You are on page 1of 10

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No.

2, Juli 2015 : 1- 78

EFEKTIFITAS ABU SEKAM PADI DAN ARANG AKTIF DALAM


MENURUNKAN KADAR BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI
TAHU SUPER AFIFAH KOTA PALU
1
Budiman1, Amirsan
1
Bagian KLKK FKM Unismuh Palu

ABSTRAK

Latar belakang: Industri tahu saat ini sudah menjamur di Indonesia, dan rata-rata masih dilakukan dengan teknologi
yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi
limbahnya juga relatif tinggi. Limbah yang dapat dihasilkan dari produksi tahu terdiri dari limbah padat dan cair.
Limbah padat biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara limbah cair langsung dibuang kelingkungan.
Limbah cair industri tahu yang dibuang ke badan air penerima tanpa pengolahan merupakan salah satu sumber
pencemar terhadap perairan yang menyebabkan kematian biota aquatik sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu.
Tujuan: Untuk melihat efektifitas abu sekam padi dan arang aktif dalam menurunkan kadar BOD dan COD pada
limbah cair industri tahu Super Afifah.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasi Experiment, dengan rancangan penelitian Non-randomized
Control Group Pretest-Postest Design. Penelitian ini berlokasi di dua tempat, yaitu industri tahu Super Afifah dan
UPT Laboratorium Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, dan telah dilaksakan pada bulan September 2013.
Hasil: Analisis kondisi awal pada limbah cair industri tahu Super Afifah menunjukkan kadar BOD yang masih tinggi,
yaitu sebesar 333,2 mg/l, dan COD sebesar 666,4 mg/l. Dari hasil penelitian menggunakan analisis statistik dengan
Uji T, diketahui bahwa arang aktif lebih efektif dibandingkan dengan abu sekam padi dalam menurunkan kadar BOD
pada limbah cair industri tahu Super Afifah, dengan nilai Mean = 2,9383 untuk perlakuan menggunakan arang aktif,
dan nilai Mean = 3,1167 untuk perlakuan menggunakan abu sekam padi. Sedangkan untuk kadar COD diperoleh nilai
Mean = 5,8733 untuk perlakuan menggunakan arang aktif, dan nilai Mean = 6,2683 untuk perlakuan menggunakan
abu sekam padi. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar pemilik/pengelola industri tahu dapat melakukan
pengolahan terlebih dahulu terhadap limbah yang dihasilkan dari poses produksi sebelum dibuang agar tidak
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.

Kata Kunci : Abu Sekam Padi, Arang Aktif, BOD, COD, dan Limbah Cair Industri Tahu

ABSTRACT

Background: Industrial of tofu now mushrooming in Indonesia, and the average is still done with a simple
technology, so that the level of water use efficiency and raw materials is low and the rate of waste production is also
relatively high. Waste can be generated from tofu production consists of solid and liquid waste. Solid waste is usually
used as animal feed, while wastewater directly discharged kelingkungan. Wastewater tofu which discharged into
receiving water bodies without treatment is one of the sources of pollution of the waters that caused the death of
aquatic biota that need to be done first processing.
Objective: To see the effectiveness of rice husk ash and charcoal in the lower levels of BOD and COD in wastewater
tofu Super Afifah.
Methods: This study is Quasi Experiment study, the research design Non-randomized control group pretest-posttest
design. This research is located in two places, namely industrial tofu Super Afifah and UPT Central Sulawesi
Provincial Health Laboratory, and was held in September 2013.
Results: Analysis of initial conditions on wastewater tofu Super Afifah show BOD levels are still high at 333.2 mg / l
and COD of 666.4 mg / l. From the research results using statistical analysis by T test, it is known that activated
charcoal is more effective than rice husk ash to reduce levels of BOD in wastewater tofu Super Afifah, with a mean
value = 2.9383 for treatment using activated charcoal, and the value Mean = 3.1167 for treatment using rice husk ash.
As for COD levels obtained value Mean = 5.8733 for treatment using activated charcoal, and the Mean value =
6.2683 for treatment using rice husk ash. Given this research, it is expected that the owners / managers of
industrial tofu can perform processing prior to the waste generated from production poses before disposal so as not
to cause pollution to the environment.

