You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun
dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air
dan udara, dan merupakan media untuk tumbuh tanaman. Tanah berasal dari
pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa bahan organik dan mineral
vegetasi serta hewan yang hidup di atas atau di dalamnya.
Kesuburan tanah pertanian di Indonesia sebagian besar mengalami
penurunan. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya hasil produksi serta tingginya
biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani baik sawah, perkebunan
maupun petani tambak. Penyebab turunnya kesuburan tanah antara lain karena
tanah mengalami kemasaman (rendahnya nilai pH yang terdapat dalam tanah).
Kemasaman atau pH tanah menunjukkan kadar H+ dan OH- dalam larutan tanah.
Ketersediaan hara esensial bagi tanaman bergantung pada pH, di mana hara
tanaman optimum pada kisaran pH 6-7.
Tanah sawah pada umumnya mempunyai pH sekitar netral (6-7). Pada
kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi
tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata
air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe
dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin. Kemasaman tanah ini
mengakibatkan turunnya unsur hara. Unsur-unsur makro yang diperlukan tanaman
dalam jumlah besar umumnya ketersediaannya rendah pada tanah-tanah dengan
keasaman tinggi. Unsur-unsur makro ini lebih tersedia pada tanah-tanah dengan
keasaman rendah mendekati pH netral.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal
dari tanaman adalah pH tanah. Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH (potential of hydrogen). Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Tanah
masam memiliki nilai pH yang rendah atau kadar ion H+ yang tinggi. Namun
sebaliknya, tanah basa memiliki nilai pH yang tinggi atau kadar ion H+ yang

1 Universitas Sriwijaya
2

rendah. Selain ion H+ dan ion-ion lain di dalam tanah ditemukan pula ion OH-
yang jumlahnya berbanding terbalik dengan ion H+. Apabila kandungan H+ dan
OH- adalah sama maka tanah bereaksi netral.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: masam, netral,
dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada
tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat
pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk
yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia,
mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H +.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisi penetapan pH tanah ini adalah agar
dapat menentukan pH tanah menggunakan pH meter dan mengetahui takar pH
pada setiap sampel tanah yang diambil dari tanah yang berbeda.

Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. pH Tanah
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan
lahan berkisar antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali)
membatasi pertumbuhan tanaman (Hanafiah.2008). Efek pH tanah pada
umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya
yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih. pH tanah
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi
kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama
dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno,
2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama
(Pairunan,2008).
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb.
Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8. Tanah yang lebih
asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang. Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada di daerah arid dan di kawasan
pantai. pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas keasaman, bukan ukuran total
asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau keasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah berpasir (Mukhlis, 2007).

Universitas Sriwijaya
4

Kebanyakan tanah mempunyai pH antara 5,0 dan 8,0. Di kawasan basah,


tanah permukaan biasanya mempunyai pH 4,0 sampai 6,0. Secara umum pH
optimum tanah mineral ialah sekitar 6,5 sedangkan pada tanah organik ialah
sekitar 5,5. Namun perkecualian, misalnya tanaman teh lebih suka pH antara 4,0
dan 5,0 dan tanaman legum pada umumnya lebih suka pH yang mendekati 7,0
(Notohadiprawiro, 2009).
Disamping kerja langsung unsur H, Ca, dan Mg, keasaman tanah dan
pengapuran mempunyai pengaruh penting terhadap kelarutan ketersediaan dan
kadang-kadang daya racun serta elemen-elemen lain. Naiknya keasaman tanah
disertai dengan naiknya kelarutan Al, Cu, Fe, Mn dan Zn. Semuanya ini asam
bukan dikarenakan sedikitnya kebutuhan Ca, melainkan tingginya kebutuhan
elemen-elemen lainnya. Pada keasaman sedang atau kuat, kebanyakan tanah
mengikat pupuk fosfat dengan membentuk senyawa-senyawa P, Fe, dan Al yang
terlarut. Oleh karena itu, pemakaian fosfat hendaknya sering dilakukan dengan
jumlah cukup untuk diserap tanaman. Pada kondisi netral , Fe dan Al jauh kurang
terlarut, dan banyak fosfat bergabung dengan Ca dalam bentuk lebih tersedia
(Kuswandi, 2001).

Universitas Sriwijaya
5

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Pelaksanaan


Praktikum analisis penetapan pH tanah dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Indralaya. Praktikum ini diaksanakan pada tanggal 6
September 2018 pada pukul 13.30 sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah : 1). Gelas pengaduk; 2). Gelas ukur 25
ml; 3). pH meter; 4). Sprayer; 5). Timbangan dua desimal dan 6). Tabung film 2
buah.
Adapun bahan yang diperlukan adalah : 1). Aquades; 2). Larutan buffer pH
7,00 dan pH 4,00. 3). KCl 1 N dan 4). Sampel tanah.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja analisis penetapan pH tanah yaitu :
1. Timbang 15 g tanah kering udara, masukkan dalam tabung film,
2. Tambahkan 15 ml Aquades atau 15 ml KCl 1 N,
3. Aduk dengan gelas pengaduk sampai homogen, lalu diamkan semalam,
4. Keesokkan harinya aduk lagi dan biarkan lebih kurang 30 menit,
5. Hidupkan alat pH meter dan kalibrasi dengan larutan buffer pH 7,00 dan
pH 4,00 sampai pH meter stabil,
6. Kemudian cek sampel dengan pH meter.

