Professional Documents
Culture Documents
NIM : 153037
Prodi : S1 Manajemen
Semester :7
Regulasi dan hambatan teknis yang diberlakukan pada impor suatu negara adalah untuk
meyakinkan bahwa impor yang dilakukan tidak menyebarkan hama, penyakit dan masalah lain
ke negara tersebut, serta untuk memastikan bahwa produk yang diimpor memiliki kesamaan
standar dengan produk domestik. Standar teknis ini mencakup peraturan atas kualitas, packaging,
labeling, standar identitas dan konfirmasi penilaian. Beberapa dari peraturan ini membantu
meningkatkan arcs informasi dalam proses pemasaran dan mempermudah konsumen
mendapatkan informasi tentang produk yang asli, aman dan berkualitas. Peraturan atau hambatan
teknis lainnya meliputi sanitasi dan fitosanitasi pada tanaman dan binatang untuk meyakinkan
bahwa produk yang diperdagangkan tidak terinfeksi hama atau penyakit yang mematikan atau
berbahaya.
Regulasi teknis yang baru dalam perdagangan internasional mengalami perbaikan karena
meningkatnya permintaan tentang keamanan makanan dan lingkungan yang bebas dari hama dan
penyakit. Konsumen menginginkan adanya jaminan bahwa makanan yang diimpor telah lolos
standar kesehatan dan keamanan yang berlaku untuk makanan domestik. Merupakan hal yang
wajar bila standar makanan domestik meningkat sebagai akibat dari tingginya tingkat
kewaspadaan konsumen dan meningkatnya teknologi deteksi. Demikian pula halnya dengan
standar makanan impor.
2. WTO
World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia
merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah
perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu
persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil
perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan
tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk
mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun
ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para
produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan.
Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi
Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU NO. 7/1994.
WTO (World Trade Organization) dikatakan sebagai lintas batas nasional dalam
perdagangan internasional antar negara dalam hal ekspor impor antara produsen dan
konsumen bisa juga dengan perusahaan-perusahaan internasional (MNC). Resmi
didirikan pada 1 Januari 1994 sebagai organisasi perdagangan dunia penerus GATT
1947.
C. Sejarah WTO
1. Proses terbentuknya WTO
Pada tahun-tahun awal, Putaran Perdagangan GATT mengkonsentrasikan
negosiasi pada upaya pengurangan tariff. Pada Putaran Kennedy (pertengahan tahun
1960-an) dibahas mengenai tariff dan Persetujuan Anti Dumping (Anti Dumping
Agreement).
Putaran Tokyo (1973-1979) meneruskan upaya GATT mengurangi tariff secara
progresif. Putaran Tokyo gagal menyelesaikan masalah produk utama yang berkaitan
dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai
“safeguards” (emergency import measures). Meskipun demikian, serangkaian
persetujuan mengenai hambatan non tariff telah muncul di berbagai perundingan,
yang dalam beberapa kasus menginterpretasikan peraturan GATT yang sudah ada.
Selanjutnya adalah Putaran Uruguay (1986-1994) yang mengarah kepada
pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut
hampir mencakup semua bidang perdagangan. Meskipun mengalami kesulitan dalam
permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata Hal ini
merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di
seluruh dunia.
2. Tujuan WTO
Tujuan WTO meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, menambah lapangan
pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan, juga memanfaatkan SDA. Dari
tujuan WTO tersebut, banyak negara-negara berkembang yang sampai sekarang taraf
hidup dan kesejahteraannya masih dibawah maksimum, sama dengan lapangan
pekerjaan. Padahal tujuan WTO memang harus menciptakan perdagangan yang fair.
D. Peran WTO
Pada awal pembentukan WTO hambatan perdagangan internasional masih tetap
tinggi. Produk industri di 42 negara industri maju dan berkembang, rata-rata masih
memberlakukan tarif antara 18 sampai 59 persen.
Setelah Perang Dunia II digunakanlah alat pembangunan internasional yaitu
dollar melalui IMF dan Bank Dunia. Dulunya melalui perdagangan commodity, sekarang
melalui service atau jasa. Di WTO sendiri terdapat fair trade dan market oriented. Fair
trade dikhususkan untuk negara maju dan negara berkembang.
Untuk negara berkembang sendiri, WTO belum dirasakan cukup membantu
dalam perekonomian internasionalnya. Seperti kebijakan anti dumping lebih banyak
dimanfaatkan oleh negara-negara maju, khususnya untuk produk industri. Export
subsidies mempunyai peranan penting bagi negara berkembang atau industri baru dalam
mengurangi ledakan tenaga kerja
E. Persetujuan-persetujuan dalam WTO
Hasil dari Putaran Uruguay berupa the Legal Text terdiri dari sekitar 60
persetujuan, lampiran (annexes), keputusan dan kesepakatan. Persetujuan-persetujuan
dalam WTO mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang mengandung
prinsip-prinsip utama liberalisasi.
Struktur dasar persetujuan WTO, meliputi:
1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT)
2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS)
3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs)
4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)
Persetujuan-persetujuan di atas dan annexnya berhubungan antara lain dengan sektor-
sektor di bawah ini:
1. Pertanian
2. Sanitary and Phytosanitary/ SPS
3. Badan Pemantau Tekstil (Textiles and Clothing)
4. Standar Produk
5. Tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan (TRIMs)dll
Untuk jasa (dalam Annex GATS) :
1. Pergerakan tenaga kerja (movement of natural persons)
2. Transportasi udara (air transport)
3. Jasa keuangan (financial services)
4. Perkapalan (shipping)
5. Telekomunikasi (telecommunication)
G. Deklarasi Doha
Sejak terbentuknya WTO awal tahun 1995 telah diselenggarakan lima kali
Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang merupakan forum pengambil kebijakan
tertinggi dalam WTO. KTM-WTO pertama kali diselenggarakan di Singapura tahun
1996, kedua di Jenewa tahun 1998, ketiga di Seatlle tahun 1999 dan KTM keempat di
Doha, Qatar tahun 2001. Sementara itu KTM kelima diselenggarakan di Cancun, Mexico
tahun 2003.
KTM ke-4 (9-14 Nopember 2001) yang dihadiri oleh 142 negara, menghasilkan
dokumen utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai
diluncurkannya putaran perundingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian,
tarif industri, lingkungan, isu-isu implementasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI),
penyelesaian sengketa dan peraturan WTO.
Perundingan di bidang pertanian telah dimulai sejak bulan sejak bulan Maret
2000. Sudah 126 anggota (85% dari 148 anggota) telah menyampaikan 45 proposal dan 4
dokumen teknis mengenai bagaimana perundingan seharusnya dijalankan. Salah satu
keberhasilan besar negara-negara berkembang dan negara eksportir produk pertanian
adalah dimuatnya mandat mengenai ”pengurangan, dengan kemungkinan penghapusan,
sebagai bentuk subsidi ekspor”.
DAFTAR PUSTAKA
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=
371&detail=true
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Perdagangan_Dunia
http://rienie-daries.blogspot.com/2012/01/makalah-wto.html
http://binchoutan.files.wordpress.com/2008/05/wto-dan-pengaruhnya-terhadap-indonesia.pdf
http://buthowakulo.blogspot.com/2011/01/hambatan-teknis-dalam-perdagangan.html
http://widday.blogspot.com/2014/06/makalah-negoisasi-perdagangan.html
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/view/5802/9907