You are on page 1of 47

Globalisasi

Globalisasi

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan
infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegrafdan Internet, merupakan
faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi)
aktivitas ekonomi dan budaya.
Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar
lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran
ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada milenium ketiga sebelum
Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia
berlangsung sangat cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi
sejak pertengahan 1990-an. Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi
empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi,
pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan
ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi
air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya
dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan
tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

Pengenalan]

Rentang Jalur Sutra dan rute perdagangan rempah milik Kesultanan Utsmaniyah pada masa penjelajahan
tahun 1453
Manusia telah berinteraksi dalam kisaran jarak jauh selama ribuan tahun. Sebagai contohnya
adalah Jalur Sutra darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dan menyebabkan banyak
perubahan pada peradaban bangsa-bangsa di "Dunia Lama". Pemikiran, agama, bahasa, kesenian,
dan aspek budaya lainnya menyebar dan bercampur ketika negara-negara bertukar barang dan ide.
Perpindahan manusia, barang, dan ide secara global meluas pada abad-abad selanjutnya. Pada
abad ke-15 dan 16, bangsa Eropa membuat rintisan terpenting dalam penjelajahan samudra, salah
satunya adalah pelayaran transatlantik ke "Dunia Baru" yang disebut Amerika. Pada awal abad ke-
19, perkembangan bentuk transportasi baru (seperti kapal uapdan rel kereta)
dan telekomunikasi yang menyusutkan ruang dan waktu memungkinan terjadinya interaksi global
dengan sangat cepat.[9] Pada abad ke-20, kendaraan darat, angkutan intermodal, dan maskapai
penerbangan membuat transportasi semakin cepat. Penemuan telekomunikasi elektronik,
seperti telepon genggam dan Internet, membuat miliaran orang bisa saling terhubung dengan
berbagai cara pada tahun 2010.

Peta kabel telegraf bawah laut milik Eastern Telegraph Company tahun 1901. Inilah contoh
globalisasi teknologi modern pada awal abad ke-20.
Awak pesawat pada era "Jet set" sekitar tahun 1960.

Etimologi dan penggunaan


Istilah globalisasi' diambil dari kata globalize yang mengacu pada kemunculan jaringan sistem sosial
dan ekonomi berskala internasional.[10] Istilah ini pertama kali digunakan sebagai kata benda dalam
sebuah tulisan berjudul Towards New Education; kata 'globalisasi' di sini menunjukkan pandangan
pengalaman manusia secara menyeluruh di bidang pendidikan.[11] Istilah serupa, corporate
giants (raksasa perusahaan), dicetuskan oleh Charles Taze Russellpada tahun 1897[12] untuk
menyebut perusahaan-perusahaan besar nasional pada waktu itu. Tahun 1960-an, kedua istilah tadi
mulai dijadikan sinonim oleh para ekonom dan ilmuwan sosial lainnya. Ekonom Theodore
Levitt diakui secara luas sebagai pencipta istilah kata 'globalisasi' melalui artikelnya yang berjudul
"Globalization of Markets". Artikel ini terbit di Harvard Business Review edisi Mei–Juni 1983. Namun,
kata 'globalisasi' sebelumnya sudah banyak digunakan (setidaknya sejak 1944) dan dipakai oleh
beberapa pengamat sejak 1981.[13] Levitt bisa dianggap sebagai orang yang memopulerkan kata ini
dan memperkenalkannya ke kalangan pebisnis utama pada paruh akhir 1980-an. Sejak dirumuskan,
konsep globalisasi telah menginspirasi sejumlah definisi dan interpretasi, mulai dari cakupan
perdagangan dan imperium besar di Asia dan Samudra India pada abad ke-15 sampai
seterusnya.[14][15] Karena konsep ini begitu rumit, banyak proyek penelitian, artikel, dan diskusi yang
tetap berfokus pada aspek tunggal globalisasi.[1]
Roland Robertson, dosen sosiologi Universitas Aberdeen, salah satu penulis pertama di bidang
globalisasi, mendefinisikan globalisasi pada tahun 1992 sebagai:
...pemadatan dunia dan pemerkayaan kesadaran dunia secara keseluruhan.[16]
Sosiolog Martin Albrow dan Elizabeth King mendefinisikan globalisasi sebagai:
...semua proses yang menyatukan penduduk dunia menjadi satu masyarakat dunia yang tunggal.[2]
Di The Consequences of Modernity, Anthony Giddens memakai definisi berikut:
Globalisasi dapat diartikan sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan
tempat-tempat jauh sehingga peristiwa di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi
di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.[17]
Di Global Transformations, David Held dan lainnya mendefinisikan globalisasi sebagai:
Meski dalam artian paling sederhananya globalisasi mengacu pada pelebaran, pendalaman, dan
pemercepatan interkoneksi global, definisi semacam itu perlu dijelaskan lebih jauh lagi. ...
Globalisasi dapat ditempatkan di dalam satu kontinuum bersama lokal, nasional, dan regional. Di
satu ujung kontinuum, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang berbasis lokal
dan/atau nasional; di ujung lain, terdapat hubungan dan jaringan sosial dan ekonomi yang menguat
pada skala interaksi regional dan global. Globalisasi dapat merujuk pada proses perubahan ruang-
waktu yang menopang transformasi susunan kehidupan manusia dengan menghubungkan
sekaligus memperluas aktivitas manusia melintasi wilayah dan benua. Tanpa melihat kaitan
keruangan seperti itu, istilah ini takkan bisa dirumuskan secara jelas atau runtun. ... Definisi
globalisasi yang tepat harus bisa mencakup elemen-elemen berikut: jangkauan, intensitas,
kecepatan, dan pengaruh.[18]
Dalam buku The Race to the Top: The Real Story of Globalization, jurnalis Swedia Thomas
Larsson menyatakan bahwa globalisasi adalah:
...proses penyusutan dunia sehingga jarak semakin pendek dan segala hal terasa semakin dekat.
Globalisasi mengacu pada semakin mudahnya interaksi antara seseorang di satu tempat dengan
orang lain di belahan dunia yang lain.[19]
Jurnalis Thomas L. Friedman memopulerkan kata "flat world" (dunia datar). Ia berpendapat
bahwa perdagangan global, outsourcing, rantai suplai, dan kekuatan politik telah mengubah dunia
lebih baik atau buruk secara permanen. Ia menegaskan bahwa globalisasi berlangsung semakin
cepat dan pengaruhnya terhadap organisasi dan praktik bisnis akan terus berkembang.[20]
Ekonom Takis Fotopoulos mendefinisikan "globalisasi ekonomi" sebagai pembebasan dan
deregulasi pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada
globalisasi neoliberal masa kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik" untuk menyebut kemunculan
kaum elit transnasional dan hilangnya negara bangsa. "Globalisasi budaya" digunakan untuk
menyebut homogenisasi budaya dunia. Istialh lainnya adalah "globalisasi ideologi",
"globalisasi teknologi", dan "globalisasi sosial".[21]
Manfred Steger, dosen studi global dan ketua riset di Global Cities Institute di RMIT University,
mengidentifikasi empat dimensi globalisasi empiris utama: ekonomi, politik, budaya, dan ekologi,
ditambah dimensi kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi lainnya. Menurut Steger, dimensi
ideologi dipenuhi oleh serangkaian norma, klaim, kepercayaan, dan penjelasan tentang fenomena
itu sendiri.[22]
Pada tahun 2000, International Monetary Fund (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar
globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan
manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.[7] Di sektor perdagangan dan transaksi, negara-
negara berkembang telah meningkatkan pangsa perdagangan dunianya dari 19 persen tahun 1971
menjadi 29 persen pada tahun 1999. Akan tetapi, ada perbedaan besar di sejumlah kawasan.
Misalnya, negara industri baru (NIE) di Asia berhasil, sedangkan seluruh negara di Afrika gagal.
Barang yang diekspor negara merupakan indikator kesuksesan yang penting. Ekspor barang
pabrikan meningkat dan didominasi oleh negara-negara maju dan NIE. Ekspor komoditas seperti
makanan dan bahan mentah biasanya berasal dari negara-negara berkembang. Pangsa total
ekspor komoditas menurun seiring waktu.
Dari sini, pergerakan modal dan investasi dapat dipandang sebagai aspek dasar globalisasi yang
lain. Arus modal swasta ke negara-negara berkembang naik sepanjang 1990-an, menggantikan
"bantuan" atau "bantuan pembangunan" yang berkurang setelah awal 1980-an. Investasi langsung
asing (FDI) menjadi kategori paling penting. Investasi portofolio dan kredit bank meningkat namun
semakin volatil dan akhirnya anjlok akibat krisis keuangan akhir 1990-an. Antara 1965–90, jumlah
tenaga kerja yang bermigrasi bertambah dua kali lipat. Sebagian besar migrasi terjadi antara negara
berkembang dna negara kurang maju (LDC).[23]
Paul James, Direktur United Nations Global Compact Cities Programme, berpendapat bahwa empat
bentuk globalisasi yang berbeda juga bisa dibedakan sehingga melengkapi dan melintasi
semua dimensi globalisasi.[24] Menurut James, bentuk globalisasi dominan yang tertua adalah
globalisasi berwujud, yaitu perpindahan manusia. Bentuk dominan tertua kedua adalah globalisasi
lembaga, yaitu sirkulasi agen dari berbagai institusi, organisasi, dan badan, termasuk agen-
agen imperial. Bentuk ketiganya, globalisasi objek, merupakan pergerakan komoditas dan objek
tukar lainnya. Perpindahan ide, gambar, ilmu pengetahuan, dan informasi di dunia disebut
globalisasi tak berwujud, dan saat ini globalisasi tak berwujud merupakan bentuk yang paling
dominan. James berpendapat bahwa pengelompokkan semacam ini memungkinkan kita memahami
bahwa bentuk globalisasi yang paling berwujud seperti perpindahan pengungsi dan migran justru
semakin dibatasi, sedangkan bentuk yang paling tak berwujud seperti sirkulasi instrumen keuangan
semakin tidak dibatasi.[25]

Pengertian[sunting | sunting sumber]


Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya.
Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara
kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan
istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

 Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam


hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
 Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
 Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun
imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh
dunia.
 Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
 Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi
di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status
ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.[26]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah globalisasi
Lihat pula: Garis waktu perdagangan global
Ada penyebab jauh dan dekat yang dapat ditemukan pada faktor-faktor sejarah yang memengaruhi
globalisasi. Globalisasi berskala besar dimulai pada abad ke-19.[9]
Kuno[sunting | sunting sumber]

Peta animasi yang menunjukkan perkembangan imperium kolonial sejak 1492 sampai sekarang.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi kuno


Globalisasi kuno dipandang sebagai suatu fase dalam sejarah globalisasi yang mengacu pada
peristiwa dan perkembangan globalisasi sejak masa peradaban terawal sampai kira-kira tahun
1600-an. Istilah ini dipakai untuk menyebut hubungan antara masyarakat dan negara dan cara
keduanya dibentuk oleh persebaran ide dan norma sosial baik di tingkat lokal maupun regional.[27]
Dalam skema ini, ada tiga penyebab yang dipaparkan sebagai pemicu globalisasi. Penyebab
pertama adalah pemikiran Timur yang berarti bahwa negara-negara Barat telah mengadaptasi dan
menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari Timur.[27] Tanpa ide tradisional dari Timur, globalisasi
Barat tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Penyebab kedua adalah jarak; interaksi antarnegara
belum berskala global dan masih berada di seputaran Asia, Afrika Utara, Timur Tengah, dan
sebagian Eropa.[27] Pada globalisasi awal, negara masih sulit berinteraksi dengan negara lain yang
letaknya jauh. Kemajuan teknologi kemudian memungkinkan negara mengetahui keberadaan
negara lain yang letaknya jauh, dan fase globalisasi yang baru pun terjadi. Penyebab ketiga
adalah saling ketergantungan, kestabilan, dan regularitas. Jika suatu negara tidak bergantung
dengan negara lain, tidak ada cara lain bagi negara tersebut untuk memengaruhi dan dipengaruhi
oleh negara lain. Inilah salah satu penggerak utama di balik hubungan dan perdagangan global.
Tanpa keduanya, globalisasi tidak akan berjalan seperti yang sudah-sudah dan negara akan tetap
bergantung pada produksi dan sumber dayanya sendiri supaya bisa terus berdiri. Sejumlah pakar
berpendapat bahwa globalisasi kuno tidak berjalan seperti globalisasi modern karena negara-negara
waktu itu tidak saling bergantung seperti sekarang.[27]
Ada pula sifat multipolar dalam globalisasi kuno yang melibatkan partisipasi aktif bangsa non-Eropa.
Karena globalisasi kuno sudah ada sebelum Pembelahan Besarabad ke-19, masa ketika Eropa
Barat memiliki produksi industri dan hasil ekonomi yang lebih maju ketimbang kawasan lain di dunia,
globalisasi kuno menjadi fenomena yang tidak hanya digerakkan oleh Eropa tetapi juga oleh
wilayah Dunia Lama yang ekonominya sudah maju seperti Gujarat, Bengal, pesisir Tiongkok,
dan Jepang.[28]
Karak Portugal di Nagasaki, seni NanbanJepang abad ke-17

Ekonom dan sosiolog historis Jerman Andre Gunder Frank berpendapat bahwa globalisasi diawali
oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer dan Peradaban Lembah Indus pada milenium
ketiga SM. Globalisasi kuno ini terjadi pada Zaman Helenistik, zaman ketika pusat-pusat kota
komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India sampai Spanyol,
termasuk Alexandria dan kota-kota era Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani
dan impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan perdagangan lewat laut. Perdagangan di
Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya mengendalikan suplai gandum.[4]

Tanaman asli Dunia Baru yang tersebar ke seluruh dunia: Jagung, tomat, kentang, vanila, karet, kakao,
tembakau

Modern Awal[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proto-globalisasi
Globalisasi modern awal atau proto-globalisasi mencakup periode sejarah globalisasi antara 1600
dan 1800. Konsep proto-globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh sejarawan A. G.
Hopkins dan Christopher Bayly. Istilah ini berarti fase peningkatan hubungan dagang dan pertukaran
budaya yang menjadi ciri khas periode sebelum munculnya globalisasi modern pada akhir abad ke-
19.[29] Fase globalisasi ini dicirikan oleh bangkitnya imperium maritim Eropa pada abad ke-16 dan
17. Imperium pertama yang muncul adalah Portugal dan Spanyol, kemudian
muncullah Belanda dan Britania. Pada abad ke-17, perdagangan dunia berkembang lebih jauh
ketika perusahaan kerajaan (chartered company) seperti British East India Company (didirikan tahun
1600) dan Vereenigde Oostindische Compagnie (didirikan tahun 1602, sering dianggap
sebagai perusahaan multinasional pertama yang membuka sahamnya) didirikan.[30]
Globalisasi modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan ekspansionisme,
cara mengelola perdagangan global, dan tingkat pertukaran informasi. Periode ini ditandai oleh
banyaknya perjanjian dagang seperti yang dilakukan East India Company, peralihan hegemoni ke
Eropa Barat, terjadinya konflik berskala besar antara negara besar seperti Perang Tiga Puluh
Tahun, dan munculnya komoditas baru seperti perdagangan budak. Perdagangan
Segitigamemungkinan Eropa mendapatkan keuntungan dari sumber-sumber daya di dunia barata.
Perpindahan hewan, tanaman, dan wabah penyakit yang dikaitkan dengan konsep Pertukaran
Columbus oleh Alfred Crosby juga memainakn peran penting dalam proses ini. Perdagangan dan
komunikasi modern awal melibatkan banyak kelompok masyarakat, termasuk
pedagang Eropa, Muslim, India, Asia Tenggara, dan Tiongkok, terutama di kawasan Samudra
Hindia.

Britania Raya pada abad ke-19 menjadi kekuatan super ekonomi pertama di dunia berkat teknologi pabriknya
yang superior dan sistem transportasi global yang maju seperti kapal uap dan rel kereta api.

