You are on page 1of 11

HIGEIA 1 (3) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS


(PROLANIS)

Ayu Imade Rosdiana , Bambang Budi Raharjo, Sofwan Indarjo

Administrasi Kebijakan Kesehatan, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Diterima: Mei 2017 (Prolanis) yang merupakan sistem pelayanan kesehatan untuk mengelola penyakit Hipertensi dan
Disetujui: Juni 2017 Diabetes Melitus tipe 2. Puskesmas Halmahera sudah melaksanakan prolanis selama 2 tahun serta
Dipublikasikan: Juli 2017 memiliki 1828 pengunjung untuk penyakit hipertensi dan 1091 pengunjung untuk penyakit
________________ Diabetes Melitus tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi
Keywords: program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas Halmahera Kota Semarang Tahun 2017. Jenis
Implementation, Prolanis, penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data diperoleh dengan wawancara mendalam kepada
Primary Health Care empat narasumber utama dan tiga narasumber triangulasi yang ditentukan dengan teknik purposive
Centers sampling. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
____________________ kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi prolanis di Puskesmas Halmahera belum mencapai indikator 75%.
Komunikasi belum berjalan dengan baik, sumber daya yang masih kurang berupa tempat dan
dana, disposisi terhadap prolanis cenderung positif, dan belum terdapat SOP yang dibukukan.

Abstract
___________________________________________________________________
Since 2014 BPJS health insurence has implemented the Chronic Disease Management Program (Prolanis)
which is a health care system to manage hypertension and diabetes mellitus type 2. Halmahera health care
centre has been carrying out Prolanis for 2 years and it had 1828 patients for hypertension and 1091 patients
for diabetes mellitus type 2. This research aimed to find out how the implementation of chronic disease
management program at Halmahera public health centre Semarang city 2017. This type of research was
qualitative descriptive. Data were collected by deep interviews to 4 main speakers and 3 triangulated speakers
with purposive sampling technique. Data analysis used was reduction data, presentation data, and cloncusion
then presented in the form of description. The result showed that the implementation of prolanis in Halmahera
health care centre had not reached indicator 75%. communication had not run well, resource are still lack
which are place and fund, Disposition to prolanis tend to positive, and there was not SOP recorded. The
suggestion of this research is to communicate effectively, add the resources, to make SOP written so that the
implementation of Prolanis can reach the indicators.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ayuimade16@gmail.com

140
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

PENDAHULUAN Diabetes mellitus 20,5 %. Tahun 2011


Hipertensi 42,4 %; Diabetes mellitus 19,7%;
Penyakit kronis merupakan permasalahan Tahun 2012 Hipertensi 49,1%; Diabetes 20,7%;
kesehatan serius dan penyebab kematian Tahun 2013 Hipertensi 50,5%, Diabetes mellitus
terbesar di dunia. Pada tahun 2008, penyakit 20,6%; dan Tahun 2014 Hipertensi 21,637%,
kronis menyebabkan kematian pada 36 juta Diabetes Mellitus 9,461%.
orang di seluruh dunia atau setara dengan 36% Puskesmas Halmahera merupakan salah
jumlah kematian di dunia. Berdasarkan hasil satu puskesmas di Kota Semarang yang
temuan Riskesdas pada tahun 2013, penyakit memiliki jumlah kasus tertinggi untuk penyakit
kronis merupakan salah satu penyebab utama hipertensi dan DM. Data yang terhitung sejak
kematian di Indonesia (Kementerian Kesehatan tanggal 1 januari 2015 hingga 31 desember 2015
RI, 2014). Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan kasus hipertensi menduduki peringkat pertama
telah menerapkan Program Pengelolaan dalam jajaran 10 besar penyakit dengan
Penyakit kronis (Prolanis). Penyakit kronis yang mencapai angka 1828 pengunjung sedangkan
termasuk kedalam program Prolanis yaitu diabetes menduduki peringkat kedua dengan
Hipertensi dan DM (Diabetes Melitus) Tipe 2. angka mencapai 1091 pengunjung.
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di Prolanis adalah suatu sistem pelayanan
dapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun kesehatan dan pendekatan proaktif yang
sebesar 25,8%, tetapi yang terdiagnosis oleh dilaksanakan secara terintegrasi yang
tenaga kesehatan atau riwayat minum obat melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan
hanya sebesar 9,5%. Data ini ditinjau dari hasil BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
tahun 2013. Prevalensi DM untuk umur ≥15 menderita penyakit kronis untuk mencapai
tahun sebesar 6,9%. Dari 6,9% penderita DM kualitas hidup yang optimal dengan biaya
yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
sebelumnya dan 69,9% tidak terdiagnosis Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri dari: (1)
sebelumnya (Kementerian Kesehatan RI, 2014). konsultasi medis; (2) edukasi peserta prolanis;
Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah (3) Reminder SMS gateway; (4) home visit; (5)
tahun 2015 menyebutkan bahwa penyakit aktivitas club (senam) dan; (6) pemantauan
hipertensi masih menempati proporsi terbesar status kesehatan. Tujuan prolanis yaitu, untuk
dari seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular) Mendorong peserta penyandang penyakit kronis
yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,87 %, mencapai kualitas hidup optimal dengan
sedangkan Diabetes Mellitus menduduki urutan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung
kedua sebesar 18,33 %. Dua penyakit tersebut ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil
menjadi prioritas utama pengendalian PTM di “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap
Jawa Tengah. Jika Hipertensi dan Diabetes penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai
Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan Panduan Klinis terkait sehingga dapat
menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
Stroke, Gagal Ginjal, dsb. Pengendalian PTM Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat
dapat dilakukan dengan intervensi yang tepat bermanfaat bagi kesehatan para pengguna
pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu peserta BPJS. Selain itu kegiatan Prolanis dapat
sehingga peningkatan kasus baru PTM dapat membantu BPJS kesehatan dalam
ditekan. meminimalisir kejadian PTM, dimana
Berdasarkan profil kesehatan Kota pembiayaan untuk pasien dengan penyakit
Semarang tahun 2014, kasus tertinggi PTM kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan
diduduki oleh penyakit hipertensi dan DM. upaya pencegahan terkait penyakit kronis.
Adapun persentase kedua penyakit tersebut Pada era JKN peran puskesmas sebagai
sebagai berikut: Tahun 2010 Hipertensi 46,8%; penyedia layanan primer semakin terus

