Professional Documents
Culture Documents
Globalisasi
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan
infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegrafdan Internet, merupakan
faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi)
aktivitas ekonomi dan budaya.
Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar
lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran
ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada milenium ketiga sebelum
Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia
berlangsung sangat cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi
sejak pertengahan 1990-an. Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi
empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan
ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi
air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya
dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan
tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.
Pengenalan]
Rentang Jalur Sutra dan rute perdagangan rempah milik Kesultanan Utsmaniyah pada masa penjelajahan
tahun 1453
Manusia telah berinteraksi dalam kisaran jarak jauh selama ribuan tahun. Sebagai contohnya
adalah Jalur Sutra darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dan menyebabkan banyak
perubahan pada peradaban bangsa-bangsa di "Dunia Lama". Pemikiran, agama, bahasa, kesenian,
dan aspek budaya lainnya menyebar dan bercampur ketika negara-negara bertukar barang dan ide.
Perpindahan manusia, barang, dan ide secara global meluas pada abad-abad selanjutnya. Pada
abad ke-15 dan 16, bangsa Eropa membuat rintisan terpenting dalam penjelajahan samudra, salah
satunya adalah pelayaran transatlantik ke "Dunia Baru" yang disebut Amerika. Pada awal abad ke-
19, perkembangan bentuk transportasi baru (seperti kapal uapdan rel kereta)
dan telekomunikasi yang menyusutkan ruang dan waktu memungkinan terjadinya interaksi global
dengan sangat cepat.[9] Pada abad ke-20, kendaraan darat, angkutan intermodal, dan maskapai
penerbangan membuat transportasi semakin cepat. Penemuan telekomunikasi elektronik,
seperti telepon genggam dan Internet, membuat miliaran orang bisa saling terhubung dengan
berbagai cara pada tahun 2010.
Peta kabel telegraf bawah laut milik Eastern Telegraph Company tahun 1901. Inilah contoh
globalisasi teknologi modern pada awal abad ke-20.
Awak pesawat pada era "Jet set" sekitar tahun 1960.
Peta animasi yang menunjukkan perkembangan imperium kolonial sejak 1492 sampai sekarang.
Ekonom dan sosiolog historis Jerman Andre Gunder Frank berpendapat bahwa globalisasi diawali
oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer dan Peradaban Lembah Indus pada milenium
ketiga SM. Globalisasi kuno ini terjadi pada Zaman Helenistik, zaman ketika pusat-pusat kota
komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India sampai Spanyol,
termasuk Alexandria dan kota-kota era Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani
dan impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan perdagangan lewat laut. Perdagangan di
Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya mengendalikan suplai gandum.[4]
Tanaman asli Dunia Baru yang tersebar ke seluruh dunia: Jagung, tomat, kentang, vanila, karet, kakao,
tembakau
Britania Raya pada abad ke-19 menjadi kekuatan super ekonomi pertama di dunia berkat teknologi pabriknya
yang superior dan sistem transportasi global yang maju seperti kapal uap dan rel kereta api.
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi
nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya
bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi
global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama
mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam
itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang
toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif
karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat(terutama Amerika
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-
besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah
merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju
bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun,
mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini.
Posisi teoretis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai
"seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang
sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa
dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Produk domestik bruto per kapita dalam dolar AS tahun 2011 per kapita, disesuaikan dengan inflasi
dan paritas kemampuan beli (skala log) dari tahun 1860 sampai 2011. Lingkaran populasi: Amerika
Serikat (kuning), Britania Raya (oranye), Jepang (merah), Tiongkok (merah), dan India (biru).[48]
Penetapan kawasan perdagangan bebas menjadi sesuatu yang harus dilakukan pemerintahan
era modern untuk melakukan perjanjian dagang dengan entitas asing dan multinasional.[49]
Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone; SEZ) adalah kawasan geografis hukum
ekonomi dan hukum lainnya lebih condong ke pasar bebas daripada hukum nasional negara
tersebut. Hukum nasional bisa ditangguhkan di dalam zona khusus ini. Kategori SEZ mencakup
berbagai macam zona, termasuk Zona Perdagangan Bebas (FTZ), Zona Pemrosesan Ekspor
(EPZ), Zona Bebas (FZ), kawasan industri (IE), pelabuhan bebas, Zona Perusahaan Kota, dan
lain-lain. Biasanya, tujuan zona ini adalah meningkatkan investasi langsung asing oleh investor
asing, terutama bisnis internasional atau perusahaan multinasional (MNC). Zona ini adalah
wilayah khusus yang pajak perusahaannya sangat rendah atau bahkan ditiadakan sama sekali
untuk mendorong aktivitas ekonomi. Pelabuhan bebas sejak dulu memiliki peraturan cukai yang
menguntungkan, misalnya pelabuhan bebas Trieste. Seringkali pelabuhan bebas ini merupakan
bagian dari zona ekonomi bebas.
FTZ adalah tempat barang didatangkan, ditangani, diproduksi atau disesuaikan, dan diekspor
kembali tanpa campur tangan otoritas bea cukai. Ketika barang sudah pindah ke tangan
konsumen di dalam negara di luar FTZ, barulah barang tersebut tunduk pada peraturan
cukai yang ada. Zona perdagangan bebas ditetapkan di sekitar pelabuhan besar, bandara
internasional, dan perbatasan nasional, tempat-tempat dengan keuntungan dagang secara
geografis.[50] It is a region where a group of countries has agreed to reduce or eliminate trade
barriers.[51]
Kawasan perdagangan bebas adalah blok dagang yang negara-negara anggotanya telah
menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang menghapus tarif, kuota impor, dan
preferensi pada sebagian besar (jika tidak semua) barang dan jasa yang diperdagangkan
antarnegara. Jika penduduknya bebas berpindah antarnegara, selain kawasan perdagangan
bebas, kawasan ini juga bisa dianggap sebagai perbatasan terbuka. Uni Eropa, yang
beranggotakan 27 negara, menyediakan kawasan perdagangan bebas dan perbatasan terbuka.
Zona Industri Khusus (Qualified Industrial Zone; QIZ) adalah kawasan industri yang menaungi
operasi pabrik di Yordaniadan Mesir. QIZ adalah zona perdagangan bebas khusus yang
didirikan bekerja sama dengan Israel untuk memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas
antara Amerika Serikat dan israel. Di bawah perjanjian dagang dengan Yordania seperti yang
ditetapkan Amerika Serikat, barang-barang yang diproduksi di QIZ bisa langsung masuk ke
pasar AS tanpa tarifdatau kuota impor jika memenuhi syarat tertentu. Untuk mendapat status
tersebut, barang yang dihasilkan di zona ini harus mengandung sedikit sumbangan atau input
dari Israel. Selain itu, nilai minimum sebesar 35% harus ditambahkan ke produk akhirnya. QIZ
adalah ide pebisnis Yordania Omar Salah, dan QIZ pertama ditetapkan oleh Kongres Amerika
Serikat pada tahun 1997.
Asia Pasifik disebut-sebut sebagai "kawasan dagang paling terintegrasi di muka Bumi" karena
perdagangan intraregionalnya mencakup sekitar 50-60% dari total impor dan ekspor Asia
Pasifik.[52] Asia Pasifik juga memiliki perdagangan ekstraregional. Ekspor barang konsumen
seperti televisi, radio, sepeda, dan tekstil ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang turut
mendorong ekspansi ekonomi.[53]
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN[54] adalah perjanjian blok dagang Perhimpunan Negara-
negara Asia Tenggara(ASEAN) yang mendukung produsen lokal di semua negara ASEAN.
Perjanjian AFTA ditandatangani pada 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika perjanjian AFTA
ditandatangani, ASEAN masih beranggotakan enam negara,
yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam bergabung tahun
1995, Laos dan Myanmar tahun 1997 dan Kamboja tahun 1999.
Surga pajak[sunting | sunting sumber]
Aset Jerman di surga pajak jika dibandingkan dengan total PDB Jerman.[55]"7 Besar"-nya adalah Hong
Kong, Irlandia, Lebanon, Liberia, Panama, Singapura, dan Swiss.
Akibat resesi akhir 2000-an, permintaan perjalanan internasional turun drastis sejak paruh akhir
2008 sampai akhir 2009. Setelah meningkat sebanyak 5% pada paruh pertama 2008,
pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional mulai menurun pada paruh akhir 2008 dan
persentase kenaikan untuk tahun itu turun menjadi 2%, berbeda dengan 7% pada tahun
2007.[83] Tren negatif ini semakin parah pada tahun 2009 karena merebaknya wabah virus
influenza H1N1sehingga jumlah kedatangan wisatawan internasional turun 4,2% pada tahun
2009 menjadi 880 juta orang, dan pendapatan pariwisata internasional turun 5,7%.[84] Salah satu
pengecualian bagi perjalanan bebas adalah perjalanan dari Amerika
Serikat ke Kanada dan Meksiko yang memiliki perbatasan semi-terbuka. Berdasarkan hukum
Amerika Serikat, perjalanan ke negara-negara tersebut saat ini memerlukan paspor.[85]
Pada tahun 2010, jumlah uang yang berputar di bidang pariwisata internasional
mencapai US$919 miliar, naik 6,5% sejak 2009, berkat peningkatan nilai riil sebesar
4,7%.[86] Tahun 2010, terdapat 940 juta kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia.[87]
Olahraga internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade dan Daftar kejuaraan dunia
Ajang olahraga internasional modern bisa menjadi peristiwa besar yang memengaruhi aspek
politik, ekonomi, dan budaya negara-negara di seluruh dunia. Dalam hal politik dan olahraga,
olahraga dapat memengaruhi negara, identitasnya, dan dunia.
