Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
NI KD FIORA RENA PERTIWI
LAPORAN KASUS
Abstrak
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan meningkatkan jumlah bakteri dalam kavum
agen penyekat kanal kalsium generasi ketiga yang dapat menyebabkan pertumbuhan
berlebihan dari jaringan gingiva, walaupun angka kejadiannya masih sangat terbatas.
Tatalaksana dari pertumbuhan jaringan gingiva yang berlebihan berfokus pada kontrol
inflamasi gingiva melalui regimen higienitas oral yang baik. Pada kasus-kasus yang
berat, eksisi bedah merupakan pilihan tatalaksana utama, yang diikuti dengan
prosedur higienitas oral yang ketat (Helda). Laporan kasus ini menjelaskan perawatan
mengurangi rasa nyeri selama prosedur dan pasca operasi. Laporan kasus ini juga
PENDAHULUAN
terlihat sebagai efek samping dari penggunaan beberapa pengobatan pada pasien yang
yang digunakan untuk perawatan kejang-kejang pada pasien epilepsi, obat Calcium
Channel Blockers (CCB) seperti nifedipin untuk perawatan hipertensi atau angina
mencegah penolakan organ transplantasi yang diterima oleh pasien (Seymour et al.,
1996).
Banyak laporan yang membahas bahwa nifedipin memicu GO. Selama beberapa
dilaporkan dapat memicu GO (Seymour et al., 1994). Baru-baru ini, Lafzi et al.
(2006) melaporkan kasus hiperplasia gingiva yang berkembang pesat pada pasien
yang mengonsumsi amlodipin 10 mg per hari dengan onset dua bulan. Amlodipin
yang merupakan turunan dihidropiridin adalah penyekat kanal kalsium generasi ketiga
yang memiliki jangka waktu lebih lama dan efek samping yang lebih rendah
dibandingkan dengan obat generasi pertama seperti nifedipin (Ellis et al., 1993).
(Jorgensen, 1997), angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
dan menghasilkan lobulated atau morfologi nodular (Hallmon and Rossmann, 1999).
Efek GO normalnya terbatas pada gingiva cekat dan margin gingiva serta sering
ditemukan pada bagian anterior. Secara histologis, GO akibat nifendipine merupakan
fibroblas dan fibrosis lamina propria (Hallmon and Rossmann, 1999). Dalam kasus
ini, kami menangani GO yang parah pada pasien hipertensi yang mengkonsumsi
LAPORAN KASUS
pada gingiva selama beberapa bulan. Dia merasa sangat tidak nyaman akibat
spontan. Dia menderita hipertensi sejak beberapa tahun dan menjalani pengobatan
yaitu amlodipine 5mg sehari, Metoprolol 100mg sehari, Lovastatin sebagai tambahan
Umumnya pasien terlihat sehat dan baik. Pada intraoral, terlihat adanya GO
yang besar pada bagian labial / palatal gigi bagian atas dan bawah pada kuadran
kanan bawah. Papilla interdental mengalami inflamasi dan lobulasi yang terlihat
terutama pada gigi anterior bawah (Gambar 1). Kebersihan mulutnya sangat buruk
dengan plak dan kalkulus yang banyak. Pendarahan terjadi pada pemeriksaan saat
probing pada semua area yang terkena GO. Ada beberapa sisa akar yang masih
tertanam di dalam jaringan pada area yang terkena GO pada bagian anterior atas
seperti pseudopockets. Pada gigi insisivus central kiri atas dan kaninus terdapat karies
yang sangat dalam. Gigi 38 mobile grade I dengan keterlibatan furkasi Kelas III dan
terdapat beberapa gigi yang hilang. Diagnosis klinis adalah adanya pertumbuhan GO
Scaling dan polishing dilakukan pada seluruh gigi dan pasien diberikan arahan
untuk menjaga kebersihan rongga mulut serta diberikan juga motivasi pada kunjungan
beberapa akar gigi dengan anastesi lokal.Pada kunjungan selanjutnya gingiva yang
abnormal dihilangkan dengan cara pembedahan dan penggunaan laser. Jaringan yang
Navopulse, Boston, USA) laser dengan mode superpulsed wave 5 watts (Gambar 3).
