Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Nasional yang antara lain
mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah
satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat
kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena
itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam Pembangunan Nasional.
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan data
memberikan dampak kerugian bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Masalah kebidanan komnuitas trdiri dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe
abortion, BBLR, tingkat kesuburan.
Pada makalah ini juga menjelaskan identifikasi masalah kebidanan komunitas yang ada di masyarakat
dengan baik dan benar. Hal ini sangat penting bagi bidan dalam memberikan pelayanan yang
komprehensip dan menyeluruh dari semua area lapisan masyarakat sehingga kita dapat mengetahui
betapa dibutuhkannya pelayanan kebidanan yang dilakukan komunitif oleh bidan karena akan banyak
membawa pengaruh positif dan mengurangi adanya intervensi yang tidak perlu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan bahwa peran
determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung
dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, yang ada dikomunitas.
Faktor determinan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Determinan proksi/hasil
a) Kejadian kehamilan
b) Komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, infeksi, eklampsia, partus macet, rupture, uteri)
c) Kematian, kecacatan
3) Determinan kontekstual
c) Status keluarga dan masyarakat (penghasilan), kepemilikan, pendidikan, dan pekerjaan anggota
rumah tangga)
d) Status masyarakat
Sejak kehamilan pertama manusia, mereka mengarahkan diri pada keterampilan menolong persalinan.
Salah satu bentuk kepedulian dunia terhadap tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia melalui
WHO dan UNICEF (1978) melaksanakan pertemuan dan mencanangkan primary health care dan health
for all by the years 2000. Diperkirakan terjadi kematian sekitar 560.000-585.000 orang setiap tahunnya
dengan tekanan terbesar di negara berkembang. Sebagian besar kematian maternal masih dapat
dihindari jika pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memuaskan. Kematian maternal merupakan
masalah yang kompleks karena berkaitan dengan penyebab antara dan penyebab tidak langsung.
b. Keadaan gizi ibu hamil laktasi yang berkaitan dengan status social ekonomi.
c. Kebodohan dan kemiskinan sehingga masih tetap berorientasi pada pelayanan tradisional.
d. Penerimaan gerakan keluarga berencana kurang nyata menurunkan angaka kematian ibu (AKI)
e. Masalah perilaku seksual sehingga terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki dan melakukan
terminasi yang tidak adekuat.
b. Wanita melaksanakan pekerjaan yang berat sekalipun sedang hamil tua karena ikut menunjang
kebutuhan social ekonomi keluarga.
c. Budaya komunal, ketika dalam kondisi krtis masih diperlukan persetujuan kepala keluarga, kepala
desa, orang yang disegani, sehingga terlambat untuk mengambil keputusan.
Obstetri social menetapkan arahnya pada upaya promotif dan preventif dalam bidang obstetri sehingga
lebih mengkhususkan pada upaya meniadakan sebanyak mungkin penyebab kematian antara dan
langsung.
Penyebab kematian perinatal sebagian besar berkaitan dengan penyebab kematian maternal,
diantaranya trias kematian perinatal, yaitu trauma persalinan, infeksi dan perdarahan, asfiksia saat
persalinan, persalinan premature.
b. Meningkatakan penerimaan KB sehingga ibu hamil makin berkurang dan komplikasi makin
menurun.
d. Menyebarkan keberadaan ahli obstetric ginekologi yang berorientasi pada aspek sosialnya.
e. Meningkatakan upaya rujukan, sehingga diterima dipusat pelayanan kesehatan dalam keadaan
masih optimal.
Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu disebut Making Pregnancy Safer
(MPS), yang mengandung 3 pesan kunci, yaitu:
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai)
c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.
3) Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
2. Kehamilan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan/ masa transisi/ masa pancaroba yang penuh gejolak, yaitu
masa kanak-kanak menuju masa dewasa mandiri. Kehamilan bisa menjadi dambaan. Tetapi mungkin juga
dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak/ belum diinginkan.
Retna, Eny dalam buku ajarnya menyebutkan Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada
remaja yang merupakan akibat dari perilaku seksual baik disengaja (sudah menikah) maupun tidak
disengaja (belum menikah).
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si
anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman di dalam keluarganya akan cenderung mencari
ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak
diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap orang
tuanya.
b. Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia.
Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia anatara 15-24 tahun, katergori masyarakat
umum dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapatkan informasi bahwa sekita 65%
informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatinformasi
tentang seks dari orang tua.