Olimpiade kuno merupakan serangkaian kompetisi yang diadakan antara perwakilan
beberapa negara kota dan kerajaan dari Yunani Kuno. Kegiatan ini menampilkan pertandingan
atletik, pertarungan, dan balap kereta kuda. Saat Olimpiade berlangsung, semua peperangan
antara negara kota yang berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai.[88] Asal usul
Olimpiade dipenuhi misteri dan legenda.[89] Sepanjang abad ke-19, Olimpiade menjadi kegiatan
global yang populer.
Meski sejumlah ekonom skeptis dengan manfaat ekonomi penyelenggaraan Olimpiade sambil
menekankan bahwa "kegiatan mega" seperti ini memakan biaya besar, penyelenggaraan
Olimpiade (atau pencalonannya saja) dapat meningkatkan nilai ekspor negara penyelenggara,
karena negara penyelenggara atau kandidat memberi tanda-tanda keterbukaan perdagangan
saat mencalonkan diri sebagai penyelenggara Olimpiade.[90] Selain itu, ada penelitian yang
menunjukkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas memberi efek positif yang kuat
terhadap sumbangan filantropis perusahaan yang berkantor pusat di kota penyelenggara
sehingga menguntungkan sektor nirlaba lokal. Efek positif ini mulai muncul pada tahun-tahun
menjelang Olimpiade dan dapat bertahan beberapa tahun sesudahnya, tetapi tidak permanen.
Temuan ini memperlihatkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade mampu menciptakan
kesempatan bagi pemerintah kota untuk memengaruhi perusahaan setempat agar
menguntungkan sektor nirlaba lokal dan masyarakat sipil.[91] Olimpiade juga memberi efek
negatif terhadap masyarakat di kota penyelenggara. Misalnya, Centre on Housing Rights and
Evictions melaporkan bahwa persiapan Olimpiade membuat lebih dari dua juta orang terusir dari
tempat tinggalnya selama dua dasawarsa terakhir dan merugikan masyarakat miskin.[92]
Globalisasi terus meningkatkan persaingan internasional di bidang olahraga. Piala Dunia
FIFA merupakan pesta olahraga yang paling banyak ditonton di dunia. Sekitar 700 juta orang
menyaksikan pertandingan final Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan.[93]
Menurut peelitian A.T. Kearney tahun 2011 terhadap tim, liga, dan federasi olahraga, industri
olahraga global bernilai antara €350 miliar dan €450 miliar (US$480-$620 miliar).[94] Semuanya
mencakup konstruksi infrastruktur, perlengkapan olahraga, produk berlisensi, dan pertandingan
olahraga langsung.
Perdagangan internasional ilegal[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pasar gelap dan Kejahatan terorganisasi transnasional
Pasar gelap tanduk badak membuat populasi badak dunia menyusut sebanyak lebih dari 90 persen
selama 40 tahun terakhir.[95]
"Pasar gelap" dan kejahatan terorganisasi biasanya beroperasi di tataran transnasional dengan
total penjualan global senilai hampir US$2 triliun per tahun.[96]
Perdagangan obat-obatan[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2010, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan bahwa
perdagangan obat-obatan terlarang global menghasilkan lebih dari US$320 miliar per
tahun.[97] PBB memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 50 pengguna rutin
heroin, kokain, dan obat sintetis.[98] Perdagangan spesies terancam internasional menempati
posisi kedua di bawah perdagangan obat-obatan dalam "industri" penyelundupan.[99] Obat
tradisional Tiongkok biasanya membutuhkan bahan dari semua bagian tumbuhan, daun,
batang, bunga, akar, serta bahan dari hewan dan mineral. Penggunaan bagian tubuh spesies
terancam (seperti kuda laut, tanduk badak, tanduk antelope saiga, dan tulang dan
cakar harimau) menciptakan pasar gelap pemburu yang memburu hewan-hewan
terlarang.[100][101]
Perdagangan dan penyelundupan manusia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perdagangan manusia
Poster peringatan prostitusi dan perdagangan manusia di Korea Selatan untuk prajurit G.I. yang
diterbitkan United States Forces Korea.
Perdagangan manusia adalah aktivitas yang menjadikan manusia sebagai barang yang
diperdagangkan, biasanya untuk keperluan perbudakan seks, tenaga kerja paksa, atau
pengambilan organ atau jaringan tubuh,[102][103] termasuk pengganti kehamilan (surrogacy) dan
pengangkatan sel telur.[104] Perdagangan manusia adalah industri bernilai tinggi dan salah satu
industri dengan pertumbuhan tercepat yang nilainya mencapai US$32 miliar per tahun. Sebagai
perbandingan, semua perdagangan ilegal internasional pada tahun 2010 bernilai
sekitar US$650 miliar.[105] Perdagangan manusia merupakan masalah global yang muncul
akibat kesulitan ekonomi, budaya, hukum, dan kebijakan imigrasi.[106]Tahun 2004, total
pendapatan tahunan perdagangan manusia diperkirakan antara US$5 miliar dan $9
miliar.[107] Tahun 2005, Patrick Belser dari ILO memperkirakan laba global tahunan dari
perdagangan manusia mencapai US$31,6 miliar.[108] Tahun 2008, Perserikatan Bangsa-
Bangsa memperkirakan hampir 2,5 juta orang dari 127 negara diperdagangkan ke 137 negara
di seluruh dunia.[109]
Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia. Dalam penyelundupan
manusia, orang yang diselundupkan dengan sukarela meminta atau mempekerjakan seseorang,
biasa disebut penyelundup, untuk memindahkan mereka secara diam-diam dari satu tempat ke
tempat lain. Biasanya penyelundupan jenis ini melibatkan pemindahan dari satu negara ke
negara yang pernah menolak masuk pihak terselundup di perbatasan internasional. Tidak ada
penipuan saat perjanjian awal antara pihak penyelundup dan terselundup. Setelah masuk ke
negara tujuan dan tiba di tempat akhir, orang yang diselundupkan biasanya bebas untuk
mencari jalannya sendiri. Menurut International Centre for Migration Policy
Development (ICMPD), penyelundupan manusia adalah kejahatan terhadap negara karena
melanggar hukum imigrasi dan tidak menganggap pelanggaran hak-hak migran yang
diselundupkan sebagai tindak kejahatan. Perdagangan manusia adalah kejahatan terhadap
korbannya karena melanggar hak-hak korban melalui paksaan dan eksploitasi.[110]
Globalisasi ekonomi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi ekonomi
Shanghai menjadi simbol ledakan ekonomi Tiongkok yang baru. Pada tahun 2011, Tiongkok memiliki
960.000 jutawan.[111]
Krisis ekonomi Argentina tahun 2001 mengakibatkan devaluasi mata uang dan pelarian modal yang
kemudian menurunkan jumlah impor.
Pelarian modal dapat menyebabkan krisis likuiditas di negara terdampak yang mengalami arus
modal keluar, negara yang mengalami kehilangan aset investor karena dilikuidasi, dan negara
yang terlibat di perdagangan internasional seperti perkapalan dan keuangan. Penelitian tahun
2008 yang diterbitkan oleh Global Financial Integrity memperkirakan pelarian modal atau arus
keuangan ilegal dari negara berkembang mencapai "sekitar US$850 miliar sampai $1 triliun per
tahun."[135] Pelaku pasar yang membutuhkan uang tunai kesulitan mencari rekan dagang
potensial untuk dijadikan target penjualan asetnya. Ini bisa jadi merupakan konsekuensi
partisipasi pasar yang rendah atau pengurangan uang tunai oleh pelaku pasar keuangan.
Pemilik aset pun lantas terpaksa menjual aset-asetnya dengan harga di bawah harga dasar
jangka panjang. Para peminjam biasanya menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan
persayratan kolateral, berbeda dengan masa-masa ketika likuiditas masih masuk akal. Utang
tanpa jaminan hampir sulit diperoleh. Saat terjadi krisis likuiditas, pasar peminjaman
antarbank tidak berjalan mulus.
Pelarian modal juga memengaruhi negara maju. Artikel tahun 2009 di The Times melaporkan
bahwa ratusan pemberi pinjaman dan pengusaha kaya belakangan ini keluar dari Britania
Raya karena pemerintahnya menaikkan pajak. Mereka pindah ke tempat-tempat yang pajaknya
rendah seperti Jersey, Guernsey, Pulau Man, dan Kepulauan Virgin Britania.[136] Bulan Mei
2012, skala pelarian modal dari Yunani pasca pemilu legislatif "tanpa hasil" diperkirakan
mencapai €4 miliar per minggu.[137]Pada akhir bulan itu, Bank Sentral Spanyol mengungkapkan
bahwa arus modal senilai €97 miliar keluar dari ekonomi Spanyol pada kuartal pertama
2012.[138]
Ukuran globalisasi[sunting | sunting sumber]
Indeks[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indeks Globalisasi
Pengukuran globalisasi ekonomi berfokus pada berbagai variabel
seperti perdagangan, Investasi Langsung Asing (FDI), investasi portofolio, dan pendapatan.