Jaringan yang hangus akibat proses lasering digunakan sebagai lapisan pelindung
sehingga tidak dihilangkan pada akhir perawatan lasering. Empat minggu kemudian,
prosedur terapi yang sama dilakukan untuk GO pada rahang atas. Prosedur perawatan
dilakukan setelah dilakukan anastesi lokal. Beberapa bagian dari pembesaran jaringan
pada bagian labial dari gigi 31, 32 dan palatal gigi 21 dilakukan Histopathological
Gluconate 0.12% selama 2 minggu. Hasil dari HPE menjelaskan bahwa jaringan
fibrous overgrowth tersusun atas jaringan ikat kolagen dengan imflamasi kronis yang
diffuse dan ditutup oleh jaringan epitel hyperparakeratotic dan acanthotic stratified
dilakukan pemeriksaan kembali dan poket periodontal berkurang menjadi 3mm. Very
mild gingivitis diobservasi pada permukaan labial gigi insisivus bawah. Cara menjaga
kebersihan rongga mulut dan pembersihan karang gigi sudah dilakukan. Dua tahun
setelah operasi, GO dan kondisi jaringan periodontal sudah mulai membaik (Gambar
4). Pasien kemudian dirujuk ke prosthodontist untuk pembuatan protesa. Gigi 13 dan
buruk.Perawatan endodontik dilakukan pada gigi 13 dan 22. Kedua gigi kemudian
dilakukan penguranga mahkota sampai supragingiva dan saluran akar diiisi dengan
PEMBAHASAN
gingiva seperti yang dibahas oleh Seymour et al. (1996). Faktor-faktor tersebut
mulut dan tingkat keparahan obat yang diinduksi GO. Hal ini menunjukkan bahwa
peradangan gingiva akibat plak dapat menjadi faktor risiko penting dalam
perkembangan dan tanda perubahan gingiva (Barclay et al., 1992). Dalam kasus ini,
faktor lingkungan lokal seperti kontrol plak yang buruk dan beberapa perawatan akar
pada awal perawatan dapat bertindak sebagai faktor risiko yang berkontribusi
terapi awal dilakukan, termasuk ekstraksi akar yang tersisa. Usia juga merupakan
faktor risiko penting bagi GO dengan referensi khusus terhadap fenitoin dan
siklosporin (Seymour, 2006), tetapi tidak berlaku bagi Calcium Channel Blocker
(CCB) karena penggunaan obat tersebut biasanya terbatas pada pasien yang sudah
separuh baya dan pasien usia lanjut (Seymour et al., 2000). Tatalaksana GO terfokus
gingiva karena kesehatan mulut yang buruk (Seymour, 1991). Terlihat penurunan GO
terpicu nifedipin yang signifikan setelah dilakukan scaling dan root planing dan
hasil fungsional dan estetik (Hallmon dan Rossman, 1999). Perawatan pembedahan
dapat terdiri dari gingivektomi bedah dan/atau gingivektomi laser. Laser CO2
memiliki panjang gelombang 10,600nm, dapat diserap oleh air dan sangat efektif
dalam perawatan pembedahan jaringan lunak yang memiliki kadar air tinggi.
Pembuluh darah disekitar jaringan hingga 0.5 mm ditutup (Aoki et al., 2004). Maka,
hemostatis yang kuat dan efek bakterisidal serta daerah operasi yang relatif kering
obat alternatif, penggantian obat penyebab menunjukan adanya regresi pada GO.
menunjukan adanya regresi sekitar 60% dari GO yang sebelumnya disebabkan oleh
topikallarutan folat pada GO. Dew et al. (1987) menemukan adanya penurunan yang
signifikan pada GO ketika asam folat dioleskan secara topikal pada hyperplasia
gingiva yang disebabkan oleh phenytoin. Inoe and Harrison (1981) juga menemukan
bahwa suplementasi asam folat menurunkan tingkat keparahan dari GO. Phenytoin
mengganggu metabolisme asam folat sehingga menyebabkan defisiensi asam folat,
hal inilah yang diketahui berhubungan dengan peradangan gingiva. Namun belum ada
penelitian yang melaporkan penggunaan asam folat pada GO yang disebabkan oleh
amlodipine. (Dylan)
gingivektomi dan laser CO2. Laporan kasus ini juga menunjukkan bahwa tanpa
perubahan obat yang terkait, perawatan periodontal saja bisa menghasilkan respon
klinis yang memuaskan (Ikawa dkk., 2002). Karena kondisi periodontal pasien yang
terkontrol, pembuatan prostesis dibuat untuk memenuhi fungsi dan estetik pasien.