141
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

ditingkatkan. Hal ini dikarenakan seluruh FKTP dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
termasuk puskesmas merupakan fasilitas ditetapkan dalam keputusan kebijakan yang
pertama yang dimanfaatkan oleh pasien atau akan mempengaruhi hasil akhir suatu kebijakan
sebagai, dimana FKTP diharapkan mampu (Ramdhani, 2017). Berdasarkan hasil penelitian
menyelesaikan permasalahan kesehatan sesuai Akib, 2010 mengatakan bahwa implementasi
dengan Gate Keeper kompetensi yang harus kebijakan sebagai sebuah sistem yang
dimiliki FKTP. Gatekeeper Concept adalah konsep menekankan peranan dan fungsi aktor-
sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitas pelaksana, pemangku kepentingan, dan
kesehatan tingkat pertama yang berperan kelompok target dalam memberdayakan kreasi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar pengetahuan yang dimiliki dalam melaksanakan
berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya kebijakan atau program. Dalam pandangan
dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai Edwards III (1980) dalam Subarsono (2013)
standar pelayanan medik. Sejalan dengan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
penelitian Rahma (2015) yang menyebutkan variabel, yakni: komunikasi, sumber daya,
bahwa puskesmas menjadi salah satu Gate disposisi, dan struktur birokrasi. Penelitian ini
Keeper pada era JKN ini tentunya perlu bertujuan untuk mengetahui bagaimana
menigkatkan mutu pelayanan kesehatan yang implementasi Program Pengelolaan Penyakit
disediakan serta mampu meningkatkan Kronis di Puskesmas Halmahera Kota
kesejahteraan masyarakat di wilayah kerjanya. Semarang.
Puskesmas juga berperan penting dalam
menurunkan angka kejadian PTM terutama METODE
untuk penyakit Diabetes Melitus (DM) tipe II
dan hipertensi. Penyakit tersebut dirasa mampu Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang
ditangani di fasilitas kesehatan primer. Selain itu penyajian datanya menggunakan pola
puskesmas juga berperan penting dalam deskriptif. Penelitian kualitatif dengan metode
melakukan pencegahan terhadap komplikasi deskriptif yang dilakukan, bermaksud
penyakit dengan melaksanakan skrining atau menggambarkan secara sistematis fakta dan
deteksi dini PTM. Berbagai upaya terkait PTM karakteristik objek atau subjek yang diteliti
sudah dilaksanakan oleh puskesmas untuk secara tepat dengan empat narasumber utama
mencegah peningkatan kasus PTM yaitu (1) dan tiga narasumber triangulasi yang diperoleh
surveilan faktor risiko PTM oleh puskesmas, dengan teknik purposive sampling. Cara
dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas pemilihan narasumber penelitian ini tidak
kesehatan provinsi; (2) deteksi dini risiko PTM didasarkan pada jumlah tetapi berdasarkan asas
oleh puskesmas, dinas kesehatan kesesuaian dan asas kecukupan. Dalam
kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi; penelitian ini yang menjadi narasumber utama
(3) penanggulangn faktor risiko PTM dengan yaitu petugas yang memberikan pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) oleh prolanis di ruang khusus prolanis yang terdiri
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, dari tiga orang perawat dan satu orang dokter
dan dinas kesehatan provinsi; (4) pencegahan sedangkan untuk narasumber triangulasi terdiri
dan penanggulangan faktor risiko PTM berbasis dari kepala puskesmas, ketua atau pengurus
masyarakat melalui poskesdes, posyandu, dan klub prolanis dari puskesmas, dan pihak BPJS
posbindu PTM (Kementerian Kesehatan RI, Kesehatan.
2014). Instrumen dalam penelitian ini adalah
Implementasi kebijakan merupakan peneliti sendiri dibantu dengan alat perekam
tahapan aktivitas/kegiatan/program dalam suara dan pedoman wawancara. Pedoman
melaksanakan keputusan kebijakan yang wawancara digunakan agar wawancara yang
dilakukan oleh individu/ pejabat, kelompok dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
pemerintah, masyarakat, dan/atau swasta penelitian dan data yang diperoleh dapat

