You are on page 1of 3

1.

Mengetahui tipe demam yang berfluktuasi dan penyebabnya


2. Mengetahui tipe demam yang berfluktuasi dan penyebabnya
Jawab :
Tipe-tipe demam
 Demam Septik atau Heptik
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Contoh
infeksi pyogenik
 Demam Remiten
Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu normal. Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
 Demam Intermiten
Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Contoh penyakit malaria, limfoma dan endokarditis
 Demam Kontinyu
Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Contoh penyakit demam tifoid, malaria falciparum malignan
 Demam Siklik
Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
peride bebas demam untuk beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
 Demam Rekuren
Deman yang timbul kembalin dengan interval irrefular pada satu penyakit yang
melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ
multiple
 Demam Quoditian
Disebabkan oleh P.Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap
hari. Contoh penyakit malaria
 Demam Quotidian Ganda
Memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam). Contoh penyakit kala azar,
arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid arthritis, beberapa drug fever (contoh
karbamazepin)
 Demam Relapsing atau periodic
Demam periodic ditandai oleh episode demam berulang denganb interval regular
atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu
atau beberapa bulan suhu normal. Contoh penyakit malaria (istilah tertian
digunakan bila demam terjadi setiap hari9 ke-, kuartana bila demam terjadi setiap
hari ke-4) disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kuty
(louse-bprne RF) atau tick (tick-borne RF)

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
3. Menjelaskan morfologi kaki bengkak
Jawab :
Kaki bengkak dapat bersifat difus atau terjadi ketika terdapat tekanan hidrostatik yang
paling tinggi (berat badan). Jaringan ikat yang longgar, terjadinya pembengkakan sek yang
tidak jelas dan terpisahnya maktriks ekstrasel adalah gejala yang Nampak pada penderita
kaki bengkak. Selain itu, kaki bengkaj akan menyebabkan perubahan ukuran kaki
(membesar) dan pertambahan berat

Sumber : Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

4. Mengetahui klasifikasi edema


Jawab :
Ada dua tipe edema, yaitu :
 Edema Inflamasi, yaitu edema sebagai akibat terjadi peningkatan permeabilitas
vaskuler
 Edema non-inflamasi, yaitu edema yang diseba
 bkan oleh perubahan tekanan hemodinamik pada dinding kapiler (disebut juga
sebagai edema hemodinamik).

Edema dapat terjadi dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan sistemik
maupun local. Istilah anasarca digunakan bilamana edema yang terjadi berat dan
sangat luas, sehingga terjadi pembengkakan yang sangat menonjol pada jaringan
subkutan. Edema pada rongga-rongga tubuh tertentu mempunbyai istilah sendiri
seperti hydrothorax, hydropericardiumdan hydroperitoneum (atau sering disebut
sebgai ascites). Cairan pada edema non-inflamasi adalah transudate, yang
mempunyai kadar protein dan koloid lainnya yang rendah, dengan specific gravity
(massa jenis) dibawah 1,012. Sedangkan edema inflamasi tinggi protein, sehingga
mempunyau massa jenis biasanya di atas 1,020 (exudate)

Sumber : Wahid, Syarifuddin, Upik A. Miskad, Rina Masadah. Buku Ajar Biomedik dan
Mekanisme Dasar Penyakit Edisi III.

5. Mengetahui patomekanisme bengkak/edema.


1. Peningkatan Tekanan Hidrostatik
 Gangguan aliran balik
 Gagal jantung kongesti
 Perikarditin konstriktif
2. Penurunan Tekanan Osmotik Plasma (hipoproteinemia)
 Sintesis hati
 Malnutrisi
 Protein losing gastroenteropathy
3. Obstruksi Limfatik
 Imflamasi
 Neoplasma
 Pasca pembentukan
4. Retensi Natrium
 Asupan gram yang berlebihan pada insufisiensi renal
 Hiperfusi renal
 Peningkatan sekresi renin.
5. Inflamasi
 Inflamasi akut
 Inflamasi kronik
 Angiogenesis

Sumber: Buku Saku Dasar Patologi Penyakit, ed. 7, Hal. 77- 79

You might also like