Keywords: Rice Husk Ash, Active Charcoal, BOD, COD, and Liquid Waste Tofu

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 23


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

PENDAHULUAN penerima dapat mengakibatkan


terganggunya kualitas air dan
Perkembangan industri yang sangat menurunkan daya dukung lingkungan
cepat saat ini menyebabkan limbah- perairan di sekitar industri tahu.
limbah industripun menjadi bertambah. Penurunan daya dukung lingkungan
Sebagai akibatnya, limbah yang dibuang tersebut menyebabkan kematian
ke lingkungan semakin berat. Padahal organisme air, terjadinya alga blooming
kemampuan alam untuk menerima sehingga menghambat pertumbuhan
beban limbah sangat terbatas, sehingga tanaman air lainnya dan menimbulkan
dipastikan bahwa self purification saat bau yang dapat menjadi media yang
ini telah terlampaui.[6] sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bakteri, baik bakteri
Jenis limbah industri banyak patogen (bakteri yang dapat
macamnya, tergantung dari bahan baku menyebabkan penyakit pada inang)
yang dipakai dalam industri dan sesuai maupun non patogen (bakteri yang tidak
dengan proses dari masing-masing [2]
menimbulkan gangguan yang berarti).
industri. Dengan demikian, pemecahan
yang dibutuhkan juga berbeda untuk Dari beberapa hasil penelitian,
dapat mencapai baku mutu yang telah konsentrasi BOD (Biochemical Oxygen
[1]
ditetapkan oleh pemerintah. Demand) di dalam air limbah industri
tahu cukup tinggi, yakni berkisar antara
Limbah cair yang dihasilkan oleh 5.000-10.000 mg/l, COD (Chemical
industri masih menjadi masalah bagi Oxygen Demand) berkisar antara 7.000-
lingkungan sekitarnya, karena pada 10.000 mg/l, serta mempunyai
umumnya, industri terutama industri
keasaman yang rendah yakni pH 4-5.[4]
rumah tangga mengalirkan langsung air
limbahnya ke selokan atau sungai tanpa Jika konsentrasi BOD (Biochemical
diolah terlebih dahulu. Demikian pula Oxygen Demand) dan COD (Chemical
dengan industri tahu yang pada Oxygen Demand) dalam limbah yang
umumnya merupakan industri rumah dihasilkan industri tahu langsung
tangga yang banyak tersebar di kota- dibuang ke lingkungan, maka hal ini
kota besar dan kota-kota kecil. dapat menjadi pencemar lingkungan
yang sangat potensial, terutama untuk
Limbah cair tahu mengandung polutan perairan disekitar industri tahu.
organik yang cukup tinggi serta padatan
tersuspensi maupun terlarut yang akan Survey awal yang dilakukan di lapangan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan menemukan bahwa industri tahu Super
biologi. Menurut Rossiana (2006), di Afifah dalam proses produksinya
dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram menggunakan kurang lebih 1,7 kuintal
protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram kedelai per hari dan dapat menghasilkan
karbohidrat. Prasetya (2006), limbah cair sebesar 1.300 liter per hari.
menjelaskan bahwa komponen terbesar Limbah cair ini dihasilkan dari proses
dari limbah cair tahu adalah protein, pencucian, perebusan, pengepresan dan
yaitu sebesar 226,06 mg/l sampai pencetakan tahu, sehingga kuantitas
434,78 mg/l. limbah cair yang dihasilkan sangat
tinggi.
Polutan organik yang cukup tinggi
tersebut apabila terbuang ke badan air

