Professional Documents
Culture Documents
CAESAREAN SECTION
MAKALAH
Disusun oleh:
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan
Gangguan Cesarean Section”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak hingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Sistem Pencernaan
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebagai pegawai sebesar 20,9% dan pendidikan tinggi/lulus PT sebesar 25,1%, di
Propinsi Jawa Tengah berada di peringkat ke sepuluh dengan angka persalinan
caesarean section sebesar 9,8%.
2
i. Apa penatalaksanaan Caesarean Section?
j. Bagaimana asuhan keperawatan ibu hamil dengan Caesarean Section?
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tujuan pembahasan ini adalah sebagai
berikut.
a. Menjelaskan pengertian Caesarean Section
b. Menjelaskan klasifikasi Caesarean Section
c. Menjelaskan Anatomi Fisiologi Caesarean Section
d. Menjelaskan etiologi Caesarean Section
e. Menjelaskan patofisiologi Caesarean Section
f. Menjelaskan manifestasi klinis Caesarean Section
g. Menjelaskan komplikasi Caesarean Section
h. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Caesarean Section
i. Menjelaskan penatalaksanaan Caesarean Section
j. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil dengan Caesarean Section
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari rumusan masalah ini sebangai berikut.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Caesarean Section
Istilah Caesarea berasa dari bahasa latin Caedere yang artinya
memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk
mengeluarkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim.
Menurut Mitayani (2009) Mendefenisikan Sectio Caesarea adalah
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat di atas 500 gram.
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat
badan bayi diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh
(Saifuddin, 2001).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan dengan sayatan uterus
melalui dinding depan perut atau sectio caesaria adalah suatu histerektomi
untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding perut rahim anterior
(Hacker,2001).
Kelahiran sesar dapat direncanakan, misalnya kelahiran sesar
berulang, atau tidak direncanakan seperti pada kondisi ketika ibu tidak
berhasil melahirkan janin melalui vagina setelah persalinan yang lama.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea
adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi perabdominal dengan melalui
insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus interior, karena bayi tidak
bisa dilahirkan melalui jalan lahir.
4
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim. Sayatan
melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphyisis) di
atas batas rambut kemaluan sepanjang 10-14 cm.
Keuntungan dari sayatan ini umumnya, parut pada rahim kuat
sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robekan rahim) di
kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak
banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih
sempurna.
Kelebihan:
a) Penutupan luka lebih mudah.
b) Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
d) Perdarahan kurang.
e) Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil
dari pada cara klasik.
Kekurangan:
a) Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi pendarahan
hebat.
b) Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
5
Sayatan vertikal disebut juga dengan operasi secar klasik atau
seksio sesarea corporal. Sayatan dibuat secara vertikal, tegak lurus mulai
dari tepat dibawah pusar sampai tulang kemaluan. Kerugian: Lebih
beresiko terkena peritonitis (radang selaput perut), memiliki resiko empat
kali lebih besar terkena rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot
rahim lebih tebal lebih banyak pembuluh darahnya sehingga sayatan ini
lebih banyak mengeluarkan SSdarah, jika menggunakan anastesi lokal,
sayatan ini akan memerlukan waktu dan obat yang lebih banyak.
3. Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal.
4. Sectio Caesarea Vaginal
5. Histerektomi Caesarian
6
Menurut Wiknjosastro (2005), berdasarkan luas dan bagian rahim
yang diangkat,tindakan histerektomi dapat dikategorikan menjadi 4 jenis:
a. Histerektomi parsial (subtotal)
Histerektomi parsial (subtotal) yaitu kandungan tetap diangkat
tetapi mulut rahim / servik tetap tinggal. Oleh karena itu, penderita masih
dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap
smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
b. Histerektomi total
7
a. Organ Genitalia Interna
2) Rahim (uterus)
3) Tuba fallopi
8
Merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama
sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengaturan proses
menstruasi.
5) Parametrium
Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan
yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul.
b. Organ Genetalia Eksterna
1) Mons Veneris
9
b) Bagian dalam : tanpa rambut,merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).
5) Vestibulum
6) Himen
10
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran ukuran bidang pamggul menjadi abnormal.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembarpun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
11
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
b. Letak Sungsang
letak lintang ialah jika letak anak didalam rahim sedemikian rupa hingga
paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang
12
sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut
90˚) jjara
Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul
sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa
iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu/
akromion. ( Icesmi Sukarmi, 2013).
13
2.5 Patofisiologi Caesarean Section
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,disproporsi cephalo pelvic, ruptur
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsi, distosia serviks,
dan mal presentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu sectio saesarea (SC).
Dengan adanya luka post operasi ini mengakibatkan mual muntah pada
pasien sehingga pasien mengalami penurunan nafsu makan, sehingga
menyebabkan masalah kurangnya volume cairan dalam tubuh.
14
PATHWAY
Hamil
Hamil postterm
Persalinan induksi
Gagal induksi
Konstipasi
Konstipasi
Fisiologi nifas
Peningkatan prolaktin
Ketidakefektifan menyusui
15
2.6 Manifestasi klinik Caesarean Section
16
dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus
atau kapiler, berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi
cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner,
sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder,
perdarahan bisa interna dan eksterna.
c. Pembentukan fistula
Pencegahan komplikasi
a. Pencegahan perlekatan
b. Drainase
17
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi
cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah
infeksi. Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi
pus dan sekresi luka dan menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada
yang bersiat pasif (drainase penrose), aktif (drainase suction) da juga ada
yang bersiat terbuka atau tertutup.
