You are on page 1of 22

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas


1. Kondisi Geografis 15
Puskesmas Halmahera adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggaraan pembangunan
Kesehatan diwilayah kerja.
Puskesmas Halmahera terletak di wilayah Kecamatan Semarang Timur,
Kota Semarang, dengan fasilitas rawat inap. Berlokasi di Jl. Halmahera
Raya No. 38, Semarang.
Puskesmas Halmahera berdiri sebagai Puskesmas non perawatan. Seiring
perkembangan Kota Semarang dan kebutuhan maysarakat sekitar, maka
ditingkatkan menjadi Puskesmas perawatan.

Gambar 4.1. Peta wilayah kerja Puskesmas Halmahera

53
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera yaitu 3,11 km2 yang meliputi
4 kelurahan, yaitu :
a. Kelurahan Karangtempel dengan luas wilayah 0,92 m2
b. Kelurahan Karangturi dengan luas wilayah 0,53 m2
c. Kelurahan Sarirejo dengan luas wilayah 0,67 m2
d. Kelurahan Rejosari dengan luas wilayah 0,99 m2
Puskesmas Halmahera memiliki batas wilayah administratif sebagai
berikut :
a. Bagian utara : Kelurahan Bugangan dan Kelurahan Kebon Agung.
b. Bagian Selatan : Kecamatan Semarang Selatan.
c. Bagian Barat : Kecamatan Semarang Tengah.
d. Bagian Timur : Kelurahan Gayamsari.
2. Keadaan Sosiodemografi Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera
a. Jumlah penduduk dan luas wilayah kerja Puskesmas Halmahera15
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Halmahera adalah
sebanyak 33.239 orang, yang terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak
16.461 orang dan penduduk perempuan sebanyak 16.778 orang. Rincian
jumlah penduduk per kelurahan adalah sebagai berikut:
Tabel.4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera
Luas Kepadatan Jumlah penduduk (WNI)
Jumlah
No Kelurahan wilayah penduduk RW RT
L P Total KK
(Km2) (jiwa/km2)
1 Karangtempel 0,92 2.021 1.967 3.988 1.749 15 121
2 Karangturi 0,53 1.604 1.789 3.393 977 5 27
3 Sarirejo 0,67 4,653 5,026 9.679 2.900 8 50
4 Rejosari 0,99 8.183 7.996 16.179 4.177 5 40
TOTAL 3,11 16.461 16.778 33.239 9.533 33 238

b. Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera


Banyaknya jumlah sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Halmahera memerlukan perhatian khussu dan kerjasama yang
baik dengan pihak UPTD Pendidikan Kecamatan Semarang Timur. Hal
ini untuk menunjang agar program – program kesehatan yang berkaitan
dengan siswa dan sekolah dapat berjalan dengan baik.

54
Berikut adalah jumlah sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Halmahera disajikan dalam tabel berikut :
Tabel. 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Halmahera
No Sarana pendidikan Jumlah
1 TK 23
2 SD 13
3 SMP 6
4 SMA 9
5 Perguruan Tinggi -

c. Fasilitas Kesehatan yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Halmahera


Banyaknya jumlah Sarana Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Halmahera dianggap sebagai dua sisi mata uang, sisi baiknya berarti
Pelayanan dan Program Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Halmahera akan berjalan dengan baik bila didukung dengan koordinasi
yang baik pula. Di lain pihak, banyaknya Sarana Kesehatan ini juga
menjadi kompetitor apabila dipandang dari segi bisnis. Puskesmas
Halmahera dituntut untuk terus memperbaiki kualitas pelayanannya agar
tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Dengan adanya Sertifikasi untuk
manajemen Puskesmas dan Akreditasi Dasar terhadap pelayanan
Puskesmas yang telah diterima oleh Puskesmas Halmahera, diharapkan
mampu mendukung hal tersebut.15
B. Gambaran Khusus Puskesmas Halmahera
1. Tujuan Puskesmas Halmahera
Sebagai penjabaran visi Puskesmas Halmahera, maka tujuan yang akan
dicapai adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan secara berhasil guna
dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang oiptimal. Adapun Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Tujuan jangka panjang (5 Tahun) adalah :
1) Penanggulangan penyakit menular seperti Demam berdarah, TB paru,
leptospirosis