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 24


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

Limbah cair yang dihasilkan tersebut Presentasi removal penurunan


tentunya harus diolah sebelum dibuang konsentrasi COD pada limbah cair awal
ke lingkungan agar tidak menimbulkan sebesar 81,3 mg/l dapat diturunkan
pencemaran, terutama pada sumber air menjadi 25,8 mg/l, efisiensi
yang berada di dekat industri tahu. penurunannya mencapai 68%.
Salah satu pengolahan limbah yang Luhardikusumah (2008), menjelaskan
sederhana yaitu dengan proses absorbsi bahwa waktu kontak optimum 75 menit
(penyerapan). dan ukuran partikel optimum 100 mesh
dari arang aktif kulit kacang tanah
Absorbsi adalah proses penyerapan mampu menurunkan kadar BOD sebesar
bahan-bahan tertentu, yang terjadi karna 88,71%, COD sebesar 43%, dan TSS
adanya daya tarik-menarik antara sebesar 60,33%.
molekul absorbat dengan tempat-tempat
aktif di permukaan absorben. Dengan Ayu (2010), dalam penelitiannya
penyerapan tersebut air menjadi jernih menggunakan variasi dosis arang aktif
karena zat-zat di dalamnya diikat sebesar 500 gram, 750 gram, 1000
absorben. Sistem ini efektif untuk gram, dan 1.250 gram. Setelah
mengurangi warna serta menghilangkan mengalami perlakuan dengan arang aktif
bau dan rasa. Prinsip kerja absorbsi dengan perlakuan I, II, III, dan IV, kadar
yaitu ion-ion bebas di dalam air diserap COD 10.952 mg/l dan 140,33 mg/l,
[5] sedangkan pada kadar TSS yang semula
oleh absorben.
7.653 mg/l, mengalami penurunan pada
Berdasarkan hasil penelitian, kadar perlakuan I, II, III dan IV sebesar
BOD dan COD pada limbah cair di 376,67 mg/l, 258,83 mg/l, 122,16 mg/l
RSUD Undata Palu sebelum perlakuan dan 59,83 mg/l. Presentase penurunan
berturut-turut yaitu 3,84 mg/l dan 5,76 COD tertinggi mencapai 94,47% dan
mg/l. Namun setelah dilakukan untuk TSS sebesar 94,87% pada
perlakuan dengan menggunakan abu perlakuan IV. Nilai ini menunjukkan
sekam padi sebagai bahan absorben, bahwa dosis arang aktif yang efektif
nilai BOD turun menjadi 1,22 mg/l dan adalah 1.250 gram, sehingga dapat
nilai COD turun menjadi 1,81 mg/l.
[6] menurunkan kadar COD dan TSS
dibawah nilai baku mutu.[9]
Abu sekam padi dalam hal ini sangat
efektif digunakan sebagai bahan Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
absorben dalam menurunkan kadar peneliti mencoba untuk menemukan
BOD dan COD pada limbah cair, suatu metode pengolahan limbah cair
terutama pada limbah cair industri tahu industri tahu dengan memanfaatkan abu
yang kadar BOD dan COD nya sangat sekam padi dan arang aktif sebagai
tinggi. bahan absorben dalam menurunkan
kadar BOD dan COD. Dengan metode
Kasam, dkk (2005), dalam tersebut, diharapkan kadar BOD dan
penelitiannya menjelaskan kemampuan COD dalam air olahan yang dihasilkan
arang aktif dalam menurunkan menjadi turun, sehingga jika dibuang
kandungan COD pada limbah cair tidak lagi mencemari lingkungan
Laboratorium. Semakin banyak arang sekitarnya.
aktif yang digunakan dalam proses
batch, maka efisiensi penurunan
konsentrasi COD semakin besar pula.