Indeks-indeks baru justru berusaha mengukur globalisasi dengan variabel yang lebih umum
seperti aspek politik, sosial, budaya, dan lingkungan.[139]
Salah satu indeks globalisasi adalah KOF Index. KOF Index mengukur tiga dimensi utama
globalisasi, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.[140] Another is the A.T. Kearney / Foreign Policy
Magazine Globalization Index.[141]
Indeks Globalisasi
Indeks Globalisasi KOF 2013 A.T. Kearney / Foreign Policy
Magazine 2006
Peringkat Negara
Peringkat Negara
1 Belgia
1 Singapura
2 Irlandia
2 Swiss
3 Belanda
3 Amerika Serikat
4 Austria
4 Irlandia
5 Singapura
5 Denmark
6 Denmark
6 Kanada
7 Swedia
7 Belanda
8 Portugal 8 Australia
9 Hongaria 9 Austria
10 Swiss 10 Swedia
1. Singapura - 6,06
2. Hong Kong - 5,70
3. Denmark - 5,41
4. Swedia - 5,41
5. Swiss - 5,37
6. Selandia Baru - 5,33
7. Norwegia - 5,32
8. Kanada - 5,29
9. Luksemburg - 5,28
10. Belanda - 5,26
11. Islandia - 5,26
12. Finlandia - 5,25
13. Jerman - 5,20
14. Austria - 5,17
15. Australia - 5,13
16. Uni Emirat Arab - 5,12
17. Britania Raya - 5,06
18. Chili - 5,06
19. Amerika Serikat - 5,03
20. Perancis - 5,02
Globalisasi sosial-budaya[sunting | sunting sumber]
Shakira, penulis-pengarang multibahasa asal Kolombia, mengadakan konser di luar negara asalnya.
Conversi mengklaim pada tahun 2010 bahwa globalisasi lebih didorong oleh arus aktivitas
budaya dan ekonomi dari Amerika Serikat yang lebih dikenal
sebagai Amerikanisasi[147][148] atau Westernisasi. Misalnya, dua gerai makanan dan minuman
global tersukses di dunia adalah perusahaan asal Amerika Serikat, McDonald's dan Starbucks.
Keduanya sering dijadikan contoh globalisasi karena masing-masing memiliki lebih dari
32.000[149] dan 18.000 gerai di seluruh dunia per tahun 2008.[150]
Istilah globalisasi bermakna transformasi. Tradisi kebudayaan seperti musik tradisional bisa saja
lenyap atau berubah menjadi gabungan tradisi. Globalisasi mampu menciptakan keadaan
darurat demi melestarikan warisan musik. Para pengarsip berusaha mengoleksi, merekam, atau
menulis repertoar sebelum melodinya mengalami asimilasi atau penyesuaian. Musisi lokal
berjuang mendapatkan keautentikan dan melestarikan tradisi musik daerah. Globalisasi dapat
membuat para pementas atau seniman mengabaikan instrumen musik tradisional. Genre
gabungan yang baru bisa menjadi bahan penelitian yang menarik.[151]
Globalisasi mendorong fenomena Musik Dunia dengan mengizinkan musik yang direkam di
suatu tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang hendak mencari ide dan suara
baru. Contohnya, banyak musisi Barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari
kebudayaan lain.[152]
Istilah "Musik Dunia" awalnya ditujukan pada musik etnis. Sekarang, globalisasi memperluas
cakupan istilah ini hingga sub-genre hibrid seperti World fusion, Global fusion, Ethnic
fusion[153] and Worldbeat[154][155]
Musik juga tersebar keluar dari dunia Barat. Musik pop Anglo-Amerika menyebar ke seluruh
dunia melalui MTV. Teori dependensi menjelaskan bawha dunia adalah sistem internasional
yang terpadu. Dari sudut pandang musik, ini berarti kehilangan identitas musik daerah.[156]
Bourdieu mengatakan bahwa persepsi konsumsi bisa dipandang sebagai identifikasi diri dan
pembentukan identitas. Dari sisi musik, ini artinya setiap manusia memiliki identitas musiknya
sendiri berdasarkan kesukaan dan selera. Kesukaan dan selera ini sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan karena kebudayaan adalah fakto paling mendasar yang membentuk keinginan dan
perilaku seseorang. Konsep kebudayaan lokal sekarang berubah akibat globalisasi. Selain itu,
globalisasi turut meningkatkan interdependensi faktor pribadi, politik, budaya, dan ekonomi.[157]
Laporan UNESCO tahun 2005[158] menunjukkan bahwa pertukaran budaya makin sering terjadi
dari kawasan Asia Timur, namun negara-negara Barat masih eksportir budaya terbesar. Pada
tahun 2002, Tiongkok merupakan eksportir budaya terbesar di dunia setelah Britania Raya dan
Amerika Serikat. Antara tahun 1994 dan 2002, pangsa ekspor budaya Amerika Utara dan Uni
Eropa menurun, sementara ekspor budaya Asia naik melampaui Amerika Utara. Fakta lainnya
yang terkait adalah populasi dan luas Asia lebih besar berkali-kali lipat daripada Amerika Utara.
Amerikanisasi berhubungan dengan masa-masa tingginya pengaruh politik tinggi Amerika
Serikat dan pertumbuhan toko, pasar, dan barang Amerika Serikat yang diekspor ke negara
lain.
Globalisasi, sebagia fenomena yang beragam, berkaitan dengan dunia politik multilateral serta
perkembangan pasar dan benda budaya antarnegara. Pengalaman yang dialami India
mengungkapkan jamaknya pengaruh globalisasi budaya.[159]
Multilingualisme dan lingua franca[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Multilingualisme, Lingua franca, dan Daftar lingua
franca
Penutur multibahasa melampaui jumlah penutur monobahasa di dunia.[160] Saat ini, kebanyakan
orang di dunia bisa menuturkan lebih dari satu bahasa.[161] Kontak bahasa terjadi ketika dua
bahasa/varietas atau lebih saling beinteraksi. Kontak bahasa terjadi dalam berbagai fenomena,
termasuk konvergensi bahasa, peminjaman kata, dan releksifikasi. Hasil kontak yang paling
lazim adalah pidgin, kreol, ganti kode, dan bahasa campuran.
Multilingualisme mencuat sebagai fenomena sosial yang diatur oleh kebutuhan globalisasi dan
keterbukaan budaya.[162] Berkat kemudahan akses informasi yang difasilitasi Internet, umat
manusia semakin sering terekspos dengan bahasa asing, lantas memicu perlunya penguasaan
beberapa bahasa.
Lingua franca adalah bahasa yang secara sistematis dipakai untuk berkomunikasi antar orang-
orang yang bahasa ibunya tidak sama, biasanya memakai bahasa ketiga yang berbeda dengan
bahasa ibu dua orang tersebut.[163] Saat ini, bahasa kedua yang paling populer adalah bahasa
Inggris. Sekitar 3,5 miliar orang lumayan paham dengan bahasa tersebut.[164] Bahasa Inggris
adalah bahasa yang paling dominan di Internet.[165] Sekitar 35% surat, teleks, dan kawat di
dunia ditulis dalam bahasa Inggris; sekitar 40% program radio dunia disiarkan dalam bahasa
Inggris.[166]
Meski penutur multibahasa sering dijumpai, jumlah bahasa yang dituturkan secara global terus
berkurang. 20 bahasa terbesar yang penuturnya lebih dari 50 juta orang dituturkan oleh 50%
penduduk dunia, sedangkan sisanya dituturkan di daerah-daerah kecil. Kebanyakan bahasa
memiliki kurang dari 10.000 penutur.[167] Bahasa yang kurang tersebar ini sejak dulu terlindungi
oleh lokasi geografisnya yang tertutup. Sekarang, penutur bahasa daerah dan minoritas makin
sulit bersaing dengan penutur bahasa dominan sehinga bahasa-bahasa tersebut
dianggap bahasa terancam. Jumlah total bahasa di dunia tepatnya tidak diketahui dan
perkiraannya bermacam-macam tergantung faktornya. Perkiraan saat ini berada di antara 6.000
dan 7.000 bahasa[168] dan sekitar 50–90% di antaranya akan punah pada tahun 2100.[167]
Politik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik global
Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City.
Secara umum, globalisasi pada akhirnya akan mengurangi keistimewaan negara bangsa.
Lembaga supranasional seperti Uni Eropa, WTO, G8, atau Mahkamah
Internasional menggantikan atau memperluas fungsi negara untuk memfasilitasi perjanjian
internasional.[169] Sejumlah pengamat menyebut globalisasi sebagai penyebab turunnya
kekuatan Amerika Serikat, salah satunya akibat defisit perdagangan AS yang tinggi. Hal ini
memicu perpindahan kekuatan global ke negara-negara Asia seperti Tiongkok yang memiliki
kekuatan pasar dan berhasil meraih level pertumbuhan yang luar biasa. Per 2011, ekonomi
Tiongkok diperkirakan akan mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2025.[170]
Organisasi nonpemerintah terus memengaruhi kebijakan publik melintasi batas negara,
termasuk di bidang bantuan kemanusiaan dan pembangunan negara.[171] Organisasi amal
dengan misi global juga selangkah di depan di bidang kemanusiaan. Badan amal seperti Bill
and Melinda Gates Foundation, Accion International, Acumen Fund (sekarang Acumen),
dan Echoing Green menggabungkan model bisnis dengan filantropi yang kemudian melahirkan
organisasi bisnis seperti Global Philanthropy Group dan asosiasi filantropi baru seperti Global
Philanthropy Forum. Proyek-proyek Bill and Melinda Gates Foundation mencakup komitmen
senilai ratusan miliar dolar untuk mendanai imunisasi di beberapa negara miskin yang
pertumbuhannya cepat,[172] serta ratusan juta dolar untuk mendanai program sosialisasi
menabung bagi orang-orang miskin.[173] Hudson Institute memperkirakan bahwa total aliran
dana dari filantropis swasta ke negara-negara berkembang mencapai US$59 miliar pada tahun
2010.[174]
Menanggapi globalisasi, sejumlah negara mulai menganut kebijakan isolasionisme. Misalnya,
pemerintah Korea Utaramempersulit orang asing untuk memasuki negaranya dan sangat
mengawasi aktivitas mereka seandainya dibolehkan masuk. Para pekerja sosial diperiksa
secara menyeluruh dan tidak diizinkan mengunjungi tempat-tempat yang dilarang pemerintah.
