weave, kode T digunakan untuk spesimen
dengan anyaman twill weave, kode 0 digunakan untuk spesimen dengan orientasi
unidirectional dan kode 1 digunakan untuk spesimen multidirectional.
2. Pengujian Tarik
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik pada
komposit yang telah dibuat. Pengujian tarik ini dilakukan sesuai dengan standar
ASTM D3039. Spesimen yang akan diuji dipasang menggunakan penjepit pada
mesin UTM dangan alat bantu emry cloth sebagai tab yaitu alat bantu jepit. Setelah
spesimen terpasang lalu diberikan pembebanan tarik hingga spesimen patah.
3. Pengukuran Spesimen Akhir
Pengukuran spesimen setalah diuji dilakukan untuk membandingkan
dimensi spesimen awal dan setelah diuji. Spesimen yang telah diuji diukur kembali
dimensi nya menggunakan jangka sorong. Pengukuran spesimen dilakukan untuk
mendapatkan nilai pertambahn panjang spesimen setelah di uji tarik.
4. Pengamatan Pola Patahan
Pengamatan pola patahan dilakukan pada spesimen uji tarik. Spesimen uji
tarik yang sudah diuji dilihat pola patahan nya menggunakan kode patahan sesuai
dengan standar ASTM D3039. Pengamatan spesimen ini dilakukan untuk
mengklasifikasikan spesimen uji tarik berdasarkan pola patahan spesimen yang
terjadi.
5. Pengamatan Dengan Mikroskop
Spesimen yang telah diuji dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop
untuk melihat deformasi serat yang terjadi. Patahan serat yang terjadi diukur
menggunakan pada mikroskop untuk mendapatkan jarak patahan serat yang terjadi

28
pada spesimen komposit epoksi serat karbon setelah diuji tarik. Gambar hasil
mikroskop disimpan dan digunakan sebagai bahan analisis pada penelitian.

3.2 Diagram Alir Penelitian


Berikut adalah diagram alir penelitian komposit serat epoksi serat karbon :

Mulai

Identifikasi dan
Perumusan Masalah

Studi Literatur

Jenis Serat Karbon


Jumlah Lapisan
Orientasi

Pembuatan Komposit

ASTM D- Tidak
3039
Ya
Pengujian Tarik

Pengamatan
Mikroskop

Analisis dan
Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.5 Diagram alir penelitian komposit serat karbon-epoksi

29
3.3 Variabel Penelitian
Berikut variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1 Variabel penelitian
Jenis Jumlah Orientasi Kekuatan Deformasi
Anyaman Lapisan Tarik
Serat Karbon
Plain Weave 5 Lapisan Unidirectional
Multidirectional
7 Lapisan

9 Lapisan

Twill Weave 5 Lapisan

7 Lapisan

9 Lapisan

30

You might also like