55
2) Upaya kesehatan keluarga seperti : menurunkan angka kematian
maternal dan perinatal dan keluarga berencana
3) Upaya penanggulangan gizi kurang
4) Upaya kesehatan lingkungan
5) Upaya pengobatan
6) Promosi kesehatan
b. Tujuan jangka pendek adalah :
1) Menurunkan angka kesakitan Demam Berdarah dan leptospirosis
2) Menurunkan angka kematian Maternal. Perinatal dan neonatal
3) Menurunkan angka prevalensi gizi kurang
4) Menurunkan angka kesakitan TB Paru
5) Memberikan Penyuluhan Kesehatan
6) Menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular: Hipertensi, DM
2. Motto, Visi dan Misi Puskesmas Halmahera15
a. Motto :“ Tiada Hari Tanpa Pelayanan Prima “
b. Visi :” Menjadikan Puskesmas Unggulan Dengan Pelayanan Kesehatan Yang
Bermutu Dan Profesional Menuju Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat.”
c. Misi :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah, cepat, dan
tepat
b) Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat untuk hidup
sehat
3. Kegiatan Puskesmas15
Kegiatan utama Puskesmas Halmahera adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi :
a. Palayanan Kesehatan Dasar (Basic Six) yang meliputi kegiatan Promosi
Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, KIA-KB, Perbaikan Gizi
Masyarakat, P2M dan Pengobatan Dasar.
b. Pelayanan Kesehatan Pengembangan yang meliputi kegiatan Upaya
Kesehatan Sekolah dan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah, Kesehatan

56
Lansia, Kesehatan Gigi dan mulut, Perawatan Kesehatan Masyarakat /
Perkesmas, Klinik Remaja, Klinik Sanitasi, HATRA, OAI, Refleksi.
c. Pelayanan Kesehatan Penunjang yang meliputi kegiatan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP) dan laboratorium.
4. Tenaga Kesehatan15
Jumlah pegawai Puskesmas Halmahera pada tahun 2015 sebanyak 34
orang. Berdasarkan analisis kebutuhan pegawai masih ada beberapa
kekurangan tenaga PNS yang perlu dipenuhi oleh Pemerintah Kota
Semarang untuk menjalankan program dan kegiatan di Puskesmas
Halmahera. Kebutuhan tenaga PNS tersebut adalah :
Tabel.4.3 Daftar Tenaga Kerja Puskesmas Halmahera
No Jenis Tenaga Jumlah Lebih Kurang Keterangan
1 Kepala Puskesmas 1 - - PNS
2 Ka. Sub. Bag Tata Usaha 1 - - PNS
3 Dokter Umum/Fungsional 2 - - PNS
4 Dokter gigi 2 - - PNS
5 Bidan 6 - 2 PNS
6 Perawat 7 - 2 PNS
7 Perawat Gigi 1 - - PNS
8 Sanitarian 1 - - PNS
9 Apoteker 1 - - PNS
10 Ass Apoteker 2 - - PNS
10 Analis Kesehatan/ laborat 2 - - PNS
11 Nutrisionis 1 - - PNS
12 Epidemiolog - - 1 -
13 Entomolog - - 1 -
14 Pengolah simpus/data - - 1 -
15 Bendahara/Pengurus barang 2 - - PNS
16 Penyuluh Kes.Masyarakat 0 - 1 Perawat PNS
17 Bendahara APBD 1 - - Bidan PNS
18 Bendahara BOK 1 - - Drg PNS
19 Bendahara JKN 1 - - PNS
20 Pengadministrasi 2 - - PNS
21 Petugas Loket 4 - - PNS
22 Penjaga malam - - 2 PNS
23 Pengemudi - - 3 PNS
24 Petugas kebersihan / CS 4 - - Magang
Jumlah

5. Morbiditas15
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbitias menggambarkan kejadian

57
penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Menurut hasil
rekapitulasi laporan kunjungan pasien di Puskesmas Halmahera, 10 Besar
Penyakit terbanyak yang ditangani adalah sebagai berikut :

10 Besar Penyakit Puskesmas Halmahera Tahun


2016
100 91

80

60 50
36 33
40 29 25 24 22 21 20
20

0
J02 C44 J06 I10 K04 Z00 E11 Z34 Z02 M06

KODE PENYAKIT

Grafik 1. Grafik 10 Besar Penyakit Puskesmas Halmahera


Tabel 4.4 Daftar 10 Besar Penyakit Puskesmas Halmahera
No Kode Nama Penyakit
1 J02 Acute pharingitis due to other specified organisms
2 C44 Other specified headache syndrome
3 J06 ISPA
4 I10 Essential primary hypertension
5 K04 Chronic apical periodonitis
6 Z00 Surveillance of contraceptive drugs
7 E11 DM tipe 2 tanpa komplikasi
8 Z34 Supervision of other normal pregnancy
9 Z02 Routine postpartum follow up
10 M06 Diastasis of muscle