Prostesis didisain untuk meminimalkan tempat retensi plak. Namun ada kemungkinan
kunci dalam mencegah dan menangani GO terkait dengan amlodipine. Tindak lanjut
yang baik dari pasien di perlukan dalam upaya memonitor status gingiva/status
KAITAN TEORI
gingiva atau suatu peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh banyak
faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling utama adalah faktor
lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar,
Inflamasi kronik lebih biasa terjadi daripada akut. Selain itu, pembesaran
ganda.
plak dan retention, termasuk kebersihan mulut yang buruk, serta iritasi
karena kelainan anatomi dan restorative yang tidak tepat dan peralatan
orthodontic.
b. Acute Inflammatory Elargement
berasal dari bakteri yang terbawa jauh ke dalam jaringan oleh zat asing
seperti bulu sikat gigi, dll. Lesi terbatas hanya pada gusi dan tidak
masalah estetik.
a. Anticonvulsants
sebagai obat epilepsy. Selain itu terdapat pula ethotoin (Paganone) dan
ephitelium.
b. Immunosupresan
cyclosporine. \
gingival overgrowth.
dengan 2 mekanisme :
Enlargement
Conditional enlargement :
Kehamilan :
Pubertas :
Pembesaran gingiva terjadi selama masa pubertas baik laki-laki
edema pada jaringan ikat gingiva dan akan mengubah respon gingiva
- Leukimia
oleh obat akan menampilkan adanya pertumbuhan jaringan lunak diantara gigi
berlobus. Hal ini dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan gigi, termasuk
permukaan oklusal, dan juga ke arah sulkus, permukaan epitelnya biasanya halus
dan fibrotik, namun bisa juga berbentuk nodular dalam gingival enlargement
yang disebabkan oleh cyclosporine. Jika ada penyakit periodontal maka jaringan
bisa meradang, tampak kemerahan atau keunguan, dan bervaskularisasi tinggi
dosis obat, lamanya pengobatan, konsentrasi dalam serum dan keberadaan plak.
gambaran klinis lesi ini berupa : marginal gingiva dan papilla interdental tampak
berlobus, juga dapat disertai sedikit inflamasi atau tanpa inflamasi (George
Laskaris, 2013)
Laskaris, 2013)
penghilangan plak, kalkulus dan stain yang terdapat pada permukaan mahkota
gigi. Root planing adalah pembuangan jaringan sementum nekrotik dan atau
lunak, dentin, kalkulus serat eliminasi bakteri dan toksin dari permukaan akar
gigi untuk memperoleh permukaan akar yang halus. Pada permukaan yang halus
diharapkan plak tidak melekat sehingga tidak terjadi akumulasi plak dan
jaringan granulasi atau jaringan yang meradang dari gingiva yang merupakan
akan sehat terjadi regenerasi dan perlekatan kembali dengan dinding gigi
(Andriani, 2009).
Pada GO, apabila gingiva terdiri dari komponen fibrotik yang tidak bisa
periodontal hanya bisa dilakukan ketika indeks plak sekitar 10%, sehingga akan
GO. Satu minggu setelah gingivektomi, periodontal peck dilepas. Gingiva masih
terlihat agak merah karena terjadi proses epitelisasi, proses ini terjadi pada hari ke
membuang dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan
memiliki estetik yang baik (Newman, 2002). Prinsip dan teknik gingivektomi
yaitu setelah ditandai dengan poket marker, jaringan gingiva kemudian dieksisi
dengan sudut 45° kemudian gingiva dibentuk sesuai kontur dan bentuk ketajaman
tepi gingiva yang normal baik anatomi maupun fisiologis. Keuntungan teknik
hingga hari ke 28-42 setelah operasi. Perbaikan epitel selesai sekitar satu bulan,
penyembuhan dan tampak hampir normal pada hari ke 16. Enam belas minggu
setelah gingivektomi, gingival tampak sehat, berwarna merah muda dan kenyal
(Newman, 2002).