Modern[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah globalisasi
Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang modern akibat revolusi industri.
Industrialisasi memungkinkan standardisasi produksi barang-barang rumah tangga menggunakan
ekonomi skala, sedangkan pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan permintaan barang
yang stabil. Pada abad ke-19, kapal uap sangat menghemat biaya transportasi internasional dan rel
kereta menjadikan transportasi darat lebih murah. Revolusi transportasi terjadi antara 1820 dan
1850.[9] Jumlah negara yang ikut dalam perdagangan internasional semakin banyak.[9] Globalisasi
pada masa ini sangat dipengaruhi oleh imperialisme abad ke-19 seperti yang terjadi
di Afrika dan Asia. Penemuan kontainer kapal tahun 1956 turut memajukan globalisasi
perdagangan.[31][32]
Setelah Perang Dunia Kedua, para politikus berhasil mewujudkan konferensi Bretton Woods,
perjanjian yang disepakati negara-negara besar untuk menyusun kebijakan moneter internasional,
perdagangan dan keuangan, dan pembentukan sejumlah lembaga internasional yang bertujuan
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, pembebasan perdagangan secara bertahap, dan
penyederhanaan dan pengurangan batasan perdagangan. Awalnya, General Agreement on Tariffs
and Trade (GATT) mengeluarkan beberapa perjanjian untuk menghapus batasan perdagangan.
GATT kemudian digantikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengelola sistem
perdagangan. Ekspor nyaris berlipat dari 8,5% total produk bruto dunia tahun 1970 menjadi 16,2%
tahun 2001.[33] Pemanfaatan perjanjian global untuk memajukan perdagangan terhambat oleh
gagalnya putaran negosiasi Doha. Banyak negara yang beralih ke perjanjian bilateral atau perjanjian
multilateral yang lebih kecil, misalnya Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Serikat–Korea
Selatan 2011.
Sejak 1970-an, penerbangan semakin terjangkau bagi kelas menengah di negara-negara
berkembang Kebijakan langit terbuka dan maskapai bertarif rendah ikut mendorong persaingan
pasar. Pada tahun 1990-an, pertumbuhan jaringan komunikasi bertarif rendah memangkas biaya
komunikasi antarnegara. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui komputer tanpa memedulikan
lokasinya seperti akuntansi, pengembangan perangkat lunak, dan desain rekayasa.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan kebudayaan dunia
tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ini melambat sejak 1910-an sampai seterusnya akibat Perang
Dunia dan Perang Dingin,[34] tetapi berhasil melaju lagi sejak kebijakan neoliberal dirintis tahun
1980-an dan perestroika serta reformasi ekonomi Tiongkok Deng Xiaoping membawa paham
kapitalisme barat ke Blok Timur lama.[35] Pada awal 2000-an, sebagian besar negara maju
mengalami Resesi Besar,[36] sehingga memperlambat proses globalisasi untuk sementara.[37][38][39]
Perdagangan dan globalisasi telah berevolusi jauh pada masa kini. Masyarakat yang terglobalisasi
memiliki serangkaian pendorong dan faktor yang terus mendekatkan manusia, kebudayaan, pasar,
kepercayaan, dan aktivitasnya.[40]

Teori[sunting | sunting sumber]


Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teoretis yang dapat dilihat, yaitu:

 Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi
nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya
bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi
global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama
mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

 Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam
itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang
toleran dan bertanggung jawab.
 Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif
karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat(terutama Amerika
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

 Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-
besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah
merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
 Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju
bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun,
mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini.
Posisi teoretis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai
"seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang
sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa
dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Aspek[sunting | sunting sumber]


Indeks Ketersaingan Global (2008–2009): ketersaingan (competitiveness) adalah hal utama yang
menentukan kesejahteraan negara-bangsa di lingkungan internasional

Organisasi bisnis global[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bisnis internasional
Seiring kemajuan transportasi dan komunikasi, bisnis internasional tumbuh pesat setelah awal
abad ke-20. Bisnis internasional mencakup semua transaksi komersial
(swasta, penjualan, investasi, logistik, dan transportasi) yang terjadi antara dua wilayah, negara,
dan bangsa atau lebih di luar batas politiknya. Diversifikasi internasional ini disesuaikan dengan
kinerja dan inovasi, namun biasanya kinerja meningkat dan inovasi menurun.[41] Biasanya
perusahaan-perusahaan swasta melakukan transaksi untuk mendapatkan laba.[42] Transaksi
bisnis semacam ini melibatkan sumber daya ekonomi seperti modal, sumber daya alam,
dan sumber daya manusia untuk produksi barang fisik dan jasa internasional
seperti keuangan, perbankan, asuransi, konstruksi, dan aktivitas produksi lainnya.[43]
Kerja sama bisnis internasional membuahkan perusahaan multinasional, yaitu perusahaan yang
memiliki pendekatan global terhadap pasar dan produksi atau perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu negara. Sebuah perusahaan multinasional bisa juga disebut perusahaan
transnasional. Perusahaan multinasional terkenal mencakup perusahaan makanan cepat
saji seperti McDonald's dan Yum Brands, produsen kendaraan seperti General Motors, Ford
Motor Company, dan Toyota, produsen elektronika konsumen seperti Samsung, LG, dan Sony,
dan perusahaan energi seperti ExxonMobil, Shell, dan BP. Sebagian besar perusahaan besar
beroperasi di beberapa pasar nasional.
Perusahaan atau bisnis umumnya berpendapat bahwa kelangsungan di pasar global yang baru
mengharuskan mereka untuk mencari barang, jasa, tenaga kerja, dan material dari luar negeri
supaya produk dan teknologinya bisa terus diperbarui agar dapat bertahan di tengah-tengah
persaingan yang memanas.[44] Menurut laporan terkini dari McKinsey Global Institute, arus
barang, jasa, dan keuangan mencapai $26 triliun pada tahun 2012 atau 36 persen dari PDB
global. Jumlah tersebut 1,5 kali lebih banyak ketimbang tahun 1990.[45]
Perdagangan internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perdagangan internasional
Singapura, negara teratas di Enabling Trade Index, menerima globalisasi dan menjadi negara yang sangat
maju

Perdagangan internasional adalah pertukaran modal, barang, dan jasa


melintasi perbatasan atau wilayah internasional.[46] Di kebanyakan negara, perdagangan
internasional menduduki pangsa besar dalam produk domestik
bruto (PDB). Industrialisasi, transportasi maju, perusahaan multinasional, offshoring,
dan outsourcing sama-sama memberi dampak besar terhadap perdagangan global.
Pertumbuhan perdagangan internasional adalah komponen dasar dari globalisasi.
Keuntungan perdagangan absolut muncul ketika negara-negara dapat memproduksi suatu
komoditas dengan biaya lebih rendah per unit ketimbang mitra dagangnya. Dengan logika yang
sama, negara tersebut harus mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut.[47] Meski
ada kemungkinan untung dagang dari keuntungan absolut, keuntungan komparatif, yaitu
kemampuan menawarkan barang dan jasa dengan biaya marjinal dan biaya kesempatan yang
lebih rendah, memperluas batas kemungkinan pertukaran yang sama-sama menguntungkan. Di
lingkungan bisnis yang terglobalisasi, perusahaan berpikir bahwa keuntungan komparatif yang
ditawarkan perdagangan internasional merupakan hal yang penting agar bisa terus bersaing.
Perjanjian dagang, blok ekonomi, dan zona perdagangan khusus[sunting | sunting
sumber]

Produk domestik bruto per kapita dalam dolar AS tahun 2011 per kapita, disesuaikan dengan inflasi
dan paritas kemampuan beli (skala log) dari tahun 1860 sampai 2011. Lingkaran populasi: Amerika
Serikat (kuning), Britania Raya (oranye), Jepang (merah), Tiongkok (merah), dan India (biru).[48]

Penetapan kawasan perdagangan bebas menjadi sesuatu yang harus dilakukan pemerintahan
era modern untuk melakukan perjanjian dagang dengan entitas asing dan multinasional.[49]
Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone; SEZ) adalah kawasan geografis hukum
ekonomi dan hukum lainnya lebih condong ke pasar bebas daripada hukum nasional negara
tersebut. Hukum nasional bisa ditangguhkan di dalam zona khusus ini. Kategori SEZ mencakup
berbagai macam zona, termasuk Zona Perdagangan Bebas (FTZ), Zona Pemrosesan Ekspor
(EPZ), Zona Bebas (FZ), kawasan industri (IE), pelabuhan bebas, Zona Perusahaan Kota, dan
lain-lain. Biasanya, tujuan zona ini adalah meningkatkan investasi langsung asing oleh investor
asing, terutama bisnis internasional atau perusahaan multinasional (MNC). Zona ini adalah
wilayah khusus yang pajak perusahaannya sangat rendah atau bahkan ditiadakan sama sekali
untuk mendorong aktivitas ekonomi. Pelabuhan bebas sejak dulu memiliki peraturan cukai yang
menguntungkan, misalnya pelabuhan bebas Trieste. Seringkali pelabuhan bebas ini merupakan
bagian dari zona ekonomi bebas.
FTZ adalah tempat barang didatangkan, ditangani, diproduksi atau disesuaikan, dan diekspor
kembali tanpa campur tangan otoritas bea cukai. Ketika barang sudah pindah ke tangan
konsumen di dalam negara di luar FTZ, barulah barang tersebut tunduk pada peraturan
cukai yang ada. Zona perdagangan bebas ditetapkan di sekitar pelabuhan besar, bandara
internasional, dan perbatasan nasional, tempat-tempat dengan keuntungan dagang secara
geografis.[50] It is a region where a group of countries has agreed to reduce or eliminate trade
barriers.[51]

Papan iklan di Jakarta yang menyambut delegasi KTT ASEAN 2011.

Kawasan perdagangan bebas adalah blok dagang yang negara-negara anggotanya telah
menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang menghapus tarif, kuota impor, dan
preferensi pada sebagian besar (jika tidak semua) barang dan jasa yang diperdagangkan
antarnegara. Jika penduduknya bebas berpindah antarnegara, selain kawasan perdagangan
bebas, kawasan ini juga bisa dianggap sebagai perbatasan terbuka. Uni Eropa, yang
beranggotakan 27 negara, menyediakan kawasan perdagangan bebas dan perbatasan terbuka.
Zona Industri Khusus (Qualified Industrial Zone; QIZ) adalah kawasan industri yang menaungi
operasi pabrik di Yordaniadan Mesir. QIZ adalah zona perdagangan bebas khusus yang
didirikan bekerja sama dengan Israel untuk memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas
antara Amerika Serikat dan israel. Di bawah perjanjian dagang dengan Yordania seperti yang
ditetapkan Amerika Serikat, barang-barang yang diproduksi di QIZ bisa langsung masuk ke
pasar AS tanpa tarifdatau kuota impor jika memenuhi syarat tertentu. Untuk mendapat status
tersebut, barang yang dihasilkan di zona ini harus mengandung sedikit sumbangan atau input
dari Israel. Selain itu, nilai minimum sebesar 35% harus ditambahkan ke produk akhirnya. QIZ
adalah ide pebisnis Yordania Omar Salah, dan QIZ pertama ditetapkan oleh Kongres Amerika
Serikat pada tahun 1997.
Asia Pasifik disebut-sebut sebagai "kawasan dagang paling terintegrasi di muka Bumi" karena
perdagangan intraregionalnya mencakup sekitar 50-60% dari total impor dan ekspor Asia
Pasifik.[52] Asia Pasifik juga memiliki perdagangan ekstraregional. Ekspor barang konsumen
seperti televisi, radio, sepeda, dan tekstil ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang turut
mendorong ekspansi ekonomi.[53]
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN[54] adalah perjanjian blok dagang Perhimpunan Negara-
negara Asia Tenggara(ASEAN) yang mendukung produsen lokal di semua negara ASEAN.
Perjanjian AFTA ditandatangani pada 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika perjanjian AFTA
ditandatangani, ASEAN masih beranggotakan enam negara,
yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam bergabung tahun
1995, Laos dan Myanmar tahun 1997 dan Kamboja tahun 1999.
Surga pajak[sunting | sunting sumber]

Aset Jerman di surga pajak jika dibandingkan dengan total PDB Jerman.[55]"7 Besar"-nya adalah Hong
Kong, Irlandia, Lebanon, Liberia, Panama, Singapura, dan Swiss.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Surga pajak


Surga pajak adalah negara atau daerah yang menurunkan pajak atau bahkan meniadakannya
sama sekali. Daerah seperti ini dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk upaya penghindaran
pajak dan pengelakan pajak.[56] Pihak perorangan maupun perusahaan menganggap surga
pajak cocok untuk mendirikan anak perusahaan terselubung atau pindah ke wilayah yang nilai
pajaknya rendah atau tidak ada sama sekali. Keberadaan surga pajak menciptakan
situasi persaingan pajak di kalangan pemerintahan. Beberapa yurisdiksi sengaja menjadikan
wilayahnya surga bagi kategori pajak tertentu dan kategori penduduk dan perusahaan
tertentu.[57] Negara yang berdaulat atau memiliki pemerintahan sendiri di bawah hukum
internasional secara teori memiliki kekuasaan tak terbatas untuk menerapkan hukum pajak di
wilayahnya, kecuali dibatasi oleh perjanjian internasional sebelumnya. Fitur utama surga pajak
adalah hukum dan peraturannya dapat digunakan untuk menghindari atau mengelak dari hukum
atau peraturan yurisdiksi lain.[58] Dalam laporan pemanfaatan surga pajak oleh perusahaan
Amerika Serikat bulan Desember 2008,[59] U.S. Government Accountability Office tidak mampu
menetapkan definisi surga pajak yang pas, tetapi mencantumkan kriteria tertentu yang
menguatkan keberadaannya: pajak tidak ada atau sedikit; tidak adanya pertukaran informasi
pajak yang efektif dengan otoritas pajak asing; tidak adanya transparansi daam pelaksanaan
peraturan legislatif, hukum, atau administratif; tidak adanya persyaratan untuk pendirian cabang;
dan promosi diri sebagai pusat keuangan lepas pantai.
Laporan Tax Justice Network tahun 2012 memperkirakan bahwa antara US$21 triliun dan $32
triliun dilindungi dari pajak di sejumlah surga pajak rahasia di dunia. Apabila kekayaan sebanyak
itu mendapat bunga 3% per tahunnya dan laba modalnya dipajaki sebesar 30%, pendapatan
pajak bisa mencapai $190 miliar sampai $280 miliar, lebih banyak dibandingkan pelindung pajak
manapun.[60] Jika aset lepas pantai rahasia ikut dihitung, beberapa negara pengutang bisa
dianggap sebagai negara kreditur.[61] Akan tetapi, direktur kebijakan pajak Chartered Institute of
Taxation mengaku skeptis dengan keakuratan jumlah tersebut.[62] Daniel J. Mitchell dari Cato
Institute mengatakan bahwa laporan tersebut, saat menghitung pendapatan pajak yang hilang,
berasumsi bahwa 100% uang yang disimpan di luar negeri merupakan upaya pengelakan
pajak.[63]
Surga pajak menuai kritik karena sering berakhir dengan menumpuknya uang kas yang
menganggur (idle cash)[64] yang mahal dan tidak efisien
untuk repatriasiperusahaan.[65] Keuntungan pelindung pajak menciptakan insiden pajak yang
merugikan masyarakat miskin.[66] Banyak surga pajak yang dianggap memiliki koneksi dengan
pelaku "penipuan, pencucian uang, dan terorisme."[67] Walaupun banyak invetigasi
penyalahgunaan surga pajak ilegal, jumlah pelaku yang dipidanakan tidak
banyak.[68][69] Pelobian terkait surga pajak dan harga transfer juga dikritik.[70] Pandangan
para akuntan terhadap kepantasan surga pajak telah berubah,[71] begitu pula pandangan para
nasabah perusahaan,[72] pemerintahan,[73][74] dan politikus,[75][76] meskipun pemanfaatan surga
pajak oleh perusahaan Fortune 500[77] dan lainnya masih lazim.[78] Rencana reformasi yang
berpusat pada firma akuntansi yang masuk dalam Empat Besar terus didorong.[79] Beberapa
pemerintahan tampaknya menggunakan spyware komputer untuk mengungkap neraca
keuangan sejumlah perusahaan.[80]
Pariwisata internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan untuk keperluan rekreasi, liburan, atau bisnis. Organisasi
Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang-orang yang "bepergian ke dan
menetap di tempat-tempat selain lingkungan sekitar mereka selama tidak lebih dari satu tahun
untuk keperluan liburan, bisnis, dan lain-lain".[81] Ada bermacam bentuk pariwisata seperti wisata
pertanian, wisata kelahiran, wisata kuliner, wisata budaya, wisata lingkungan, wisata
ekstrem, wisata geografi, wisata sejarah, wisata LGBT, wisata medis, wisata laut, wisata budaya
pop, wisata agama, wisata kumuh, wisata perang, dan wisata kehidupan liar.
Globalisasi membuat pariwisata sebagai aktivitas liburan global yang populer. Organisasi
Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa saat ini juga ada sekitar 500.000 orang di dalam
pesawat terbang di seluruh dunia.[82]

Penerbangan modern memudahkan manusia bepergian jarak jauh.