Warga Korea Utara tidak bisa seenaknya keluar dari negara itu.[175][176]
Media dan opini publik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Media (komunikasi) dan Opini publik
Penelitian tahun 2005 oleh Peer Fiss dan Paul Hirsch menemukan peningkatan jumlah artikel
negatif terhadap globalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 1998, artikel negatif
mengalahkan artikel positif dengan perbandingan dua banding satu.[177] Pada tahun 2008, Greg
Ip mengklaim bahwa kenaikan jumlah penolakan terhadap globalisasi ini diakibatkan oleh nafsu
ekonomi pribadi.[178] Jumlah artikel koran yang cenderung negatif bertambah dari 10% total
artikel koran tahun 1991 menjadi 55% pada tahun 1999. Peningkatan ini terjadi pada masa
ketika jumlah total artikel mengenai globalisasi nyaris berlipat ganda.[177]
Sejumlah jajak pendapat internasional menunjukkan bahwa penduduk negara berkembang
cenderung lebih menyukai globalisasi.[179] BBC menemukan bahwa semakin banyak masyarakat
negara berkembang yang menganggap globalisasi berjalan terlalu cepat. Di beberapa negara
seperti Meksiko, Amerika Tengah, Indonesia, Brasil, dan Kenya, mayoritas masyarakatnya
justru merasa globalisasi berjalan terlalu lambat.[180]
Philip Gordon mengatakan bahwa, "[per 2004] mayoritas warga Eropa percaya bahwa
globalisasi dapat memperkaya hidup mereka, dan percaya bahwa Uni Eropa dapat membantu
mereka memanfaatkan keuntungan globalisasi sekaligus melindungi mereka dari dampak
negatifnya."[181] Penolakan lebih banyak berasal dari kalangan sosialis, grup lingkungan, dan
nasionalis.
Penduduk UE tampak tidak merasa terancam oleh globalisasi pada 2004. Pasar pekerjaan UE
lebih stabil dan kecil sekali kemungkinan pemotongan upah/tunjangan bagi para pekerjanya.
Anggaran sosial di Uni Eropa lebih tinggi daripada Amerika Serikat.[182] Dalam jajak pendapat di
Denmark tahun 2007, 76% responden menjawab bahwa globalisasi adalah sesuatu yang
bagus.[183]
Fiss, et al., menyurvei opini publik Amerika Serikat tahun 1993. Survei mereka menunjukkan
bahwa pada tahun 1993 lebih dari 40% responden tidak kenal dengan konsep globalisasi.
Ketika survei ini dilakukan lagi tahun 1998, 89% responden memiliki pandangan yang terbelah
terhadap globalisasi, ada yang baik dan ada yang buruk. Pada saat yang sama, diskursus
tentang globalisasi bermula di komunitas keuangan sebelum beralih ke perdebatan panas
antara pendukung dan penentang dari kalangan pelajar dan pekerja. Polarisasi pendapat
meningkat secara dramatis setelah WTO dibentuk tahun 1995; peristiwa ini dan unjuk rasa
selanjutnya memunculkan pergerakan anti-globalisasi yang lebih besar.[177] Awalnya, pekerja
berpendidikan tinggi berkemungkinan besar untuk mendukung globalisasi. Pekerja kurang
berpendidikan, yang lebih layak bersaing dengan imigran dan pekerja di negara berkembang,
cenderung menentang globalisasi. Situasi berubah pasca krisis keuangan 2007. Menurut jajak
pendapat tahun 1997, 58% lulusan universitas mengatakan bahwa globalisasi bagus bagi
Amerika Serikat. Pada 2008, hanya 33% lulusan universitas yang berkata seperti itu.
Responden yang pendidikan terakhirnya SMA juga menentang globalisasi.[178]
Menurut Takenaka Heizo dan Chida Ryokichi, pada 1998 ada persepsi di Jepang bahwa
ekonomi mereka "kecil dan rapuh". Jepang memang minim sumber daya dan menggunakan
aktivitas ekspor untuk membeli bahan mentah. Kegelisahan atas posisi mereka ini
memunculkan istilah-istilah seperti internasionalisasi dan globalisasike percakapan sehari-hari.
Namun tradisi Jepang dari dulu mengutamakan pemenuhan kebutuhan diri semampunya,
terutama dalam hal pertanian.[184]
Keadaan bisa saja berubah pasca krisis keuangan 2007. BBC World Public Poll yang dilakukan
tahun 2008 saat krisis terjadi menunjukkan bahwa penolakan globalisasi di negara-negara maju
terus meningkat. Jajak pendapat BBC bertanya apakah globalisasi tumbuh terlalu cepat atau
tidak. Jawaban positif lebih banyak di Perancis, Spanyol, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Tren penolakan di negara-negara ini tampaknya lebih kuat daripada di Amerika Serikat. Jajak
pendapat tersebut juga mengaitkan kecenderungan anggapan bahwa globalisasi berjalan terlalu
cepat dengan persepsi bahwa kerentanan ekonomi dan kesenjangan sosial terus meningkat.[180]
Banyak pihak di negara berkembang memandang globalisasi sebagai penggerak positif yang
mengangkat mereka dari jeratan kemiskinan.[185] Pihak penentang globalisasi biasanya
menggabungkna permasalahan lingkungan dengan nasionalisme. Mereka menganggap
pemerintah sebagai agen neo-kolonialisme yang tunduk kepada perusahaan
multinasional.[186] Kritik semacam ini berasal dari kelas menengah. Brookings
Institute berpendapat bahwa kritik muncul karena kelas menengah melihat kelompok
masyarakat berpendapatan rendah yang mobilitas sosialnya ke atas mengancam keamanan
ekonomi mereka.[187]
Meski banyak kritikus menyalahkan globalisasi atas menurunna kelas menengah di negara-
negara maju, kelas menengah justru tumbuh cepat di negara-negara berkembang.[188] Disertai
urbanisasi, pertumbuhan kelas menengah semakin memperlebar celah kemakmuran antara
kota dan desa.[189] Tahun 2002, 70% penduduk India tinggal di pedesaan dan bergantung pada
sumber daya alam untuk aktivitas sehari-hari.[186] Akibatnya, organisasi masyarakat di pedesaan
sering merasa keberatan dengan proses globalisasi.[190]
Organisasi nirlaba Reporters Without Borders setiap tahunnya merilis Indeks Kebebasan Pers,
yaitu peringkat negara-negara di dunia berdasarkan catatan kebebasan pers pada tahun
sebelumnya. Indeks ini mencerminkan tingkat kebebasan yang dinikmati jurnalis, kantor berita,
dan netizen di setiap negara, serta upaya pemerintah untuk menghormati dan menjamin
kebebasan ini.
Internet[sunting | sunting sumber]
Pemanfaatan Internet global: Persentase penduduk yang terhubung ke Internet tahun 2012[191]
Pos periksa SARS di terminal kedatangan internasional Bandara Internasional Taoyuan Taiwan
Peta plot yang dibuat berdasarkan data NASA GISS Surface Temperature Analysis (GISTEMP).