Universitas Sriwijaya
6

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1.1. Penetapan pH tanah
Lapisan tanah pH
H2O KCl
Mineral lapisan 0-30 cm 5.10 4.24
Mineral lapisan 30-60 cm 5.68 4.32
Pasang surut lapisan 0-30 cm 5.67 4.29
Pasang surut lapisan 30-60 cm 4.91 4.03
Gambut 4.67 4.07

4.2. Pembahasan
Dari data hasil penetapan pH tanah didapat hasil, yaitu pH tanah pada tanah
mineral lapisan 0-30 cm lebih rendah dari pada lapisan 30-60 cm hal ini
dikarenakan tanah pada lapisan 0-30 cm memiliki kandungan bahan organik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan 30-60 cm. Bahan organik merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan kemasaman pada tanah, selain bahan organik
hal lain yang menyebabkan lapisan atas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan
bawahnya adalah karena penambahan pupuk N pada tanah tersebut.
(Prasetyo et al. 2006) reaksi pada tanah mineral pada umumnya masam
hingga sangat masam ( pH 5 – 3.10 ), kecuali tanah mineral yang berasal dari batu
gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH 6.80 – 6.50 ).
Kandungan hara pada tanah mineral pada umumnya rendah karena pencucian basa
berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses
dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi.Pada tanah yang
mempunyai horizon kandik kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan
organik pada lapisan atas, oleh sebab itu pada lapisan 30 – 60 cm memiliki takar
pH yang masam.
Pada lahan pasang surut dengan kedalaman 0 – 30 cm pH tanah lebih tinggi
dibandingkan dengan lapisan 30-60 cm. Hal ini terjadi karena pada lahan rawa
pasang surut merupakan lahan yang tergenang sehingga terjadi endapan, kation-

Universitas Sriwijaya
7

kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci. Kation kation basa yang hilang
tersebut kedudukannya di tapak jerapan tanah akan di ganti oleh kation kation
masam seperti Al, H, dan Mn. Selain itu, pada lahan dengan curah hujan tinggi,
umumnya kemasaman meningkat sesuai dengan kedalaman lapisan tanah,
sehingga kehilangan topsoil oleh erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah
menjadi lebih masam.
Lahan sulfat masam merupakan bagian dari lahan rawa pasang surut yang
dapat diklasifikasikan menurut posisi bahan sufidik di dalam tanah. Tanah ini
memiliki reaksi masam ekstrim yang bnyak mengandung ion sulfat sehingga
disebut tanah sulfat masam (acid sulphate soils). Tanah sulfat masam potensial
mengandung pirit pada jeluk > 50 cm yang bia terbuka ke udara akan terjadi
reaksi oksidasi membentuuk asam sulfat dan oksidasi logam besi sehingga tanah
tidak dapat digunakan untuk pertanian (Suriadikarta 2005).
Dalam kondisi asli, suasana jenuh air atau anaerobik, pirit bersifat stabil dan
tidak berbahaya. Ion monokarbonat (HCO3), salah satu produk pembentukan pirit,
menyebabkan pH tanah cenderung mendekati netral sampai agak alkalis. Tanah
masam mempunyai kendala fisik maupun kimia yang menghambat pertumbuhan
tanaman. Pemupukan dan pengapuran merupakan penanganan tanah masam yang
dapat menjadikan produktif (Subagyo,2006).
Dalam analisis kadar pH pada lahan gambut menunjukkan bahwa pH tanah
gambut lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral dan pasang surut. Lahan
gambut terbentuk dari bahan induk bahan organik yang menyebabkan tanah
tersebut memiliki tingkat kemasaman yang lebih tingggi dibanding tanah mineral
dan tanah rawa pasang surut. Selain itu pada tanah gambut selalu tergenang yang
menyebabkan tercucinya kation-kation basa Ca dan Mg, kemudian kation-katin
yang tercuci tersebut akan digantikan oleh kation-kation asam yaitu Al dan Fe.
Lahan gambut memiliki takar pH tanah yang masam karena proses tanah gambut
terbentuk pada keadaan anaerob sehingga terjadi proses pencucian yang
menyebabkan hasil prodak lahan gambut ber pH masam. (wahyunto,2005) Lahan
gambut merupakan lahan hasil akumulasi timbunan bahan organik yang berasal
dari pelapukan vegetasi yang tumbuh disekitarnya dan terbentuk secara alami
dalam jangka waktu yang lama.

Universitas Sriwijaya
8

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum analisis penetapan pH tanah, adalah :
1. Pada pH tanah mineral dengan kedalaman 0-30 cm menunjukkan tingkat
kemasaman tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan mineral
kedalaman 30-60 cm hal ini dikarenakan kandungan bahan organik pada
lapisan atas lebih tinggi dari lapisan bawah,
2. pH tanah mineral dipengaruhi oleh dekomposisi bahan organik, vegetasi,
kedalaman dan curah hujan,
3. Pada tanah rawa pasang surut nilai pH pada lapisan atas lebih tinggi dari
pada lapisan bawah, karena pada lahan rawa pasang surut merupakan lahan
yang tergenang sehingga pada lapisan bawah mengalami pencucian yang
mengakibatkan pH tanah menjadi masam,
4. Tanah pasang surut memiliki reaksi masam ekstrim yang bnyak
mengandung ion sulfat sehingga disebut tanah sulfat masam (acid sulphate
soils),
5. Lahan gambut memiliki takar pH tanah yang masam karena proses tanah
gambut terbentuk pada keadaan anaerob sehingga terjadi proses pencucian
yang menyebabkan hasil prodak lahan gambut ber pH masam.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum analisis tanah air
dan tanaman khususnya untuk penetapan pH tanah yaitu untuk pengambilan
sampel tanah di tambah kedalamannya, agar praktikum dapat di lakukan dengan
tujuan untuk perbanyakan pembeda pH tanah yang diamati.

Universitas Sriwijaya

You might also like