Akibat resesi akhir 2000-an, permintaan perjalanan internasional turun drastis sejak paruh akhir
2008 sampai akhir 2009. Setelah meningkat sebanyak 5% pada paruh pertama 2008,
pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional mulai menurun pada paruh akhir 2008 dan
persentase kenaikan untuk tahun itu turun menjadi 2%, berbeda dengan 7% pada tahun
2007.[83] Tren negatif ini semakin parah pada tahun 2009 karena merebaknya wabah virus
influenza H1N1sehingga jumlah kedatangan wisatawan internasional turun 4,2% pada tahun
2009 menjadi 880 juta orang, dan pendapatan pariwisata internasional turun 5,7%.[84] Salah satu
pengecualian bagi perjalanan bebas adalah perjalanan dari Amerika
Serikat ke Kanada dan Meksiko yang memiliki perbatasan semi-terbuka. Berdasarkan hukum
Amerika Serikat, perjalanan ke negara-negara tersebut saat ini memerlukan paspor.[85]
Pada tahun 2010, jumlah uang yang berputar di bidang pariwisata internasional
mencapai US$919 miliar, naik 6,5% sejak 2009, berkat peningkatan nilai riil sebesar
4,7%.[86] Tahun 2010, terdapat 940 juta kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia.[87]
Olahraga internasional[sunting | sunting sumber]

Tim basket kursi roda di Paralimpiade Musim Panas 2008

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade dan Daftar kejuaraan dunia
Ajang olahraga internasional modern bisa menjadi peristiwa besar yang memengaruhi aspek
politik, ekonomi, dan budaya negara-negara di seluruh dunia. Dalam hal politik dan olahraga,
olahraga dapat memengaruhi negara, identitasnya, dan dunia.
Olimpiade kuno merupakan serangkaian kompetisi yang diadakan antara perwakilan
beberapa negara kota dan kerajaan dari Yunani Kuno. Kegiatan ini menampilkan pertandingan
atletik, pertarungan, dan balap kereta kuda. Saat Olimpiade berlangsung, semua peperangan
antara negara kota yang berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai.[88] Asal usul
Olimpiade dipenuhi misteri dan legenda.[89] Sepanjang abad ke-19, Olimpiade menjadi kegiatan
global yang populer.
Meski sejumlah ekonom skeptis dengan manfaat ekonomi penyelenggaraan Olimpiade sambil
menekankan bahwa "kegiatan mega" seperti ini memakan biaya besar, penyelenggaraan
Olimpiade (atau pencalonannya saja) dapat meningkatkan nilai ekspor negara penyelenggara,
karena negara penyelenggara atau kandidat memberi tanda-tanda keterbukaan perdagangan
saat mencalonkan diri sebagai penyelenggara Olimpiade.[90] Selain itu, ada penelitian yang
menunjukkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas memberi efek positif yang kuat
terhadap sumbangan filantropis perusahaan yang berkantor pusat di kota penyelenggara
sehingga menguntungkan sektor nirlaba lokal. Efek positif ini mulai muncul pada tahun-tahun
menjelang Olimpiade dan dapat bertahan beberapa tahun sesudahnya, tetapi tidak permanen.
Temuan ini memperlihatkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade mampu menciptakan
kesempatan bagi pemerintah kota untuk memengaruhi perusahaan setempat agar
menguntungkan sektor nirlaba lokal dan masyarakat sipil.[91] Olimpiade juga memberi efek
negatif terhadap masyarakat di kota penyelenggara. Misalnya, Centre on Housing Rights and
Evictions melaporkan bahwa persiapan Olimpiade membuat lebih dari dua juta orang terusir dari
tempat tinggalnya selama dua dasawarsa terakhir dan merugikan masyarakat miskin.[92]
Globalisasi terus meningkatkan persaingan internasional di bidang olahraga. Piala Dunia
FIFA merupakan pesta olahraga yang paling banyak ditonton di dunia. Sekitar 700 juta orang
menyaksikan pertandingan final Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan.[93]
Menurut peelitian A.T. Kearney tahun 2011 terhadap tim, liga, dan federasi olahraga, industri
olahraga global bernilai antara €350 miliar dan €450 miliar (US$480-$620 miliar).[94] Semuanya
mencakup konstruksi infrastruktur, perlengkapan olahraga, produk berlisensi, dan pertandingan
olahraga langsung.
Perdagangan internasional ilegal[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pasar gelap dan Kejahatan terorganisasi transnasional

Pasar gelap tanduk badak membuat populasi badak dunia menyusut sebanyak lebih dari 90 persen
selama 40 tahun terakhir.[95]

"Pasar gelap" dan kejahatan terorganisasi biasanya beroperasi di tataran transnasional dengan
total penjualan global senilai hampir US$2 triliun per tahun.[96]
Perdagangan obat-obatan[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2010, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan bahwa
perdagangan obat-obatan terlarang global menghasilkan lebih dari US$320 miliar per
tahun.[97] PBB memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 50 pengguna rutin
heroin, kokain, dan obat sintetis.[98] Perdagangan spesies terancam internasional menempati
posisi kedua di bawah perdagangan obat-obatan dalam "industri" penyelundupan.[99] Obat
tradisional Tiongkok biasanya membutuhkan bahan dari semua bagian tumbuhan, daun,
batang, bunga, akar, serta bahan dari hewan dan mineral. Penggunaan bagian tubuh spesies
terancam (seperti kuda laut, tanduk badak, tanduk antelope saiga, dan tulang dan
cakar harimau) menciptakan pasar gelap pemburu yang memburu hewan-hewan
terlarang.[100][101]
Perdagangan dan penyelundupan manusia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perdagangan manusia
Poster peringatan prostitusi dan perdagangan manusia di Korea Selatan untuk prajurit G.I. yang
diterbitkan United States Forces Korea.

Perdagangan manusia adalah aktivitas yang menjadikan manusia sebagai barang yang
diperdagangkan, biasanya untuk keperluan perbudakan seks, tenaga kerja paksa, atau
pengambilan organ atau jaringan tubuh,[102][103] termasuk pengganti kehamilan (surrogacy) dan
pengangkatan sel telur.[104] Perdagangan manusia adalah industri bernilai tinggi dan salah satu
industri dengan pertumbuhan tercepat yang nilainya mencapai US$32 miliar per tahun. Sebagai
perbandingan, semua perdagangan ilegal internasional pada tahun 2010 bernilai
sekitar US$650 miliar.[105] Perdagangan manusia merupakan masalah global yang muncul
akibat kesulitan ekonomi, budaya, hukum, dan kebijakan imigrasi.[106]Tahun 2004, total
pendapatan tahunan perdagangan manusia diperkirakan antara US$5 miliar dan $9
miliar.[107] Tahun 2005, Patrick Belser dari ILO memperkirakan laba global tahunan dari
perdagangan manusia mencapai US$31,6 miliar.[108] Tahun 2008, Perserikatan Bangsa-
Bangsa memperkirakan hampir 2,5 juta orang dari 127 negara diperdagangkan ke 137 negara
di seluruh dunia.[109]
Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia. Dalam penyelundupan
manusia, orang yang diselundupkan dengan sukarela meminta atau mempekerjakan seseorang,
biasa disebut penyelundup, untuk memindahkan mereka secara diam-diam dari satu tempat ke
tempat lain. Biasanya penyelundupan jenis ini melibatkan pemindahan dari satu negara ke
negara yang pernah menolak masuk pihak terselundup di perbatasan internasional. Tidak ada
penipuan saat perjanjian awal antara pihak penyelundup dan terselundup. Setelah masuk ke
negara tujuan dan tiba di tempat akhir, orang yang diselundupkan biasanya bebas untuk
mencari jalannya sendiri. Menurut International Centre for Migration Policy
Development (ICMPD), penyelundupan manusia adalah kejahatan terhadap negara karena
melanggar hukum imigrasi dan tidak menganggap pelanggaran hak-hak migran yang
diselundupkan sebagai tindak kejahatan. Perdagangan manusia adalah kejahatan terhadap
korbannya karena melanggar hak-hak korban melalui paksaan dan eksploitasi.[110]
Globalisasi ekonomi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi ekonomi
Shanghai menjadi simbol ledakan ekonomi Tiongkok yang baru. Pada tahun 2011, Tiongkok memiliki
960.000 jutawan.[111]

Globalisasi ekonomi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi negara-negara di


dunia berkat percepatan pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas
perbatasan.[112] Jika globalisasi bisnis terpusat pada penghapusan peraturan perdagangan
internasional semisal tarif, pajak, dan beban lainnya yang menghambat perdagangan global,
globalisasi ekonomi adalah proses peningkatan integrasi ekonomi antar negara yang berujung
pada munculnya pasar global dan pasar dunia tunggal.[113] Tergantung paradigmanya,
globalisasi ekonomi bisa dipandang sebagai fenomena positif atau negatif. Globalisasi ekonomi
terdiri dari globalisasi produksi, pasar, persaingan, teknologi, dan perusahaan dan
industri.[112] Tren globalisasi saat ini dapat dianggap hasil dari integrasi negara
maju dengan negara yang kurang maju melalui investasi langsung asing, pengurangan batasan
perdagangan, reformasi ekonomi, dan imigrasi.
Tahun 1944, 44 negara menghadiri Konferensi Bretton Woods untuk menstabilkan mata uang
dunia dan menetapkan kredit untuk perdagangan internasional pada era pasca Perang Dunia II.
Tatanan ekonomi internasional yang direncanakan oleh konferensi ini menjadi pemicu tatanan
ekonomi neoliberal yang digunakan hari ini. Konferensi ini juga menubuhkan beberapa
organisasi yang penting bagi terbentuknya ekonomi global dan sistem keuangan global,
seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, dan Organisasi Perdagangan Dunia.
Misalnya, reformasi ekonomi Tiongkok menghadapkan Tiongkok pada arus globalisasi tahun
1980-an. Para ahli menemukan bahwa Tiongkok berhasil mencapai tingkat keterbukaan yang
sulit ditemukan di negara-negara besar dan padat lainnya. Persaingan barang asing menyentuh
hampir semua sektor ekonomi Tiongkok. Investasi asing turut membantu meningkatkan kualitas
produk dan pengetahuan dan standar, terutama di bidang industri berat. Pengalaman Tiongkok
menguatkan klaim bahwa globalisasi ikut menambah kekayaan negara miskin.[114] Pada 2005–
2007, Pelabuhan Shanghai menyandang gelar pelabuhan tersibuk di dunia.[115][116][117][118]
Contoh lainnya, liberalisasi ekonomi di India dan reformasi ekonominya dimulai pada tahun
1991. Per 2009, sekitar 300 juta orang, setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat, telah
keluar dari jeratan kemiskinan.[119] Di India, alihdaya proses bisnis disebut-sebut sebagai "mesin
pembangunan utama India sampai beberapa dasawarsa selanjutnya yang banyak berkontribusi
pada pertumbuhan PDB, penambahan lapangan pekerjaan, dan pemberantasan
kemiskinan".[120][121]
Merah: Laba perusahaan A.S. setelah dikurangi pajak. Biru: Investasi bisnis non-penduduk A.S.
Keduanya diwakili oleh pangsa PDB tahun 1989–2012. Konsentrasi kekayaan laba perusahaan
di surga pajakkarena penghindaran pajak akibat penerapan kebijakan pengetatan bisa menghambat
investasi sehingga memperlambat laju pertumbuhan.[122]

Sistem keuangan global[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem keuangan global
Pada awal abad ke-21, kerangka kerja perjanjian hukum, institusi, dan pelaku ekonomi formal
dan informal dunia bersama-sama membantu arus modal keuangan internasional untuk
keperluan investasi dan pendanaan perdagangan. Sistem keuangan global ini muncul saat
terjadinya gelombang globalisasi ekonomi modern pertama yang ditandai dengan
pendirian bank sentral, perjanjian multilateral, dan organisasi antarpemerintah yang bertujuan
memperbaiki transparansi, regulasi, dan keefektifan pasar internasional.[123] Ekonomi
dunia semakin terintegrasi secara finansial sepanjang abad ke-20 seiring terjadinya liberalisasi
modal dan deregulasi sektor keuangan di setiap negara. Setelah terekspos dengna arus modal
yang volatil, serangkaian krisis keuangan di Eropa, Asia, dan Amerika Latin turut berpengaruh
pada negara-negara lain. Pada awal abad ke-21, berbagai lembaga keuangan tumbuh besar
dengan jaringan aktivitas ekonomi yang lebih canggih dan terhubung. Ketika Amerika Serikat
mengalami krisis keuangan pada awal abad tersebut, krisis tersebut merambat dengan cepat ke
negara-negara lain. Krisis ini dikenal sebagai krisis keuangan global dan diakui sebagai
pemicu Resesi Besar di seluruh dunia.
Pengetatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengetatan
Pemerintah kadang menjalankan kebijakan pengetatan atau austeritas untuk mengurangi defisit
anggaran saat ekonomi melesu. Kebijakan ini meliputi pemotongan belanja, kenaikan pajak,
atau campuran keduanya.[124][125][126] Kebijakan pengetatan menunjukkan likuiditas pemerintah
terhadap krediturnya dan badan penilai kreditdengan cara menyetarakan pendapatan fiskal
dengan belanja.
Efek pengetatan dari segi ekonomi belum jelas karena definisinya yang luas dan tidak spesifik,
contoh eksperimen alamiahnya yang sedikit dari dulu, serta kemungkinan bercampur dengan
efek peristiwa lain yang cenderung mendahului pengetatan seperti resesi dan krisis keuangan.
Dalam makroekonomi, pengurangan belanja pemerintah akan meningkatkan jumlah
pengangguran. Hal ini pula meningkatkan belanja jaring pengaman dan mengurangi
pendapatan pajak sampai batas tertentu. Belanja pemerintah turut berkontribusi pada produk
domestik bruto (PDB) sehingga rasio utang-ke-PDB yang menandakan likuiditas bisa jadi tidak
segera membaik. Belanja defisit jangka pendek berkontribusi pada pertumbuhan PDB saat
konsumen dan bisnis tidak mau atau tidak mampu belanja.[127] Menurut teori kontraksi fiskal
ekspansioner (EFC), pengurangan belanja pemerintahan secara besar-besaran dapat
mengubah ekspektasi pajak dan belanja pemerintah masa depan sehingga mendorong
konsumsi swasta dan perluasan ekonomi secara menyeluruh.[128] Sejak 2011, Dana Moneter
Internasional mengeluarkan peringatan terhadap upaya pengetatan yang dijalankan tanpa
memperhatikan dasar-dasar ekonomi[129][130][131] dan banyak pengkritik yang mengatakan bahwa
upaya pengetatan seringkali salah diarahkan dan berbahaya bagi ekonomi negara saat
dijalankan.[132][133][134]
Pelarian modal[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pelarian modal dan Krisis likuiditas
Lihat pula: Sendatan mendadak (ekonomi), Ekspor pajak, Penghentian modal, dan Arus
keuangan ilegal
Pelarian modal terjadi ketika aset atau uang mengalir keluar dari suatu negara dengan cepat
karena negara tersebut baru menaikkan tingkat pajak, tarif, upah tenaga kerja, atau kondisi
keuangan lainnya yang dianggap merugikan seperti kemacetan utang pemeirntah yang
mengganggu para investor. Pelarian modal kadang mengakibatkan hilangnya kekayaan dengan
sangat cepat dan biasanya diiringi oleh turunnya nilai tukar negara yang terdampak dengan
tajam, lantas memicu depresiasi nilai tukar mata uang atau devaluasi paksa dengan nilai tukar
tetap. Peristiwa ini bisa sangat merugikan jika modalnya dimiliki oleh warga negara terdampak,
karena bukan hanya warganya yang dibebani oleh hilangnya kepercayaan pada ekonomi dan
devaluasi mata uangnya, tetapi juga aset mereka kehilangan banyak nilai nominalnya. Ini pun
mengakibatkan penurunan tajam daya beli aset negara tersebut dan kenaikan harga
barang impor.

Krisis ekonomi Argentina tahun 2001 mengakibatkan devaluasi mata uang dan pelarian modal yang
kemudian menurunkan jumlah impor.

