Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banjir merupakan suatu fenomena yang sering terjadi di wilayah ITS pada
musim penghujan. Banjir tersebut sering terjadi di wilayah ITS walau waktu hujan
turun hanyalah beberapa jam saja. Banyak faktor yang mengakibatkan fenomena
tersebut, salah satunya adalah merebaknya eceng gondok di perairan wilayah
sekitar ITS, seperti yang di ungkapkan oleh S. Bachter (2000) bahwa salah satu
penyebab kebanjiaran dikarenakan adanya eceng gondok di suatu perairan. Hal
tersebut dikarenakan eceng gondok menghambat kecepatan aliran air serta dapat
mengakibatkan pendangkalan dalam peraiaran. Ditambah lagi eceng gondok
merupakan tanaman air yang memiliki kemampuan berkembangbiak yang luar
biasa, menurut zaman (2006) Eceng gondok memilik pertumbuhan yang sangat
cepat. Setiap 10 tanaman dapat berkembang biak menjadi 600.000 tanaman dalam
kurun waktu 8 bulan. Pertumbuhan tersebut jika tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.
Terdapat Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan eceng gondok, model dan sistem yang baik perlu dibangun sejak
dini sebagai tindakan preventif sekaligus menjadi pemecah permasalahan yang
baik sehingga dapat mengubah suatu masalah menjadi sebuah keuntungan di
berbagai bidang, untuk itu karya tulis ini berusaha untuk menginisiasi hal tersebut.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
GAGASAN
Eceng gondok
E. crassipes atau biasa yang disebut dengan eceng gondok adalah macrophyte
air yang mengambang bebas, dan berkembang umumnya setinggi 0,5 m tapi
hampir 1 m tingginya di beberapa lokasi di Asia tenggara (Gopal 1987). E.
crassipes berbentuk padat, mengambang. Sebagai tanaman yang mengambang
bebas, semua nutrisi yang dibutuhkannya berasal dari air (Sculthorpe 1985).
Daun tebal, lunak, bulat, dan mengkilap dan batang bangkit di atas
permukaan air. Daun luas bulat seperti telur sampai lingkaran, 10-20 cm, dengan
lembut, sisinya sering berombak-ombak. Urat daun yang padat, banyak, halus dan
longitudinal. Tangkai daun yang bulat dan kenyal. Tangkai tegak, untuk panjang
50 cm, dan membawa di atas lonjakan tunggal 8-15 bunga mencolok. Bunga-
bunga memiliki enam kelopak, biru keunguan atau lavender untuk merah muda,
kelopak paling atas dengan kuning, noda pusat biru-berbatasan. Eceng gondok
mereproduksi vegetatif dengan pelari pendek batang (stolons) yang memancar
dari dasar tanaman untuk membentuk tanaman putri, dan juga mereproduksi
dengan biji. Akarnya berwarna hitam keunguan dan berbulu (Gopal 1987).
Eceng gondok memilik pertumbuhan yang sangat cepat. Setiap 10 tanaman
dapat berkembang biak menjadi 600.000 tanaman dalam kurun waktu 8 bulan.
Pertumbuhan tersebut jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
dampak negative bagi lingkungan sekitar. (Zaman.2006)
E. crassipes tumbuh di kolam dangkal, lahan basah dan rawa-rawa, perairan
yang mengalir lamban, danau besar, waduk, dan sungai. Tanaman dapat
beradaptasi ketika terjadi kenaikan permukaan air dan variasi musiman dalam
3
kecepatan aliran, dan bertahan pada kondisi ketersediaan hara yang ekstrim, pH,
suhu dan zat beracun (Gopal 1987).
Eceng gondok mengambang perairan yang bergerak lambat. Angin atau arus
dapat membubarkan sekumpulan eceng gondok menjadi terbuka. Kejadian ini
dapat ditemukan dalam hubungan dengan berbagai tanaman air air yang dalam
atau mengambang bebas lainnya. Eceng gondok diduga berasal dari lembah
Amazon dan danau yang luas dan rawa-rawa di wilayah Pantai Brasil barat.
Tingkat air danau di daerah ini berfluktuasi secara dramatis karena perubahan
musiman dalam curah hujan. Sungai Amazon dapat naik dan turun 10 meter per
tahun. Wilayah ini mengandung banyak kolam yang kaya nutrisi dan menjadi
saling berhubungan selama musim hujan, sehingga memungkinkan untuk ledakan
pertumbuhan E. crassipes selama periode air yang tinggi (Barrett 1989).
Kondisi Kekinian
Banyak temuan yang menunjukkan merebaknya eceng gondok di wilayah
sekitar ITS. Misalnya di wilayah perairan dekat Blok U hampir keseluruhan
perairan ditutupi oleh eceng gondok, dimana luas perairan yang ditutupi eceng
gondok hampir mencapai 2.500 meter persegi.
dalam 8 minggu (Gopal 1987). Formulasi Rodeo tidak beracun untuk ikan dan
sedikit beracun untuk invertebrata air.
2,4-D (asam 2,4-Dichlorophenoxyacetic) diterapkan pada kisaran 1-12 kg /
ha, umumnya dengan semprotan udara, telah terbukti kontrol kimia yang paling
efektif, terutama jika diterapkan saat cuaca panas. Suhu hangat menyebabkan
translokasi lebih cepat dari 2,4-D. Herbisida adalah senyawa fenoksi, dan varian
juga telah terbukti efektif. 2,4-D adalah selektif untuk spesies tanaman berdaun
lebar dan beberapa monokotil seperti E. Crassipes atau yang biasa kita sebut
dengan eceng gondok.
Bila diterapkan pada tingkat 3,5 mg / l, sulfat tembaga dan kelat tembaga
non-selektif herbisida (dan yang pertama adalah fungisida pertanian banyak
digunakan) yang menghambat pertumbuhan Eceng gondok. Dosis 103 mg / kg
berat kering tembaga sulfat dapat mematikan eceng gondok (Gopal 1987).
Namun, tembaga sulfat dan kelat tembaga dapat menjadi racun bagi ikan,
terutama ikan trout dan salmon lain, dan beberapa mamalia, invertebrata air dan
organisme tanah. Kedua sulfat tembaga dan kelat tembaga lebih beracun untuk
hewan dan / atau perairan lembut asam. Nama-nama merek termasuk Agritox,
Basicap, Cutrine, Komeen, dan lain-lain.
Kesimpulan
Saran
Saran yang diberikan kepada semua pihak bahwasanya eceng gondok dapat
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BIODATA PENULIS