142
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

tersimpan dengan baik dalam alat perekam dilanjutkan dengan pengolahan data dan
suara. analisis data.
Teknik pengambilan data dalam Pengolahan data dalam penelitian ini
penelitian ini dengan cara observasi, terdiri dari 3 langkah yaitu reduksi data sebagai
wawancara, dan pengumpulan data dengan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
dokumen. Sesuai dengan objek penelitian, maka penyederhanaan, pengabstrakan dan
peneliti memilih observasi partisipan dimana tranformasi data kasar yang muncul dari
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahap
dilakukan oleh objek yang diselidiki. selanjutnya adalah penyajian data, penyajian
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa data kualitatif yang digunakan adalah dalam
wawancara semi terstruktur dengan tujuan bentuk uraian singkat dan teks naratif.
untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, Semuanya dirancang guna menggabungkan
yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk
pengalaman pribadi. Pengumpulan data dengan yang padu dan mudah diraih, dengan demikian
dokumen berupa data penyakit kronis Provinsi penganalisis dapat melihat apa yang terjadi, dan
Jawa Tengah, data penyakit kronis Kota menentukan apakah menarik kesimpulan yang
Semarang, dan data prolanis di Puskesmas benar ataukah terus melangkah melakukan
Halmahera. analisis.
Sumber data primer dalam penelitian ini Tahap yang terakhir adalah pemeriksaan
merupakan hasil wawancara dari narasumber kesimpulan/verifikasi, Penarikan kesimpulan
utama dan triangulasi yaitu data tentang dengan membandingkan pertanyaan penelitian
implementasi, komunikasi, sumber daya, dengan hasil penelitian. Teknik analisis data
disposisi, dan struktur birokrasi program yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas analisis univariat, dalam analisa ini bertujuan
Halmahera. Data sekunder dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan tiap variabel hasil dari
diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa penelitian.
Tengah, Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan
Puskesmas Halmahera berupa data tentang HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe
2, data kunjungan peserta Prolanis Puskesmas Penelitian ini berlokasi di Puskesmas
Halmahera dan data-data yang berhubungan Halmahera yang merupakan salah satu
dengan penelitian. puskesmas di Kota Semarang yang terletak di
Prosedur penelitian terdiri dari tahap pra wilayah Kecamatan Semarang timur, beralamat
penelitian, tahap penelitian, dan tahap pasca di jalan Halmahera raya nomor 38 Semarang.
penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam Wilayah kerja Puskesmas Halmahera meliputi 4
tahap pra penelitian adalah menyiapkan surat kelurahan yaitu Kelurahan Karangturi,
izin penelitian, menyiapkan alat perekam suara, Karangtempel, Rejosari dan Sarirejodengan luas
dan menyiapkan pedoman wawancara disertai wilayah 3.11 km2. Batas wilayah kerja
dengan lembar observasi. Prosedur penelitian Puskesmas Halmahera bagian utara yaitu
selanjutnya adalah tahap penelitian dimana Kelurahan Bugangan dan Kelurahan Kebon
peneliti melakukan observasi secara langsung Agung, bagian selatan Kecamatan Semarang
terhadap pelaksanaan Prolanis dan melakukan Selatan, bagian barat Kecamatan Semarang
wawancara terhadap narasumber utama dan Tengah, dan bagian timur Kelurahan
narasumber triangulasi. Prosedur penelitian Gayamsari.
yang terakhir adalah tahap pasca penelitian, Prolanis adalah program yang
tahap ini dilakukan setelah penelitian selesai diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang
dilaksanakan yang meliputi pencatatan seluruh pelaksanannya dilakukan di FKTP yang telah
data yang didapatkan setelah penelitian bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

143
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

Tabel 1. Karakteristik Narasumber Utama


Narasumber Jenis Usia Pendidikan Terakhir Jabatan
Utama Ke- Kelamin (tahun)
Narasumber 1 Perempuan 39 D3 Keperawatan Perawat
Narasumber 2 Perempuan 38 D3 Keperawatan Perawat
Narasumber 3 Laki-laki 43 D3 Keperawatan Perawat
Narasumber 4 Perempuan 37 S1 Kedoketran Umum Dokter Umum

Tabel 2. Karakteristik Narasumber Triangulasi


Narasumber Jenis Usia Pendidikan Keterangan
Triangulasi Ke- Kelamin (tahun) Terakhir
Triangulasi 1 Laki-laki 42 S1 Kedokteran Kepala puskesmas
Triangulasi 2 Perempuan 36 S2 Kesehatan KCU BPJS Kota Semarang
Masyarakat
Triangulasi 3 Laki-laki 67 S1 Pendidikan Ketua kelompok prolanis
Luar Sekolah