Pelarian modal dapat menyebabkan krisis likuiditas di negara terdampak yang mengalami arus
modal keluar, negara yang mengalami kehilangan aset investor karena dilikuidasi, dan negara
yang terlibat di perdagangan internasional seperti perkapalan dan keuangan. Penelitian tahun
2008 yang diterbitkan oleh Global Financial Integrity memperkirakan pelarian modal atau arus
keuangan ilegal dari negara berkembang mencapai "sekitar US$850 miliar sampai $1 triliun per
tahun."[135] Pelaku pasar yang membutuhkan uang tunai kesulitan mencari rekan dagang
potensial untuk dijadikan target penjualan asetnya. Ini bisa jadi merupakan konsekuensi
partisipasi pasar yang rendah atau pengurangan uang tunai oleh pelaku pasar keuangan.
Pemilik aset pun lantas terpaksa menjual aset-asetnya dengan harga di bawah harga dasar
jangka panjang. Para peminjam biasanya menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan
persayratan kolateral, berbeda dengan masa-masa ketika likuiditas masih masuk akal. Utang
tanpa jaminan hampir sulit diperoleh. Saat terjadi krisis likuiditas, pasar peminjaman
antarbank tidak berjalan mulus.
Pelarian modal juga memengaruhi negara maju. Artikel tahun 2009 di The Times melaporkan
bahwa ratusan pemberi pinjaman dan pengusaha kaya belakangan ini keluar dari Britania
Raya karena pemerintahnya menaikkan pajak. Mereka pindah ke tempat-tempat yang pajaknya
rendah seperti Jersey, Guernsey, Pulau Man, dan Kepulauan Virgin Britania.[136] Bulan Mei
2012, skala pelarian modal dari Yunani pasca pemilu legislatif "tanpa hasil" diperkirakan
mencapai €4 miliar per minggu.[137]Pada akhir bulan itu, Bank Sentral Spanyol mengungkapkan
bahwa arus modal senilai €97 miliar keluar dari ekonomi Spanyol pada kuartal pertama
2012.[138]
Ukuran globalisasi[sunting | sunting sumber]
Indeks[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indeks Globalisasi
Pengukuran globalisasi ekonomi berfokus pada berbagai variabel
seperti perdagangan, Investasi Langsung Asing (FDI), investasi portofolio, dan pendapatan.
Indeks-indeks baru justru berusaha mengukur globalisasi dengan variabel yang lebih umum
seperti aspek politik, sosial, budaya, dan lingkungan.[139]
Salah satu indeks globalisasi adalah KOF Index. KOF Index mengukur tiga dimensi utama
globalisasi, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.[140] Another is the A.T. Kearney / Foreign Policy
Magazine Globalization Index.[141]

Indeks Globalisasi
Indeks Globalisasi KOF 2013 A.T. Kearney / Foreign Policy
Magazine 2006

Peringkat Negara
Peringkat Negara

1 Belgia
1 Singapura

2 Irlandia
2 Swiss

3 Belanda
3 Amerika Serikat

4 Austria
4 Irlandia

5 Singapura
5 Denmark

6 Denmark
6 Kanada

7 Swedia
7 Belanda

8 Portugal 8 Australia
9 Hongaria 9 Austria

10 Swiss 10 Swedia

Kebijakan perdagangan bebas[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Global Enabling Trade Report
Enabling Trade Index mengukur faktor, kebijakan, dan jasa yang membantu perdagangan
barang lintas perbatasan sampai kota tujuan. Indeks ini terdiri dari empat sub-indeks, yakni
akses pasar, kepengurusan perbatasan, sarana transportasi dan komunikasi, dan lingkungan
bisnis. 20 negara teratas dalam indeks versi tahun 2010 adalah:[142]

1. Singapura - 6,06
2. Hong Kong - 5,70
3. Denmark - 5,41
4. Swedia - 5,41
5. Swiss - 5,37
6. Selandia Baru - 5,33
7. Norwegia - 5,32
8. Kanada - 5,29
9. Luksemburg - 5,28
10. Belanda - 5,26
11. Islandia - 5,26
12. Finlandia - 5,25
13. Jerman - 5,20
14. Austria - 5,17
15. Australia - 5,13
16. Uni Emirat Arab - 5,12
17. Britania Raya - 5,06
18. Chili - 5,06
19. Amerika Serikat - 5,03
20. Perancis - 5,02
Globalisasi sosial-budaya[sunting | sunting sumber]
Shakira, penulis-pengarang multibahasa asal Kolombia, mengadakan konser di luar negara asalnya.

Budaya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi budaya
Globalisasi budaya telah meningkatkan kontak lintas budaya namun diiringi dengan
berkurangnya keunikan komunitas yang dulunya terisolasi. Misalnya, sushi dapat ditemukan di
Jerman dan Jepang, tetapi di sisi lain popularitas Euro-Disney melampaui popularitas kota Paris
sehingga bisa saja mengurangi permintaan roti Perancis yang autentik.[143][144][145]Kontribusi
globalisasi pada pengasingan seseorang dari tradisinya masih tergolong rendah daripada
dampak modernitas itu sendiri seperti yang dikatakan eksistensialis Jean-Paul Sartre dan Albert
Camus. Globalisasi telah memperluas kesempatan memperoleh rekreasi melalui penyebaran
budaya pop lewat Internet dan televisi satelit.
Agama adalah salah satu elemen budaya pertama yang mengglobal; ada yang disebarkan
melalui paksa, migrasi, evangelis, imperialis, dan pedagang. Kristen, Islam, Buddhisme, dan
sekte-sekte terbaru seperti Mormonisme sudah memengaruhi kebudayaan endemik di tempat-
tempat yang jauh dari tempat asalnya.[146]

McDonald's di Osaka, Jepang, mengilustrasikan McDonaldisasi masyarakat global

Conversi mengklaim pada tahun 2010 bahwa globalisasi lebih didorong oleh arus aktivitas
budaya dan ekonomi dari Amerika Serikat yang lebih dikenal
sebagai Amerikanisasi[147][148] atau Westernisasi. Misalnya, dua gerai makanan dan minuman
global tersukses di dunia adalah perusahaan asal Amerika Serikat, McDonald's dan Starbucks.
Keduanya sering dijadikan contoh globalisasi karena masing-masing memiliki lebih dari
32.000[149] dan 18.000 gerai di seluruh dunia per tahun 2008.[150]
Istilah globalisasi bermakna transformasi. Tradisi kebudayaan seperti musik tradisional bisa saja
lenyap atau berubah menjadi gabungan tradisi. Globalisasi mampu menciptakan keadaan
darurat demi melestarikan warisan musik. Para pengarsip berusaha mengoleksi, merekam, atau
menulis repertoar sebelum melodinya mengalami asimilasi atau penyesuaian. Musisi lokal
berjuang mendapatkan keautentikan dan melestarikan tradisi musik daerah. Globalisasi dapat
membuat para pementas atau seniman mengabaikan instrumen musik tradisional. Genre
gabungan yang baru bisa menjadi bahan penelitian yang menarik.[151]
Globalisasi mendorong fenomena Musik Dunia dengan mengizinkan musik yang direkam di
suatu tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang hendak mencari ide dan suara
baru. Contohnya, banyak musisi Barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari
kebudayaan lain.[152]
Istilah "Musik Dunia" awalnya ditujukan pada musik etnis. Sekarang, globalisasi memperluas
cakupan istilah ini hingga sub-genre hibrid seperti World fusion, Global fusion, Ethnic
fusion[153] and Worldbeat[154][155]

Gerai Coca-Cola di luar pusat perbelanjaan Grand Gateway 66 di Xujiahui, Shanghai

Musik juga tersebar keluar dari dunia Barat. Musik pop Anglo-Amerika menyebar ke seluruh
dunia melalui MTV. Teori dependensi menjelaskan bawha dunia adalah sistem internasional
yang terpadu. Dari sudut pandang musik, ini berarti kehilangan identitas musik daerah.[156]
Bourdieu mengatakan bahwa persepsi konsumsi bisa dipandang sebagai identifikasi diri dan
pembentukan identitas. Dari sisi musik, ini artinya setiap manusia memiliki identitas musiknya
sendiri berdasarkan kesukaan dan selera. Kesukaan dan selera ini sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan karena kebudayaan adalah fakto paling mendasar yang membentuk keinginan dan
perilaku seseorang. Konsep kebudayaan lokal sekarang berubah akibat globalisasi. Selain itu,
globalisasi turut meningkatkan interdependensi faktor pribadi, politik, budaya, dan ekonomi.[157]
Laporan UNESCO tahun 2005[158] menunjukkan bahwa pertukaran budaya makin sering terjadi
dari kawasan Asia Timur, namun negara-negara Barat masih eksportir budaya terbesar. Pada
tahun 2002, Tiongkok merupakan eksportir budaya terbesar di dunia setelah Britania Raya dan
Amerika Serikat. Antara tahun 1994 dan 2002, pangsa ekspor budaya Amerika Utara dan Uni
Eropa menurun, sementara ekspor budaya Asia naik melampaui Amerika Utara. Fakta lainnya
yang terkait adalah populasi dan luas Asia lebih besar berkali-kali lipat daripada Amerika Utara.
Amerikanisasi berhubungan dengan masa-masa tingginya pengaruh politik tinggi Amerika
Serikat dan pertumbuhan toko, pasar, dan barang Amerika Serikat yang diekspor ke negara
lain.
Globalisasi, sebagia fenomena yang beragam, berkaitan dengan dunia politik multilateral serta
perkembangan pasar dan benda budaya antarnegara. Pengalaman yang dialami India
mengungkapkan jamaknya pengaruh globalisasi budaya.[159]
Multilingualisme dan lingua franca[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Multilingualisme, Lingua franca, dan Daftar lingua
franca
Penutur multibahasa melampaui jumlah penutur monobahasa di dunia.[160] Saat ini, kebanyakan
orang di dunia bisa menuturkan lebih dari satu bahasa.[161] Kontak bahasa terjadi ketika dua
bahasa/varietas atau lebih saling beinteraksi. Kontak bahasa terjadi dalam berbagai fenomena,
termasuk konvergensi bahasa, peminjaman kata, dan releksifikasi. Hasil kontak yang paling
lazim adalah pidgin, kreol, ganti kode, dan bahasa campuran.
Multilingualisme mencuat sebagai fenomena sosial yang diatur oleh kebutuhan globalisasi dan
keterbukaan budaya.[162] Berkat kemudahan akses informasi yang difasilitasi Internet, umat
manusia semakin sering terekspos dengan bahasa asing, lantas memicu perlunya penguasaan
beberapa bahasa.
Lingua franca adalah bahasa yang secara sistematis dipakai untuk berkomunikasi antar orang-
orang yang bahasa ibunya tidak sama, biasanya memakai bahasa ketiga yang berbeda dengan
bahasa ibu dua orang tersebut.[163] Saat ini, bahasa kedua yang paling populer adalah bahasa
Inggris. Sekitar 3,5 miliar orang lumayan paham dengan bahasa tersebut.[164] Bahasa Inggris
adalah bahasa yang paling dominan di Internet.[165] Sekitar 35% surat, teleks, dan kawat di
dunia ditulis dalam bahasa Inggris; sekitar 40% program radio dunia disiarkan dalam bahasa
Inggris.[166]
Meski penutur multibahasa sering dijumpai, jumlah bahasa yang dituturkan secara global terus
berkurang. 20 bahasa terbesar yang penuturnya lebih dari 50 juta orang dituturkan oleh 50%
penduduk dunia, sedangkan sisanya dituturkan di daerah-daerah kecil. Kebanyakan bahasa
memiliki kurang dari 10.000 penutur.[167] Bahasa yang kurang tersebar ini sejak dulu terlindungi
oleh lokasi geografisnya yang tertutup. Sekarang, penutur bahasa daerah dan minoritas makin
sulit bersaing dengan penutur bahasa dominan sehinga bahasa-bahasa tersebut
dianggap bahasa terancam. Jumlah total bahasa di dunia tepatnya tidak diketahui dan
perkiraannya bermacam-macam tergantung faktornya. Perkiraan saat ini berada di antara 6.000
dan 7.000 bahasa[168] dan sekitar 50–90% di antaranya akan punah pada tahun 2100.[167]
Politik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik global
Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City.

Secara umum, globalisasi pada akhirnya akan mengurangi keistimewaan negara bangsa.
Lembaga supranasional seperti Uni Eropa, WTO, G8, atau Mahkamah
Internasional menggantikan atau memperluas fungsi negara untuk memfasilitasi perjanjian
internasional.[169] Sejumlah pengamat menyebut globalisasi sebagai penyebab turunnya
kekuatan Amerika Serikat, salah satunya akibat defisit perdagangan AS yang tinggi. Hal ini
memicu perpindahan kekuatan global ke negara-negara Asia seperti Tiongkok yang memiliki
kekuatan pasar dan berhasil meraih level pertumbuhan yang luar biasa. Per 2011, ekonomi
Tiongkok diperkirakan akan mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2025.[170]
Organisasi nonpemerintah terus memengaruhi kebijakan publik melintasi batas negara,
termasuk di bidang bantuan kemanusiaan dan pembangunan negara.[171] Organisasi amal
dengan misi global juga selangkah di depan di bidang kemanusiaan. Badan amal seperti Bill
and Melinda Gates Foundation, Accion International, Acumen Fund (sekarang Acumen),
dan Echoing Green menggabungkan model bisnis dengan filantropi yang kemudian melahirkan
organisasi bisnis seperti Global Philanthropy Group dan asosiasi filantropi baru seperti Global
Philanthropy Forum. Proyek-proyek Bill and Melinda Gates Foundation mencakup komitmen
senilai ratusan miliar dolar untuk mendanai imunisasi di beberapa negara miskin yang
pertumbuhannya cepat,[172] serta ratusan juta dolar untuk mendanai program sosialisasi
menabung bagi orang-orang miskin.[173] Hudson Institute memperkirakan bahwa total aliran
dana dari filantropis swasta ke negara-negara berkembang mencapai US$59 miliar pada tahun
2010.[174]
Menanggapi globalisasi, sejumlah negara mulai menganut kebijakan isolasionisme. Misalnya,
pemerintah Korea Utaramempersulit orang asing untuk memasuki negaranya dan sangat
mengawasi aktivitas mereka seandainya dibolehkan masuk. Para pekerja sosial diperiksa
secara menyeluruh dan tidak diizinkan mengunjungi tempat-tempat yang dilarang pemerintah.
Warga Korea Utara tidak bisa seenaknya keluar dari negara itu.[175][176]
Media dan opini publik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Media (komunikasi) dan Opini publik
Penelitian tahun 2005 oleh Peer Fiss dan Paul Hirsch menemukan peningkatan jumlah artikel
negatif terhadap globalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 1998, artikel negatif
mengalahkan artikel positif dengan perbandingan dua banding satu.[177] Pada tahun 2008, Greg
Ip mengklaim bahwa kenaikan jumlah penolakan terhadap globalisasi ini diakibatkan oleh nafsu
ekonomi pribadi.[178] Jumlah artikel koran yang cenderung negatif bertambah dari 10% total
artikel koran tahun 1991 menjadi 55% pada tahun 1999. Peningkatan ini terjadi pada masa
ketika jumlah total artikel mengenai globalisasi nyaris berlipat ganda.[177]
Sejumlah jajak pendapat internasional menunjukkan bahwa penduduk negara berkembang
cenderung lebih menyukai globalisasi.[179] BBC menemukan bahwa semakin banyak masyarakat
negara berkembang yang menganggap globalisasi berjalan terlalu cepat. Di beberapa negara
seperti Meksiko, Amerika Tengah, Indonesia, Brasil, dan Kenya, mayoritas masyarakatnya
justru merasa globalisasi berjalan terlalu lambat.[180]
Philip Gordon mengatakan bahwa, "[per 2004] mayoritas warga Eropa percaya bahwa
globalisasi dapat memperkaya hidup mereka, dan percaya bahwa Uni Eropa dapat membantu
mereka memanfaatkan keuntungan globalisasi sekaligus melindungi mereka dari dampak
negatifnya."[181] Penolakan lebih banyak berasal dari kalangan sosialis, grup lingkungan, dan
nasionalis.
Penduduk UE tampak tidak merasa terancam oleh globalisasi pada 2004. Pasar pekerjaan UE
lebih stabil dan kecil sekali kemungkinan pemotongan upah/tunjangan bagi para pekerjanya.
Anggaran sosial di Uni Eropa lebih tinggi daripada Amerika Serikat.[182] Dalam jajak pendapat di
Denmark tahun 2007, 76% responden menjawab bahwa globalisasi adalah sesuatu yang
bagus.[183]
Fiss, et al., menyurvei opini publik Amerika Serikat tahun 1993. Survei mereka menunjukkan
bahwa pada tahun 1993 lebih dari 40% responden tidak kenal dengan konsep globalisasi.
Ketika survei ini dilakukan lagi tahun 1998, 89% responden memiliki pandangan yang terbelah
terhadap globalisasi, ada yang baik dan ada yang buruk. Pada saat yang sama, diskursus
tentang globalisasi bermula di komunitas keuangan sebelum beralih ke perdebatan panas
antara pendukung dan penentang dari kalangan pelajar dan pekerja. Polarisasi pendapat
meningkat secara dramatis setelah WTO dibentuk tahun 1995; peristiwa ini dan unjuk rasa
selanjutnya memunculkan pergerakan anti-globalisasi yang lebih besar.[177] Awalnya, pekerja
berpendidikan tinggi berkemungkinan besar untuk mendukung globalisasi. Pekerja kurang
berpendidikan, yang lebih layak bersaing dengan imigran dan pekerja di negara berkembang,
cenderung menentang globalisasi. Situasi berubah pasca krisis keuangan 2007. Menurut jajak
pendapat tahun 1997, 58% lulusan universitas mengatakan bahwa globalisasi bagus bagi
Amerika Serikat. Pada 2008, hanya 33% lulusan universitas yang berkata seperti itu.
Responden yang pendidikan terakhirnya SMA juga menentang globalisasi.[178]
Menurut Takenaka Heizo dan Chida Ryokichi, pada 1998 ada persepsi di Jepang bahwa
ekonomi mereka "kecil dan rapuh". Jepang memang minim sumber daya dan menggunakan
aktivitas ekspor untuk membeli bahan mentah. Kegelisahan atas posisi mereka ini
memunculkan istilah-istilah seperti internasionalisasi dan globalisasike percakapan sehari-hari.
Namun tradisi Jepang dari dulu mengutamakan pemenuhan kebutuhan diri semampunya,
terutama dalam hal pertanian.[184]
Keadaan bisa saja berubah pasca krisis keuangan 2007. BBC World Public Poll yang dilakukan
tahun 2008 saat krisis terjadi menunjukkan bahwa penolakan globalisasi di negara-negara maju
terus meningkat. Jajak pendapat BBC bertanya apakah globalisasi tumbuh terlalu cepat atau
tidak. Jawaban positif lebih banyak di Perancis, Spanyol, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Tren penolakan di negara-negara ini tampaknya lebih kuat daripada di Amerika Serikat. Jajak
pendapat tersebut juga mengaitkan kecenderungan anggapan bahwa globalisasi berjalan terlalu
cepat dengan persepsi bahwa kerentanan ekonomi dan kesenjangan sosial terus meningkat.[180]
Banyak pihak di negara berkembang memandang globalisasi sebagai penggerak positif yang
mengangkat mereka dari jeratan kemiskinan.[185] Pihak penentang globalisasi biasanya
menggabungkna permasalahan lingkungan dengan nasionalisme. Mereka menganggap
pemerintah sebagai agen neo-kolonialisme yang tunduk kepada perusahaan
multinasional.[186] Kritik semacam ini berasal dari kelas menengah. Brookings
Institute berpendapat bahwa kritik muncul karena kelas menengah melihat kelompok
masyarakat berpendapatan rendah yang mobilitas sosialnya ke atas mengancam keamanan
ekonomi mereka.[187]
Meski banyak kritikus menyalahkan globalisasi atas menurunna kelas menengah di negara-
negara maju, kelas menengah justru tumbuh cepat di negara-negara berkembang.[188] Disertai
urbanisasi, pertumbuhan kelas menengah semakin memperlebar celah kemakmuran antara
kota dan desa.[189] Tahun 2002, 70% penduduk India tinggal di pedesaan dan bergantung pada
sumber daya alam untuk aktivitas sehari-hari.[186] Akibatnya, organisasi masyarakat di pedesaan
sering merasa keberatan dengan proses globalisasi.[190]
Organisasi nirlaba Reporters Without Borders setiap tahunnya merilis Indeks Kebebasan Pers,
yaitu peringkat negara-negara di dunia berdasarkan catatan kebebasan pers pada tahun
sebelumnya. Indeks ini mencerminkan tingkat kebebasan yang dinikmati jurnalis, kantor berita,
dan netizen di setiap negara, serta upaya pemerintah untuk menghormati dan menjamin
kebebasan ini.
Internet[sunting | sunting sumber]

