Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
NAMA : DE’OF ISLAMIC
NIM : 112018142
KELAS : 1D
PRODI : TEKNIK SIPIL
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan tugas ini dalam
keadaan sehat wal-afiat. Semoga limpahan ini rahmat dan karunia-Nya selalu
dilimpahkan kepada kita, Amin. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan nabi kita Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga
beserta para sahabatnya yang dengan gigih untuk menyebarkan agama Islam ke
penjuru dunia.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan
Pemakalah”. Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
sendiri khususnya dan mendapat nilai yang terbaik sesuai kemampuan saya.
Demikianlah makalah ini saya buat, saya sadar bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artikel Asli
Pada era reformasi saat ini, telah terjadi perubahan paradigma dalam
kehidupan politik dan sistem ketatanegaraan di Indonesia yaitu dari sistem
otoritarian kepada sistem demokrasi, dan dari sistem sentralistik ke sistem
desentralisasi/ otonomi. Perubahan paradigma ini sudah tentu berdampak kepada
sistem hukum yang dianut selama ini, yaitu yang menitikberatkan kepada produk-
produk hukum yang lebih banyak kepada kepentingan penguasa daripada
kepentingan rakyat, dan juga produk-produk hukum yang lebih mengedepankan
dominasi kepentingan pemerintah pusat daripada kepentingan pemerintah daerah.
Diawali dengan lahirnya Undang-undang Otonomi Daerah yaitu UU No.22 Tahun
1999 yang kemudian diubah dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. UU Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan, kecuali yang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. UU No.32 tahun 2004, pasal 10
mengatur bahwa : Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah (yang dimaksud Pemerintah Pusat) meliputi: politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
3
Dalam urusan pemerintahan di bidang Kehutanan memasuki era reformasi
UU Pokok Kehutanan, yaitu UU No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kehutanan diganti dengan UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Undang-undang Kehutanan ini senapas dengan Undang-undang Otonomi Daerah.
Dalam rangka penyelenggaraan Kehutanan, Pemerintah menyerahkan sebagian
kewenangan pengelolaan hutan kepada Pemerintah Daerah, termasuk Pemerintah
Provinsi Bali.
4
Ringkasan Artikel
Rumusan Masalah
5
Pembahasan
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi
daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi
berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan
atau undang-undang, sehingga dapat dikatakan sebagai kewenangan untuk
mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah
tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.
6
Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
7
pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa.
Dengan kewenangan yang didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah,
banyak daerah yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak
menguntungkan tersebut.
8
dari rakyatnya hanya akam menambah beratnya beban yang harus
ditanggung warga masyarakat.
2. Penggunaan dana anggaran yang tidak terkontrol
Hal ini dapat dilihat dari pemberian fasilitas yang berlebihan kepada
pejabat daerah. Pemberian fasilitas yang berlebihan ini merupakan bukti
ketidakarifan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah.
3. Rusaknya Sumber Daya Alam
Rusaknya sumber daya alam ini disebabkan karena adanya keinginan dari
Pemerintah Daerah untuk menghimpun pendapatan asli daerah (PAD), di
mana Pemerintah Daerah menguras sumber daya alam potensial yang
ada, tanpa mempertimbangkan dampak negatif/kerusakan lingkungan dan
prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selain
itu, adanya kegiatan dari beberapa orang Bupati yang menetapkan
peningkatan ekstraksi besar-besaran sumber daya alam di daerah mereka,
di mana ekstraksi ini merupakan suatu proses yang semakin
mempercepat perusakan dan punahnya hutan serta sengketa terhadap
tanah. Akibatnya terjadi percepatan kerusakan hutan dan lingkungan
yang berdampak pada percepatan sumber daya air hampir di seluruh
wilayah tanah air. Eksploitasi hutan dan lahan yang tak terkendali juga
telah menyebabkan hancurnya habitat dan ekosistem satwa liar yang
berdampak terhadap punahnya sebagian varietas vegetasi dan satwa
langka serta mikro organisme yang sangat bermanfaat untuk menjaga
kelestarian alam.
4. Bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah
Praktik korupsi di daerah tersebut terjadi pada proses pengadaan barang-
barang dan jasa daerah (procurement). Seringkali terjadi harga sebuah
barang dianggarkan jauh lebih besar dari harga barang tersebut
sebenarnya di pasar.
5. Pemerintahan kabupaten juga tergoda untuk menjadikan sumbangan yang
diperoleh dari hutan milik negara dan perusahaan perkebunaan bagi
budget mereka.
9
4. Pengaruh Sistem Otonomi Daerah terhadap Kewenangan Pengelolaan
Hutan di Bali.
10
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengurusan
hutan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Dari pasal 4 dan 66 UU
No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan disimpulkan bahwa Urusan Pemerintahan di
Bidang Kehutanan bersifat “Concurrent” artinya urusan pemerintah yang dapat
dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
11
5. Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan
pengelolaan hutan.
Organisasi KPH ini bisa dibentuk oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini
Depatemen Kehutanan maupun Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Provinsi.
Provinsi Bali merupakan satu kesatuan ekosistem pulau yang merupakan satu
kesatuan wilayah, ekologi, sosial budaya, sehingga kebijakan pengelolaan
kawasan hutan yang diperlukan mengacu pada kelestarian ekosistem.
Pembentukan KPH di Provinsi Bali merupakan kebutuhan nyata dalam rangka
pengelolaan hutan di Provinsi Bali agar hutan Bali dapat memberikan manfaat
yang optimal dari segi ekologi, sosial budaya dan ekonomi.
Pembentukan KPH di Provinsi Bali diharapkan agar hutan Bali dapat memberikan
manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial budaya dan ekonomi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan model demokrasi dalam sistem Pemerintahan Daerah yang
sekarang diterapkan belum mencapai hasil yang diharapkan. Perilaku birokrasi
dan kinerja Pemerintah Daerah belum dapat mewujudkan keinginan dan pilihan
publik untuk memperoleh jasa pelayananyang memuaskan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik oleh Pemerintah
Daerah dalam hal ini dapatdilakukan dengan berbagai strategi, diantaranya :
perluasan institusional dan mekanisme pasar, penerapan manejemen publik
modern, dan perluasan makna demokrasi. Upaya ini dapat terwujud apabila
terdapat konsistensi dari sikap Pemerintah Daerah bahwa keberadaannya adalah
semata-mata mewakili kepentingan masyarakat di daerahnya, otonomiadalah
diberikan kepada masyarakat. Sehingga keberadannya harus memberikan
pelayananyang berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
memiliki otonomi tersebut. Perangkat birokrasi yang ada baru dapat memberikan
pelayanan publik yang berkualitas apabila kinerjanya selalu didasarkan pada nilai-
nilai etika pelayanan publik.Kualitas pelayanan publik secara umum ditentukan
oleh beberapa aspek, yaitu : sistem,kelembagaan, sumber daya manusia, dan
keuangan. Dalam hal ini pemerintah harus benar- benar memenuhi keempat aspek
tersebut, karena dengan begitu, masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Dari berbagai uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa otonomi
daerah dibentuk sebagai jalan pintas pemerintah pusat untuk melaksanakan
pengontrolan dan pelaksanaan pemerintahan secara langsung di daerah yang
sesuai dengan karakteristik masing – masing daerah dan kemudian semua
kebijakan atau hukum yang akan dibentuk di daerah tersebut adalah merupakan
bentuk aplikasi langsung terhadap sistem demokratisasi yang mengikutsertakan
rakyat melalui lembaga atau partai politik di daerah. Tujuan daripada pengadaan
13
kebijakan otonomi daerah adalah untuk pengembangan daerah dan masyarakat
daerah menuju kesejahteraa dengan cara dan jalannya masing – masing.
3.2 Saran
Makalah ini ditulis dengan keterbatasan penulis atas pengalaman dan ilmu
pengetahuan, sehingga makalah ini tercipta jauh dari hasil yang sempurna,
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://lawyersinbali.wordpress.com/2012/10/23/pengaruh-otonomi-daerah-
terhadap-kewenangan-pengelolaan-hutan-di-bali/
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
http://kotajabung.blogspot.com/2012/09/conto-makalah-otonomi-daerah.html
15