Puskesmas Halmahera menjadi salah satu 43 tahun sedangkan satu narasumber berada
FKTP yang sudah melaksanaan Prolanis pada usia usia lanjut. Pendidikan terakhir
terhitung sejak tahun 2014 hingga sekarang. narasumber sebanyak satu orang adalah S1
Narasumber utama dalam penelitian ini Kedokteran, satu orang adalah S2 Kesehatan
adalah petugas pelaksana Program Pengelolaan Masyarakat, dan satu orang adalah S1
Penyakit Kronis (prolanis) di Puskesmas Pendidikan Luar Sekolah. Dari tiga narasumber
Halmahera. Jumlah narasumber dalam triangulasi satu orang merupakan Kepala
penelitian ini sebanyak 4 orang yang memiliki Puskesmas Halmahera, satu orang merupakan
karakteristik kemampuan dan kesesuaian pada Ketua KCU BPJS Kota Semarang, dan satu
topik penelitian.Karakteristik narasumber utama orang merupakan ketua kelompok prolanis
ditunjukkan pada tabel 1. Puskesmas Halmahera.
Berdasarkan tabel 1 narasumber utama Program Pengelolaan Penyakit Kronis
berjumlah 4 orang. 3 narasumber berjenis (Prolanis) di Puskesmas Halmahera sudah
kelamin perempuan dan 1 narasumber berjenis dilakukan rutin sejak tahun 2014 setiap satu
kelamin laki-laki. Semua narasumber berada bulan sekali pada hari kamis minggu pertama.
pada usia produktif dengan usia paling muda Pesertanya yaitu seluruh peserta BPJS
yaitu 37 tahun dan usia paling tua yaitu 43 kesehatan penyandang penyakit kronis (DM
tahun. Dari segi latar belakang pendidikannya 3 Tipe 2 dan hipertensi) yang terdaftar di PPK 1
orang narasumber memiliki tingkat pendidikan puskesmas halmahera, baik yang berusia lanjut
D3 Keperawatan dan 1 orang narasumber maupun berusia produktif.
memiliki tingkat pendidikan S1 Kedokteran Prolanis merupakan salah satu program
Umum. Narasumber utama merupakan perawat BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
dan dokter yang bertugas di Puskesmas kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
Halmahera Kota Semarang. menderita penyakit kronis untuk mencapai
Narasumber triangulasi dalam kualitas hidup yang optimal dengan biaya
penelitian ini berjumlah tiga orang. Tabel 2 pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
menunjukkan karakteristik narasumber Bentuk pelaksanaan prolanis yang tercantum
triangulasi. Berdasarkan tabel 2 narasumber dalam panduan praktis Prolanis yang
triangulasi dalam penelitian ini berjumlah tiga dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan, yaitu: (1)
orang, dua narasumber berjenis kelamin laki- Konsultasi medis peserta prolanis; (2) Edukasi
laki dan satu narasumber berjenis kelamin kelompok prolanis; (3) Reminder melalui SMS
perempuan. dua narasumber triangulasi berada Gateway; (4) Home visit; (5) Aktifitas Klub; dan
pada usia produktif dengan usia 36 tahun dan (6) Pemantauan status kesehatan.

144
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

Tabel 3. Jumlah kunjungan peserta Prolanis prolanis yang hanya satu bulan sekali membuat
Puskesmas Halmahera beberapa peserta terkadang tidak bisa hadir rutin
Jumlah Persentase setiap bulan karena ada alasan tertentu. Hal
No Bulan kunjungan kunjungan tersebut sejalan dengan hasil penelitian
(pasien) (%) Assupina (2013) bahwa tidak semua bentuk
1. Februai 73 40
kegiatan program pengelolaan penyakit kronis
2. Maret 74 41
3. April 114 63 dapat dilakukan sesuai pedoman prolanis
4. Mei 116 64 dengan alasan tidak ada tempat, kesibukan, dan
5. Juni 100 55 peserta yang tidak bersedia sehingga
6. Juli 102 56 pengimplementasian prolanis belum optimal.
7. Agustus 126 70
Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan
8. September 102 56
9. Oktober 102 56 program yaitu (1) belum adanya binaan khusus
10. November 103 57 dari instansi; (2) sebagian masyarakat belum
11. Desember 109 60 semuanya mengetahui adanya program; dan (3)
keterbatasan waktu (Naufal, 2010).
Bentuk pelaksanaan prolanis dalam Komunikasi adalah aktivitas yang
panduan praktis Prolanis yang terhenti mengakibatkan orang lain menginterprestasikan
pelaksanaannya di Puskesmas Halmahera yaitu suatu ide/gagasan, terutama yang dimaksudkan
Reminder Melalui SMS Gateway, Berdasarkan oleh pembicara atau penulis melalui sesuatu
jawaban narasumber utama 1 dapat diketahui sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-
bahwa semakin banyak peserta yang mengikuti simbol, signal-signal, maupun perilaku
kegiatan prolanis maka dana yang dibutuhkan (Wardhani, 2016). Komunikasi dalam program
untuk reminder pun semakin banyak namun Prolanis di Puskesmas Halmahera dilakukan
karena anggaran dana yang ada belum dengan cara koordinasi. Program prolanis
mencukupi sehingga kegiatan ini terhenti dan membutuhkan koordinasi antara BPJS
tidak terlaksana sedangkan untuk kegiatan home kesehatan sebagai penanggung jawab program,
visit yang khusus prolanis memang belum Puskesmas sebagai salah satu bentuk FKTP
dilakukan akan tetapi home visit ini sudah yang melaksanakan program dan peserta
berjalan karena diikutkan dengan program lain sebagai sasaran dari program ini. BPJS
yang ada di puskesmas, yaitu program mengkoordinasikan pelaksanaan prolanis
perkesmas. kepada puskesmas melalui email.
Indikator keberhasilan implementasi Berdasarkan jawaban yang diberikan
prolanis dalam panduan praktis prolanis adalah antar narasumber, baik narasumber utama
jumlah kunjungan peserta yang mencapai 75%. maupun narasumber triangulasi terdapat
Berdasarkan data dasar prolanis puskesmas perbedaan jawaban mengenai koordiansi yang
halmahera Kota Semarang jumlah peserta dilakukan di dalam puskesmas. Narasumber
prolanis sebanyak 181 pasien, dengan jumlah uatama 1 dan 2 memberikan jawaban yang
kunjungan setiap bulan mencapai 75%. Tabel 3 sama terkait cara pengkoordinasian pelaksanaan
menjelaskan jumlah kunjungan prolanis dari prolanis yang dilakukan secara langsung oleh
bulan Februari-Desember tahun 2016 di pemegang program prolanis kepada kepala
Puskesmas Halmahera. puskesmas dengan melaporkan mengenai
Hasil wawancara terhadap narasumber jadwal, peserta dan petugas yang terlibat dalam
didapatkan bahwa faktor usia merupakan kegiatan prolanis seperti siapa yang menjadi
hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan penyuluh dan materi apa yang disampaikan saat
prolanis. Usia rata-rata peserta prolanis adalah edukasi kepada peserta prolanis dan siapa yang
lansia sehingga untuk menggerakan peserta menjadi petugas dalam kegiatan senam prolanis
prolanis agar mau hadir rutin dalam kegiatan namun narasumber utama 3 mengatakan bahwa
prolanis itu sulit, selain itu waktu pelaksanaan koordinasi pelaksanaan prolanis dilakukan