C. Gambaran Khusus Pemeriksan Glukosa dengan Fotometer di Puskesmas


Halmahera
1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
Jumlah analis kesehatan pemeriksaan glukosa dengan fotometer rawat
jalan dan rawat inap, sebanyak 2 orang dan pelayanan dilakukan setiap
hari senin sampai hari sabtu. Analis kesehatan yang diambil sebagai
responden berjumlah 2 orang terdiri dari koordinator program dan
pelaksana di Laboratorium. Selain tugas pokok sebagai analis kesehatan

58
laboratorium, koordinator program memiliki tugas integrasi sebagai
bendahara BLUD, sedangkan pelaksana memiliki tugas integrasi sebagai
petugas pencatatan dan pelaporan pasien dengan penyakit HIV. Analis
kesehatan merasa terbebani dengan tugas – tugas yang diberikan, dengan
alasan tugas integrasi tersebut akan menambah waktu kerja analis
kesehatan. Analis kesehatan pernah mengikuti pelatihan tentang TB
(tuberculosis) dan HIV (Human Immunodeficiency Virus), IMS (Infeksi
Menular Seksual).
b. Money (Pendanaan)
Untuk biaya operasional pelayanan pemeriksaan glukosa dengan
fotometer di puskesmas menggunakan dana yang berasal dari dana JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional), dana yang diberikan sudah cukup untuk
pelayanan glukosa dengan fotometer di Puskesmas Halmahera.
c. Method (Cara Kerja)
Metode pelayanan pemeriksaan glukosa dengan fotometer
menggunakan SOP Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer di
Puskesmas Halmahera.
d. Material (Fasilitas)
Fasilitas ruang pelayanan pemeriksaan glukosa dengan fotometer di
laboratorium terdiri dari meja pemeriksaan, kursi pemeriksaan, dan
lemari arsip, tempat cuci alat, dan wastafel. Wastafel tidak dapat
digunakan karena saluran wastafel rusak. Sedangkan sarana dokumen
yang ada terdiri dari blanko pemeriksaan, blanko informed consent, alat
tulis, buku registrasi pasien, buku kunjungan pasien, form kunjungan
pasien BPJS, nota pemeriksaan, cap tanggal, kwitansi. Untuk
peralatannya terdiri dari spuit 3cc, alkhohol 70%, kapas, tourniquiet,
fotometer, reagen dan bahan pemeriksaan.15
e. Market (Sasaran Penduduk)
Market yaitu masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan
individu, serta pasien.

59
f. Marketing
SOP Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer revisi sudah diadvokasi
dan disetujui oleh Kepala Puskesmas serta disosialisasikan kepada analis
kesehatan Puskesmas Halmahera pada hari Senin tanggal 24 Juli 2017.
g. Lingkungan
Ruang pelayanan laboratorium berukuran 7x4m. Tempat loket
pendaftaran pemeriksaan laboratorium menjadi satu ruang dengan
pemeriksaan.
2. Process
P1 (Perencanaan) Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer
 SOP Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer yang revisi di
Puskesmas Halmahera yang digunakan sebagai pedoman pada penelitian
ini.
 Analis kesehatan datang jam 07.00 WIB untuk mempersiapkan ruangan
dan menyiapkan peralatan kerja.
 Analis Kesehatan siap melayani pasien sesuai jam pelayanan. Pelayanan
laboratorium yaitu dari jam 07.30 WIB-14.00 WIB
P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)
 Analis Kesehatan melakukan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer
sesuai dengan SOP yang disepakati.
 Kegiatan pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer
dilaksanakan setiap hari senin s/d sabtu. Senin – Kamis: 07.00-14.00;
Jum’at 07.00-11.30 dan Sabtu: 07.00-12.00.
P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian)
 Pelaporan yang dilaksanakan dipuskesmas Halmahera terdiri atas data
laporan harian yang dimasukkan di tabel rekapan kunjungan milik
petugas dan laporan bulanan dimasukkan dalam SP3 online dan
dilakukan oleh koordinator program laboratorium yaitu salah satu dari
analis kesehatan.
3. Output

