Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang tinjuan pustaka dari beberapa dasar teori dan
penelitian terdahulu terkait dengan topik penelitian tugas akhir.
2.1 Komposit
Komposit adalah struktur material yang terdiri dari dua kombinasi bahan
atau lebih, yang dibentuk pada skala makroskopik dan menyatu secara fisika. Kata
komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan
yang berbeda yang digabung atau dicampur secara makroskopis (Kaw, 1997). Kata
komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan.
Composite berasal dari kata kerja “to compose” yang berarti menyusun atau
menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari
dua atau lebih bahan yang berlainan (Triyono dan Diharjo, 1999).
Komposit berbeda dengan paduan, paduan (alloy) adalah kombinasi antara
dua bahan atau lebih dimana bahan-bahan tersebut terjadi peleburan dan terjadi
reaksi kimiawi diantara dua bahan tersebut sedangkan komposit adalah kombinasi
terekayasa dari dua atau lebih bahan yang mempunyai sifat-sifat seperti yang
diinginkan dengan cara kombinasi sistematik pada kandungan-kandungan yang
berbeda tersebut dan reaksi yang terjadi hanya reaksi fisika (Van Vlack, 2004).
Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)
sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matriks.
Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang bekerja pada
bahan komposit. Matriks berfungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat
bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan
serat digunakan bahan yang kuat, dan kaku, sedangkan bahan matriks dipilih bahan-
bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakukan kimia.
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi material komposit (Schwartz, 1984)
A. Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki
sifat dan struktur matriks yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi. Jumlah
serat didalam suatu komposit berpengaruh pada kekuatan komposit tersebut.
B. Posisi Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang
akan menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat
mempengaruhi kinerja komposit tersebut.
C. Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat
mempengaruhi terhadap kekuatan. Ada dua penggunaan serat dalam campuran
komposit yaitu serat pendek dan serat panjang.
D. Bentuk Serat
Bentuk serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu
mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya,
semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih
tinggi. Selain bentuknya, kandungan seratnya juga mempengaruhi.
E. Faktor Matriks
Matriks dalam komposit berfungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi
sebuah unit struktur, melindungi dari kerusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga
matriks dan serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat membutuhkan
matrik yang berfungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi sebuah unit struktur,
melindungi dari kerusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban
eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga matriks dan serat
saling berhubungan.
F. Faktor Ikatan Serat-Matriks
Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang
membutuhkan material yang mempunyai perpaduan dua sifat dasar yaitu kuat
namun juga ringan. Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matriks yang
6
memudahkan terjadi antara dua fase. Selain itu komposit serat juga harus
mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan
matriks berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan.
Kemampuan ini harus dimiliki oleh matriks dan serat. Hal yang mempengaruhi
ikatan antara serat dan matriks adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau
bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matriks tidak akan
mampu mengisi ruang kosong pada cetakan atau pada saat laminasi. Bila komposit
tersebut menerima beban, maka akan terjadi konsentrasi tegangan pada daerah void
yang menyebabkan kekuatan material menjadi berkurang. Void bisa disebabkan
oleh adanya udara yang terperangkap pada saat proses laminasi.
2.1.1 Matriks
Matriks merupakan unsur yang bertugas untuk mengikat dan melindungi
penguat. Unsur ini juga menahan dan meneruskan tegangan yang di terima pada
komposit tersebut. Matriks memberikan kekakuan dan bentuk terhadap struktur.
Bergantung pada bahan matriks yang dipilih, mempengaruhi karakteristik unjuk
kerja seperti ductility (liat), kekuatan impak, dan lain-lain. Sebuah matriks yang
ductile akan meningkatkan ketangguhan struktur. Untuk persyaratan ketangguhan
yang lebih tinggi, bisa dipilih komposit berbasis thermoplastic. Pada Gambar 2.1
dijelaskan macam-macam jenis komposit berdasarkan matriks penyusunnya.