Ancaman manusia terhadap lingkungan alam, seperti perubahan iklim, polusi air dan udara
lintas perbatasan, pemancingan berlebih di lautan, dan penyebaran spesies invasif,
membutuhkan solusi transnasional dan global. Karena pabrik-pabrik di negara berkembang
meningkatkan produksi global dan kurang diatur oleh regulasi lingkungan, terjadi penambahan
polusi air dan udara di seluruh dunia.[237][238]
Laporan State of the World tahun 2006 mencantumkan bahwa pertumbuhan ekonomi India dan
Tiongkok yang tinggi tidak berkelanjutan. Laporan tersebut menyatakan, "Kapasitas ekologi
dunia tidak cukup untuk memuaskan keinginan Tiongkok, India, Jepang, Eropa, dan Amerika
Serikat serta keinginan seluruh dunia secara berkelanjutan."[239] Dalam artikel berita tahun
2006, BBC melaporkan, "...apabila Tiongkok dan India mengonsumsi sumber daya per kapita
yang sama seperti Amerika Serikat atau Jepang pada 2030, seisi planet Bumi dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan mereka semua."[239] Dalam jangka panjang, efek ini dapat mengakibatkan
bertambahnya konflik perebutan sumber daya alam[240] dan bencana Malthus. Investasi
langsung internasional di negara berkembang akan memunculkan "race to the bottom" karena
negara-negara tersebut berlomba-lomba melonggarkan hukum perlindungan lingkungan dan
sumber daya alamnya untuk menarik modal asing.[8][241] Kebalikan teori ini bisa pula terjadi
seandainya negara maju mempertahankan aktivitas ramah lingkungan dan membebankan
tanggung jawabnya pada negara target investasinya, lantas menciptakan fenomena "race to the
top".[8]
Hutan terbakar di Brasil. Pembalakan hutan untuk mendirikan peternakan adalah penyebab utama
deforestasi di Amazon Brasil sejak pertengahan 1960-an. Kacang kedelai merupakan salh satu
kontributor deforestasi terbesar di Amazon Brasil.[242]
Waktu yang perlu dilalui dalam perjalanan lintas benua dan negara semakin menyusut karena
globalisasi, sehingga negara-negara berkembang dan maju perlu mencari cara baru untuk
menyelesaikan masalah dalam skala global, bukan regional lagi. Agencies like the United
Nations now must be the global regulators of pollution, whereas before, regional governance
was enough.[243] Serangkaian tindakan telah diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
mengawasi dan mengurangi polutan atmosfer melalui Protokol Kyoto, Inisiatif Udara Bersih
PBB, dan penelitian polusi udara dan kebijakan publik.[244] Lalu lintas, produksi, dan konsumsi
dunia mengakibatkan peningkatan jumlah polutan udara secara global. Belahan Bumi utara
adalah penghasil karbon monoksida dan sulfur dioksida terbesar.[245]
Perubahan modal alam mulai mengikis pemikiran ekonomi di salah satu bidang utama
globalisasi ekonomi: pembagian tenaga kerja internasional dan produksi yang berbasis pada
rantai persediaan global.[246] Batas keplanetan untuk sejumlah sumber daya alam strategis telah
dicapai, dan sumber daya lainnya hampir mencapai batasnya. Seiring waktu, puncak minyak
dan perubahan iklim akan menyebabkan "puncak globalisasi" yang dapat dilihat dari
berkurangnya ton-mil barang yang diangkut lintas lautan dan benua. keunggulan komparatif
rantai persediaan global akan dipatahkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penundaan saat
barang transit.[246]
Tiongkok dan India meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil mereka setelah ekonominya
beralih dari pertanian subsisten ke industri dan urbanisasi.[247][248] Konsumsi minyak Tiongkok
naik 8% setiap tahun antara 2002 dan 2006, bertambah dua kali lipat sejak 1996–
2006.[249] Tahun 2007, Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat sebagai produsen
emisi CO2 terbesar di dunia.[250] Hanya 1 persen dari 560 juta penduduk kota di Tiongkok (per
2007) yang menghirup udara bersih sesuai standar Uni Eropa. Ini artinya negara-negara maju
bisa "mengalihdayakan" sebagian polusi konsumsinya ke negara yang punya banyak industri
penghasil polusi.
Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan untuk menapai tingkat pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Dari dulu, hutan di negara-negara berkembang awal mengalami "transisi
hutan", yaitu periode deforestasi dan reforestasi ketika masyarakat di sekitarnya semakin maju,
terindustrialisasi, dan memindahkan produksi sumber daya alam primernya ke negara lain
melalui impor. Untuk negara di pinggir sistem global, tidak ada negara yang bisa dijadikan
tempat pemindahan produksi SDA, dan degradasi hutan akan berlangsung tanpa henti. Transisi
hutan memberi pengaruh besar terhadap hidrologi, perubahan iklim, dan keragaman hayati
suatu wilayah melalui penurunan kualitas air serta penumpukan gas rumah kaca melalui
reboisasi hutan baru menjadi hutan generasi kedua dan ketiga.[251][252] Sumber
utama deforestasi adalah industri perkayuan yang didominasi oleh Tiongkok dan
Jepang.[253] Pasar minyak palem global mengakibatkan deforestasi parah di Asia Tenggara
sehingga banyak spesies hewan yang terancam keberlangsungannya, seperti badak, harimau,
dan orangutan.[254][255]
Tanpa daur ulang, seng akan habis terpakai pada tahun 2037, indium dan hafnium akan habis
tahun 2017, dan terbium habis pada tahun 2012.[256] Fenomena "puncak" lainnya,
seperti puncak minyak, puncak batubara, puncak gas, puncak air, dan puncak gandum, ikut
memengaruhi ketersediaan dan keberlangsungan modal alam.
Pada tahun 2003, 29% tambak laut terbuka terancam gagal.[257] Jurnal Science merilis sebuah
penelitian empat tahun pada November 2006 yang memprediksi bahwa dengan frekuensi saat
ini, dunia akan kehabisan makanan laut liar pada tahun 2048.[258] Sebaliknya, globalisasi
menciptakan pasar global untuk budi daya ikan dan makanan laut yang pada tahun 2009
menyediakan 38% persediaan dunia dan mampu mengurangi pemancingan berlebih.[259]
Perdagangan barang global bergantung pada transportasi barang yang andal dan murah dalam
rantai persediaan yang rumit dan jauh.[246] Pemanasan global dan puncak minyak menghambat
globalisasi karena memiliki dampak atas biaya transportasi dan pergerakan barang. Karena
melawan pola geografis keunggulan komparatif dengan biaya transportasi yang tinggi,
perubahan iklim dan puncak minyak dapat mengakibatkan puncak globalisasi. Setelah puncak
globalisasi, volume ekspor akan menurun berdasarkan ton-mil barang yang diangkut.[260]
Tenaga kerja global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tenaga kerja global dan Pembagian tenaga kerja
internasional baru
Tenaga kerja global mengacu pada kelompok pekerja internasional, termasuk mereka
yang dipekerjakan oleh perusahaan multinasional dan terhubung melalui
sistem jaringan dan produksi global, pekerja imigran, pekerja migran transien,
pekerja telekomuter, dan mereka yang terlibat dalam pekerjaan berorientasi
ekspor atau pekerjaan kontingen serta pekerjaan keras. Per 2012, kelompok tenaga kerja global
mencakup kira-kira 3 miliar orang, dan 200 juta di antaranya menganggur.[261]
Tenaga kerja global atau tenaga kerja internasional mencerminkan pembagian tenaga kerja
internasional baru yang sudah muncul sejak akhir 1970-an pasca gelombang globalisasi yang
lain. aktor ekonomi global yang mendorong bangkitnya perusahaan multinasional, yaitu
perpindahan barang, jasa, teknologi, dan modallintas perbatasan, terus mengubah cara
pandang kita tentang tenaga kerja dan strukturnya saat ini. Berangkat dari proses sosial yang
mendorong standardisasi dan industrialisasi, masyarakat pasca-industri di dunia Barat ditopang
oleh industrialisasi di belahan dunia lain, terutama di Asia. Ketika industrialisasi berlangsung di
seluruh dunia dan banyak kebudayaan beralih dari praktik kerja tradisional,
cara majikan (employer) memandang dan memanfaatkan tenaga kerja ikut berubah.
Tenaga kerja global bersifat kompetitif dan disebut-sebut sebagai "perang pencarian
bakat."[262] Persaingan ini sebagian disebabkan oleh teknologi komunikasi yang membantu
berbagai perusahaan mendapatkan status multinasional. Teknologi komunikasi juga
memungkinkan perusahaan mencari pekerja tanpa perlu membatasi pencariannya secara lokal;
proses seperti ini disebut arbitrase tenaga kerja global. Salah satu contoh perang pencarian
bakat adalah pengangkatan kepala eksekutif asing di markas perusahaan loka.[263][264]
Meski begitu, pekerja produksi dan jasa di negara-negara maju gagal bersaing secara langsung
dengan pekerja berupah rendah di negara-negara berkembang.[265]Negara yang menerapkan
upah rendah mendapatkan elemen kerja bernilai tambah rendah yang sebelumnya ada di
negara maju, sedangkan pekerjaan bernilai tingginya masih bertahan. Misalnya, jumlah total
orang yang bekerja di pabrik di Amerika Serikat berkurang, namun nilai tambah per pekerjanya
meningkat.[266]
Ada banyak contoh perpindahan tenaga kerja ke negara berkembang. Dua contoh di antaranya
bisa ditemukan di Tiongkok dan Afrika Selatan. Kesuksesan Tiongkok membuat jumlah
lapangan pekerjaan di negara berkembang lainnya dan negara-negara Barat berkurang
drastis.[267] Sejak 2000 hingga 2007, Amerika Serikat kehilangan 3,2 juta lapangan pekerjaan
manufaktur (pabrik).[268] Pada tanggal 26 April 2005, Asia Times Online menulis bahwa, "Di
raksasa regional Afrika Selatan, sekitar 300.000 pekerja tekstil kehilangan pekerjaannya dalam
dua tahun terakhir karena masuknya barang-barang buatan Tiongkok [ke Afrika Selatan]."[269]
Pada tahun 2012, menurut Eurostat, tingkat pengangguran Eropa mencetak rekor tertinggi
sebesar 11,8%, artinya 18,8 juta orang tidak memiliki pekerjaan dan jumlah pengangguran
muda mencapai tingkat tertinggi.[270] Tingkat pengangguran muda pada awal 2013 di Spanyol
naik 56%, sedangkan di Yunani naik 62,5%.[271]Penelitian menunjukkan bahwa kaum pemuda di
Eropa khawatir dengan masa depan mereka.[272]
Ekonom pemenang Hadiah Nobel, Michael Spence, menulis bahwa, "Perubahan ekonomi global
besar-besaran sejak Perang Dunia II memberi efek yang sangat positif. Ratusan juta orang di
negara berkembang keluar dari jeratan kemiskinan, dan jutaan lainnya akan menyusul pada
masa depan. Ekonomi global akan terus tumbuh, sedikitnya tiga kali lipat dalam kurun 30 tahun
selanjutnya. Keuntungan seseorang bukanlah kerugian orang lain; pertumbuhan global itu sama
sekali bukan masalah menang atau kalah. Namun, globalisasi masih merugikan sejumlah
kelompok masyarakat di berbagai negara, termasuk negara maju.”[273]
Tidak semua orang bersikap optimis mengenai kelanjutan pertumbuhan ekonomi pada masa
depan. Agustinus Karlo Lumban Raja, kepala Departemen Inisiatif Lingkungan dan Kebijakan
Sawit Watch, mengatakan bahwa, "Penyebaran dan intensifikasi konflik sosial horizontal atas
batas tanah adat membuktikan bahwa suku Malind terancam. Tanah adat mereka menjadi
target pembangunan oleh sektor swasta tanpa adanya musyawarah dengan berbagai klan dan
suku yang mengklaim tanah tersebut.”"[274]
Perpindahan internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perpindahan manusia, Pekerja asing, dan Daftar
negara menurut tingkat migrasi bruto
Banyak negara yang memiliki semacam program pekerja tamu yang kebijakannya sama seperti
yang ada di A.S. yang mengizinkan perusahaan A.S. untuk mempekerjakan warga non-A.S.