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 25


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78
BAHAN DAN CARA c) Labu refluks

d) Gelas Erlenmeyer
Penelitian ini menggunakan jenis e) Gelas ukur
penelitian Quasi Experiment f) Pipet
(eksperimen semu), dengan rancangan g) Bunsen
penelitian Non-randomized Control 4. Bahan yang digunakan untuk
Group Pretest-Postest Design, yaitu perlakuan :
subyek dibagi dalam dua kelompok a) Abu Sekam Padi
(Notoatmodjo, 2010). Kelompok b) Arang Aktif
pertama merupakan unit percobaan c) Limbah cair
untuk perlakuan, dan kelompok kedua 5. Bahan yang digunakan untuk
merupakan kelompok suatu kontrol pemeriksaan sampel :
kemudian dicari perbedaan pengukuran a) Aquades
antara keduanya dan perbedaan ini b) Larutan KaliumBikromat
dianggap disebabkan oleh perlakuan. (K2Cr2O7) 0,25 N
c) Larutan Mangan Sulfat
Penelitian ini dilaksanakan di dua (MnSO4)
tempat, yaitu Industri tahu Super Afifah d) Larutan Alkali iodida-azida
jalan Jati, Kelurahan Nunu, Kecamatan e) Amilum 0,5%
Palu Barat, dan UPT Laboratorium f) Larutan Tiosulfat (Na2S2O3)
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. 0,025 N
Penelitian ini telah dilaksanakan selama g) Larutan Asam Sulfat (H2SO4)
lima hari, mulai dari tanggal 9 sampai Pekat
dengan 13 September 2013. h) Merkuri Sulfat (HgSO4)
i) Larutan indikator Feroin
Objek dalam penelitian ini adalah j) Fero Amonium Sulfat (FAS)
limbah cair yang berasal dari Industri 0,1 N
Tahu Super Afifah.
Prosedur Penelitian
Alat Dan Bahan
1. Persiapan Penelitian
1. Alat yang digunakan untuk Penelitian ini dilakukan dengan
perlakuan : persiapan sebagai berikut :
a) Botol plastik volume 1,5 liter a) Penyediaan wadah
b) Ember 6 liter Wadah yang
c) Gayung/timba digunakan sebagai tempat
2. Alat yang digunakan untuk abu sekam padi dan arang
pengambilan sampel : aktif adalah botol plastik
a) Wadah sampel steril sebanyak 8 volume 1,5 liter.
botol b) Penyediaan bahan
b) Kertas label 1) Bahan yang digunakan
c) Polpen dalam penelitian ini
d) Tas penyimpanan wadah adalah berupa abu sekam
sampel padi, arang aktif dan
3. Alat yang digunakan untuk limbah cair industri tahu.
pemeriksaan sampel : 2) Abu sekam padi dibuat
a) Botol winkler 250-320 ml dengan cara membakar
b) Inkubator

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 26


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

sekam padi hingga 6) Sampel kemudian


menjadi abu. diambil sebanyak 100 ml
3) Arang aktif dibuat dari dan dimasukkan ke
tempurung kelapa yang dalam gelas Erlenmeyer
dibakar,kemudian untuk dititrasi dengan
dikarbonisasi dengan larutan tiosulfat 0,025 N
menyiramkan air agar sampai berubah warna
tidak sampai menjadi menjadi kuning muda,
abu. lalu dicatat angka
4) Limbah cair diambil dari titrasinya.
industri tahu Super 7) Kemudian ditambahkan
Afifah. 1 ml amilum 0,5%
2. Pengukuran Kadar BOD dan sampai larutan berwarna
COD sebelum perlakuan biru tua, dan dititrasi
a) Pengukuran Kadar BOD kembali dengan larutan
sebelum perlakuan tiosulfat 0,025 N hingga
Pengukuran warna biru menghilang.
kandungan BOD dilakukan 8) Untuk sampel yang
dengan cara titrasi Winkler diinkubasi, dianalisis
dengan prosedur sebagai dengan cara yang sama
berikut : seperti di atas.
1) Sampel dimasukkan ke 9) Data yang diperoleh
dalam botol winkler, kemudian dimasukkan ke
kemudian ditambahkan 2 dalam rumus menghitung
ml mangan sulfat dan 2 BOD sebagai berikut :
ml larutan alkali iodida- 10) 20
=
( − ) 8.000

azida dengan
5

menggunakan pipet. Keterangan :