Composites
- Aluminium - Alumina
- Thermoplastics
- Magnesium - Aluminium Titanate
- Thermosets
- Titanium, dll - Silicon Carbide
7
berbasis matriks polimer (PMC) termasuk polimer (contoh epoksi, polyester,
urethane) yang diperkuat dengan serat berdiameter kecil (contoh: graphite,
aramids, boron). Sebagai contoh, komposit grafit/epoksi yang kekuatannya bisa
mencapai lima kali dari lebih kuat dibanding dengan baja dengan berat antara kedua
material tersebut sama. Keunggulan dari PMC adalah temperatur pembuatan
rendah, koefisien termal dan penguapan kelembapan tinggi dan tahan terhadap
korosi (Kaw, 2006). Adapun jenis polimer yang banyak digunakan pada material
komposit ini adalah:
A.1. Thermoplastic
Themoplastic adalah plastik yang dapat dilunakan berulang kali (recycle)
dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer yang akan
menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh pada suhu
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat balik
(reversible) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan.
Contoh dari thermoplastic yaitu Poliester, Nylon 66, PP, PTFE, dan PET.
A.2. Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan thermoset melainkan akan
membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering
digunakan sebagai penutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Contoh dari
themoset yaitu Epoksida, Bismaleimida (BMI), dan Poli-imida (PI).
B. Ceramics Matrix Composite (CMC)
Material komposit ini biasanya digunakan pada lingkungan bertemperatur
sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matriks dan diperkuat
dengan serat pendek atau serabut-serabut (whiskers) yang terbuat dari silicon
karbida atau boron nitride. Keuntungan dari jenis komposit ini adalah dimensinya
stabil bahkan lebih stabil daripada logam, mempunyai karakteristik permukaan
yang tahan aus, tahan pada temperature tinggi dan kekuatan serta ketangguhan yang
tinggi.
8
C. Metal Matrix Composite (MMC)
Metal Matrix Composite (MMC) adalah salah satu jenis komposit dengan
matriks berupa logam, yang memiliki kuat tekan dan geser yang baik, tidak mudah
terbakar dan tidak menyerap kelembapan, tahan terhadap temperatur tinggi,
memiliki ketahanan arus dan mua termal yang baik serta transfer tegangan regangan
yang baik dibandingkan dengan Polymer Matrix Composite (PMC).
2.1.2 Penguat
Penguat (Reinforcement) merupakan unsur utama dalam pembentukan
material komposit. Sehingga penguat inilah yang menentukan karakteristik
material komposit seperti kekakuan, kekuatan, dan sifat-sifat mekanik lainnya.
Penguat dapat terbuat dari metal, polimer, atau keramik. Pada Gambar 2.2
dijelaskan macam-macam jenis komposit berdasarkan reinforced penyusunnya.
Composites
Dispersion- Aligned
Sandwich
strengthened
Panels
Randomly Oriented
A. Komposit Partikel
Komposit partikel terdiri dari matrik yang berukuran kecil dengan bentuk
butir. Komposit partikel merupakan komposit yang mengandung bahan penguat
berbentuk serbuk. Sifat-sifat komposit partikel dipengaruhi beberapa faktor yaitu
ukuran dan bentuk partikel, bahan partikel, rasio perbandingan antara partikel, dan
jenis matrik. Komposit partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti kekuatan
9
meningkat, meningkatkan temperatur kerja, ketahanan terhadap oksidasi, dll (Kaw,
2006). Skema komposit partikel dapat dilihat seperti Gambar 2.3
10
menyebabkan bagian resin lebih besar. Fraksi berat yang lebih rendah
berhubungan dengan ketidakefisienan balutan dan batasan-batasan dalam
proses pencetakan.
B.1.2 Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang terorientasi
atau sejajar satu dengan yang lain (aligned discontinuous fiber).