selama tiga tahun, lalu mendeportasi mereka seandainya belum mengajukan permohonan kartu
hijau. Per 2009, lebih dari 1.000.000 pekerja tamu menetap di Amerika Serikat. Program
terbesarnya, visa H-1B, melibatkan 650.000 pekerja di Amerika Serikat,[275] dan program
terbesar keduanya, visa L-1, melibatkan 350.000 pekerja.[276] Ada lagi jenis visa Amerika
Serikat yang diberlakukan untuk pekerja tamu, seperti visa H-2A yang mengizinkan petani
memperkerjakan pekerja tamu dengan jumlah tak terbatas. Amerika Serikat menjalankan
program pekerja tamu Meksiko pada 1942–1964 dengan nama Program Bracero.
Sekitar 85% penduduk Dubai terdiri dari pekerja migran, kebanyakan di antaranya berasal dari
India.[277]
Sebuah artikel di The New Republic mengkritik program pekerja tamu dengan menyamakan
mereka dengan warga kelas dua yang tidak akan mampu mendapatkan kewarganegaraan dan
mendapatkan hak yang lebih sedikit daripada warga Amerika Serikat.[278]
Perpindahan pekerja berpendidikan dan terampil disebut pengurasan otak. Misalnya, Amerika
Serikat mempersilakan para perawat dari seluruh dunia untuk bekerja di sana.[279] Pengurasan
otak dari Eropa ke Amerika Serikat berarti bahwa sekitar 400.000 mahasiswa lulusan jurusan
iptek di Eropa sekarang tinggal di Amerika Serikat, dan kebanyakan di antaranya tidak
berencana pulang ke Eropa.[280] Hampir 14 juta imigran datang ke Amerika Serikat sejak tahun
2000 sampai 2010.[281]
Imigran di Amerika Serikat bersama keturunannya mendirikan lebih dari 40 persen perusahaan
di daftar Fortune 500 versi 2010. Mereka mendirikan tujuh dari sepuluh perusahaan paling
bernilai di dunia.[282]
Pengurasan otak terbalik adalah perpindahan modal manusia dari negara yang lebih maju ke
negara yang kurang maju. Ini dianggap sebagai hasil yang masuk akal dari strategi menabung
dan mengasah kemampuan yang dilakukan migran di luar negeri agar mereka bisa
memanfaatkannya di negara asalnya.[283]
Pengurasan otak terbalik bisa terjadi ketika ilmuwan, teknisi, atau kaum intelektual lainnya
pindah ke negara maju untuk belajar di universitasnya, melakukan penelitian, atau mencari
pengalaman kerja di bidang-bidang yang mungkin dibatasi di negara asalnya. Para profesinoal
ini kemudian pulang ke negara asalnya setelah beberapa tahun mencari pengalaman untuk
merintis bisnis, mengajar di perguruan tinggi, atau bekerja untuk perusahaan multinasional di
negara asalnya.[284]
Remitansi adalah transfer uang dari seorang pekerja asing ke negara asalnya. Remitansi
memainkan peran penting dalam ekonomi beberapa negara serta berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat yang kurang mampu. Menurut
perkiraan Bank Dunia, total remitansi tahun 2009 mencapai US$414 miliar, US$316 miliar di
antaranya mengalir ke negara-negara berkembang dan melibatkan 192 juta pekerja
migran.[285] Bagi sejumlah negara, nilai remitansi bisa mewakili sepertiga PDB-nya.[285] Karena
penerima remitansi memiliki kemungkinan besar untuk memiliki rekening bank, remitansi
memberi jalan bagi pengirim dan penerima untuk memanfaatkan layanan keuangan. Inilah
aspek penting remitansi yang bertujuan mempromosikan pembangunan ekonomi. Negara yang
memiliki persentase remitansi besar di PDB-nya didominasi negara-negara kecil
seperti Tajikistan (45%), Moldova (38%), dan Honduras (25%).[286]
IOM menyebutkan terdapat lebih dari 200 juta migran di seluruh dunia pada tahun
2008,[287] termasuk yang melalui imigrasi ilegal.[288][289] Arus remitansi ke negara berkembang
mencapai US$328 miliar pada tahun 2008 dan diperkirakan mencapai US$515 miliar pada
tahun 2015.[290]
Pernikahan transnasional adalah pernikahan antar dua orang dari negara yang berbeda.
Berbagai permasalahan muncul dalam pernikahan beda negara, termasuk
masalah kewarganegaraan dan budaya yang menambah kerumitan dan tantangan pada
hubungan suami-istri. Di era globalisasi, ketika orang-orang punya jaringan kenalan dan tempat
di seluruh dunia dan tidak terpaku pada satu tempat lagi, semakin banyak orang yang menikah
tanpa melihat batas negara. Penikahan transnasional adalah produk sampingan pergerakan dan
perpindahan manusia.
Kaum liberal ekonomi dan neoliberal umumnya berpendapat bahwa tingkat kebebasan
ekonomi dan politik yang lebih luas dalam bentuk perdagangan bebas di negara maju
merupakan harga mati, sehingga menghasilkan kekayaan material yang lebih banyak.
Globalisasi dipandang sebagai proses penyebaran kebebasan dan kapitalisme yang
menguntungkan.[294] Jagdish Bhagwati, mantan penasihat globalisasi untuk PBB, mengatakan
bahwa meskipun jelas sekali masalah yang dihasilkan pembangunan yang terlalu cepat,
globalisasi adalah dorongan positif yang mengangkat sebuah negara dari garis kemiskinan
dengan memulai siklus ekonomi disertai pertumbuhan ekonomi yang cepat.[185]Ekonom Paul
Krugman adalah pendukung globalisasi dan perdagangan bebas garis keras lainnya yang
hampir selalu tidak setuju dengan sebagian besar kritikus globalisasi. Ia berpendapat bahwa
para kritikus tadi kurang memiliki pengetahuan dasar soal keunggulan komparatif dan
manfaatnya di dunia modern.[295]
Arus migran ke negara-negara yang ekonominya maju diklaim berhasil menciptakan penyatuan
upah global. Penelitian IMG menunjukkan adanya kemungkinan transfer keterampilan ke negara
berkembang setelah upah di negara tersebut naik.[7] Pembebasan pengetahuan juga
merupakan aspek integral dari globalisasi. Inovasi teknologi (atau transfer teknologi) dirancang
supaya lebih menguntungkan bagi negara berkembang dan negara kurang berkembang,
contohnya dalam hal penggunaan telepon genggam.[23]
Pertumbuhan ekonomi cepat mulai terjadi di Asia setelah Asia menerapkan kebijakan ekonomi
berbasis orientasi pasar yang mengutamakan hak kepemilikan swasta, perusahaan bebas, dan
persaingan. Lebih spesifik lagi, di negara-negara berkembang Asia Timur, PDB per kapita naik
5,9% per tahun sejak 1975 sampai 2001 (menurut Human Development Report 2003[296] yang
dirilis UNDP). Jurnalis ekonomi Britania Raya, Martin Wolf, mengatakan bahwa pendapatan
negara-negara berkembang miskin, yang jumlah penduduknya mewakili lebih dari separuh
populasi dunia, tumbuh lebih cepat ketimbang negara-negara kaya yang pertumbuhannya relatif
stabil, lantas mengurangi kesenjangan internasional dan kemiskinan.
Perubahan demografi tertentu di negara berkembang setelah liberalisasi ekonomi dan integrasi
internasional aktif menghasilkan peningkatan kesejahteraan umum dan berkurangnya
kesenjangan. Menurut Wolf, di semua negara berkembang, harapan hidup naik empat bulan
setiap tahunnya sejak 1970, dan kematian bayi berkurang dari 107 per 1.000 bayi pada tahun
1970 menjadi 58 per 1.000 pada tahun 2000 berkat perbaikan standar hidup dan kondisi
kesehatan. Selain itu, tingkat melek huruf dewasa di negara berkembang naik 53% pada tahun
1970 menjadi 74% pada tahun 1998, dan tingkat buta huruf yang lebih rendah di kalangan
pemuda menandakan bahwa jumlah penduduk buta huruf akan terus berkurang seiring waktu.