Pemanfaatan Internet global: Persentase penduduk yang terhubung ke Internet tahun 2012[191]

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemanfaatan Internet global


Lihat pula: Daftar negara menurut jumlah pengguna Internet
Internet adalah produk globalisasi sekaligus penggerak (katalis) yang menghubungkan para
pengguna komputer di seluruh dunia. Sejak 2000 sampai 2009, jumlah pengguna Internet di
seluruh dunia naik dari 394 juta orang menjadi 1,858 miliar.[192] Pada tahun 2010, 22 persen
penduduk dunia memiliki akses ke perangkat komputer dengan jumlah entri
pencarian Google sebanyak 1 miliar per hari, 300 juta pengunjung blog, dan 2 miliar video
ditonton setiap harinya di YouTube.[193] Menurut lembaga penelitian IDC, ukuran perdagangan
elektronik dunia secara keseluruhan, termasuk transaksi bisnis-bisnis dan bisnis-konsumen
global, mendekati US$16 triliun pada tahun 2013. IDate, lembaga penelitian lainnya,
memperkirakan pasar produk dan jasa digital global bernilai US$4,4 triliun pada tahun 2013.
Laporan Oxford Economics menambahkan kedua jumlah tersebut untuk mematok
ukuran ekonomi digital secara keseluruhan di angka $20,4 triliun, setara dengan kira-kira 13,8%
dari aktivitas penjualan dunia.[194]
Walaupun banyak pihak mengklaim perdagangan Internet membawa keuntungan ekonomi, ada
pula bukti bahwa beberapa elemen Internet seperti peta dan jasa berbasis lokasi bisa
mendorong kesenjangan ekonomi dan celah digital.[195] Perdagangan elektronik mungkin ikut
bertanggung jawab atas konsolidasi dan lenyapnya bisnis rumah tangga (mom and pop, brick
and mortar) sehingga terjadi peningkatan kesenjangan pendapatan.[196][197][198]
Komunitas daring adalah komunitas virtual yang eksis di Internet, dan anggota-anggotanya
dapat membuatnya eksis dengan ambil bagian dalam ritual keanggotaan. Perubahan sosio-
teknis yang besar bisa jadi diakibatkan oleh jejaring sosial Internet.[199]
Pertumbuhan penduduk[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penduduk dunia dan Kelebihan penduduk manusia
Penduduk dunia terus mengalami pertumbuhan sejak akhir Kelaparan Besar dan Wabah
Hitam tahun 1350 pada angka 370 juta.[200] Tingkat pertumbuhan tertinggi – penduduk dunia
bertambah di atas 1,8% per tahun – sempat terjadi pada 1950-an dan agak lama pada 1960-an
dan 1970-an. Tingkat pertumbuhan memuncak di level 2,2% pada tahun 1963, dan turun
sampai 1,1% pada tahun 2011. Total kelahiran tahunan sedang tinggi-tingginya pada akhir
1980-an atau sekitar 138 juta jiwa.[201]Tingkat kelahiran ini diperkirakan bertahan di level tahun
2011 sebanyak 134 juta jiwa. Tingkat kematian mencapai 56 juta jiwa per tahun dan
diperkirakan naik menjadi 80 juta jiwa per tahun pada 2040.[202] Proyeksi terkini menunjukkan
adanya kenaikan jumlah penduduk (namun tingkat pertumbuhannya turun perlahan) dan
populasi dunia diperkirakan mencapai 7,5 dan 10.5 miliar tahun 2050.[203][204]
Kepala International Food Policy Research Institute, menyatakan pada tahun 2008 bahwa
perubahan pola makan secara bertahap di kalangan orang kaya baru adalah faktor terpenting
yang mendorong kenaikan harga pangan dunia.[205] Sejak 1950 sampai 1984, seiring terjadinya
transformasi pertanian di seluruh dunia melalui Revolusi Hijau, produksi gandum naik lebih dari
250%.[206] Populasi dunia bertambah 4 miliar jiwa sejak awal Revolusi Hijau. Tanpa Revolusi
Hijau, akan terjadi kelaparan dan malagizi yang lebih besar daripada yang didokumentasikan
PBB saat ini; sekitar 850 juta orang menderita malagizi kronis tahun 2005).[207][208] Muncul
kekhawatiran mengenai naiknya tingkat erosi tanah karena semakin banyak lahan digarap
menggunakan peralatan mekanik, pupuk kimia, dan alat lainnya.[209][210][211] Dengan berlipatnya
konsumsi makanan laut oleh manusia dalam 30 tahun terakhir yang menyusutkan tambak dan
menghancurkan ekosistem laut, manusia perlu menyadari untuk menciptakan suplai makanan
laut yang berkelanjutan.[212]
Pertumbuhan penduduk, berkurangnya sumber energi, kelangkaan pangan akan menghasilkan
"badai sempurna" pada tahun 2030 menurut kepala ilmuwan pemerintah Britania Raya, John
Beddington. Beddington mencatat bahwa cadangan pangan dunia berada di titik terendah
dalam 50 tahun terakhir dan dunia akan memerlukan energi, pangan, dan air 50% lebih banyak
pada 2030..[213][214] Kondisi pembalakan hutan dan erosi tanah di kawasan Sahel di selatan
Sahara sangat parah.[215]
Dunia harus menghasilkan makanan 70% lebih banyak pada 2050 untuk memberi makan
sekitar 2,3 miliar jiwa tambahan dan memenuhi permintaan seiring naiknya pendapatan,
menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB .[216] Sejumlah peneliti sosial telah
memperingatkan adanya kemungkinan bahwa peradaban global akan mengalami periode
kontraksi dan re-lokalisasi ekonomi akibat berkurangnya bahan bakar fosil dan naiknya krisis
transportasi dan produksi makanan.[217][218][219] Helga Vierich memprediksi kembalinya aktivitas
ekonomi lokal berkelanjutan seperti pemburu-pengumpul, hortikultura, dan pastoralisme.[220]
Urbanisasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Urbanisasi dan Megakota
Pertumbuhan penduduk sepanjang masa industrialisasi cepat dan globalisasi abad ke-20 diiringi
dengan bertambahnya urbanisasi di seluruh dunia. Tahun 2011, mayoritas penduduk dunia
tinggal di kawasan perkotaan industri yang dikelilingi pabrik dan kantor bisnis, bukan lagi
kawasan pedesaan tradisional yang didominasi pertanian.[221] Beberapa kota mulai muncul
sebagai kota global dan dianggap sebagai pusat aktivitas ekonomi penting dunia. Megakota,
yaitu kota yang dihuni lebih dari 10 juta orang, bertambah jumlahnya dari 3 kota pada tahun
1973 menjadi 24 pada tahun 2013. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi 27 kota
pada 2025.[222]
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesehatan global dan Globalisasi dan penyakit
Kesehatan global merupakan kesehatan penduduk dalam konteks global yang mencakup sudut
pandang dan kekhawatiran negara-negara.[223] Permasalahan kesehatan yang melintasi
perbatasan negara atau memiliki pengaruh poliitk dan ekonomi secara global terus
ditekankan.[224] Kesehatan global didefinisikan sebagai 'bidang studi, penelitian, dan praktik
yang prioritasnya adalah memperbaiki kesehatan dan mencapai kesetaraan kesehatan untuk
semua orang di dunia'.[225] Lantas kesehatan global berkutat dengan perbaikan kesehatan
dunia, pengurangan kesenjangan, dan perlindungan dari ancaman global yang tidak peduli
dengan perbatasan negara.[226] Global Mental Health merupakan salah satu penerapan prinsip
tersebut di ranah kesehatan mental.[227]

Pos periksa SARS di terminal kedatangan internasional Bandara Internasional Taoyuan Taiwan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan lembaga kesehatan utama di tingkat


internasional. Lembaga penting lainnya yang turut mengurus aktivitas kesehatan global
adalah UNICEF, World Food Programme (WFP), United Nations University International Institute
for Global Health, dan Bank Dunia. Inisiatif besar untuk memperbaiki kesehatan global
diresmikan dengan nama Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Tujuan
Pembangunan Milenium.[228]
Perjalanan internasional ikut menyebarkan penyakit menular yang mematikan.[229] Moda
transportasi modern memungkinkan orang dan barang dalam jumlah besar bepergian keliling
dunia secara lebih cepat, tetapi mereka juga membuka celah bagi perpindahan vektor penyakit
lintas benua.[230] Salah satunya adalah AIDS/HIV.[231] Akibat imigrasi, sekitar 500.000 orang di
Amerika Serikat diyakini menderita penyakit Chagas.[232] Pada tahun 2006,
kadar tuberkulosis(TB) di kalangan penduduk Amerika Serikat kelahiran luar negeri 9,5 kali lipat
lebih besar daripada penduduk kelahiran A.S.[233] Berawal di Asia, Wabah Hitam menewaskan
sedikitnya sepertiga penduduk Eropa pada abad ke-14.[234]Kehancuran yang lebih parah dialami
oleh penduduk asli benua Amerika setelah kedatangan pendatang Eropa "Dunia Baru"
seperti Aztec, Maya, dan Inca tewas akibat penyakit cacar yang menyebar melalui
proses kolonisasi Eropa.
Lingkungan alam global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Lingkungan alam, Sumber daya alam, dan Modal alam
Lihat pula: Ekologi manusia dan Sistem manusia–lingkungan ganda
Lingkungan alam mencakup semua makhluk hidup dan benda tak hidup yang terbentuk
secara alamiah di Bumi atau suatu wilayah. Lingkungan alam adalah lingkungan yang meliputi
interaksi seluruh spesies makhluk hidup.[235] Lingkungan alam berbeda dengan lingkungan
bangun yang terdiri dari daerah dan komponen yang sangat dipengaruhi aktivitas manusia. Sulit
untuk menemukan lingkungan yang benar-benar alami. Kealamiahan (naturalness) bervariasi
dalam satu kontinuum, mulai dari 100% alami sampai 0% alami. Kita bisa mempertimbangkan
berbagai aspek atau komponen lingkungan, lalu mengamati bahwa tingkat kealamiahannya
tidak seragam.[236] Meski begitu, di dunia ini sudah tercipta sistem gabungan manusia–
lingkungan.

Peta plot yang dibuat berdasarkan data NASA GISS Surface Temperature Analysis (GISTEMP).

Ancaman manusia terhadap lingkungan alam, seperti perubahan iklim, polusi air dan udara
lintas perbatasan, pemancingan berlebih di lautan, dan penyebaran spesies invasif,
membutuhkan solusi transnasional dan global. Karena pabrik-pabrik di negara berkembang
meningkatkan produksi global dan kurang diatur oleh regulasi lingkungan, terjadi penambahan
polusi air dan udara di seluruh dunia.[237][238]
Laporan State of the World tahun 2006 mencantumkan bahwa pertumbuhan ekonomi India dan
Tiongkok yang tinggi tidak berkelanjutan. Laporan tersebut menyatakan, "Kapasitas ekologi
dunia tidak cukup untuk memuaskan keinginan Tiongkok, India, Jepang, Eropa, dan Amerika
Serikat serta keinginan seluruh dunia secara berkelanjutan."[239] Dalam artikel berita tahun
2006, BBC melaporkan, "...apabila Tiongkok dan India mengonsumsi sumber daya per kapita
yang sama seperti Amerika Serikat atau Jepang pada 2030, seisi planet Bumi dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan mereka semua."[239] Dalam jangka panjang, efek ini dapat mengakibatkan
bertambahnya konflik perebutan sumber daya alam[240] dan bencana Malthus. Investasi
langsung internasional di negara berkembang akan memunculkan "race to the bottom" karena
negara-negara tersebut berlomba-lomba melonggarkan hukum perlindungan lingkungan dan
sumber daya alamnya untuk menarik modal asing.[8][241] Kebalikan teori ini bisa pula terjadi
seandainya negara maju mempertahankan aktivitas ramah lingkungan dan membebankan
tanggung jawabnya pada negara target investasinya, lantas menciptakan fenomena "race to the
top".[8]
Hutan terbakar di Brasil. Pembalakan hutan untuk mendirikan peternakan adalah penyebab utama
deforestasi di Amazon Brasil sejak pertengahan 1960-an. Kacang kedelai merupakan salh satu
kontributor deforestasi terbesar di Amazon Brasil.[242]