60
Jumlah kunjungan pasien pemeriksaan glukosa dengan fotometer di
Puskesmas Halmahera tahun 2016 yaitu 1179. Kisaran jumlah pasien
perbulan 100 pasien, dan jumlah kunjungan perhari kurang lebih 3-5 pasien.
Tidak ada target dari Puskesmas maupun Dinas Kesehatan mengenai
pemeriksaan glukosa dengan fotometer.
4. Outcome
Peningkatan mutu pelayananan akan mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan pemeriksaan glukosa dengan fotometer di
Puskesmas Halmahera.
5. Impact
Indikator impact adalah tingkat penggunaan laboratorium dan ketepatan
diagnosis puskesmas yang ditunjang oleh laboratorium.
D. Simple Problem
1. Identifikasi masalah mutu Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan
Fotometer
Pengamatan mengenai kepatuhan 2 orang analis kesehatan terhadap SOP
Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer. Observasi kepatuhan
ini dilakukan 30 kali kegiatan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Juli - 29 Juli 2017 dengan mengamati
kegiatan analis kesehatan menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas
Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer. Data yang diamati
ditabulasi selanjutnya dinilai tingkat kepatuhan/compliance rate (CR). CR
dinilai baik, bila lebih dari 80% dan dinilai kurang baik jika kurang dari
80%. Hasil perhitungan CR analis kesehatan Pelayanan Pemeriksaan
Glukosa dengan Fotometer adalah sebagai berikut:
CR kepatuhan A Pelayanan Pemeriksaan Glukosa denganFotometer
∑ 𝑌𝑎 555
𝑥 100% = 𝑥 100% = 85%
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 649

CR kepatuhan B Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer


∑ 𝑌𝑎 920
𝑥 100% = 𝑥 100% = 80%
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 1140

61
CR Total Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer
∑ 𝑌𝑎 1475
𝑥 100% = 𝑥 100% = 82,5%
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 1789

Dari data diatas menunjukkan angka kepatuhan 2 analis kesehatan


Pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer dengan CR baik karena
diatas 80%. CR yang kurang dari 80% dilihat pada masing-masing item
SOP pelayanan Pemeriksaan Glukosa dengan Fotometer dari analis
kesehatan adalah :
a. Analis kesehatan memakai jas laboratorium (23%) (A)
b. Analis kesehatan mencuci tangan menggunakan sabun/desinfektan
sebelum dan setelah tindakan (23%) (B)
c. Analis kesehatan menggunakan satu set sarung tangan untuk satu pasien
(23%) (C)
d. Analis kesehatan menggunakan satu masker untuk satu pasien (26%) (D)
e. Analis kesehatan mengambil reagen glukosa ke dalam kuvet sebanyak
1000ul (23%) (E)
f. Analis kesehatan mengambil serum darah dengan menggunakan
mikropipet sebanyak 10ul (23%) (F)
2. Prioritas masalah
Dari 6 masalah tersebut peneliti menentukan prioritas masalah. Peneliti
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan matriks prioritas
masalah.
Matriks prioritas masalah atau problem priority matriks merupakan salah
satu alat dalam menyusun urutan prioritas dari sejumlah masalah. Setiap
masalah ditentukan rangking manfaat dan rangking usahanya untuk
menyelesaikan masalah. Rangking dimulai dari yang terbaik dengan urutan
1-5. Rangking manfaat kemudian dikalikan dengan nilai rangking usaha

62
sebagai extended value. Nilai extended value terkecil dapat dipilih sebagai
prioritas masalah.
Penilaian dengan skala 1-5 :
- Angka 5 melambangkan kemampuan riil besar
- Angka 4 melambangkan kemampuan riil cukup
- Angka 3 melambangkan kemampuan riil sedang
- Angka 2 melambangkan kemampuan riil kurang
- Angka 1 melambangkan kemampuan riil kecil
Interpretasi :
- Nilai 1-3 dikategorikan sebagai kelemahan atau hambatan
- Nilai 4-5 dikategorikan sebagai kekuatan atau pendorong.
Rangking dimulai dari yang terbaik dengan urutan 1-5. Kemudian rangking
manfaat dikali nilai rangking usaha sebagai extended value. Berdasarkan
nilai extended value yang terkecil dapat dipilih prioritas masalah. Berikut
adalah matriks prioritas masalah dari beberapa masalah dalam penelitian
ini:13

Tabel 4.5 Matriks prioritas masalah pemeriksaan glukosa dengan


fotometer
Masalah Rangking Rangking usaha Extended value Urutan prioritas
manfaat
Masalah A 3 2 6 III
Masalah B 4 1 4 I
Masalah C 5 1 5 II
Masalah D 3 3 9 VI
Masalah E 4 2 8 IV
Masalah F 4 2 8 V

Matriks prioritas masalah disusun oleh peneliti kemudian melakukan


konfirmasi dan curah pendapat dengan koordinator UKP. Dengan demikian
berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah adalah petugas (analis
kesehatan) kurang patuh untuk mencuci tangan dengan menggunakan
sabun/desinfektan sebelum dan setelah tindakan, maka dicari penyebab
masalahnya.