145
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

antara kepala puskesmas dengan pemegang sampai cara komunikasi merupakan salah satu
program saja. Narasumber triangulasi bukti bahwa komunikasi ke bawah memang
mengatakan bahwa koordinasi pelaksanaan tidak lengkap dan akurat sehingga diperlukan
prolanis dilakukan secara bertahap dimulai dari komunikasi horizontal untuk komunikasi yang
tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. lebih akurat.
Tahapan-tahapan ini dilakukan berjenjang Pelaksanaan prolanis membutuhkan
mulai dari pemegang program kemudian sosialisasi untuk pesertanya sehingga peserta
penanggung jawab UKP lanjut kepada kepala mengetahui jadwal pelaksanaan prolanis.
puskesmas. Evaluasi yang dilakukan oleh Sosialisasi di Pusekesmas Halmahera dilakukan
kepala puskesmas hanya sebatas pemantauan dengan cara langsung memberikan informasi
apakah prolanis berjalan rutin dan tidak ada kepada peserta saat pasien mendaftarkan diri
masalah dalam pelaksanannya. Koordinasi yang untuk menjadi peserta prolanis. Hal tersebut
dilakukan antar sesama pelaksana prolanis sesuai dengan penelitian Sukowati (2013),
dilakukan secara langsung saat pelaksanaan tentang implementasi kebijakan pelayanan
prolanis begitu pula dengan koordinasi yang kesehatan yang mengatakan bahwa komunikasi
dilakukan antar pelaksana prolanis dengan dilakukan antara sesama aktor pelaksana
petugas laboratorium dan apoteker. kebijakan dan antara pelaksana kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian dengan masyarakat dimana dalam implementasi
menunjukkan bahwa komunikasi yang prolanis selain komunikasi antar pelaksana
dilakukan di Puskesmas Halmahera merupakan prolanis juga ada komunikasi yang dilakukan
jenis komunikasi vertikal (ke bawah dan dengan peserta prolanis.
komunikasi ke atas) dan komunikasi horizontal. Komunikasi pelaksanaan prolanis di
Komunikasi ke bawah berupa instruksi kerja Puskesmas Halmahera belum berjalan dengan
dan pernyataan kebijaksanaan yang diberikan baik karena tidak mempunyai penyaluran yang
oleh kepala puskesmas kepada salah satu baik (transmisi), kejelasan, dan konsistensi. Hal
perawat secara langsung yang ditunjuk sebagai ini terbukti dengan jawaban yang diberikan
penanggung jawab program prolanis dan dalam narasumber bahwa tidak ada koordinasi khusus
pelaksanaannya akan dibantu oleh perawat lain yang dilakukan dalam pelaksanaan prolanis
yang bertugas, untuk komunikasi ke atas berupa karena merasa bahwa prolanis sudah menjadi
prosedur keluhan dari para pelaksana prolanis suatu rutinitas yang harus dilakukan setiap
kepada kepala puskesmas jika terdapat suatu bulan (transmisi), pemahaman mengenai
masalah atau hambatan yang dijumpai selama indikator dan standar dalam pelaksanaan
pelaksanaan prolanis sedangkan komunikasi prolanis yang berbeda-beda juga membuktikan
horizontal dilakukan antar pelaksana prolanis bahwa tidak terdapat kejelasan dan konsistensi
secara langsung mengenai apa saja yang dalam komunikasi yang sudah dilakukan di
diperlukan untuk pelaksanaan prolanis. puskesmas halamahera.
Komunikasi horizontal pun terjadi antara Hal ini sesuai dengan teori George C.
pelaksana prolanis dengan petugas laboratorium Edward III dalam Agustino (2006) bahwa
dan apoteker guna menindaklanjuti hasil terdapat tiga indikator yang dapat digunakan
pemeriksaan peserta prolanis. Hasil kajian dalam mengukur keberhasilan komunikasi,
Gibson (2005) menyebutkan bahwa komunikasi yaitu: (1) Transmisi; (2) Kejelasan; dan (3)
ke bawah sering tidak lengkap dan akurat, hal Konsistensi. Komunikasi sangat menentukan
ini sering terbukti dari seringnya terdengar keberhasilan pencapaian tujuan dari
pernyataan di kalangan anggota organisasi implementasi kebijakan publik. Afandi (2015)
bahwa “kita sama sekali tidak mengetahui apa juga menyebutkan bahwa Apabila penyampaian
yang terjadi”. Jawaban-jawaban berbeda yang informasi tentang tujuan dan sasaran suatu
diberikan oleh pelaksana prolanis mengenai kebijakan kepada kelompok sasaran tidak jelas,
bentuk kegiatan, indikator keberhasilan, bahkan dimungkinkan terjadi resistensi dari sasaran.