2) Botol ditutup dengan P = Pengenceran
baik untuk mencegah A = ml hasil titrasi BOD
terjadinya kontaminasi awal
udaradariluar, B = ml hasil titrasi BOD
selanjutnyabotol setelah inkubasi
dikocok dengan N = normalitas larutan
membalik-balikkan botol tiosulfat
beberapa kali. V = volume yang
3) Sampel dalam botol dititrasi
kemudian didiamkan b) Pengukuran Kadar COD
selama 10 menit sampai sebelum perlakuan
terjadi pengendapan. Pengukuran
4) Sampel yang telah kandungan COD dilakukan
mengalami pengendapan, dengan cara oksidasi
kemudian ditambahkan 2 sempurna dengan prosedur
ml larutan asam sulfat sebagai berikut :
(H2SO4) pekat. 1) Masukkan 0,4 gram
5) Botol ditutup kembali larutan merkuri sulfat
dan dikocok sampai (Hg2SO4) ke dalam labu
endapan tersebut larut. refluks.

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 27


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

2) Kemudian masukkan sampai berwarna hijau


sampel sebanyak 20 ml kebiruan menjadi coklat
ke dalam labu refluks, kemerahan.
dan ditambahkan larutan 9) Larutan blanko terdiri dari
K2Cr2O7 sebanyak 10 ml. 20 ml aquades dianalisis
3) Siapkan 30 ml reagent dengan cara yang sama
asam sulfat, dan seperti di atas.
masukkan 5 ml reagent 10) Untuk setiap sampel,
tersebutkedalam sebaiknya dibuatkan
sampel, kemudian duplikatnya.
dikocok secara perlahan- 11) Pengukuran COD dapat
lahan sampai larutan dihitung dengan rumus
tercampur dan panasnya sebagai berikut :
merata.
12) = (− ) 8.000

4) Tuangkan sisa reagent Keterangan :


asam sulfat melalui A = ml FAS yang
kondensor, dan refluks digunakan untuk titrasi
larutan tersebut selama 2 blanko
jam. B = ml FAS yang
5) Setelah kondensor digunakan untuk titrasi
dingin, bilas dengan sampel
menggunakan aquades N = normalitas larutan
sebanyak 25-50 ml. FAS
6) Kemudianencerkan
larutan yang telah
direfluks sampai menjadi
2 kali volume larutan 3. Rancangan Penelitian
dalam labu refluks. Rancangan penelitian ini adalah
7) Tambahkan 2-3 tetes sebagai berikut :
larutan indicator feroin. a) Wadah penampungan berjumlah
8) Kalium bikromat yang enam tempat. Tiga wadah pertama
tersisa dalam larutan diisi dengan abu sekam padi, dan
yang telah direfluks tiga wadah kedua diisi dengan arang
kemudian dititrasi aktif, masing-masing sebanyak 100
dengan larutan fero gram.
ammonium sulfat 0,1 N

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 28


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

Gambar 4.1 : Rancangan Perlakuan menggunakan abu sekam padi

Gambar 4.2 : Rancangan Perlakuan menggunakan arang aktif

b) Limbah cair sebanyak 1 liter diamati, yaitu BOD dan


dimasukkan ke dalam wadah COD.
penampungan yang sudah
terisi dengan abu sekam padi Pengolahan Data
dan arang aktif pada masing-
masing perlakuan. Pengolahan data dilakukan berdasakan
c) Perlakuan kemudian Kriteria pemeriksaan laboratorium yang
didiamkan selama 1 jam. telah ditetapkan.
d) Setelah 1 jam, limbah cair
dari masing-masing Analisis Data
perlakuan di masukkan ke
dalam botol sampel Sampel yang diamati adalah sampel
sebanyak 100 ml dan dibawa yang diambil dari Industri tahu Super
kelaboratoriumuntuk Afifah yang selanjutnya diberikan
selanjutnya dilakukan perlakuan. Hasil perlakuan kemudian
pengujian. dianalisis di UPT Laboratorium
e) Pengujian sampel dilakukan Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah.
terhadap parameter yang Analisis yang digunakan terdiri dari dua
tingkatan, yaitu analisis sampel sebelum