63
3. Identifikasi penyebab potensial
Identifikasi penyebab masalah kurangnya tingkat kepatuhan analis
kesehatan dalam melakukan mencuci tangan dengan sabun/desinfektan
sebelum dan setelah tindakan.
Tabel 4.6 Identifikasi masalah pemeriksaan glukosa dengan fotometer
dengan pendekatan sistem
Matriks Penyebab masalah
Man 1. Analis kesehatan lebih mengandalkan pemakaian handscoon daripada
harus cuci tangan berkali-kali, sehingga satu handscoon bisa
digunakan untuk beberapa pasien.
Money -
Material 2. Saluran wastafel tidak berfungsi

Method 3. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah cuci tangan


4. Tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan desinfektan
(handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium
Marketing 5. Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi kurang optimal
Lingkungan -

3. SOP yang lama tidak


1. Analis kesehatan lebih menyebutkan langkah cuci
tangan
mengandalkan pemakaian
4. Tidak adanya still picture
handscoon daripada harus MA MONEY METHODE cuci tangan/menggunakan
cuci tangan berkali-kali,
N desinfektan (handsrub) yang
sehingga satu handscoon
diletakkan dibawah kaca meja
bisa digunakan untuk
laboratorium
beberapa pasien.

Kurang patuhnya
analis kesehatan untuk
mencuci tangan
LINGKUNGAN dengan
sabun/desinfektan
sebelum dan setelah
tindakan
2. Saluran wastafel
tidak berfungsi

MATERIAL 5. Sosialisasi SOP baru


yang telah direvisi
kurang optimal
MARKETING

64
Gambar 4.2 Pendekatan Analisis Fish Bone untuk pemeriksaan glukosa
dengan fotometer

4. Menentukan Penyebab Paling Mungkin


Setelah dilakukan identifikasi penyebab masalah melalui analisis fish
bone, maka langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas penyebab
masalah. Untuk menentukan prioritas penyebab masalah dapat
menggunakan diagram pareto, untuk membuat diagram pareto berikut
langkah – langkahnya. 9
a) Paired Comparison
Pada perbandingan berpasangan (paired comparison) membandingkan
penyebab masalah dibandingkan dengan penyebab masalah lainnya, pada
penulisan ini terdapat lima penyebab masalah.
Berdasarkan analisa penyebab masalah dengan metode paired
comparison didapatkan urutan prioritas penyebab masalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Perbandingan berpasangan (paired comparison)
No Penyebab Masalah I II III IV
1 Analis kesehatan lebih 1 1 1 1
mengandalkan pemakaian 2 3 4 5
handscoon daripada harus cuci
tangan berkali-kali, sehingga satu
handscoon bisa digunakan untuk
beberapa pasien.
2 Saluran wastafel tidak berfungsi 2 2 2
3 4 5
3 SOP yang lama tidak 3 3
menyebutkan langkah cuci tangan 4 5
4 Tidak adanya still picture cuci 4
tangan/ menggunakan desinfektan 5
( handsrub) yang diletakkan
dibawah kaca meja laboratorium
5 Sosialisasi SOP baru yang telah
direvisi kurang optimal
keterangan jumlah :
1. Analis kesehatan lebih mengandalkan pemakaian handscoon daripada
harus cuci tangan berkali-kali, sehingga satu handscoon bisa
digunakan untuk beberapa pasien = 2
2. Saluran wastafel tidak berfungsi = 2

65
3. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah cuci tangan = 0
4. Tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan desinfektan
(handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium = 3
5. Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi kurang optimal = 3
b) Distribusi frekuensi penyebab masalah
Tabel 48. Tabel Tally Hasil (Paired Comparison)
No Penyebab Masalah Tally Jumlah
1 Analis kesehatan lebih mengandalkan pemakaian II 2
handscoon daripada harus cuci tangan berkali-kali,
sehingga satu handscoon bisa digunakan untuk beberapa
pasien
2 Saluran wastafel tidak berfungsi II 2
3 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah cuci tangan - 0
4 Tidak adanya still picture cuci tangan/ menggunakan III 3
desinfektan (handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja
laboratorium
5 Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi kurang optimal III 3