18
2.9 Penatalaksanaan Caesarean Section
A. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotomi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan DS 10%, garam fisiologi
dan RL. Secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
B. Diet
C. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, pasiendapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalumenghembuskannya
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
D. Kateterisasi
19
E. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian 1 vit C.
20
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan, sampai
dirumah sakit, hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang
dilakukan sebelumnya, dan pengobatan yang didapat setelah
masuk RS.
c. Riwayat menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar
keteraturan menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.
d. Riwayat obstetri
Kaji tanggal partus, jenis partus
e. Riwayat keluarga berencana
KB Klien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan
f. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit
vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko
pembentukan thrombus).
g. Riwayat pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan
h. Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali melakukan hubungan seks
i. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama
j. Riwayat kesehatan sehari-hari
1) Personal hygiene, kaji kebiasaan personal hygiene klien
meliputi keadaan kulit, rambut, mulut dan gigi, serta vulva hygiene.
2) Pola makan
Kebiasan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi, atau
tidak
3) Pola eliminasi
21
a) BAB : Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan
keluhan saat BAB
b) BAK : kalifrekuensi, warna, bau, dan keluhan saat
berkemih
4) Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/hari, kebiasaan saat tidur, dan
kesulitan
6) Riwayat sosial ekonomi
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok (jika
memungkinkan), kaji pendapatan perbulan, kaji hubungan
sosial, dan hubungan dalam kelurga.
7) Riwayat psikososial dan spiritual
a) Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini
b) Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di
rumah dan di RS.
8) Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan dan
TTV dan inspeksi, palpasi, auskultasi serta perkusi.
9) Pemeriksaan penunjang
pre op: kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut beruhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan,
trauma, jalan lahir)
b. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post
operasi
22
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sirkulasi
C. Intervensi keperawatan
23
tenang pembedahan
6. Observasi TTV 5. Untuk
7. Kurangi ansietas meningkatkan
sebanyak mungkin istirahat dan
kenyamanan serta
mengurangi
ansietas
6. Memantau TTV
guna untuk
mengetahui
peningkatan atau
penurunan rasa
nyeri yang
dirasakan pasien
7. Ansietas akan
menaikan tekanan,
yang
meningkatkan
nyeri
2 Resiko tinggi Infeksi 1. mendeteksi daan 1. mendeteksi daan
s.d perdarahan, luka mengidentifikasi mengidentifikasi
post operasi penyebab penyebab
terjadinya infeks terjadinya infeksi
Tujuan 2. Tingkatkan intake 2. membantu proses
Mengurangi resiko cairan penyembuhan luka
infeksi terhadap 3. Cuci tangan post operasi
pasien sebelum dan 3. mengurangi
sesudah melakukan perkembangan
tindakan mikroorganisme
4. Kaji warna kulit, 4. untuk mengetahui
turgor seberapa persen
5. Pantau suhu, nadi, pasien beresiko
24
pernafasan, dan sel infeksi
darah putih sesuai 5. dalam 4 jam
indikasi setelah proses
6. Motivasi pasien pembedahan,
untuk istirahat insiden meningkat
7. Berikan terapi secara progresif
antibiotik sesuai sesuai dengan
program waktu yang
ditunjukan melalui
TTV
6. memberi motivasi
terhadap pasien
untuk
meningkatkan
kebutuhan tidur
7. antibiotik dapat
melindungi
perkembangan
koriamnionitis
pada ibu berisiko
25
pemberian cairan volume cairan
parental dan mencegah
6. Kolaboratif dengan komplikasi
pemeriksaan selanjutnya
laboratorium 4. penurunan
kebutuhan
cairan
menurun,
resiko
dehidrasi
5. memperbaiki
dan mencegah
kekurangan
volume cairan
6. Perubahan
pada HB
dapat
menandakan
adanya
kekurangan
volume cairan
4 Intoleransi Aktivitas 1. Bantun pasien 1. Mungkin pasien
berhubungan dengan untuk tidak mengalami
kelemahan, penurunan mengidentifikasi perubahan berarti,
sirkulasi aktifitas yang tetapi perdarahan
mampu dilakukan masif perlu
2. Bantu pasien diwaspadai untuk
Tujuan memilih aktifitas mencegah kondisi
Memenuhi aktifitas konsisten yang pasien lebih
sehari-hari pasien sesuai dengan buruk
kemampuan fisik 2. Meringankan
3. Bantu resiko pasien
26
mempermudah dalam beraktifitas
aktifitas yang 3. Mempermudah
dibutuhkan klien aktifitas yang
4. Kolaborasi dengan dipilih pasien
tenaga medis tanpa harus
dalam memiliki resiko
merencanakan tinggi untuk
program terapi pasien
yang tepat. 4. Membantu
mempercepat
mobilitas fisik
pasien
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Section caesarea adalah suatu proses pembedahan dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, atau vagina atau
suatu histerektomi untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun janin. Pembedahan ini
dilakukan ketika proses kelahiran secara normal tidak memungkinkan
dilakukan dengan alasan karena terdapat komplikasi medis yang mengancam
jiwa sehingga salah satu jalan keluarnya adalah dengan section caesarea.
3.2 Saran
Dalam menangani kasus seperti ini diharapkan mahasiswa sudah mampu
mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan dari penyakit atau tindakan
tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
William R.Forte & Harry Oxorn, 2016. Manual Komplikasi Kehamilan Williams,
Ed.23. Jakarta: EGC
Green dCoral J, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal & Bayi Baru
Lahir. Jakarta: EGC
Keren C. Comerford, 2008. Buku Saku Maternal- Neonatal Edisi 2. Jakarta: EGC
Bari Saifuddin Abdul, dkk. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
29
30