Waktu yang perlu dilalui dalam perjalanan lintas benua dan negara semakin menyusut karena
globalisasi, sehingga negara-negara berkembang dan maju perlu mencari cara baru untuk
menyelesaikan masalah dalam skala global, bukan regional lagi. Agencies like the United
Nations now must be the global regulators of pollution, whereas before, regional governance
was enough.[243] Serangkaian tindakan telah diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
mengawasi dan mengurangi polutan atmosfer melalui Protokol Kyoto, Inisiatif Udara Bersih
PBB, dan penelitian polusi udara dan kebijakan publik.[244] Lalu lintas, produksi, dan konsumsi
dunia mengakibatkan peningkatan jumlah polutan udara secara global. Belahan Bumi utara
adalah penghasil karbon monoksida dan sulfur dioksida terbesar.[245]
Perubahan modal alam mulai mengikis pemikiran ekonomi di salah satu bidang utama
globalisasi ekonomi: pembagian tenaga kerja internasional dan produksi yang berbasis pada
rantai persediaan global.[246] Batas keplanetan untuk sejumlah sumber daya alam strategis telah
dicapai, dan sumber daya lainnya hampir mencapai batasnya. Seiring waktu, puncak minyak
dan perubahan iklim akan menyebabkan "puncak globalisasi" yang dapat dilihat dari
berkurangnya ton-mil barang yang diangkut lintas lautan dan benua. keunggulan komparatif
rantai persediaan global akan dipatahkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penundaan saat
barang transit.[246]
Tiongkok dan India meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil mereka setelah ekonominya
beralih dari pertanian subsisten ke industri dan urbanisasi.[247][248] Konsumsi minyak Tiongkok
naik 8% setiap tahun antara 2002 dan 2006, bertambah dua kali lipat sejak 1996–
2006.[249] Tahun 2007, Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat sebagai produsen
emisi CO2 terbesar di dunia.[250] Hanya 1 persen dari 560 juta penduduk kota di Tiongkok (per
2007) yang menghirup udara bersih sesuai standar Uni Eropa. Ini artinya negara-negara maju
bisa "mengalihdayakan" sebagian polusi konsumsinya ke negara yang punya banyak industri
penghasil polusi.
Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan untuk menapai tingkat pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Dari dulu, hutan di negara-negara berkembang awal mengalami "transisi
hutan", yaitu periode deforestasi dan reforestasi ketika masyarakat di sekitarnya semakin maju,
terindustrialisasi, dan memindahkan produksi sumber daya alam primernya ke negara lain
melalui impor. Untuk negara di pinggir sistem global, tidak ada negara yang bisa dijadikan
tempat pemindahan produksi SDA, dan degradasi hutan akan berlangsung tanpa henti. Transisi
hutan memberi pengaruh besar terhadap hidrologi, perubahan iklim, dan keragaman hayati
suatu wilayah melalui penurunan kualitas air serta penumpukan gas rumah kaca melalui
reboisasi hutan baru menjadi hutan generasi kedua dan ketiga.[251][252] Sumber
utama deforestasi adalah industri perkayuan yang didominasi oleh Tiongkok dan
Jepang.[253] Pasar minyak palem global mengakibatkan deforestasi parah di Asia Tenggara
sehingga banyak spesies hewan yang terancam keberlangsungannya, seperti badak, harimau,
dan orangutan.[254][255]
Tanpa daur ulang, seng akan habis terpakai pada tahun 2037, indium dan hafnium akan habis
tahun 2017, dan terbium habis pada tahun 2012.[256] Fenomena "puncak" lainnya,
seperti puncak minyak, puncak batubara, puncak gas, puncak air, dan puncak gandum, ikut
memengaruhi ketersediaan dan keberlangsungan modal alam.
Pada tahun 2003, 29% tambak laut terbuka terancam gagal.[257] Jurnal Science merilis sebuah
penelitian empat tahun pada November 2006 yang memprediksi bahwa dengan frekuensi saat
ini, dunia akan kehabisan makanan laut liar pada tahun 2048.[258] Sebaliknya, globalisasi
menciptakan pasar global untuk budi daya ikan dan makanan laut yang pada tahun 2009
menyediakan 38% persediaan dunia dan mampu mengurangi pemancingan berlebih.[259]
Perdagangan barang global bergantung pada transportasi barang yang andal dan murah dalam
rantai persediaan yang rumit dan jauh.[246] Pemanasan global dan puncak minyak menghambat
globalisasi karena memiliki dampak atas biaya transportasi dan pergerakan barang. Karena
melawan pola geografis keunggulan komparatif dengan biaya transportasi yang tinggi,
perubahan iklim dan puncak minyak dapat mengakibatkan puncak globalisasi. Setelah puncak
globalisasi, volume ekspor akan menurun berdasarkan ton-mil barang yang diangkut.[260]
Tenaga kerja global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tenaga kerja global dan Pembagian tenaga kerja
internasional baru
Tenaga kerja global mengacu pada kelompok pekerja internasional, termasuk mereka
yang dipekerjakan oleh perusahaan multinasional dan terhubung melalui
sistem jaringan dan produksi global, pekerja imigran, pekerja migran transien,
pekerja telekomuter, dan mereka yang terlibat dalam pekerjaan berorientasi
ekspor atau pekerjaan kontingen serta pekerjaan keras. Per 2012, kelompok tenaga kerja global
mencakup kira-kira 3 miliar orang, dan 200 juta di antaranya menganggur.[261]
Tenaga kerja global atau tenaga kerja internasional mencerminkan pembagian tenaga kerja
internasional baru yang sudah muncul sejak akhir 1970-an pasca gelombang globalisasi yang
lain. aktor ekonomi global yang mendorong bangkitnya perusahaan multinasional, yaitu
perpindahan barang, jasa, teknologi, dan modallintas perbatasan, terus mengubah cara
pandang kita tentang tenaga kerja dan strukturnya saat ini. Berangkat dari proses sosial yang
mendorong standardisasi dan industrialisasi, masyarakat pasca-industri di dunia Barat ditopang
oleh industrialisasi di belahan dunia lain, terutama di Asia. Ketika industrialisasi berlangsung di
seluruh dunia dan banyak kebudayaan beralih dari praktik kerja tradisional,
cara majikan (employer) memandang dan memanfaatkan tenaga kerja ikut berubah.
Tenaga kerja global bersifat kompetitif dan disebut-sebut sebagai "perang pencarian
bakat."[262] Persaingan ini sebagian disebabkan oleh teknologi komunikasi yang membantu
berbagai perusahaan mendapatkan status multinasional. Teknologi komunikasi juga
memungkinkan perusahaan mencari pekerja tanpa perlu membatasi pencariannya secara lokal;
proses seperti ini disebut arbitrase tenaga kerja global. Salah satu contoh perang pencarian
bakat adalah pengangkatan kepala eksekutif asing di markas perusahaan loka.[263][264]
Meski begitu, pekerja produksi dan jasa di negara-negara maju gagal bersaing secara langsung
dengan pekerja berupah rendah di negara-negara berkembang.[265]Negara yang menerapkan
upah rendah mendapatkan elemen kerja bernilai tambah rendah yang sebelumnya ada di
negara maju, sedangkan pekerjaan bernilai tingginya masih bertahan. Misalnya, jumlah total
orang yang bekerja di pabrik di Amerika Serikat berkurang, namun nilai tambah per pekerjanya
meningkat.[266]
Ada banyak contoh perpindahan tenaga kerja ke negara berkembang. Dua contoh di antaranya
bisa ditemukan di Tiongkok dan Afrika Selatan. Kesuksesan Tiongkok membuat jumlah
lapangan pekerjaan di negara berkembang lainnya dan negara-negara Barat berkurang
drastis.[267] Sejak 2000 hingga 2007, Amerika Serikat kehilangan 3,2 juta lapangan pekerjaan
manufaktur (pabrik).[268] Pada tanggal 26 April 2005, Asia Times Online menulis bahwa, "Di
raksasa regional Afrika Selatan, sekitar 300.000 pekerja tekstil kehilangan pekerjaannya dalam
dua tahun terakhir karena masuknya barang-barang buatan Tiongkok [ke Afrika Selatan]."[269]
Pada tahun 2012, menurut Eurostat, tingkat pengangguran Eropa mencetak rekor tertinggi
sebesar 11,8%, artinya 18,8 juta orang tidak memiliki pekerjaan dan jumlah pengangguran
muda mencapai tingkat tertinggi.[270] Tingkat pengangguran muda pada awal 2013 di Spanyol
naik 56%, sedangkan di Yunani naik 62,5%.[271]Penelitian menunjukkan bahwa kaum pemuda di
Eropa khawatir dengan masa depan mereka.[272]
Ekonom pemenang Hadiah Nobel, Michael Spence, menulis bahwa, "Perubahan ekonomi global
besar-besaran sejak Perang Dunia II memberi efek yang sangat positif. Ratusan juta orang di
negara berkembang keluar dari jeratan kemiskinan, dan jutaan lainnya akan menyusul pada
masa depan. Ekonomi global akan terus tumbuh, sedikitnya tiga kali lipat dalam kurun 30 tahun
selanjutnya. Keuntungan seseorang bukanlah kerugian orang lain; pertumbuhan global itu sama
sekali bukan masalah menang atau kalah. Namun, globalisasi masih merugikan sejumlah
kelompok masyarakat di berbagai negara, termasuk negara maju.”[273]
Tidak semua orang bersikap optimis mengenai kelanjutan pertumbuhan ekonomi pada masa
depan. Agustinus Karlo Lumban Raja, kepala Departemen Inisiatif Lingkungan dan Kebijakan
Sawit Watch, mengatakan bahwa, "Penyebaran dan intensifikasi konflik sosial horizontal atas
batas tanah adat membuktikan bahwa suku Malind terancam. Tanah adat mereka menjadi
target pembangunan oleh sektor swasta tanpa adanya musyawarah dengan berbagai klan dan
suku yang mengklaim tanah tersebut.”"[274]
Perpindahan internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perpindahan manusia, Pekerja asing, dan Daftar
negara menurut tingkat migrasi bruto
Banyak negara yang memiliki semacam program pekerja tamu yang kebijakannya sama seperti
yang ada di A.S. yang mengizinkan perusahaan A.S. untuk mempekerjakan warga non-A.S.
selama tiga tahun, lalu mendeportasi mereka seandainya belum mengajukan permohonan kartu
hijau. Per 2009, lebih dari 1.000.000 pekerja tamu menetap di Amerika Serikat. Program
terbesarnya, visa H-1B, melibatkan 650.000 pekerja di Amerika Serikat,[275] dan program
terbesar keduanya, visa L-1, melibatkan 350.000 pekerja.[276] Ada lagi jenis visa Amerika
Serikat yang diberlakukan untuk pekerja tamu, seperti visa H-2A yang mengizinkan petani
memperkerjakan pekerja tamu dengan jumlah tak terbatas. Amerika Serikat menjalankan
program pekerja tamu Meksiko pada 1942–1964 dengan nama Program Bracero.
Sekitar 85% penduduk Dubai terdiri dari pekerja migran, kebanyakan di antaranya berasal dari
India.[277]

Sebuah artikel di The New Republic mengkritik program pekerja tamu dengan menyamakan
mereka dengan warga kelas dua yang tidak akan mampu mendapatkan kewarganegaraan dan
mendapatkan hak yang lebih sedikit daripada warga Amerika Serikat.[278]
Perpindahan pekerja berpendidikan dan terampil disebut pengurasan otak. Misalnya, Amerika
Serikat mempersilakan para perawat dari seluruh dunia untuk bekerja di sana.[279] Pengurasan
otak dari Eropa ke Amerika Serikat berarti bahwa sekitar 400.000 mahasiswa lulusan jurusan
iptek di Eropa sekarang tinggal di Amerika Serikat, dan kebanyakan di antaranya tidak
berencana pulang ke Eropa.[280] Hampir 14 juta imigran datang ke Amerika Serikat sejak tahun
2000 sampai 2010.[281]
Imigran di Amerika Serikat bersama keturunannya mendirikan lebih dari 40 persen perusahaan
di daftar Fortune 500 versi 2010. Mereka mendirikan tujuh dari sepuluh perusahaan paling
bernilai di dunia.[282]
Pengurasan otak terbalik adalah perpindahan modal manusia dari negara yang lebih maju ke
negara yang kurang maju. Ini dianggap sebagai hasil yang masuk akal dari strategi menabung
dan mengasah kemampuan yang dilakukan migran di luar negeri agar mereka bisa
memanfaatkannya di negara asalnya.[283]
Pengurasan otak terbalik bisa terjadi ketika ilmuwan, teknisi, atau kaum intelektual lainnya
pindah ke negara maju untuk belajar di universitasnya, melakukan penelitian, atau mencari
pengalaman kerja di bidang-bidang yang mungkin dibatasi di negara asalnya. Para profesinoal
ini kemudian pulang ke negara asalnya setelah beberapa tahun mencari pengalaman untuk
merintis bisnis, mengajar di perguruan tinggi, atau bekerja untuk perusahaan multinasional di
negara asalnya.[284]
Remitansi adalah transfer uang dari seorang pekerja asing ke negara asalnya. Remitansi
memainkan peran penting dalam ekonomi beberapa negara serta berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat yang kurang mampu. Menurut
perkiraan Bank Dunia, total remitansi tahun 2009 mencapai US$414 miliar, US$316 miliar di
antaranya mengalir ke negara-negara berkembang dan melibatkan 192 juta pekerja
migran.[285] Bagi sejumlah negara, nilai remitansi bisa mewakili sepertiga PDB-nya.[285] Karena
penerima remitansi memiliki kemungkinan besar untuk memiliki rekening bank, remitansi
memberi jalan bagi pengirim dan penerima untuk memanfaatkan layanan keuangan. Inilah
aspek penting remitansi yang bertujuan mempromosikan pembangunan ekonomi. Negara yang
memiliki persentase remitansi besar di PDB-nya didominasi negara-negara kecil
seperti Tajikistan (45%), Moldova (38%), dan Honduras (25%).[286]
IOM menyebutkan terdapat lebih dari 200 juta migran di seluruh dunia pada tahun
2008,[287] termasuk yang melalui imigrasi ilegal.[288][289] Arus remitansi ke negara berkembang
mencapai US$328 miliar pada tahun 2008 dan diperkirakan mencapai US$515 miliar pada
tahun 2015.[290]
Pernikahan transnasional adalah pernikahan antar dua orang dari negara yang berbeda.
Berbagai permasalahan muncul dalam pernikahan beda negara, termasuk
masalah kewarganegaraan dan budaya yang menambah kerumitan dan tantangan pada
hubungan suami-istri. Di era globalisasi, ketika orang-orang punya jaringan kenalan dan tempat
di seluruh dunia dan tidak terpaku pada satu tempat lagi, semakin banyak orang yang menikah
tanpa melihat batas negara. Penikahan transnasional adalah produk sampingan pergerakan dan
perpindahan manusia.

Dukungan dan tentangan[sunting | sunting sumber]


Reaksi terhadap proses yang memengaruhi globalisasi terus bermunculan dan beragam seiring
waktu berjalan. Perbedaan filosofis mengenai kerugian dan keuntungan proses semacam itu
melahirkan berbagai ideologi dan gerakan sosial. Pendukung pertumbuhan, perluasan,
dan pembangunan ekonomi umumnya memandang proses globalisasi dalah sesuatu yang
diinginkan atau diperlukan demi kesejahteraan umat manusia.[291] Penentangnya melihat satu
atau beberapa proses globalisasi sebagai sesuatu yang merusak kesejahteraan sosial di tingkat
global maupun lokal;[291] mereka mempertanyakan keberlanjutan sosial atau alamiahdari
perluasan ekonomi jangka panjang yang berjalan terus-menerus, kesenjangan struktur sosial
yang diakibatkan oleh proses-proses tersebut, serta etnosentrismekolonial, imperialistik,
atau hegemonik, asimilasi budaya, dan apropriasi budaya yang mendasari proses tersebut.
Seperti yang dikatakan Noam Chomsky:
Sistem propaganda yang ada saat ini membuat kata "globalisasi" merujuk pada versi
tertentu integrasi ekonomi internasional yang mereka inginkan, yang mengutamakan
hak-hak investor dan pemberi pinjaman, sedangkan hak-hak masyarakat hanyalah
sampingan semata. Mengenai penggunaan kata ini, pihak-pihak yang mendukung
bentuk lain dari integrasi internasional yang mengutamakan hak-hak asasi manusia
menjadi kaum "anti-globalis". Ini propaganda vulgar, layaknya istilah "anti-Soviet" yang
digunakan oleh para penguasa kejam untuk menyebut para pengkritiknya. Istilah itu
tidak hanya vulgar, tapi bodoh. Mari kita ambil contoh Forum Sosial Dunia (WSF) yang
disebut "anti-globalisasi" dalam sistem propaganda yang kebetulan mencakup media,
masyarakat berpendidikan, dan lain-lain dengan pengecualian tertentu. WSF adalah
contoh paradigma globalisasi. WSF adalah perkumpulan manusia dalam jumlah besar
dari seluruh dunia, dari setiap bidang kehidupan yang kita tahu, berbeda dengan kaum
elit berjumlah kecil yang bertemu di Forum Ekonomi Dunia dan disebut "pro-globalisasi"
oleh sistem propaganda.[292]
Pendukung[sunting | sunting sumber]
Umumnya, pebisnis korporat, terutama di sektor keuangan, melihat globalisasi sebagai
pendorong positif di dunia. Banyak ekonom mengutip statistik yang tampaknya mendukung
dampak positif tersebut. Misalnya, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) per kapita di
negara-negara global pasca-1980 naik dari 1,4 persen per tahun pada 1960-an dan 2,9 persen
per tahun pada 1970-an menjadi 3,5 persen pada 1980-an dan 5,0 persen pada 1990-an.
Percepatan pertbumuhan ini sangat luar biasa karena negara-negara kaya mengalami
penurunan pertumbuhan yang stabil dari 4,7 persen pada 1960-an ke 2,2 persen pada 1990-an.
Selain itu, negara berkembang non-global seolah menderita lebih parah ketimbang para
pengglobal (globalizer). Tingkat pertumbuhan tahunan negara-negara tersebut jatuh dari 3,3
persen sepanjang 1970-an menjadi hanya 1,4 persen sepanjang 1990-an. Pertumbuhan cepat
di kalangan pengglobal ini bukan hanya disebabkan oleh kuatnya ekonomi Tiongkok dan India
tahun 1980-an dan 1990-an – 18 dari 24 negara pengglobal mengalami kenaikan pertumbuhan,
banyak di antaranya lumayan tinggi.[293]
Liberalisme ekonomi dan perdagangan bebas[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Liberalisme ekonomi dan Neoliberalisme
George W. Bush dan Hu Jintao bertemu saat menghadiri KTT APEC di Santiago de Chile, 2004