Turunnya tingkat kelahiran di seluruh negara berkembang dari 4,1 kelahiran per wanita tahun
1980 hingga 2,8 kelahiran per wanita tahun 2000 menandakan adanya kenaikan tingkat
pengetahuan wanita mengenai kelahiran serta pengawasan anak melalui perhatian orang
tua.[297] Konsekuensinya, orang tua yang lebih sejahtera dan berpendidikan yang anak-anaknya
sedikit memutuskan untuk menjauhkan mereka dari kerja dini supaya mereka bisa
berkesempatan menuntut ilmu di sekolah; keputusan ini turut menyelesaikan masalah tenaga
kerja anak. Walaupun seolah ada distribusi pendapatan yang tidak setara di negara-negara
berkembang, pertumbuhan dan pembangunan ekonominya memberi standar hidup yang lebih
tinggi dan kesejahteraan bagi semua orang.
Dari faktor-faktor yang memengaruhi durasi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan
berkembang, kesenjangan pendapatanmemberi dampak yang lebih menguntungkan ketimbang
keterbukaan perdagangan, lembaga politik besar, dan investasi asing.[298]
Monument to Multiculturalism karya Francesco Perilli di Toronto, Canada. Empat patung serupa
dipasang di Buffalo City, Afrika Selatan; Changchun, Tiongkok; Sarajevo, Bosnia;
dan Sydney, Australia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kewarganegaraan global dan Multikulturalisme
Lihat pula: Penduduk global
Kewarganegaraan global memaparkan bahwa kewarganegaraan dapat dipahami dalam skala
global sebagai kontrak sosial antara penduduk global di era interdependensi dan interaksi. Para
pengusung konsep ini mendefinisikannya sebagai pemikiran bahwa kita punya hak dan
tanggung jawab tertentu terhadap satu sama lain atas dasar wujud kita sebagai manusia di
Bumi.[302] Penduduk dunia memiliki beberapa makna sejenis, dan kadang-kadang merujuk pada
seseorang yang tidak setuju dengan pembagian geopolitik tradisional yang berasla
dari kependudukan nasional. Kemunculan sentimen ini bisa dilacak hingga zaman Sokrates.
Plutarkhus mengutip bahwa Sokrates pernah berkat: "Aku bukan warga Athena, bukan warga
Yunani, melainkan warga duni."[303] Di dunia yang semakin saling tergantung, warga dunia
membutuhkan pemandu atau kompas untuk membentuk pola pikirnya dan menciptakan
kesadaran bersama dan rasa tanggung jawab global atas isu-isu seperti masalah lingkungan
dan proliferasi nuklir.[304]
Kosmopolitanisme adalah usulan bahwa semua suku bangsa merupakan
satu komunitas tunggal dengan moralitas yang sama. Seseorang yang menganut ide
kosmopolitanisme dalam bentuk apapun disebut kosmopolitan atau kosmopolit.[305]Masyarakat
kosmopolitan bisa diwujudkan atas dasar moralitas inklusif, hubungan ekonomi bersama, atau
struktur politik yang mencakup berbagai negara. Masyarakat kosmopolitan adalah masyarakat
yang setiap individunya berasal dari tempat yang berbeda (e.g. negara-bangsa) dan
berhubungan atas dasar saling menghargai. Misalnya, Kwame Anthony Appiah menunjukkan
adanya kemungkinan masyarakat kosmopolitan yang para individunya datang dari berbagai
latar belakang (fisik, ekonomi, dll.) dan menciptakan hubungan atas dasar saling menghargai
meski berbeda kepercayaan (agama, politik, dll.).[306]
Filsuf Kanada Marshall McLuhan memopulerkan istilah Desa Global pada
1962.[307] Pandangannya menyebutkan bahwa globalisasi akan menciptakan dunia ketika semua
negara semakin terintegrasi dan sadar akan kepentingan bersama dan kemanusiaan.[308]
Kritik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kritik terhadap globalisasi
Kritik terhadap globalisasi biasanya berawal dari diskusi seputar dampak proses globalisasi
pada planet Bumi dan manusia. Para pengkritik mempertanyakan patokan ukur tradisional
seperti PDB dan beralih ke patokan lain seperti koefisien Gini [309] atau Happy Planet
Index,[310] serta menyebut bahwa "berbagai konsekuensi fatal yang saling berkaitan–disintegrasi
sosial, kegagalan demokrasi, kerusakan lingkungan yang cepat dan meluas, penyebaran
penyakit baru, bertambahnya kemiskinan dan pengasingan"[311] adalah konsekuensi globalisasi
yang tak disengaja.
Perbandingan kesetaraan pendapatan nasional di seluruh dunia berdasarkan koefisien Gini, 2009
Kritik berdatangan dari kalangan perkumpulan gereja, kelompok pembebasan nasional, serikat
pekerja, intelektual, seniman, proteksionis, anarkis, pendukung relokalisasi (e.g., konsumsi
barang lokal), dan lain-lain. Ada kritikus yang reformis (mendukung kapitalisme yang lebih
moderat), dan ada pula yang revolusioner (mendukung peralihan kekuasaan dari swasta ke
publik) atau reaksioner (publik ke swasta).
Sejumlah kritikus berpendapat bahwa globalisasi merusak keragaman budaya. Ketika
kebudayaan negara pendominasi diperkenalkan ke negara penerima melalui globalisasi,
kebudayaan asing itu bisa mengancam keragaman budaya lokal. Ada juga yang berpendapat
bahwa globalisasi akan mengakibatkan westernisasi atau Amerikanisasi kebudayaan, suatu
fenomena ketika konsep budaya negara-negara Barat yang lebih maju dari segi ekonomi dan
politik menyebar dan mengancam kebudayaan lokal.
Beberapa penentang melihat globalisasi sebagai pengutamaan kepentingan
kaum korporatis.[312] Mereka juga mengklaim bahwa bertambahnya otonomi dan
kekuatan entitas perusahaan turut membentuk kebijakan pollitik negara.[313][314] Mereka
mendukung institusi global dan kebijakan-kebijakan yang menurutnya mampu menyelesaikan
permasalahan moral kelas bawah dan pekerja serta masalah lingkungan.[315] Pendapat ekonomi
yang dilontarkan para teoriwan perdagangna adilmengklaim bahwa perdagangan bebas tak
terbatas menguntungkan pihak-pihak yang memiliki keunggulan finansial yang lebih tinggi (i.e.,
orang kaya) dan mengorbankan orang miskin.[316]
Para kritikus berpendapat bahwa globalisasi menyebabkan:
Serikat pekerja lemah: Surplus tenaga kerja murah ditambah kenaikan jumlah perusahaan
yang menjalani transisi memperlemah serikat pekerja di daerah berupah tinggi. Serikat
pekerja kehilangan keefektifannya dan pekerja kehilangan antusiasmenya untuk bergabung
karena jumlah anggota serikat terus berkurang.[317]
Peningkatan eksploitasi tenaga kerja anak: Negara yang kurang melindungi anak-anak
rentan disusupi perusahaan terselubung dan geng kriminal yang ingin mengeksploitasi
mereka. Contoh pekerjaan yang dipaksakan kepada anak-anak adalah pertambangan,
pembongkaran kapal, dan perkebunan, namun ada pula penyelundupan, budak seks, kerja
paksa, prostitusi, dan pornografi.[319]
Helena Norberg-Hodge, direktur dan pendiri ISEC, mengkritik globalisasi dari berbagai sisi.
Dalam bukunya, Ancient Futures, Norberg-Hodge mengklaim bahwa "keseimbangan lingkungan
dan keselarasan sosial yang bertahan selama sekian abad terancam oleh tekanan
pembangunan dan globalisasi." Ia juga mengkritik standardisasi dan rasionalisasi globalisasi, as
it does not always yield the expected growth outcomes. Walaupun globalisasi berlangsung
dengan tahap-tahap yang sama di hampir semua negara, para pakar seperti Hodge
mengatakan bahwa globalisasi tidak efektif bagi negara-negara tertentu. Globalisasi justru
memundurkan sejumlah negara dan tidak membangun sama sekali.[320]
Gerakan anti-globalisasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-globalisasi
Anti-globalisasi, atau kontra-globalisasi,[321] terdiri dari sejumlah kritik terhadap globalisasi,
namun umumnya kritis terhadap globalisasi kapitalisme korporat.[322] Gerakan ini juga lebih
sering disebut sebagai gerakan alter-globalisasi, gerakan anti-globalis, gerakan anti-globalisasi
perusahaan,[323] atau gerakan melawan globalisasi neoliberal. Gerakan anti-globalisasi bisa
disebut meliputi ideologi-ideologi yang ada di "gerakan" lainnya, yaitu penolakan terhadap
integrasi pasar modal, keadilan sosial dan kesenjangan, anti-konsumerisme, anti-pemerintahan
global, dan penolakan pencinta lingkungan. Setiap ideologi tersebut dapat disertakan dalam
gerakan anti-globalisasi, tetapi pada umumnya gerakan ini mengerahkan segala upayanya pada
prinsip-prinsip utama ini. Gerakan anti-globalisasi dianggap sebagai gerakan sosial yang baru
dan modern, karena isu-isu yang diperjuangkannya cocok dengan zaman modern. Akan tetapi,
peristiwa yang membakar semangat gerakan ini sudah ada sejak zaman perlawanan terhadap
kolonialisme Eropa dan imperialisme Amerika Serikat 500 tahun yang lalu.[324] Ini mengacu pada
benua Afrika yang dikolonisasi dan diperas sumber daya alamnya oleh bangsa Eropa pada
abad ke-19. Gerakan anti-globalisasi juga sangat terkait dengan mobilisasi anti-Perang Vietnam
antara 1960 dan 1970, serta protes internasional terhadap penyesuaian struktur di Afrika, Asia,
dan Amerika Latin. Sosiolog Britania Paul Q. Hirst dan ekonom politik Grahame F. Thompson
mengatakan bahwa istilah ini masih kabur;[325] aktivitas "gerakan anti-globalisasi" mencakup
upaya-upaya untuk menunjukkan kedaulatan, mempraktikkan pembuatan keputusan demokratis
lokal, atau membatasi pergerakan orang, barang, dan ideologi kapitalis, terutama
deregulasi pasar bebas, secara internasional. Pengarang dan aktivis sosial Kanada Naomi
Klein berpendapat bahwa istilah ini bisa berarti satu gerakan sosial atau beberapa gerakan
sosial seperti nasionalisme dan sosialisme.[326] Bruce Podobnik, sosiolog di Lewis and Clark
College, menyatakan bahwa, "mayoritas kelompok yang berpartisipasi dalam protes semacam
ini mendapatkan dukungan internasional, dan mereka biasanya menuntut globalisasi yang
memperbaiki perwakilan demokratis, hak asasi manusia, dan
egalitarianisme."[327] Ekonom Joseph Stiglitz dan Andrew Charlton menulis:
Gerakan anti-globalisasi menolak aspek-aspek globalisasi yang mereka anggap negatif.