Dari data diatas didapatkan nilai tertinggi pada penyebab masalah


yaitu Tidak adanya still picture cuci tangan/ menggunakan handsrub
yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium dan Sosialisasi SOP
baru yang telah direvisi kurang optimal. Masalah yang tidak mendapat
tally tidak dimasukkan dalam diagram frekuensi penyebab masalah,
karena frekuensinya adalah 0 (nol).
c) Membuat diagram frekuensi penyebab masalah
Langkah berikutnya adalah membuat diagram frekuensi penyebab
masalah berdasarkan hasil dari tally.
3.5
3 3
3
2.5
2 2 A
2
B
1.5
C
1
D
0.5
0
Penyebab Masalah

66
Gambar. 4.3 Diagram frekuensi penyebab masalah
Keterangan :
A. Tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan handsrub yang
diletakkan dibawah kaca meja laboratorium = 3
B. Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi kurang optimal = 3
C. Analis kesehatan lebih mengandalkan pemakaian handscoon daripada
harus cuci tangan berkali-kali, sehingga satu handscoon bisa
digunakan untuk beberapa pasien = 2
D. Saluran wastafel tidak berfungsi = 2
d) Membuat tabel pareto
Tujuan pembuatan tabel pareto adalah sebagai dasar pembuatan
diagram analisis pareto dengan cara mengurutkan penyebab masalah
dimulai dari frekuensi terbesar ke frekuensi yang terkecil.
Tabel 4.9. Tabel Pareto
Jumlah Presentase
No Penyebab masalah Frekuensi
kumulatif kumulatif
1 Tidak adanya still picture cuci 3 3 30%
tangan/menggunakan desinfektan
(handsrub) yang diletakkan dibawah
kaca meja laboratorium
2 Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi 3 6 60%
kurang optimal
3 Analis kesehatan lebih mengandalkan 2 8 80%
pemakaian handscoon daripada harus
cuci tangan berkali-kali, sehingga satu
handscoon bisa digunakan untuk
beberapa pasien
4 Saluran wastafel tidak berfungsi 2 10 100%

67
e) Membuat diagram analisis pareto

ANALISIS PARETO
100%
10
9
8
80%
7
6 60%
5
4
3
A 30%
2
B
1
0 C
Penyebab Masalah D

Gambar 4.4. Diagram Analisis Pareto


Keterangan :
A. Tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan desinfektan
(handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium
B. Sosialisasi SOP baru yang telah direvisi kurang optimal
C. Analis kesehatan lebih mengandalkan pemakaian handscoon daripada
harus cuci tangan berkali-kali, sehingga satu handscoon bisa
digunakan untuk beberapa pasien
D. Saluran wastafel tidak berfungsi
Diagram pareto adalah alat statistik yang digunakan untuk memilih
faktor masalah berdasarkan fakta dan data. Pareto mengungkapkan
bahwa dengan mengendalikan yang sedikit 20%, maka dengan cepat
menguasai yang lebih besar 80%.
Berdasarkan perhitungan dengan analisis pareto dalam menyelesaikan
suatu masalah maka dipilih masalah dengan presentase kumulatif kurang
dari 80% yaitu tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan
desinfektan (handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium.
5. Alternatif Pemecahan Masalah

68
Dalam penulisan ini didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin
yaitu tidak adanya still picture cuci tangan/menggunakan desinfektan
(handsrub) yang diletakkan dibawah kaca meja laboratorium. Beberapa
alternatif pemecahan masalah diusulkan lewat curah pendapat dan
persetujuan dengan pemegang program dan Kepala Puskesmas halmahera.
Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Alternatif I
Sosialisasi tentang cuci tangan dengan alir mengalir dan sabun atau
menggunakan desinfektan (handsrub)
2) Alternatif II
Simulasi penerapan SOP pemeriksaan glukosa dengan fotometer dan
pembuatan still picture tentang peringatan cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun/menggunakan desinfektan (handsrub)
3) Alternatif III :
Pelatihan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan
desinfektan (handsrub)
6. Keputusan Pemecahan Masalah
Dari 3 alternatif pemecahan masalah yang diusulkan maka selanjutnya
akan diambil pengambilan keputusan pemecahan masalah dengan matriks
cost benefit (manfaat dibanding biaya) sebagai berikut:
Penilaian manfaat dapat dibuat dengan skala 1 – 5.
1) Angka 5 melambangkan manfaat besar
2) Angka 4 melambangkan manfaat cukup
3) Angka 3 melambangkan manfaat sedang
4) Angka 2 melambangkan manfaat kurang
5) Angka 1 melambangkan manfaat kecil
Penilaian biaya dapat dibuat dengan skala 1 – 5.
1) Angka 5 melambangkan biaya besar
2) Angka 4 melambangkan biaya cukup
3) Angka 3 melambangkan biaya sedang
4) Angka 2 melambangkan biaya kurang