Laminate adalah gabungan dari dua atau lebih lamina (satu lembar komposit
dengan arah serat tertentu) yang membentuk elemen struktur secara kompak pada
komposit. Proses pembentukan lamina ini menjadi laminate dinamakan proses
11
laminai. Sebagai elemen sebuah struktur, lamina yang serat penguatnya searah saja
(unidirectional lamina) pada umumnya tidak menguntungkan karena memiliki sifat
yang buruk. Untuk itu struktur komposit dibuat dalam bentuk laminate yang terdiri
dari beberapa macam lamina atau lapisan yang diorientasikan dalam arah yang
diinginkan dan digabungkan bersama sebagai sebuah unit yang kompak. Pada
Gambar 2.5 menunjukan susunan komposit lamina dan laminate.
12
Komposit sandwich dibuat dengan tujuan untuk efisiensi berat yang
optimal, namun mempunyai kekakuan dan kekuatan yang tinggi, sehingga untuk
mendapatkan karakteristik tersebut, pada bagian tengah diantara kedua skin
dipasang core. Komposit sandwich merupakan jenis komposit yang sangat cocok
untuk menahan beban lentur, impak, meredam getaran dan suara. Komposit
sandiwich dibuat untuk mendapatkan struktur yang ringan tetapi mempunyai
kekakuan dan kekuatan yang tinggi. Biasanya pemilihan bahan untuk komposit
sandwich, syaratnya adalah ringan, tahan panas dan korosi serta harga juga
dipertimbangkan.
13
menjadi filament yang menerapkan varian proses pembuatan serat tekstil standard.
Serat polyacrylonitrile memiliki densitas mendekati 1,17 g/cm3 dan struktur
molekul yang terdiri atas molekul rantai panjang. Serat berbasis pitch. Pitch adalah
campuran yang komplek dari hydrocarbon aromatic dan dapat dibuat dari
petroleum, coal tar, dan asphalt. Pitch harus diproses melalui sebuah langkah
perlakuan awal untuk memperoleh viskositas dan berat molekul dalam persiapan
untuk membuat serat karbon unjuk kerja tinggi yang diinginkan (ASM, 2001). Pada
Gambar 2.7 dapat dilihat susunan serat karbon tipe twill dan plain.
Gambar 2.7 Susunan serat karbon tipe twill dan plain (Carbon.ee, 2017)
2.3 Epoksi
Resin epoksi umumnya dikenal dengan sebutan bahan epoksi. Bahan epoksi
adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok thermoset. Bahan
epoksi mempunyai sifat tidak bisa melunak kembali melainkan akan terdegradasi,
tidak bisa diolah kembali, dan atomnya berikatan kuat sekali. Resin ini banyak
digunakan untuk aplikasi rekayasa karena memiliki sifat-sifat yang lebih unggul
dibandingkan dengan resin lainnya. Resin epoksi banyak digunakan untuk
membuat komposit kualitas tinggi. Resin epoksi umumnya tersusun dari bisphenol-
A dan epiklorohidrin. Resin epoksi sangat tahan terhadap bahan kimia dan sangat
stabil dibandingkan resin lainnya. Namun resin epoksi memiliki kualitas beragam
bergantung pada bahan pengeras yang digunakan.
Resin epoksi tersedia dalam berbagai grade viskositas mulai encer hingga
pekat. Suhu pengerasan resin epoksi ditentukan oleh bahan pengerasnya. Bahan
pengeras poliamin alifatik dan poliamid umumnya akan mengeras pada suhu rendah
hingga 100oC. Sedangkan bahan pengeras anhidrit umumnya akan mengeras pada
suhu tinggi 150oC. Selain itu, bahan pengeras poliamin aromatik mampu mengeras
14
pada suhu 100oC hingga suhu tinggi 175oC. Secara umum epoksi mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
A. Mempunyai kemampuan mengikat paduan metalik yang baik. Kemampuan
ini disebabkan oleh adanya gugus hidroksil yang memiliki kemampuan
membentuk ikatan hydrogen. Gugus hidroksil ini juga dimiliki oleh oksida
metal, dimana pada kondisi normal menyebar pada permukaan logam.