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 29


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

dan setelah perlakuan. Parameter yang yang berdiri sejak tahun 2004, dan
2
dianalisis dalam penelitian ini adalah mempunyai luas area 3.000 m , dengan
parameter BOD dan COD sebelum dan luas bangunan produksi berukuran 583
setelah perlakuan, kemudian 2
m . Sejak berdirinya, Industri tahu
dibandingkan dengan baku mutu Super Afifah telah beberapa kali
(Peraturan Menteri Negara Lingkungan mendapatkan penghargaan, baik tingkat
Hidup Nomor 3 Tahun 2010 tentang Propinsi maupun tingkat Nasional
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan
Industri). HASIL
A. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah tabel perbandingan hasil
analisis limbah cair industri tahu dengan
Gambaran Lokasi Penelitian baku mutu.
Industri tahu Super Afifah adalah salah
satu pabrik tahu yang ada di Kota Palu,

Tabel 5.2 Perbandingan Hasil Analisis Limbah Cair Industri Tahu dengan
Baku Mutu
Hasil Analisis
No. Parameter Setelah Perlakuan Baku Satuan
Sebelum Abu Arang Mutu*
Perlakuan Sekam
Aktif
Padi
1 BOD 333,2 313,5 294 150 mg/l
2 COD 666,4 627,5 588 300 mg/l
*Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri

PEMBAHASAN dari dua kombinasi perlakuan yang


masing-masing dilakukan dengan
Hasil analisis kondisi awal pada limbah
pengulangan sebanyak tiga kali,
cair industri tahu Super Afifah diperoleh ditemukan bahwa arang aktif lebih
nilai BOD yaitu sebesar 333,2 mg/l, dan efektif dari pada abu sekam padi dalam
COD sebesar 666,4 mg/l. Hal ini berarti menurunkan kadar BOD dan COD pada
bahwa nilai-nilai tersebut masih limbah cair industri tahu Super Afifah,
melampaui nilai ambang batas atau karena arang aktif memiliki rongga atau
standar baku mutu yang telah ditetapkan pori yang berbentuk zig-zag serta
pemerintah (Peraturan Menteri Negara memiliki gugus fungsional kimiawi
Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun dipermukaannya, seperti C=O, C2-, dan
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri). C2H-, sehingga mampu memberikan
daya serap yang lebih besar terhadap
zat-zat yang terkandung dalam air.
Dalam penelitian ini, parameter BOD
dan COD yang diamati masih belum
memberikan hasil yang sesuai dengan Hasil analisis laboratorium setelah
standar baku mutu limbah cair. Namun, perlakuan menggunakan abu sekam

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 30


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

padi, diperoleh nilai BOD sebesar 313,5 dan untuk kandungan COD rata-rata
mg/l, dan perlakuan menggunakan 1,81 mg/l.[6]
arang aktif diperoleh nilai BOD sebesar
294 mg/l, padahal standar baku mutu KESIMPULAN DAN SARAN
limbah cair untuk BOD adalah 50 mg/l.
Sedangkan untuk nilai COD dengan Penelitian yang telah dilakukan bahwa
perlakuan abu sekam padi diperoleh kandungan zat kapur pada air sumur
nilai COD sebesar 627,5 mg/l, dan gali di Jalan Domba Kelurahan Talise
perlakuan menggunakan arang aktif sebelum dilakukan perlakuan
sebesar 588 mg/l, dengan standar baku menggunakan abu sekam padiadalah
mutu limbah cair untuk COD adalah 585,45 mg/l ini berarti zat kapur pada
150 mg/l. air sumur gali di Jalan Domba
Kelurahan Talise melebihi nilai ambang
Hasil di atas memang masih jauh dari batas yang telah ditentukan.
standar baku mutu yang telah
ditetapkan, namun hasil tersebut sudah 1. Abu sekam padi mampu menurunkan
cukup baik karena setelah perlakuan zat kapur pada air sumur gali
menggunakan abu sekam padi dan arang 2. Pada perlakuan ke tiga dengan
aktif, kadar BOD dan COD menjadi ketebalan 15 cm merupakan
turun dari kondisi awal (sebelum perlakuan yang paling efektif
perlakuan) dengan nilai BOD sebesar dibandingkan dengan perlakuan yang
333,2 mg/l dan COD sebesar 666,4 lain, yang mampu menurunkan zat
mg/l. kapur 67,78%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sebagai saran bagi masyarakat