69
5) Angka 1 melambangkan biaya kecil
Tabel 4.10 Matriks Cost Benefit
Alternatif Manfaat Biaya Ratio Rangking
Alternatif I 3 2 1,5 II
Alternatif II 5 2 2,5 I
Alternatif III 4 5 0,8 III

Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang memiliki nilai ratio yang besar.

1) Rangking I
Simulasi penerapan SOP pemeriksaan glukosa dengan fotometer dan
pembuatan still picture tentang peringatan cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun/menggunakan desinfektan (handsrub)
2) Rangking II
Sosialisasi tentang cuci tangan dengan alir mengalir dan sabun /
menggunakan desinfektan (handsrub)
3) Rangking III
Pelatihan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan
desinfektan (handsrub)
7. Plan of Action
Berdasarkan keputusan tetap yang telah penulis ambil, maka penulis
menyusun Plan of Action (POA). POA yang penulis ambil adalah POA
simulasi tentang cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
menggunakan handsrub serta pembuatan still picture tentang peringatan
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan handsrub
sebagai media edukasi.
Persiapan dilakukan pada 5 Agustus 2017 dengan koordinasi kepada
kepala puskesmas dan menyiapkan anggaran simulasi SOP pemeriksaan
glukosa dengan fotometer dan pembuatan still picture tentang peringatan
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan handsrub
sebagai media edukasi.
Pelaksanaan akan dilaksanakan pada tanggal 7 – 9 Agustus 2017 dengan
kegiatan simulasi tentang cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau

70
menggunakan handsrub serta pembuatan still picture tentang peringatan
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan handsrub
sebagai media edukasi.
Evaluasi dilakukan dengan tersedianya still picture tentang peringatan
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan desinfektan
(handsrub) dan melakukan penilaian kepatuhan analis kesehatan terhadap
SOP pemeriksaan glukosa dengan fotometer dilaksanakan tanggal 10
Agustus 2017 di ruang laboratorium Puskesmas Halmahera dengan
menggunakan daftar tilik.
8. Complex Problem
Penelusuran complex problem dalam penulisan ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan responden yang menerima pelayanan pemeriksaan
glukosa dengan fotometer di unit laboratorium sebanyak 30 responden.
Wawancara dilakukan dengan menanyakan 14 buah pertanyaan sesuai
dengan unsur minimal penilaian indeks kepuasan masyarakat. Setelah
semua pertanyaan dari 30 responden selesai diwawancarai, maka data diolah
dengan cara :9
a) Menghitung Jumlah Nilai per Unsur
Menjumlahkan skor dari 14 pertanyaan pada setiap unsur
b) Menghitung Nilai Rata – Rata (NRR) Per unsur
Jumlah Nilai Per Unsur dibagi dengan jumlah responden (30)
c) Menghitung Nilai Rata – Rata Tertimbang Per Unsur
Nilai Rata – Rata Per Unsur dikalikan 0,071 (Standard baku)
d) Menghitung Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Jumlah Nilai Rata – Rata Tertimbang Per Unsur dijumlahkan
e) Mencari Nilai IKM setelah di Konversi
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dikali 25 (Standard baku)
f) Melihat Mutu Pelayanan (Pada setiap unsur)
Nilai indeks pelayanan dikonversikan dengan nilai dasar 25
g) Kinerja Unit Pelayanan