Kaum liberal ekonomi dan neoliberal umumnya berpendapat bahwa tingkat kebebasan
ekonomi dan politik yang lebih luas dalam bentuk perdagangan bebas di negara maju
merupakan harga mati, sehingga menghasilkan kekayaan material yang lebih banyak.
Globalisasi dipandang sebagai proses penyebaran kebebasan dan kapitalisme yang
menguntungkan.[294] Jagdish Bhagwati, mantan penasihat globalisasi untuk PBB, mengatakan
bahwa meskipun jelas sekali masalah yang dihasilkan pembangunan yang terlalu cepat,
globalisasi adalah dorongan positif yang mengangkat sebuah negara dari garis kemiskinan
dengan memulai siklus ekonomi disertai pertumbuhan ekonomi yang cepat.[185]Ekonom Paul
Krugman adalah pendukung globalisasi dan perdagangan bebas garis keras lainnya yang
hampir selalu tidak setuju dengan sebagian besar kritikus globalisasi. Ia berpendapat bahwa
para kritikus tadi kurang memiliki pengetahuan dasar soal keunggulan komparatif dan
manfaatnya di dunia modern.[295]
Arus migran ke negara-negara yang ekonominya maju diklaim berhasil menciptakan penyatuan
upah global. Penelitian IMG menunjukkan adanya kemungkinan transfer keterampilan ke negara
berkembang setelah upah di negara tersebut naik.[7] Pembebasan pengetahuan juga
merupakan aspek integral dari globalisasi. Inovasi teknologi (atau transfer teknologi) dirancang
supaya lebih menguntungkan bagi negara berkembang dan negara kurang berkembang,
contohnya dalam hal penggunaan telepon genggam.[23]
Pertumbuhan ekonomi cepat mulai terjadi di Asia setelah Asia menerapkan kebijakan ekonomi
berbasis orientasi pasar yang mengutamakan hak kepemilikan swasta, perusahaan bebas, dan
persaingan. Lebih spesifik lagi, di negara-negara berkembang Asia Timur, PDB per kapita naik
5,9% per tahun sejak 1975 sampai 2001 (menurut Human Development Report 2003[296] yang
dirilis UNDP). Jurnalis ekonomi Britania Raya, Martin Wolf, mengatakan bahwa pendapatan
negara-negara berkembang miskin, yang jumlah penduduknya mewakili lebih dari separuh
populasi dunia, tumbuh lebih cepat ketimbang negara-negara kaya yang pertumbuhannya relatif
stabil, lantas mengurangi kesenjangan internasional dan kemiskinan.
Perubahan demografi tertentu di negara berkembang setelah liberalisasi ekonomi dan integrasi
internasional aktif menghasilkan peningkatan kesejahteraan umum dan berkurangnya
kesenjangan. Menurut Wolf, di semua negara berkembang, harapan hidup naik empat bulan
setiap tahunnya sejak 1970, dan kematian bayi berkurang dari 107 per 1.000 bayi pada tahun
1970 menjadi 58 per 1.000 pada tahun 2000 berkat perbaikan standar hidup dan kondisi
kesehatan. Selain itu, tingkat melek huruf dewasa di negara berkembang naik 53% pada tahun
1970 menjadi 74% pada tahun 1998, dan tingkat buta huruf yang lebih rendah di kalangan
pemuda menandakan bahwa jumlah penduduk buta huruf akan terus berkurang seiring waktu.
Turunnya tingkat kelahiran di seluruh negara berkembang dari 4,1 kelahiran per wanita tahun
1980 hingga 2,8 kelahiran per wanita tahun 2000 menandakan adanya kenaikan tingkat
pengetahuan wanita mengenai kelahiran serta pengawasan anak melalui perhatian orang
tua.[297] Konsekuensinya, orang tua yang lebih sejahtera dan berpendidikan yang anak-anaknya
sedikit memutuskan untuk menjauhkan mereka dari kerja dini supaya mereka bisa
berkesempatan menuntut ilmu di sekolah; keputusan ini turut menyelesaikan masalah tenaga
kerja anak. Walaupun seolah ada distribusi pendapatan yang tidak setara di negara-negara
berkembang, pertumbuhan dan pembangunan ekonominya memberi standar hidup yang lebih
tinggi dan kesejahteraan bagi semua orang.

Dari faktor-faktor yang memengaruhi durasi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan
berkembang, kesenjangan pendapatanmemberi dampak yang lebih menguntungkan ketimbang
keterbukaan perdagangan, lembaga politik besar, dan investasi asing.[298]

Demokrasi global[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Globalisasi demokrasi
Globalisasi demokrasi adalah gerakan yang memperjuangkan sistem demokrasi global yang
akan memberi warga dunia hak suara di lembaga politik. Demokrasi global akan melintasi
negara-bangsa, oligopoli perusahaan, lembaga swadaya masyarakat ideologis, aliran politik,
dan magia. Salah seorang pendukung yang paling lantang adalah pemikir politik asal Britania
Raya, David Held. Pendukung globalisasi demokrasi berpendapat bahwa perluasan dan
pembangunan ekonomi harus dijadikan tahap pertama pelaksanaan globalisasi demokrasi,
kemudian diikuti tahap pembangunan lembaga politik global. Francesco Stipo, Direktur United
States Association of the Club of Rome, mendukung agar semua negara bersatu
membentuk pemerintahan dunia. Ia berpendapat bahwa pemerintahan dunia "mencerminkan
keseimbangan politik dan ekonomi negara-negara di dunia. Konfederasi dunia tidak akan
melampaui kewenangan pemerintahan masing-masing negara, melainkan menjadi pelengkap,
karena pemerintah negara dan dunia memiliki kekuasaan di dalam lingkup
kompetensinya".[299] Mantan Senator Kanada Douglas Roche, O.C., melihat globalisasi sebagai
sesuatu yang tak dapat dihindari dan mendukung pembentukan institusi-institusi seperti Majelis
Parlemen Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipilih langsung untuk mengawasi badan
internasional yang anggotanya tidak masuk melalui pemilihan langsung.[300]
Kerja sama internasional[sunting | sunting sumber]
Kerja sama militer pernah terjadi pada masa lalu. Salah satu contohnya adalah kerja sama
keamanan antara Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet setelah Perang Dingin yang berhasil
membuat komunitas internasional tercengang. Pengendalian senjata dan perjanjian pelucutan
senjata, termasuk Strategic Arms Reduction Treaty (lihat START I, START II, START III,
dan New START) dan pembentukan Kemitraan Perdamaian NATO, Dewan NATO Rusia,
Kemitraan Global G8 Melawan Penyebaran Senjata dan Bahan Penghancur Massal, merintis
serangkaian inisiatif pengendalian senjata dan denuklirisasi yang konkret. Kerja sama A.S.–
Rusia diperkuat oleh perjanjian anti-terorisme yang disahkan pasca 9/11.[301]
Salah satu kerja sama lingkungan tersukses yang pernah terjadi adalah perjanjian pengurangan
klorofluorokarbon (CFC) sesuai Protokol Montreal untuk mengurangi penipisan ozon.
Perdebatan terkini seputar energi nuklir dan pembangkit listrik tenaga batu bara menghasilkan
satu konsensus lagi soal tindakan yang perlu diambil setiap negara. Selain itu, pencapaian
besar di Mahkamah Internasional dapat dipelajari melalui studi pembangunan.[301]
Kewarganegaraan global[sunting | sunting sumber]

Monument to Multiculturalism karya Francesco Perilli di Toronto, Canada. Empat patung serupa
dipasang di Buffalo City, Afrika Selatan; Changchun, Tiongkok; Sarajevo, Bosnia;
dan Sydney, Australia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kewarganegaraan global dan Multikulturalisme
Lihat pula: Penduduk global
Kewarganegaraan global memaparkan bahwa kewarganegaraan dapat dipahami dalam skala
global sebagai kontrak sosial antara penduduk global di era interdependensi dan interaksi. Para
pengusung konsep ini mendefinisikannya sebagai pemikiran bahwa kita punya hak dan
tanggung jawab tertentu terhadap satu sama lain atas dasar wujud kita sebagai manusia di
Bumi.[302] Penduduk dunia memiliki beberapa makna sejenis, dan kadang-kadang merujuk pada
seseorang yang tidak setuju dengan pembagian geopolitik tradisional yang berasla
dari kependudukan nasional. Kemunculan sentimen ini bisa dilacak hingga zaman Sokrates.
Plutarkhus mengutip bahwa Sokrates pernah berkat: "Aku bukan warga Athena, bukan warga
Yunani, melainkan warga duni."[303] Di dunia yang semakin saling tergantung, warga dunia
membutuhkan pemandu atau kompas untuk membentuk pola pikirnya dan menciptakan
kesadaran bersama dan rasa tanggung jawab global atas isu-isu seperti masalah lingkungan
dan proliferasi nuklir.[304]
Kosmopolitanisme adalah usulan bahwa semua suku bangsa merupakan
satu komunitas tunggal dengan moralitas yang sama. Seseorang yang menganut ide
kosmopolitanisme dalam bentuk apapun disebut kosmopolitan atau kosmopolit.[305]Masyarakat
kosmopolitan bisa diwujudkan atas dasar moralitas inklusif, hubungan ekonomi bersama, atau
struktur politik yang mencakup berbagai negara. Masyarakat kosmopolitan adalah masyarakat
yang setiap individunya berasal dari tempat yang berbeda (e.g. negara-bangsa) dan
berhubungan atas dasar saling menghargai. Misalnya, Kwame Anthony Appiah menunjukkan
adanya kemungkinan masyarakat kosmopolitan yang para individunya datang dari berbagai
latar belakang (fisik, ekonomi, dll.) dan menciptakan hubungan atas dasar saling menghargai
meski berbeda kepercayaan (agama, politik, dll.).[306]
Filsuf Kanada Marshall McLuhan memopulerkan istilah Desa Global pada
1962.[307] Pandangannya menyebutkan bahwa globalisasi akan menciptakan dunia ketika semua
negara semakin terintegrasi dan sadar akan kepentingan bersama dan kemanusiaan.[308]
Kritik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kritik terhadap globalisasi
Kritik terhadap globalisasi biasanya berawal dari diskusi seputar dampak proses globalisasi
pada planet Bumi dan manusia. Para pengkritik mempertanyakan patokan ukur tradisional
seperti PDB dan beralih ke patokan lain seperti koefisien Gini [309] atau Happy Planet
Index,[310] serta menyebut bahwa "berbagai konsekuensi fatal yang saling berkaitan–disintegrasi
sosial, kegagalan demokrasi, kerusakan lingkungan yang cepat dan meluas, penyebaran
penyakit baru, bertambahnya kemiskinan dan pengasingan"[311] adalah konsekuensi globalisasi
yang tak disengaja.

Perbandingan kesetaraan pendapatan nasional di seluruh dunia berdasarkan koefisien Gini, 2009

Kritik berdatangan dari kalangan perkumpulan gereja, kelompok pembebasan nasional, serikat
pekerja, intelektual, seniman, proteksionis, anarkis, pendukung relokalisasi (e.g., konsumsi
barang lokal), dan lain-lain. Ada kritikus yang reformis (mendukung kapitalisme yang lebih
moderat), dan ada pula yang revolusioner (mendukung peralihan kekuasaan dari swasta ke
publik) atau reaksioner (publik ke swasta).
Sejumlah kritikus berpendapat bahwa globalisasi merusak keragaman budaya. Ketika
kebudayaan negara pendominasi diperkenalkan ke negara penerima melalui globalisasi,
kebudayaan asing itu bisa mengancam keragaman budaya lokal. Ada juga yang berpendapat
bahwa globalisasi akan mengakibatkan westernisasi atau Amerikanisasi kebudayaan, suatu
fenomena ketika konsep budaya negara-negara Barat yang lebih maju dari segi ekonomi dan
politik menyebar dan mengancam kebudayaan lokal.
Beberapa penentang melihat globalisasi sebagai pengutamaan kepentingan
kaum korporatis.[312] Mereka juga mengklaim bahwa bertambahnya otonomi dan
kekuatan entitas perusahaan turut membentuk kebijakan pollitik negara.[313][314] Mereka
mendukung institusi global dan kebijakan-kebijakan yang menurutnya mampu menyelesaikan
permasalahan moral kelas bawah dan pekerja serta masalah lingkungan.[315] Pendapat ekonomi
yang dilontarkan para teoriwan perdagangna adilmengklaim bahwa perdagangan bebas tak
terbatas menguntungkan pihak-pihak yang memiliki keunggulan finansial yang lebih tinggi (i.e.,
orang kaya) dan mengorbankan orang miskin.[316]
Para kritikus berpendapat bahwa globalisasi menyebabkan:

 Negara-negara miskin merugi: Perdagangan bebas memang mendorong terjadinya


globalisasi di semua negara, tetapi beberapa negara mencoba melindungi pemasok dalam
negerinya. Ekspor utama negara miskin biasanya produk pertanian. Negara besar biasanya
memberi subsidi untuk petani (e.g. Common Agricultural Policy Uni Eropa) sehingga
menurunkan harga hasil tani asing di pasaran.[317] Joseph Stiglitz berpendapat bahwa
negara-negara yang mengelola sendiri ekonominya mendapatkan banyak manfaat dari
globalisasi, sedangkan negara-negara yang ekonominya dikelola oleh lembaga
internasional seperti IMF kurang mendapatkan manfaat dari globalisasi.[318]
 Perpindahan ke alihdaya: Globalisasi memungkinkan perusahaan memindahkan lapangan
pekerjaan produksi dan jasa dari daerah berupah tinggi, sehingga menciptakan kesempatan
ekonomi dengan upah dan tunjangan pekerja yang bersaing.[120]
Unjuk rasa hak amnesti imigran pada Hari Buruh tahun 2006 di Los Angeles

 Serikat pekerja lemah: Surplus tenaga kerja murah ditambah kenaikan jumlah perusahaan
yang menjalani transisi memperlemah serikat pekerja di daerah berupah tinggi. Serikat
pekerja kehilangan keefektifannya dan pekerja kehilangan antusiasmenya untuk bergabung
karena jumlah anggota serikat terus berkurang.[317]
 Peningkatan eksploitasi tenaga kerja anak: Negara yang kurang melindungi anak-anak
rentan disusupi perusahaan terselubung dan geng kriminal yang ingin mengeksploitasi
mereka. Contoh pekerjaan yang dipaksakan kepada anak-anak adalah pertambangan,
pembongkaran kapal, dan perkebunan, namun ada pula penyelundupan, budak seks, kerja
paksa, prostitusi, dan pornografi.[319]
Helena Norberg-Hodge, direktur dan pendiri ISEC, mengkritik globalisasi dari berbagai sisi.
Dalam bukunya, Ancient Futures, Norberg-Hodge mengklaim bahwa "keseimbangan lingkungan
dan keselarasan sosial yang bertahan selama sekian abad terancam oleh tekanan
pembangunan dan globalisasi." Ia juga mengkritik standardisasi dan rasionalisasi globalisasi, as
it does not always yield the expected growth outcomes. Walaupun globalisasi berlangsung
dengan tahap-tahap yang sama di hampir semua negara, para pakar seperti Hodge
mengatakan bahwa globalisasi tidak efektif bagi negara-negara tertentu. Globalisasi justru
memundurkan sejumlah negara dan tidak membangun sama sekali.[320]
Gerakan anti-globalisasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-globalisasi
Anti-globalisasi, atau kontra-globalisasi,[321] terdiri dari sejumlah kritik terhadap globalisasi,
namun umumnya kritis terhadap globalisasi kapitalisme korporat.[322] Gerakan ini juga lebih
sering disebut sebagai gerakan alter-globalisasi, gerakan anti-globalis, gerakan anti-globalisasi
perusahaan,[323] atau gerakan melawan globalisasi neoliberal. Gerakan anti-globalisasi bisa
disebut meliputi ideologi-ideologi yang ada di "gerakan" lainnya, yaitu penolakan terhadap
integrasi pasar modal, keadilan sosial dan kesenjangan, anti-konsumerisme, anti-pemerintahan
global, dan penolakan pencinta lingkungan. Setiap ideologi tersebut dapat disertakan dalam
gerakan anti-globalisasi, tetapi pada umumnya gerakan ini mengerahkan segala upayanya pada
prinsip-prinsip utama ini. Gerakan anti-globalisasi dianggap sebagai gerakan sosial yang baru
dan modern, karena isu-isu yang diperjuangkannya cocok dengan zaman modern. Akan tetapi,
peristiwa yang membakar semangat gerakan ini sudah ada sejak zaman perlawanan terhadap
kolonialisme Eropa dan imperialisme Amerika Serikat 500 tahun yang lalu.[324] Ini mengacu pada
benua Afrika yang dikolonisasi dan diperas sumber daya alamnya oleh bangsa Eropa pada
abad ke-19. Gerakan anti-globalisasi juga sangat terkait dengan mobilisasi anti-Perang Vietnam
antara 1960 dan 1970, serta protes internasional terhadap penyesuaian struktur di Afrika, Asia,
dan Amerika Latin. Sosiolog Britania Paul Q. Hirst dan ekonom politik Grahame F. Thompson
mengatakan bahwa istilah ini masih kabur;[325] aktivitas "gerakan anti-globalisasi" mencakup
upaya-upaya untuk menunjukkan kedaulatan, mempraktikkan pembuatan keputusan demokratis
lokal, atau membatasi pergerakan orang, barang, dan ideologi kapitalis, terutama
deregulasi pasar bebas, secara internasional. Pengarang dan aktivis sosial Kanada Naomi
Klein berpendapat bahwa istilah ini bisa berarti satu gerakan sosial atau beberapa gerakan
sosial seperti nasionalisme dan sosialisme.[326] Bruce Podobnik, sosiolog di Lewis and Clark
College, menyatakan bahwa, "mayoritas kelompok yang berpartisipasi dalam protes semacam
ini mendapatkan dukungan internasional, dan mereka biasanya menuntut globalisasi yang
memperbaiki perwakilan demokratis, hak asasi manusia, dan
egalitarianisme."[327] Ekonom Joseph Stiglitz dan Andrew Charlton menulis:
Gerakan anti-globalisasi menolak aspek-aspek globalisasi yang mereka anggap negatif.
Istilah 'anti-globalisasi' sendiri adalah sebuah kesalahan, karena kelompok yang
mewakili banyak kepentingan dan isu dan orang-orang yang terlibat dalam gerakan anti-
globalisasi justru mendukung hubungan yang lebih erat antara masyarakat dan
kebudayaan dunia melalui, misalnya, bantuan, bantuan pengungsi, dan isu lingkungan
global.[328]
Umumnya, penentang globalisasi di negara-negara maju berasal dari kelas menengah dan
berpendidikan tinggi. Ini berbeda jauh dengan penentang globalisasi di negara-negara
berkembang. Gerakan anti-globalisasi di negara berkembang lebih berhasil menarik perhatian
jutaan pekerja dan petani.[329]
Para pendukung gerakan ini sadar dengan ketidaksetaraan kekuasaan dan sikap menghargai
dalam perdagangan internasional antara negara maju dan kurang maju.[330] Aktivis yang
mendukung gerakan anti-globalisasi menentang masalah yang bermacam-macam. Ada
beberapa dimensi globalisasi, yaitu ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan ideologi.
Subkelompoknya yang banyak mencakup anggota serikat pekerja, environmentalis, anarkis,
aktivis hak lahan dan hak pribumi, organisasi HAM dan pembangunan berkelanjutan, penentang
swastanisasi, dan aktivis anti-pabrik peras (sweatshop).[324]
Taktik gerakan[sunting | sunting sumber]
D.A. Snow et al. mengatakan bahwa gerakan anti-globalisasi merupakan contoh gerakan sosial
baru. Gerakan jenis ini menggunakan taktik yang unik dan memanfaatkan sumber daya yang
tidak pernah digunakan oleh gerakan sosial lain.[331] Para pelakunya berpartisipasi dalam hal-hal
seperti taktik disruptif (mengganggu), misalnya flash mob untuk menarik perhatian sekitar dan
menyebarkan informasi soal efek globalisasi. Ada pula penyebaran informasi tentang gerakan
sosial melalui media sosial, dan getok tular tentang LSM, organisasi, dan gerakan yang bekerja
untuk meringangkan efek globalisasi. Situs-situs web seperti Twitterdan Facebook menjadi alat
yang berguna bagi masyarakat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa di dunia, unjuk rasa atau
taktik yang sedang berlangsung, serta aktivitas LSM yang membantu negara-negara miskin.
Salah satu taktik gerakan ini yang paling terkenal adalah Battle of Seattle tahun 1999, yaitu
unjuk rasa menolak Rapat Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia ke-3.[324] Protes atau
unjuk rasa ini bisa disebut sebagai perkumpulan orang-orang akar rumput yang memiliki tujuan
dalam gerakan anti-globalisasi yang berunju krasa melawan kekuasaan korporat di WTO. Di
seluruh dunia, gerakan sosial baru melakukan protes di luar gedung pertemuan WTO,
International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, Forum Ekonomi Dunia, dan Group of Eight
(G8).[324] Dalam unjuk rasa di Seattle, para pesertanya menggunakan taktik kreatif dan
kekerasan untuk menggalang kesadaran atas permasalahan globalisasi. Battle of Seattle masih
merupakan salah satu protes gerakan sosial terpenting dalam 20 tahun terakhir.
Penolakan integrasi pasar modal[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan anti-kapitalis