Istilah 'anti-globalisasi' sendiri adalah sebuah kesalahan, karena kelompok yang
mewakili banyak kepentingan dan isu dan orang-orang yang terlibat dalam gerakan anti-
globalisasi justru mendukung hubungan yang lebih erat antara masyarakat dan
kebudayaan dunia melalui, misalnya, bantuan, bantuan pengungsi, dan isu lingkungan
global.[328]
Umumnya, penentang globalisasi di negara-negara maju berasal dari kelas menengah dan
berpendidikan tinggi. Ini berbeda jauh dengan penentang globalisasi di negara-negara
berkembang. Gerakan anti-globalisasi di negara berkembang lebih berhasil menarik perhatian
jutaan pekerja dan petani.[329]
Para pendukung gerakan ini sadar dengan ketidaksetaraan kekuasaan dan sikap menghargai
dalam perdagangan internasional antara negara maju dan kurang maju.[330] Aktivis yang
mendukung gerakan anti-globalisasi menentang masalah yang bermacam-macam. Ada
beberapa dimensi globalisasi, yaitu ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan ideologi.
Subkelompoknya yang banyak mencakup anggota serikat pekerja, environmentalis, anarkis,
aktivis hak lahan dan hak pribumi, organisasi HAM dan pembangunan berkelanjutan, penentang
swastanisasi, dan aktivis anti-pabrik peras (sweatshop).[324]
Taktik gerakan[sunting | sunting sumber]
D.A. Snow et al. mengatakan bahwa gerakan anti-globalisasi merupakan contoh gerakan sosial
baru. Gerakan jenis ini menggunakan taktik yang unik dan memanfaatkan sumber daya yang
tidak pernah digunakan oleh gerakan sosial lain.[331] Para pelakunya berpartisipasi dalam hal-hal
seperti taktik disruptif (mengganggu), misalnya flash mob untuk menarik perhatian sekitar dan
menyebarkan informasi soal efek globalisasi. Ada pula penyebaran informasi tentang gerakan
sosial melalui media sosial, dan getok tular tentang LSM, organisasi, dan gerakan yang bekerja
untuk meringangkan efek globalisasi. Situs-situs web seperti Twitterdan Facebook menjadi alat
yang berguna bagi masyarakat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa di dunia, unjuk rasa atau
taktik yang sedang berlangsung, serta aktivitas LSM yang membantu negara-negara miskin.
Salah satu taktik gerakan ini yang paling terkenal adalah Battle of Seattle tahun 1999, yaitu
unjuk rasa menolak Rapat Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia ke-3.[324] Protes atau
unjuk rasa ini bisa disebut sebagai perkumpulan orang-orang akar rumput yang memiliki tujuan
dalam gerakan anti-globalisasi yang berunju krasa melawan kekuasaan korporat di WTO. Di
seluruh dunia, gerakan sosial baru melakukan protes di luar gedung pertemuan WTO,
International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, Forum Ekonomi Dunia, dan Group of Eight
(G8).[324] Dalam unjuk rasa di Seattle, para pesertanya menggunakan taktik kreatif dan
kekerasan untuk menggalang kesadaran atas permasalahan globalisasi. Battle of Seattle masih
merupakan salah satu protes gerakan sosial terpenting dalam 20 tahun terakhir.
Penolakan integrasi pasar modal[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-kapitalis
Pasar modal memiliki kaitan dengan pengumpulan dan investasi uang di berbagai badan usaha.
Eratnya integrasi pasar keuangan antarnegara menciptakan pasar modal global atau pasar
dunia tunggal. Dalam jangka panjang, pergerakan modal antarnegara akan menguntungkan
para pemilik modal; dalam jangka pendek, pemilik dan pekerja di sektor-sektor tertentu di
negara pengekspor modal dibebani karena harus menyesuaikan dengan pergerakan modal
yang semakin banyak.[332] Cukup wajar apabila kondisi seperti ini berujung pada perpecahan
politik saat membicarakan dorongan atau peningkatan integrasi pasar modal internasioanl.
Para penentang integrasi pasar modal atas dasar hak asasi manusia merasa terganggu oleh
berbagai pelanggaran yang dirasa diotaki oleh lembaga-lembaga global dan internasional yang
katanya mempromosikan neoliberalisme tanpa mematuhi standar etik. Ini bisa disebut
"kapitalisme korporat", yaitu organisasi-organisasi berorientasi uang seperti Bank Dunia dan
Dana Moneter Internasional, dan perusahaan multinasional yang populer dan kompetitif seperti
Nike dan lain-lain. Target yang paling lazim bagi pengunjuk rasa adalah Bank Dunia (WB), Dana
Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD),
dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan perjanjian perdagangan bebas seperti North
American Free Trade Agreement (NAFTA), Free Trade Area of the
Americas (FTAA), Multilateral Agreement on Investment (MAI), dan General Agreement on
Trade in Services (GATS). Karena ada celah ekonomi antara negara kaya dan miskin, para
pendukung gerakan ini mengklaim "perdagangan bebas" tanpa peraturan yang melindungi
negara kurang modal hanya akan memperkuat kekuatan negara-negara maju (sering disebut
"Utara", berlawanan dengan "Selatan" untuk menyebut dunia berkembang). Beberapa
perusahaan Utara yang kuat telah menerapkan kebijakan seperti swastanisasi industri publik
dan pengurangan tarif. Aksi ini justru memunculkan banyak pabrik peras (sweatshop) di negara
berkembang yang upahnya kecil dan tidak adil dan kondisinya tidak aman bagi kesehatan dan
psikologi pekerja. Negara-negara Utara mendapatkan manfaatnya dengan membeli barang
yang harganya lebih murah. Sayangnya, produksi barang murah ini merugikan orang-orang
miskin dan komunitasnya atau negaranya secara keseluruhan. Saat ini, perdagangan adil telah
diberlakukan untuk membangun kembali ekonomi negara-negara dunia ketiga dengan
membayar karyawan produsen barang ekspor dengan pantas sesuai kinerjanya.[333]
Keadilan dan kesenjangan global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan keadilan global
Celah digital global: Komputer per 100 jiwa
Gerakan keadilan global adalah perkumpulan individu dan kelompok—biasa disebut "gerakan
pergerakan"—yang menuntut adanya aturan perdagangan adil dan melihat badan integrasi
ekonomi global saat ini sebagai suatu masalah.[334] Gerakan ini sering dicap sebagai gerakan
anti-globalisasi oleh media arus utama. Anggota gerakan ini sering membantah bahwa
mereka anti-globalisasi serta menegaskan bahwa mereka mendukung globalisasi komunikasi
dan manusia dan hanya menentang ekspansi kekuasaan perusahaan secara
global.[335] Gerakan ini didasarkan pada ide keadilan sosial yang menginginkan terbentuknya
masyarakat atau lembaga berdasarkan prinsip kesetaraan dan solidaritas, nilai hak asasi
manusia, dan martabat setiap manusia.[336][337][338] Kesenjangan sosial di dalam dan antar
negara, termasuk celah digital global, adalah fokus utama gerakan ini. Banyak lembaga
swadaya masyarakat dibentuk untuk memerangi kesenjangan yang terjadi di Amerika Latin,
Afrika, dan Asia. Beberapa lembaga swadaya masyarakatyang terkenal adalah War Child, Red
Cross, Free The Children, dan CARE International. Mereka biasanya bekerja sama memperbaiki
kehidupan masyarakat di dunia ketiga dengan membangun sekolah, memperbaiki infrastruktur,
memasok air bersih, membeli perlengkapan dan persediaan untuk rumah sakit, dan bantuan
lainnya.
Rapat terbuka gerakan Occupy di Washington Square Park, New York City, 8 Oktober 2011