Kasam (2005), bahwa arang aktif dapat Kelurahan Talise khususnya di Jalan
memberikan efisiensi penurunan Domba yaitu dapat memanfaatkan abu
konsentrasi COD pada limbah cair sekam padi sebagai alternatif untuk
laboratorium pada proses batch. melakukan penyarinagn air yang
Semakin banyak dosis arang aktif, maka mengandung zat kapur.
semakin tinggi pula presentasi removal
penurunan konsentrasi COD.

Luhardikusumah (2008), bahwa waktu DAFTAR PUSTAKA


kontak dan ukuran partikel dari arang
aktif mampu menurunkan kadar BOD 1. Miswan. 2004. Penurunan Tingkat
sebesar 88,7%, COD sebesar 43%, dan Pencemaran Limbah Cair Rumah
TSS sebesar 60,33%.[8] Potong Hewan Dengan
Menggunakan Sabut Kelapa. Tesis.
Taufiq (2010), dalam penelitiannya Makassar: Program Pascasarjana
menggunakan variasi ketebalan abu Universitas Hasanuddin.
sekam padi sebesar 10 cm, 20 cm, dan
30 cm. Dari ketiga perlakuan tersebut, 2. Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas
didapatkan bahwa ketebalan 30 cm Limbah Cair Tahu Sumedang
lebih mampu menurunkan kandungan terhadap Reproduksi Daphnia
BOD dan COD pada limbah cair, carinata King. Skripsi. Universitas
dengan hasil penurunan tertinggi untuk Padjadjaran.
kandungan BOD rata-rata 1,22 mg/l,

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 31


Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015 : 1- 78

3. Prasetya, F.S. 2006. Teknologi Kesehatan Masyarakat, Universitas


Pengelolaan Limbah Cair Tahu Muhammadiyah Palu.
dengan Sistem Biofilter Anaerob-
aerob. Karya Tulis. Denpasar: 7. Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kelautan Universitas Padjadjaran. Rineka Cipta.

4. Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis 8. Luhardikusumah, K. 2008.


Pengolahan Limbah Padat dan Cair Penurunan Kadar TSS, BOD dan
Industri Tahu. Tesis. Semarang: COD Limbah Industri Tahu Dengan
Program Pascasarjana Universitas menggunakan Arang Aktif Kulit
Diponegoro. Kacang Tanah. Tugas Akhir.
Universitas Jenderal Soedirman.
5. Rosidi, J. 2011. Pemanfaatan Arang (Online:
Sekam Padi Dan Tanah Gambut http://sancemaruje.wordpress.com/2
Untuk Menurunkan Kesadahan Air. 008/05/05/penurunan-kadar-tss-bod-
Tugas Akhir. Palu: FKIP, Program dan-cod-limbah-industri-tahu-
Studi Pendidikan Kimia, Universitas dengan-menggunakan-arang-aktif-
Tadulako. kulit-kacang-tanah/, diakses tanggal
22 Mei 2013).
6. Taufiq, M. 2010. Pemanfaatan Abu
Sekam Padi Dengan Metode 9. Ayu, B.T. 2010. Efektivitas Arang
Filterisasi Untuk Menurunkan Aktif Dalam Penurunan Chemical
Kandungan BOD dan COD Pada Oxygen Demand (COD) Dan Total
Limbah Cair RSUD Undata Palu. Suspended Solid (TSS) Sebagai
Tugas Akhir. Palu: Fakultas Alternatif Pengolahan Akhir Pada
Pengolahan Limbah Cair Industri
Tahu. Tugas Akhir.

Healthy Tadulako Journal (Budiman & Amirsan : 23-32) 32

You might also like