Dari berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa perlunya pendidikan seks yang diberikan orang tua
terhadap si anak sehingga anak tidak cenderung mencari informasi dari tempat yang salah dan perlunya
pengawasan ketat dari orang tua terhadap si anak. Komunikasi yang lebih terbuka antara orang tua-anak
dapat berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di masyarakat. Karena dengan komunikasi, orang
tua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, misalnya, batas mereka boleh
bermesraan dan apa konsekuensinya kalau dilanggar. Kepercayaan dari orang tua akan membuta mereka
merasa lebih bertanggung jawab.
Berpacaran sembunyi-sembunyi akibat dari tidak diberinya kepercayaan justru tidan menguntungkan
karena kasus-kasus pra nikah umunya dilakukan oleh mereka yang “back street” dan mungkin juga
didukung oleh hubungan kedua orang tua yang kurang akrab atau kaku.
c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi
mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasaridengan perkembangan mental yang kuat maka dapat
membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah sehingga terciptalah perbuatan-
perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.
Arus informasi menuju globalisai mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin menerima
hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya terjadi peningkatan kehamilan yang tidak
dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual. Berikut ini dalah dampak kehamilan remaja:
2) Remaja berusia muda sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau
seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya
3) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat.
5) Mungkin kehamilannya disertai dengan kecanduan obat-obatan, merokok, atau minuman keras.
b. Factor fisik
1) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya
Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan pemeriksaan extra yang lebih
lengkap
2) Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat menimbukan abortus, persalinan
premature, dan dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama didertanya
4) Hasil janin mengalami kelainan kongenital kongenital atau berat badan lahir rendah
5) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan usia
reproduksi sehat (20-35).
Fungsi seksual ,yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan),rekreasi (untuk kenikmatan), relasi
(hubungan kekeluargaan), dan bersifat institusi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual
remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran. Langkah-langkah untuk
mengendalikan masalah kehamilan remaja adalah sebagai berikut :
1) Menjaga kesehatan reproduksi dengan jalan melakukan hubungan seksual yang bersih dan aman.
3) Menggunakan alat kontrasepsi, diantaranya kondom, pil, dan suntikan sehingga terhindar dari
kehamilan yang tidak diinginkan.
5) Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai dengan ajaran agama masing-masing
6) Segera setelah hubungan seksual menggunakan KB darurat penginduksi haid atau misoprostol dan
lainnya.
b. Setelah terjadi kehamilan. Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi, persoalannya makin sulit karena
secara fisik hasil konsepsi dan nidasi mempunyai beberapa ketetapan sebagai berikut :
1) Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan mendapat perlindungan.
2) Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigot yang mempunyai potensi untuk hidup.
3) Hasil konsepsi dan nidasi nasibnya ditentukan oleh ibu yang mengandung.
4) Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat karena potensinya untuk tumbuh
kembang menjadi generasi yang didambakan setiap keluarga.
Berdasarkan pertimbangan tersebut langkah yang dapat diambil antara lain adalah sebagai berikut :
a. Membiarkan tumbuh-kembang janin sampai lahir, sekalipun tanpa ayah yang jelas dan selanjutnya
menjadi tanggung jawab negara. Pasangan dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai keluarga
yang sah.
b. Di lingkugan negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa ayah, pihak perempuan
memeliharanya sebagai anak secara lazim
c. Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai teknik sehingga keselamatan remaja dapat
terjamin untuk menyonsong kehidupan yang normal sebagaimana mestinya. Undang-undang kesehatan
yang mengatur gugur kandungan secara legal, yaitu no. 23 Tahun 1992.
Persoalan selanjutnya adalah menghndari kehamilan yang berluang dengan meningkatkan budi pekerti
dan aktivitas yang tidak bermanfaat. Jika hal tersebut tidak mugkin dilakukan, gunakan KB remaja
dengan resiko yang paling ringan
Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya Sebagian besar masih dilakukan
secara tersembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia.
Meskipun UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 telah di tetapakan, masih sulit untuk dapat memenuhi
syaratnya. Pelaksanaan gugur kandung yang lebih liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia
karena setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat
yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No.23 tahun 1992, masyarakat yang memerlukan terminasi
kehamialan akhirnya mencarai jalan pintas dengan bantuan dukun yang berisiko tinggi, tidak bersih dan
tidak aman.
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien. Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang
terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO, 1998).
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai.
Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah,
kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga
atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-
diam tanpa memperhatikan resikonya.
Upaya promotif dan prefentif pada remaja dengan memberi pendidikan seks yang sehat, termasuk
menghindari kehamilan, meneyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang
KB darurat, dan meneyediakan sarana terminasi kehamilan.
2) Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
4) Status illegal
c. Dampak
1) Dampak sosial
2) Dampak kesehatan
3) Dampak psikologis
Trauma
1) Sex education
3) Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau tidak
trcemar kuman dan bakteri
4) Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.