Pengunjuk rasa Bank Dunia, Jakarta, Indonesia.

Pasar modal memiliki kaitan dengan pengumpulan dan investasi uang di berbagai badan usaha.
Eratnya integrasi pasar keuangan antarnegara menciptakan pasar modal global atau pasar
dunia tunggal. Dalam jangka panjang, pergerakan modal antarnegara akan menguntungkan
para pemilik modal; dalam jangka pendek, pemilik dan pekerja di sektor-sektor tertentu di
negara pengekspor modal dibebani karena harus menyesuaikan dengan pergerakan modal
yang semakin banyak.[332] Cukup wajar apabila kondisi seperti ini berujung pada perpecahan
politik saat membicarakan dorongan atau peningkatan integrasi pasar modal internasioanl.
Para penentang integrasi pasar modal atas dasar hak asasi manusia merasa terganggu oleh
berbagai pelanggaran yang dirasa diotaki oleh lembaga-lembaga global dan internasional yang
katanya mempromosikan neoliberalisme tanpa mematuhi standar etik. Ini bisa disebut
"kapitalisme korporat", yaitu organisasi-organisasi berorientasi uang seperti Bank Dunia dan
Dana Moneter Internasional, dan perusahaan multinasional yang populer dan kompetitif seperti
Nike dan lain-lain. Target yang paling lazim bagi pengunjuk rasa adalah Bank Dunia (WB), Dana
Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD),
dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan perjanjian perdagangan bebas seperti North
American Free Trade Agreement (NAFTA), Free Trade Area of the
Americas (FTAA), Multilateral Agreement on Investment (MAI), dan General Agreement on
Trade in Services (GATS). Karena ada celah ekonomi antara negara kaya dan miskin, para
pendukung gerakan ini mengklaim "perdagangan bebas" tanpa peraturan yang melindungi
negara kurang modal hanya akan memperkuat kekuatan negara-negara maju (sering disebut
"Utara", berlawanan dengan "Selatan" untuk menyebut dunia berkembang). Beberapa
perusahaan Utara yang kuat telah menerapkan kebijakan seperti swastanisasi industri publik
dan pengurangan tarif. Aksi ini justru memunculkan banyak pabrik peras (sweatshop) di negara
berkembang yang upahnya kecil dan tidak adil dan kondisinya tidak aman bagi kesehatan dan
psikologi pekerja. Negara-negara Utara mendapatkan manfaatnya dengan membeli barang
yang harganya lebih murah. Sayangnya, produksi barang murah ini merugikan orang-orang
miskin dan komunitasnya atau negaranya secara keseluruhan. Saat ini, perdagangan adil telah
diberlakukan untuk membangun kembali ekonomi negara-negara dunia ketiga dengan
membayar karyawan produsen barang ekspor dengan pantas sesuai kinerjanya.[333]
Keadilan dan kesenjangan global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan keadilan global
Celah digital global: Komputer per 100 jiwa

Gerakan keadilan global adalah perkumpulan individu dan kelompok—biasa disebut "gerakan
pergerakan"—yang menuntut adanya aturan perdagangan adil dan melihat badan integrasi
ekonomi global saat ini sebagai suatu masalah.[334] Gerakan ini sering dicap sebagai gerakan
anti-globalisasi oleh media arus utama. Anggota gerakan ini sering membantah bahwa
mereka anti-globalisasi serta menegaskan bahwa mereka mendukung globalisasi komunikasi
dan manusia dan hanya menentang ekspansi kekuasaan perusahaan secara
global.[335] Gerakan ini didasarkan pada ide keadilan sosial yang menginginkan terbentuknya
masyarakat atau lembaga berdasarkan prinsip kesetaraan dan solidaritas, nilai hak asasi
manusia, dan martabat setiap manusia.[336][337][338] Kesenjangan sosial di dalam dan antar
negara, termasuk celah digital global, adalah fokus utama gerakan ini. Banyak lembaga
swadaya masyarakat dibentuk untuk memerangi kesenjangan yang terjadi di Amerika Latin,
Afrika, dan Asia. Beberapa lembaga swadaya masyarakatyang terkenal adalah War Child, Red
Cross, Free The Children, dan CARE International. Mereka biasanya bekerja sama memperbaiki
kehidupan masyarakat di dunia ketiga dengan membangun sekolah, memperbaiki infrastruktur,
memasok air bersih, membeli perlengkapan dan persediaan untuk rumah sakit, dan bantuan
lainnya.

Rapat terbuka gerakan Occupy di Washington Square Park, New York City, 8 Oktober 2011

Kesenjangan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesenjangan ekonomi dan Kesenjangan internasional
Pesatnya perdagangan internasional dengan larangan masuk yang
tinggi, konsolidasi perusahaan, surga pajak dan cara penghindaran pajak lainnya, dan korupsi
politik telah meningkatkan kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan:
distribusi aset (kekayaan) ekonomi dan pendapatan yang semakin tidak merata di antara
penduduk dunia, negara, dan individu. Kesenjangan ekonomi bervariasi antara masyarakat,
periode sejarah, struktur atau sistem ekonomi (misalnya kapitalisme atau sosialisme),
peperangan yang sedang berlangsung atau selesai, gender, dan kemampuan individu untuk
menghasilkan kekayaan.[339] Ada berbagai indeks numerik untuk mengukur kesenjangan
ekonomi. Indeks yang paling terkenal adalah koefisien Gini, namun selain itu ada juga beberapa
metode lain.
Kesenjangan ekonomi memengaruhi ekuitas, kesetaraan pengeluaran, dan kesetaraan
kesempatan. Walaupun pemikiran lama menganggap kesenjangan ekonomi diperlukan dan
membawa manfaat,[340] kesenjangan ekonomi belakangan ini lebih sering dianggap sebagai
masalah sosial.[341] Penelitian-penelitian awal yang menunjukkan bahwa kesetaraan lebih besar
menghambat pertumbuhan ekonomiterbukti salah karena tidak mempertimbangkan waktu yang
dibutuhkan bagi kesenjangan untuk menghambat pertumbuhan.[342] Kenyataannya, salah satu
penentu pertumbuhan ekonomi tetap yang paling jelas dan penting adalah tingkat kesenjangan
pendapatan.[298]
Kesenjangan internasional adalah kesenjangan yang terjadi antarnegara. Kesenjangan
ekonomi antara negara kaya dan miskin sangat besar. Menurut Laporan Pembangunan
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2004, PDB per kapita di negara yang
pembangunan manusianya tinggi, sedang, dan rendah (klasifikasi menurut Indeks
Pembangunan Manusia PBB) masing-masing 24.806, 4.269, dan 1.184 PPP$ (keseimbangan
kemampuan berbelanja dalam dolar Amerika Serikat).[343]
Kesenjangan gender di angkatan kerja global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kesenjangan gender
Wanita sering terlibat dalam pekerjaan keras, termasuk pekerjaan berorientasi ekspor.
Serangkaian bukti menunjukkan bahwa meski globalisasi memperluas akses pekerjaan bagi
wanita, tujuan jangka panjang globalisasi berupa perubahan kesenjangan gender masih tak
tercapai dan tampaknya tidak akan bisa dicapai tanpa pengaturan modal serta reorientasi dan
perluasan peran negara dalam mendanai kepentingan masyarakat dan menyediakan jaring
pengaman sosial.[344]
Anti-konsumerisme[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Anti-konsumerisme
Anti-konsumerisme adalah gerakan sosial-politik yang menentang penyetaraan kebahagiaan
pribadi dengan konsumsi dan pembelian barang kepemilikan. Istilah "konsumerisme" pertama
kali digunakan tahun 1915 untuk menyebut "dukungan terhadap hak dan kepentingan
konsumen", namun istilah "konsumerisme" di sini mengacu pada makna yang dicetuskan tahun
1960, yaitu "pemerolehan barang konsumsi". Kekhawatiran atas perlakuan konsumen
melahirkan aktivisme yang lumayan besar serta penyertaan pendidikan
konsumen ke kurikulum sekolah.
Aktivisme anti-konsumeris sejalan dengan aktivisme lingkungan, anti-globalisasi, dan aktivisme
hak asasi hewan yang sama-sama mengutuk perusahaan modern atau organisasi yang
mengejar kepentingan ekonomi saja. Salah satu variasi topik ini adalah aktivisme yang
dilakukan kaum poskonsumen. Kaum poskonsumen lebih menekankan pada kehidupan pasca-
konsumerisme adiktif.
Belakangan ini semakin banyak buku dan film yang memperkenalkan ideologi anti-
perusahaan kepada masyarakat, seperti buku No Logo karya Naomi Klein dan film The
Corporation & Surplus.
Penolakan terhadap materialisme ekonomi berasal dari dua sumber
utama, agama dan aktivisme sosial. Beberapa agama mengajarkan bahwa materialisme
mengganggu hubungan antara manusia dan Tuhan dan materialisme adalah gaya hidup
yang tidak bermoral. Para aktivis sosial percaya bahwa materialisme ada kaitannya
dengan barang ritel global dan konvergensi pemasok, perang, ketamakan, anomi, kejahatan,
kerusakan lingkungan, serta malaise dan ketidakpuasan sosial secara umum.
Anti-pemerintahan global[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemerintahan global
Sejak 1930-an, muncul penolakan terhadap ide pemerintahan dunia sebagaimana yang diusung
oleh sejumlah organisasi seperti World Federalist Movement (WFM).[345] Para penentang
pemerintahan global biasanya beropini atas dasar ide tersebut kurang cocok, opresif, dan tidak
perlu.[346] Umumnya, para penentang khawatir dengan pemusatan kekuasaan atau kekayaan
yang dimiliki pemerintahan seperti itu. Alasan keagamaan juga diangkat; pemerintahan global
dipandang sebagai Antikristus atau perwujudannya (lihat Tatanan Dunia Baru (teori konspirasi)).
Alasan semacam ini sudah ada sejak zaman pendirian Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Penolakan pencinta lingkungan[sunting | sunting sumber]

Deforestasi Plato Dataran Tinggi Madagaskar mengakibatkan siltasi besar-besaran dan


aliran sungai barat yang tidak satbil.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Environmentalisme


Lihat pula: Pemanasan global, Perubahan iklim, dan Deforestasi
Environmentalisme adalah pemikiran, ideologi, dan gerakan sosial bercakupan
luas[347][348][349] yang memperhatikan masalah pelestarian lingkungan dan perbaikan
kesehatan lingkungan, apalagi ketika menyangkut makhluk hidup non-manusia.
Environmentalisme menuntut perlindungan, pengembalian, dan perbaikan lingkungan alam agar
hubungan antara manusia dan lingkungan alaminya seimbang. Keseimbangan ini masih
kontroversial dan ada banyak cara untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Environmentalisme dan masalah lingkungan sering diwakili atau digambarkan oleh
warna hijau,[350] tetapi kaitan warna ini dimanfaatkan oleh industri pemasaran sebagai taktik
utama dalam pencucian hijau (greenwashing). Masalah lingkungan yang menyangkut
globalisasi meliputi pemanasan global, perubahan iklim, krisis air dan pasokan air dunia,
ketidaksetaraan konsumsi energi dan konservasi energi, polusi udara transnasional dan
polusi lautan dunia, kelebihan penduduk, keberlanjutan habitat dunia, deforestasi, keragaman
hayati, dan kepunahan spesies.
Masalah lainnya adalah "apartheid lingkungan"[351] yang mengklaim bahwa sumber daya dan
kekayaan masyarakat dinikmati oleh minoritas kecil ras atau kelas yang sangat terlindungi.
Mayoritas penduduk pun tidak berkesempatan mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk
bertahan hidup. Pada masa pra-Rio, negara-negara Utara-lah yang banyak berkontribusi pada
kerusakan lingkungan. Globalisasi menata ulang struktur kendali atas sumber daya sampai-
sampai SDA yang dimiliki negara miskin diambil alih oleh negara kaya dan polusi yang
dihasilkan negara kaya dilimpahkan ke negara miskin.[352]Contohnya, 90 persen emisi karbon
dioksida dari dulu berasal dari negara maju. Negara maju menghasilkan 90 persen limbah
berbahaya dunia setiap tahunnya. Perdagangan bebas global telah mengglobalkan
penghancuran lingkungan dengan pola asimetris. Beberapa pihak berpendapat bahwa ekonomi
dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan Utara dan mereka terus mengeruk sumber daya
negara miskin untuk keperluan aktivias globalnya, sedangkan negara-negara Selatan-lah yang
menerima beban lingkungan dari ekonomi global ini. Globalisasi lantas memicu terjadinya
apartheid lingkungan.[353]
Permasalahan terkait ialah hipotesis surga polusi yang menyatakan bahwa ketika negara maju
besar ingin mendirikan pabrik atau kantor di luar negeri, mereka akan mencari opsi sumber
daya dan tenaga kerja termurah yang memiliki akses lahan dan material yang dibutuhkan
(lihat race to the bottom).[354] Aktivitas ini biasanya mengabaikan praktik-praktik ramah
lingkungan. Negara berkembang yang sumber daya dan tenaga kerjanya murah cenderung
memiliki peraturan lingkungan yang longgar. Sebaliknya, negara yang peraturan lingkungannya
ketat dirasa semakin tidak cocok bagi perusahaan karena butuh biaya banyak untuk memenuhi
standar lingkungan tersebut. Karena itu, perusahaan yang memutuskan berinvestasi secara fisik
di luar negeri akan pindah ke negara yang standar lingkungannya rendah atau penegakan
hukumnya lemah.

You might also like