B. Ketangguhan, kegunaan epoksi sebagai bahan matriks dibatasi oleh
ketangguhan yang rendah dan cenderung rapuh. Proses pengerasan terjadi
jika polimer epoksi resin dicampurkan dengan hardener-nya. Resin epoksi
mengeras lebih cepat pada selang temperatur 5°C sampai 150°C. Namun hal
ini bergantung pula pada jenis hardener yang digunakan. Jika dilihat dari
segi waktu yang dibutuhkan untuk proses pengerasan, maka epoksi ini lebih
lambat. Dalam industri biasanya bahan epoksi dipakai sebagai perekat
logam. Secara umum polimer termoset terdiri dari dua jenis penyusun, yaitu
epoksi resin dan curing agent (hardener). Hardener yang dicampurkan
dengan resin epoksi akan menyebabkan reaksi curing terjadi, bertujuan agar
didapatkan hardened polymer (cross linked structure) yang kuat dan
mempunyai sifat mekanis baik sebagai binder.
15
Gambar 2.8 Proses Hand Lay-up (Atasari, 2016)
16
Gambar 2.9 Skema Vacuum Bagging (West System®, 2010).
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan. Hubungan tegangan
regangan pada tarikan memberikan nilai yang cukup berubah tergantung pada laju
tegangan, temperatur, kelembapan, dan seterusnya. Kekuatan tarik diukur dengan
menarik sampel uji dengan dimensi sesuai dengan standar yang digunakan.
Kemampuan maksimum bahan dalam menahan beban disebut “Ultimate Tensile
Strenght” disingkat dengan UTS. Pada Gambar 2.10 menunukan skema pengujian
tarik.
17
Gambar 2.10 Skema pengujian tarik (Callister, 2005)
Hal-hal yang mempengaruhi kekuatan tarik komposit yang pertama adalah
temperatur, apabila temperaturnya turun maka kekuatan tariknya akan naik, begitu
sebaliknya kekuatan tarik akan turun apabila temperatunya naik. Yang kedua adalah
kelembaban. Kelembaban mengakibatkan bertambahnya absorpsi air, yang
mengakibatkan regangan patah, tegangan patah dan modulus elastisitasnya
menurun. Dan yang terakhir adalah laju tegangan, apabila laju tegangan kecil, maka
perpanjangan bertambah dan mengakibatkan kurva tegangan regangan menjadi
landai, modulus elastisitasnya rendah. Sedangkan jika laju tegangan tinggi, beban
patah dan modulus elastisitasnya meningkat tetapi regangannya kecil. Hasil dari
pengujian ini berupa grafik beban versus perpanjangan (elongation). Beban dan
perpanjangan (elongation) dapat dirumuskan sebagai berikut:
A. Engineering Stress
𝐹
𝜎= (2.1)
𝐴
Dimana :
18
B. Engineering Strain
𝑙1 − 𝑙0 ∆𝑙
𝜀= = (2.2)
𝑙0 𝑙0
Dimana :
𝜀 = Regangan tarik
𝑙0 = Panjang awal spesimen (mm)
𝑙1 = Panjang akhir spesimen (mm)
Gambar 2.12 Tipe kegagalan uji tarik komposit (ASTM D3039, 2002)
19
Tabel 2.1 Kode karakter pertama yang menunjukkan tipe kegagalan
Failure Type Code
Angled A
Edge Delamination D
Grip/tap G
Lateral L
Multi-mode M (XYZ)
Explosive S
Other O
20
Pada Gambar 2.12 merupakan klasifikasi tipe patahan yang dianjurkan oleh
ASTM untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan. Tabel 2.1, 2.2 dan 2.3
merupakan merupakan kode yang digunakan oleh ASTM D3039 untuk
memudahkan bagi penguji untuk mengklasifikasikan spesimen yang telah
dilakukan pengujian tarik.
21