146
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

Program prolanis yang dilaksanakan prasarana yang cukup dengan kualitas yang
melibatkan beberapa pegawai yang ada di baik, sangat dibutuhkan setiap organisasi
Puskesmas Halmahera seperti perawat dan dimanapun dalam menyelenggarakan
dokter. Sumber daya yang utama dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan yang
implementasi program adalah sumber daya diharapkan. Tanpa adanya sarana dan
manusia (staf). Pelatihan merupakan salah satu prasarana, mustahil tujuan dapat dicapai.
cara untuk meningkatkan kualitas SDM, namun Ada dana yang dikeluarkan untuk
di puskesmas halmahera belum pernah kegiatan prolanis yang bersumber dari BPJS
dilakukan pelatihan untuk menigkatkan kesehatan sesuai dengan keterangan yang
kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh diberikan oleh narasumber utama dan
pelaksana prolanis. Semakin tinggi kualitas narasumber triangulasi dana ini digunakan
SDM yang dimiliki oleh suatu program, maka untuk transportasi dari instruktur senam
akan semakin tinggi pula tujuan yang dicapai. prolanis dan menunjang kebutuhan konsumsi
Berdasarkan hasil penelitian Soewondo retribusi pelaksanaan kegiatan prolanis.
(2014), pelatihan tenaga medis disertai dengan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
penyediaan fasilitas terbukti meningkatkan bahwa beberapa bentuk kegiatan prolanis tidak
kualitas layanan DM di PPK tingkat I. Sejalan terlaksana di Puskesmas Halmahera karena
dengan penelitian Prasetya (2017) yang adanya keterbatasan dana yang diberikan seperti
menyebutkan bahwa tidak adanya pelatihan yang sudah disebutkan oleh narasumber utama
khusus program memiliki dampak antara lain dan narasumber triangulasi bahwa hanya ada
kurangnya mengerti hakekat pelaksanaan dana untuk edukasi peserta prolanis dan senam
program bagi karyawan, tim pengawas belum prolanis saja sedangkan dana untuk kegiatan
memahami dengan baik mengenai peran dan lain seperti reminder melalui SMS gateway dan
tugas masing-masing, serta kesulitan dalam home visit belum ada.
mengevaluasi program untuk selanjutnya Hal ini sejalan dengan penelitian
dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas Sitohang (2015) yang menyatakan bahwa
program. anggaran merupakan hal yang sangat penting
Basri (2013) menyatakan bahwa pelatihan dalam proses kegiatan suatu organisai, anggaran
untuk karyawan dapat efektif pada merupakan faktor penunjang dalam
pemberdayaan sumber daya manusia, kondisi pelaksanaan program suatu organisasi yang
ini muncul karena pelatihan dapat membahas bertujuan agar dalam pelaksanaan program
lebih dalam mengenai kondisi organisasi. dapat menghasilkan kinerja yang efektif dan
Pemberdayaan sumber daya manusia dapat efisien. Diperlukan kajian ulang dan perbaikan
membawa kinerja positif dan efisiensi dalam dalam sumber daya anggaran baik dalam besar
proyek pengembangan suatu program (Lahijani, tarif, lama waktu pencairan dana imbalan jasa,
2012). dan perjanjian kerja sama antara badan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat penyelenggara (BPJS Kesehatan) dan pelaksana
fasilitas atau sarana prasarana yang disediakan program (Puskesmas) (Niko, 2014).
Puskesmas Halmahera guna mendukung Berdasarkan uraian di atas dapat
pelaksanaan kegiatan prolanis diantaranya ada diketahui bahwa terdapat sumber daya dalam
ruang prolanis untuk pemeriksaan yang pelaksanaan prolanis di Puskesmas Halmahera
dilengkapi dengan alat-alat kesehatan (tensi yang terdiri dari sumber daya manusia atau staf,
meter, alat ukur tinggi badan dan berat badan) anggaran atau dana, dan fasilitas. Keterbatasan
sedangkan untuk kegiatan edukasi puskesmas dana dalam prolanis menjadikan salah satu
menyediakan proyektor, LCD, sound system, bentuk kegiatan prolanis (reminder melalui SMS
dan leaflet/pamflet kemudian ada radio type gateway) terhenti atau tidak berkelanjutan.
untuk senam prolanis. Hal ini sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
(Sitohang, 2015) bahwa tersedianya sarana dan tanggapan narasumber utama dan narasumber

147
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

triangulasi menyatakan setuju dan mendukung melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya


program Prolanis di puskesmas, serta tidak terjadi bias. Hal ini sejalan dengan
berpandangan positif terhadap pelaksanaan penelitian Nurharjadmo (2008) bahwa
program Prolanis di Puskesmas. pemahaman program yang baik membawa
Narasumber triangulasi juga mengatakan dampak pada sikap yang diambil oleh pelaksana
bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kebijakan.
pelaksana prolanis adalah baik, puskesmas Penelitian yang dilakukan oleh Takian
memberikan pelayanan prima sesuai dengan (2016) tentang Diabetes Dictating Policy: An
moto Puskesmas Halmahera yaitu “Tiada hari Editorial Commerating World Health Day 2016
tanpa pelayanan prima”. Hanya saja terdapat menunjukkan bahwa penyakit tidak menular
beberapa peserta prolanis yang belum membutuhkan perhatian yang lebih besar.
menyadari pentingnya kegiatan senam sebagai Mengingat kekhawatiran ini, Organisasi
salah satu kebutuhan olahraga dari masing- Kesehatan Dunia (WHO) mempersembahkan
masing individu peserta prolanis, namun hal ini Hari Kesehatan Sedunia yang diadakan pada
tidak menjadi kendala yang berarti karena tanggal 7 April 2016 untuk meningkatkan
adanya komitmen dan strategi dari ketua kesadaran internasional tentang diabetes,
kelompok prolanis dan petugas pelaksana dimana diabetes merupakan penyakit tidak
prolanis dalam mengembangkan dan menular yang paling cepat berkembang di
meningkatkan partisipasi peserta prolanis. dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Takian
Puskesmas Halmahera juga sudah (2016) semakin memperkuat bahwa terdapat
membentuk 1 kelompok prolanis yang dukungan untuk kebijakan program dalam
mempunyai struktur oraganisasi terdiri dari pengendalian penyakit tidak menular yang
ketua, sekretaris dan bendahara. kelompok diperlukan baik di tingkat nasional maupun
prolanis ini tidak berjalan karena fungsi dari internasional. Program pengendalian penyakit
ketua kelompok hanyalah sebagai perantara tidak menular ini diharapkan dapat melindungi
kritik dan saran dari peserta ke puskesmas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global
kemudian untuk sekretaris dan bendahara yang lebih luas.
kelompok prolanis hanya sebatas formalitas. Algur (2013) menyebutkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian Khariza menciptakan kesadaran di masyarakat dapat
(2015), diketahui disposisi merupakan salah satu dilakukan dengan diskusi kelompok terfokus
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan pendidikan kesehatan yang menggunakan
implementasi program Jaminan Kesehatan IEC (informasi, edukasi, dan komunikasi),
Nasional. Khariza meneyebutkan bahwa jika bahan, BCC (komunikasi perubahan perilaku)
pelaksana sudah memiliki pemahaman dan antara masyarakat umum. Salah satu bentuk
pengetahuan tentang progam Jaminan kegiatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Kesehatan Nasional maka menumbuhkan dilakukan dalam bentuk edukasi peserta
penerimaan dan dukungan yang positif terhadap prolanis.
program tersebut. Para pelaksana juga dapat Kewenangan atau struktur birokrasi
menyelesaikan tanggung jawab sesuai dengan merupakan otoritas/legitimasi bagi para
tugas dan peranannya. Menurut George pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
C.Edward III dalam Agustino (2006) disposisi ditetapkan secara politik (Afandi, 2015).
atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah Kewenangan ini berkaitan dengan struktur
faktor penting ketiga dalam pendekatan birokrasi yang melekat pada posisi/strata
mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. kelembagaan atau individu sebagai pelaksana
Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, kebijakan. Karakteristik utama dari birokrasi
maka para pelaksana kebijakan tidak hanya umumnya tertuang dalam prosedur kerja atau
harus mengetahui apa yang akan dilakukan Standard Operating Procedures (SOP) dan
tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk fragmentasi organisasi.

148
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

Berdasarkan uraian jawaban dari dengan SOP yang ada akan tetapi SOP tersebut
narasumber utama dan narasumber triangulasi, belum dibukukan. Saran bagi peneliti
semua narasumber mengatakan bahwa ada selanjutnya sebaiknya memberikan indikator-
Standard Operational Procedur (SOP) dalam indikator lain dalam implementasi program
pelaksanaan prolanis meskipun SOP tersebut prolanis.
belum ada secara tertulis atau belum dibukukan.
SOP kegiatan prolanis atau pemeriksaan yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan di puskesmas sesuai dengan SOP
pemeriksaan biasa yang ada di Puskesmas Afandi, M. I., Warjio. 2015. Implementasi Peraturan
Halmahera. Sesuai dengan penelitian Wulansari Daerah Kabupaten Asahan Nomor 11Tahun
(2015), bahwa adanya aliran dan prosedur pada 2011 tentang Pajak Daerah dalam Pencapaian
struktur birokrasi dapat mempermudah staf Target Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan
dan Perkotaan. Jurnal Administrasi Publik, 6
maupun pasien yang berobat untuk mengetahui
(2): 92-113.
prosedur pelayanan program.
Agustino, L. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.
Bandung : CV. Alfabeta.
PENUTUP Akib, H. 2010. Implementasi Kebijakan: Apa,
Mengapa, dan Bagaimana. Jurnal Administrasi
Berdasarkan hasil penelitian dan Publik, 1 (1): 70-81.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Algur, S. V., Kazi, S. A., Yadavannavar, M. C. 2013.
implementasi program pengelolaan penyakit Family Planning Practices Among Rural
Health Training Center Beneficiaries.
kronis (Prolanis) di Puskesmas Halmahera
International Jurnal of Current Research and
belum mencapai indikator 75%. Komunikasi
Review, 05 (01): 64.
dalam implementasi Prolanis di Puskesmas Assupina, M. 2013. Analisis Implementasi Program
Halmahera belum berjalan dengan baik. Sumber Pengelolaan Penyakit Kronis (prolanis) pada
daya (SDM, dana dan fasilitas) dalam dokter keluarga PT Askes di Kota Palembang
implementasi Prolanis di Puskesmas Halmahera Tahun 2013. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
sudah tersedia akan tetapi belum pernah Universitas Sriwijaya, 4 (03): 257-264.
dilakukan pelatihan untuk pelaksana prolanis. Basri, M., Ziglari, F., Abadi, A. 2013. Study Effective
Sedangkan fasilitas puskesmas berupa ruangan, Factors on Employees’ Empowerment by a
Model Based on Conger & Kanungo Model;
alat kesehatan, dan media guna menunjang
Case Study: Social Security Organization of
kegiatan prolanis sudah tercukupi namun untuk
Bandar Abbas (Iran). International Journal of
tempat kegiatan kurang memadai. Management, 8 (7): 34-45.
Dana yang ada tidak sebanding dengan BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Prolanis
peserta prolanis serta terdapat bentuk kegiatan (Program Pengelolaan Penyakit kronis). Jakarta:
prolanis yang belum mempunyai anggaran BPJS Kesehatan.
dana. Disposisi implementasi Prolanis dalam Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan
pembentukan kelompok prolanis memang Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
sudah sesuai dengan panduan, akan tetapi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depkes RI ---2013.
kegiatan kelompok prolanis di luar kegiatan
Gibson, L. J., Ivancevich, M. J. dan Donelly, J. H.
yang ada di puskesmas belum berjalan.
2005. Organisasi Perilaku Struktur Organisasi
Mengenai sikap petugas pelaksana Prolanis di Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Puskesmas Halmahera, semuanya setuju dan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Pusat Data
cenderung positif dalam implementasi Prolanis. dan Informasi Kesehatan RI. Jakarta: Pusat
Dalam hal Struktur Birokasi, SOP Prolanis yang Data dan Informasi Kesehatan RI.
merupakan acuan untuk bekerja dan sebagai Khariza, A.H. 2015. Program Jaminan Kesehatan
alat untuk evaluasi hasil dari pekerjaan tersebut Nasional: Studi Deskriptif tentang Faktor-
sudah ada. Semua pelaksanaan Prolanis di Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Keberhasilan Implementasi Program Jaminan
Puskesmas Halmahera selama ini sudah sesuai