Istilah premature telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh WHO sejak 1960, hal ini
karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi yang
premature (Budjang R.F.,1999). Pada kongres European perinatal medicine II di London (1970) yaitu
sebagai berikut :
1) Bayi kurang bulan : bayi dengan masa krhamilan kurang dari 37 minggu (259) hari
2) Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).
3) Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan muai dari 42 minggu atau lebih
Menurut Saifudin (2001), bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) . Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah
ialah bayi yang lahir denag berat badan 2500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan.
Menurut Cunnigham dkk, BBLR didefinisikan sebagai bayi lahir kurang dari 2500 gram dan telah
dimodifikasi untuk menguraikan BBLR yang beratnya 1500 gram atau kurang dan bayi yang luar biasa
rendah (BBLBR) dan berat 1000 gram atau kurang.
Menurut rustam (1998),diagnosis dan gejala klinik dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Sebelum bayi lahir. pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
lahir mati, pembesaran uterus, tidak sesuai dengan usia kehamilan , pergerakan janin yang pertama
terjadi lebih lamabat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti seharusnya, sering
dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hyperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.
1) Bayi dengan reterdasi pertumbuhan intrauterine. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan.
Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau
tidak ada, kulit tipis, kerang , berlipat-lipat,mudah diangakat.
2) Bayi premature, verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedkit, menangis lemah, tonus
otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
Menurut Prawirohardjo (1999), karakteristik dari BBLR dibagi dua .
a. Bayi premature. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 37 minggu. Kepala relative lebih besar dari badannya,
kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic ususnya,
tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea.
b. Bayi dismatur. Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala dan organ-organ.
1) Premature murni
Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai
2) Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai umur kehamilan
a. Klasifikasi BBLR
Menurut ilyas, dkk (1994) dan wiknjosastro (2005) bayi dengan BBLR dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau bisa disebut neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
karena bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya.
b. Penyebab BBLR
1) Faktor genetik/kromosom
2) Infeksi
3) Bahan toksik
4) Radiasi
5) Insufisensi/disfungsi placenta
6) Faktor nutrisi
7) Faktor lain : merokok, peminum alkohol, bekerja berak masa hamil, plasenta previa gemelli, obat,
dsb (Sinopsis Obstetri jilid I hal. : 449)
8) Faktor ibu :
c) Jarak hamil menahun ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
9) Faktor kehamilan
b) Gemelli
c) Perdarahan anterpartum
a) Cacat bawaan
Dengan mengetahui berbagai faktor penyebab persalinan preterm dapat dipertimbangkan langkah untuk
menghindari persalinan preterm dengan jalan :
2) Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm
c. Faktor Resiko
1) Resiko demografi, usia ibu hamil < 17 tahun atau > 35 tahun, ras, status sosial ekonomi rendah
2) Resiko medis sebelum hamil. Paritas > 4, Berat badan dan tinggi ibu yang rendah,cacat bawaan,
infeksi saluran kencing, DM, hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetrik jelek (BBLR, abortus spontan,
kelainan genetik)
3) Resiko medis saat hamil. Penambahan berat badan selama hamil, interval kehamilan yang pendek,
hipotensi, hipertensi, preklamsi, eklamsi, bakteturia, infeksi TORCH, perdarahan trimester I, kelainan
plasenta, hiperemesis gravidarum, oligo hidramnion, polihidramnion, anemia, abnormal, ketuban pecah
dini
4) Resiko perilaku dan lingkungan. Merokok, gizi kurang, alkohol, obat-obatan keras, terpapar bahan
kimiatoksik dan tempat tinggal di ketinggian
1) Suhu Tubuh
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
e) Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu diperhatikan agar
tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar 30 0C sampai 37 0C
2) Pernafasan
d) Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal
pernafasan.
b) Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung
berkurang.
c) Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah
terjadi edema
b) Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam otak
d) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan nekrosis.
1) Mempertahankan suhu dengan ketat. Bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermi. Oleh
karena itu, suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan bayi berat lahir rendah harus memerhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi yaitu
dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi dan ASI. Reflex menelan pada bayi dengan berat lahir rendah belum
sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati .
4) Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dialakukan seacara ketat karena peningkatan
berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannnya dengan daya tahan tubuh
(saifuddin, 2001).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan. Namun. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Arus informasi menuju globalisai mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin menerima
hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya terjadi peningkatan kehamilan yang tidak
dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual.
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam
kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
B. Saran
Sebaiknya seorang bidan mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan
kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan pencegahan akan timbulnya masalah yang
terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur masalah kesehatan tersebut muncul maka bidan akan lebih cepat
dalam penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.