Professional Documents
Culture Documents
HERPES ZOSTER
Pembimbing :
dr. Flora Ramona S P, M.Kes, Sp.KK
dr. Ratih Pramuningtyas, M.Kes, Sp.KK
Oleh :
Moh. Ilham Akbar, S.Ked.
J510170090
Oleh :
Moh. Ilham Akbar, S.Ked.
J510170090
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing 1
dr. Flora Ramona S P, M.Kes, Sp.KK (…………………….)
Pembimbing 2
dr. Ratih Pramuningtyas, M.Kes, Sp.KK (…………………….)
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
II. AUTOANAMNESIS
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Elektrokauterisasi
2. Asam fusidat cream 2%
X. PROGNOSIS
Du bois ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Terapi pada kasus ini yaitu memberikan edukasi kepada pasien bahwa
penyakit ini dapat sembuh sendiri dimana kutil tersebut akan mengalami proses
regresi. Disamping itu dapat juga dilakukan elektrokauterasi untuk
menghilangkan kutil tersebut dan pemberian salep antibiotik untuk mencegah
infeksi. Dengan pengobatan yang baik maka prognosis pada pasien ini adalah
dubia ad bonam walaupun veruka vulgaris dapat berulang (bersifat residif).Dicari
faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga kebersihan diri sendiri dan
lingkungan.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
VERUKA VULGARIS
Definisi
Veruka ialah hyperplasia epidermis di sebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu
Epidemiologi
Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah dan
puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian, 3-20% anak
sekolah memiliki kutil (veruka), dari 1000 anak yang berusia di bawah 16 tahun
yang mendatangi rumah sakit di Cambrige, United Kingdom pada tahun 1950-an
terdapat 70% anak yang menderita veruka vulgaris, 24% plantar warts, 3,5%
plane warts, 2% filiform warts dan 0,5% menderita anogenital warts. Masa
inkubasi dapat bervariasi dari beberapa minggu hingga lebih dari satu
tahun.Timbulnya veruka dapat terjadi setelah 20 bulan terinfeksi.
Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova). Virus DNA
dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus
DNA, dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.1 Ada 120 jenis tipe
papilomavirus yang dapat menginfeksi manusia. Papilomavirus berdiameter
55nm, icosahedral dan double stranded virus DNA yang menyebabkan warts.2
Perbedaan tipe-tipe tersebut dapat menginfeksi manusia dimana melewati 50%
cross-hybridization dari DNA, meskipun semua dari tipe tersebut tidak umum.
HPV ini terjadi di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. Semua genom
HPV tersusun dari 8000 pasang basa nukleotida yang ditampilkan sebagai suatu
sekuens linier tetapi sebenarnya merupakan lingkaran tertutup dari DNA untai
ganda. Kotak-kotak tersebut menggambarkan gen-gen virus, masing-masingnya
mengkode suatu protein. Regio regulasinya ialah segmen DNA yang tidak
mengkode protein, tetapi berpartisipasi dalam meregulasi ekspresi gen virus dan
replikasi dari DNA virus.3
Veruka vulgaris adalah jenis kutil yang banyak ditemukan dan disebabkan
terbanyak oleh HPV serotip tipe 2 dan 4. HPV sulit untuk dipahami karena tidak
dapat dibiakkan pada kultur jaringan. Namun kemajuan dalam biologi molekuler
telah memungkinkan karakterisasi dari genom HPV dan identifikasi beberapa
fungsi gen HPV. Infeksi HPV tidak hanya umum ditemukan tetapi juga sulit
untuk mengobati dan mencegahnya. Adanya periode laten yang panjang dan
infeksi subklinis dan HPV DNA dapat ditemukan pada jaringan normal orang
dewasa.4
Infeksi HPV tidak hanya umum ditemukan tetapi juga sulit untuk
mengobati dan mencegah. Sering ada periode laten yang panjang dan infeksi
subklinis, dan HPV DNA dapat ditemukan pada jaringan normal orang dewasa.10
Patofisiologi
Infeksi HPV melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel masuk
melalui defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi
yang penting seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya insidens kutil plantar
pada perenang yang sering menggunakan kolam renang umum. Meskipun reseptor
seluler untuk HPV belum diidentifikasi, permukaan sel heparin sulfat, yang
dikode oleh proteoglikan dan berikatan dengan partikel HPV dengan afinitas
tinggi, dibutuhkan sebgai jalan masuknya.
Untuk mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting untuk memasuki
sel basal epidermis yang juga sel punca (stem cell) atau diubah oleh virus menjadi
sesuatu dengan property (kemampuan/karakter) seperti sel punca. Dipercayai
bahwa single copy atau sebagian besar sedikit copy genom virus dipertahankan
sebagai suatu plasmid ekstra kromososm dalam sel basal epitel yang terinfeksi.
Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga bereplikasi dan berpartisi menjadi
tiap sel progeni, kemudian ditransportasikan dalam sel yang bereplikasi saat
mereka bermigrasi ke atas membentuk lapisan yang berdifferensiasi.
Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2 sampai 9
bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi subklinis yang
relatif panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari virus
infeksius. Permukaan kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan
memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan
kutil yang baru dalam periode minggu sampai bulan. Tiap lesi yang baru
diakibatkan paparan atau penyebaran dari kutil yang lain. Tidak ada bukti yang
menyakinkan untuk diseminasi melalui darah. Autoinokulasi virus pada kulit yang
berlawanan sering kali terlihat pada jari- jari yang berdekatan dan di region
anogenital.
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya
banyak virus seperti virus herpes simpleks atau human immunodeficiency virus
(HIV). Oleh karena itu, mereka tidak memiliki selubung lipoprotein yang
menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh kondisi
lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol.
Berlainan dengan itu, virion HPV resisten terhadap desikasi dan nonoksinol-9,
meskipun paparan virion dengan formalin, paparan yang kuat seperti sodium
dodesil sulfat, atau temperatur tinggi berkepanjangan mengurangi infektivitasnya.
HPV dapat tetap infeksius selama bertahun-tahun ketika disimpan di gliserol
dalam temperatur ruangan. Memang, bentuk L1 dan L2 membentuk kapsid
protein yang sangat stabil dan terbungkus rapat. Karena replikasi virus terjadi
pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel dan yang terdiri dari keratinosit yang
tidak bereplikasi, HPV harus memblok differensiasi akhir dan menstimulasi
pembelahan sel untuk memungkinkan enzim-enzim dan kofaktor yang penting
untuk replikasi DNA virus.
HVP memiliki kebutuhan yang tinggi akan sel-sel epidermis manusia pada
tingkat diferensiasi tertentu. Hal ini menyebabkan proliferasi keratinosit yang
sebagian mengalami keratinisasi dan akhirnya melindungi virus ini dari eliminasi
oleh sistem imun. Lesi ini bisa sporadik, rekuren, atau persisten.
Gejala Klinis
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang
tua. Tempat predileksinya terutama di ekstrimitas bagian ekstensor, walaupun
demikian penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan
hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau
kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar(verukosa). Dengan
goresan dapat timbul autoinkulasi sepanjang goresan (fenomena kobner).
` Di kenal juga induk kutil suatu saat akan menimbulkan kutil yang lain
dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang mengolongkan sebagai penyakit yang
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah
muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada
permukaan kulit dan permukaannya verukosa disebut sebagai veruka filiformis.
Diagnosis
Diagnosis Banding:
Moluskum Kontagiosum
Veruka Plana
Terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena, usia
pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik secara fisik maupun
emosional dan jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang muncul pada
anak tidak memerlukan pengobatan khusus karena biasanya dapat regresi sendiri.
Namun, mekanismenya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga
sistem imun seluler dan humoral berperan terhadap regresi spontan veruka
vulgaris.
Penatalaksanaan untuk pasien dilakukan elektrokauterisasi.Elektrokauterisasi ini
efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV.
Tehnik ini diawali dengan local anestesi.Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi
dengan narkotik analgesik dan analgesik topikal pada beberapa pasien sangat
bermanfaat seperti lidocaine jelly
Penatalaksanaan lainnya :
- Asam salisilat 12-26% dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk pengobatan
veruka vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan krioterapi. Efek keratolitik
asam salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi
respon inflamasi.
- Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka
vulgaris terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan memiliki konsentrasi 1
unit/ml yang diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat
memucat.Saat injeksi terasa nyeri sehingga pada beberapa pasien dapat diberikan
anestesi lokal. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah timbulnya skar dan
dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang luas.
Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam; Balai
Penerbit FKUI; Jakarta 2009.
James WD, Berger TG, Elston DM. Viral disease. Dalam: Andrews diseases of
the skin. Ed 10. 2008; 403-13
Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond. in Fitzpatrick’s Color Atlas
& Synopsis of Clinical Dermatology: McGraw-Hill’s Access Medicine:
2007
Sterling JC. Virus infection. Dalam: Burns T et al (ed). Rook’s Text Book Of
Dermatology. Ed 7. Vol 4. 2004; 25.37-53
http://emedicine.com/derm/topic457.htm
http://www.mayoclinic.com/health/commonwarts/DS00370/SECTION=1
Ronny Handoko. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;
2008. Hal 111-112.
http://www.dermpathdiagnostics.com/assets/Verruca%20Vulgaris.pdf