71
Hasil penilaian terhadap kepuasan pasien yang mendapat pelayanan
pemeriksaan glukosa dengan fotometer di unit laboratorium Puskesmas
Halmahera dinilai menggunakan nilai indeks. Nilai indeks kepuasan
masyarakat tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 4.11. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dengan nilai standar
Nilai Nilai Interval IKM Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
Persepsi Konversi IKM Pelayanan Pelayanan
1 1,00 - 1,75 25 - 43,75 A Tidak baik
2 1,76 - 2,50 43,76 – 62,50 B Kurang baik
3 2,51 - 3,25 62,51 – 82,26 C Baik
4 3,26 - 4,00 82,27 – 100,00 D Sangat Baik
Identifikasi complex problem didapatkan kepuasan pasien mendapat
nilai IKM total yaitu 3,06 dikonversikan dengan nilai interval indeks
kepuasan masyarakat yaitu 2,51 – 3,25 yang berarti baik.
Nilai total pertanyaan kuesioner kepuasan pelanggan tidak ada yang
dibawah 2,51 dengan nilai minimal 2,56. Terdapat beberapa pertanyaan
kuesioner yang mendapat nilai dibawah 3 yaitu:
a) Pertanyaan ke-3 dengan nilai rata-rata perunsur 2,56 dengan nilai 2 ada 8
pasien (26%) yaitu pertanyaan tentang kejelasan dan kepastian analis
kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kurang mengenal petugas
karena petugas tidak memperkenalkan diri dan juga tidak ada tanda
pengenal khusus yang dipakai petugas.
b) Pertanyaan ke-13 dengan nilai rata-rata perunsur 2,67 dengan nilai 2 ada
10 pasien (33%) yaitu pertanyaan tentang kenyamanan di laboratorium.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa kurang nyaman karena tempat
dirasa kurang sejuk.

72
Tabel 4.12 hasil kepuasan pasien

Jumlah
90 91 77 97 90 90 90 93 94 91 110 109 80 112
Nilai
Nilai 3
3.03 2.56 3.20 3.00 3.00 3.00 3.10 3.13 3.03 3.67 3.63 2.67 3.73
Persepsi .00
Nilai bobot
rata-rata 0.21 0.21 0.18 0.22 0.21 0.21 0.21 0.22 0.22 0.21 0.26 0.25 0.19 0.26
tertimbang
Nilai
indeks 3,06
pelayanan
Nilai
interval 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5 76,5
konversi
Mutu
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Pelayanan

9. Pemilihan Media Edukasi (Berdasarkan Skala Intensitas)


Identifikasi pemilihan media komunikasi yang sesuai dengan masalah
Pelayanan pemeriksaan glukosa dengan fotometer adalah menggunakan still
picture tentang cuci tangan dengan sabun dan desinfektan (handsrub) di
Puskesmas Halmahera.
Adapun latar belakang pemilihan media komunikasi tersebut diatas
adalah berdasarkan nilai skala intensitas media komunikasi. Dasar-dasar
komunikasi ini diharapkan dapat merubah kebiasaan petugas dan pesan
yang disampaikan dapat terus di ingat sehingga petugas Puskesmas
Halmahera dapat ikut berpartisipasi dalam mensukseskan ketercapaian
pesan tersebut.
Ciri-ciri skala intensitas metoda dan media komunikasi yang terpilih
dengan memperhatikan, hal-hal sebagai berikut:13
1. Faktor situasi ( waktu yang dibutuhkan, keterlibatan staff dan ruang
yang dibutuhkan ) (intensitas 1 )
2. Faktor efisiensi dilihat dari segi biaya (intensitas 1 )
3. Faktor efisiensi dilihat dari ongkos petugas awal (intensitas 2)
4. Faktor efisiensi dilihat dari pemeliharaan (intensitas 1)
5. Faktor efisiensi dilihat dari luas ruang yang dibutuhkan (intensitas 1)
6. Faktor efisiensi dilihat dari perbaikan alat penggantian (intensitas 1)

73
7. Faktor efektifitas dilihat dari interaksi,identitas dan repetisi (intensitas1)
8. Faktor efektifitas dilihat dari retensi (intensitas 2)
9. Faktor efektifitas dilihat dari repetisi (intensitas 2)
10. Faktor efektifitas dilihat dari warna (intensitas 3)
11. Faktor tujuan pendidikan mengenai fakta, prosedur, prinsip, dan konsep
(intensitas 2)
12. Faktor sikap dan pendapat (intensitas 1)
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan membuat media
still picture tentang peringatan cuci tangan dengan sabun dan desinfektan
(handsrub) secara lengkap di Puskesmas Halmahera sebagai salah satu
penyelesaian masalah kepatuhan petugas adalah cukup baik, karena
memiliki rata-rata skala intensitas 2.

74

You might also like