149
Ayu I.R., Bambang B.R., Sofwan I./Implementasi Program Pengelolaan /HIGEIA 1 (3) (2017)

Kesehatan Nasional di Rumah Sakit jiwa (e-Journal) Universitas Diponegoro, 3 (3): 1-11.
Menur Surabaya. Jurnal Kebijakan dan Ramdhani, A. 2017. Konsep Umum Pelaksanaan
Manajemen Publik Universitas Airlangga, 3 (1): Kebijakan Publik. Jurnal Publik UIN Sunan
1-7. Gunung Djati Bandung, 11 (01): 1-12.
Lahijani, P. F., Nojedhi, P., Haghanipour, A. 2012. Sitohang, R. S. 2015. Implementasi Peraturan
Human Resource Empowerment Strategies in Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 Tentang
Development Projects. International Journal of Sistem Informasi Keuangan Daerah pada
Engineering Research and Applications (IJERA), 2 Pemerintah Kabupaten Dairi. Jurnal
(3): 2760-2761. Administrasi Publik USU, 6 (2): 132-153.
Niko, G. F., Chalidyanto, D. 2014. Implementasi Soewondo, P. 2014. Harapan Baru Penyandang
Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional pada Diabetes Melitus pada Era Jaminan
Bidan Praktik di Wilayah Puskesmas Kesehatan Nasional 2014. Departemen Ilmu
Bangkalan. Jurnal Administrasi Kesehatan Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2 (4): 281-292. Indonesia, 2 (1).
Naufal, A., Kusumastuti, Y. I. 2010. Evaluasi Subarsono. 2013. Analisis Kebijakan Publik.
Program Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
(Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Sukowati, N., Minto, H., Stefanus, P. R. 2013.
Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Implementasi Kebijakan Pelayanan
Barat, Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan, 6 (2): Kesehatan Masyarakat Miskin Nonkuota
31-42. (JAMKESDA dan SPM) (Studi di Dinas
Nurharjadmo, W. 2008. Evaluasi Implementasi Kesehatan Kabupaten Blitar). Jurnal
Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Administrasi Publik (JAP) Universitas Brawijaya,
Sekolah Kejuruan. Jurnal Administrasi Negara 1 (6): 1195-1202.
FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4 (2): Takian, A., Ardebili, S.K. 2016. Diabetes Dictating
215-228. Policy: An Editorial Commemorating World
Prasetya, A.B. 2017. Implementasi Safety Health Day 2016. International Journal of
Punishment System untuk Meningkatkan Health Policy and Management, 5 (10): 571-573.
Produktivitas Keja. Higeia Journal of Public Wulansari, T. 2015. Studi Deskriptif Implementasi
Health Research Development, 1 (2): 11-20. Program Posyandu Lanjut Usia di RW IV
Rahajeng, E. 2012. Upaya Pengendalian PTM di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan
Indonesia. Buletin Jendela Data dan Kenjeran Surabaya. Jurnal Kebijakan dan
Informasi Kesehatan, hal 23-28. Manajemen Publik Universitas Airlangga, 3 (1):
Rahma, A., Arso, S. P., Suparwati, A. 2015. 51-60.
Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan Wardhani, A. P., Leonardo, B. H.,Maria M M. 2016.
Primer Puskesmas sebagai Gatekeeper dalam Pengaruh Lingkungan Kerja,Komunikasi, dan
Program JKN (Studi di Puskesmas Juwana Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai.
Kabupaten Pati). Jurnal Kesehatan Masyarakat Journal of Management, 2 (2): 102-113

150

You might also like