Ada tiga jenis laser utama yang digunakan sebagai instrumen untuk
terapi bedah di rongga mulut : Laser Neodimium - YAG (Nd: YAG), Argon (Ar)
dan Karbon dioksida (CO2). Pada laser CO2, panjang gelombang yang panjang
memiliki keuntungan dapat diabsorbsi oleh jaringan dengan jumlah air yang
bakar yang dalam. Laser CO2 adalah metode yang cepat dan efektif sehingga
dari papilla ke tepi insisal dengan menggunakan graphite pencil, memberi tanda
pada interdental papilla pada bagian kanan dan kiri pada permukaan bukal gigi.
Prosedur bedah dilakukan dengan lase CO2 (Sharplan 20C, Tel Aviv, Israel),
panjang gelombang λ 10.600 nm, daya rata-rata 5W, focus 2 mm, dan arus searah
(Gama, 2012).
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan
a. Hipertensi Essensial
tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
b. Hipertensi Sekunder
mortalitas dengan cara yang nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai
tekanan darah <140/90 mm Hg. Apabila perubahan gaya yang dilakukan tidak
cukup memadai maka perlu dilakuakan terapi dengan penggunaan obat. Pada
awalnya sebaiknya diberikan satu jenis obat saja, dapat berupa diuretika,
sebagai vasodilator dengan menghambat masuknya ion kalsium pada sel otot
polos vaskuler dan miokard sehingga tahanan perifer turun dan otot relaksasi.
Sifat menguntungkan dari obat antihipertensi golongan CCB yaitu memiliki efek
perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti, dan relatif aman bila
yaitu dalam bentuk tablet 2,5 mg, 5 mg dan 10 mg. Penggunaan obat
antihipertensi ini diberikan secara oral, tergantung pada toleransi dan respon
pasien. Dosis awal 2,5 mg dan 5 mg sehari 1 tablet, dengan dosis maksimum 10
mencegah penurunan tekanan darah yang mendadak. Kadar amlodipine pada jam
ke 24 masih 2/3 dari kadar puncak. Waktu paruhnya panjang sehingga cukup
diberikan sekali sehari. Obat ini tidak perlu penyesuaian dosis pada gangguan
fungsi ginjal karena dimetabolisme di hati dan hanya sedikit sekali yang
aldosteron pada korteks adrenal dan peningkatan umpan balik konsekuen pada
akibat efek toksik secara langsung dari konsentrasi obat pada cairan gingiva dan /
atau adanya bakteri plak. Peradangan ini dapat menyebabkan naiknya beberapa
faktor sitokin seperti TGF-β1 yang ditandai dengan pengurangan peradangan dan
gingiva.
toleransi dan respon pasien. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali
sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi
dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan
fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi adalah 2,5 mg satu kali
awal yang diberikan adalah 2,5 mg. Dosis yang dianjurkan untuk angina stabil
kronik ataupun angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis
pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati (Kasim dkk., 2009).
4.11 Indikasi dan Kontraindikasi Amlodipine (Eni dan Ayu Graha)
sebagai agen tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar
penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya
kombinasi dengan obat-obat anti angina lain, terutama pada penderita angina
yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau dengan β-blocker pada dosis
3. Penderita yang tekanan darah rendah yaitu kurang dari 90/60 mmHg).
yang melibatkan pasien hipertensi atau angina, efek samping yang paling sering
didapati adalah sakit kepala, pusing, cepat lelah, rasa mengantuk, nausea, edema
d. Endokrin: Gynaecomastia
memengaruhi kerja jantung dan beta-2 pada epinephrine memengaruhi kerja otot
pada pasien hipeternsi, dapat dugunakan sebanyak 2 (1,8 ml) cartridges lignocaine
1:200.000. Penggunaan anastesi lokal dengan epinephrine ini hanya dapat digunakan
pada pasien dengan hipertensi stage I. Pasien dengan hipertensi stage II penggunaan
selain itu penggunaan anastesi lokal dengan epinephrine hanya dapat digunakan pada
PENUTUP
5.1 Simpulan
Induced Enlargement dan lainnya. Dalam kasus ini GO disebabkan oleh Calcium
Channel Blockers, dimana pasien mengkonsumsi salah satu obat yang mengandung
CCB yaitu amlodipine, karena memiliki riwayat hipertensi. Perawatan yang dilakukan
5.2 Saran
OH yang buruk.
Kaynak. 2011. Bioavailability File: Amlodipine. FABAD J. Pharm. Sci. 36: 207-222.
Laskaris, G. 2013. Atlas Saku Penyakit Mulut. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 228.
New Zealand Medicines and Medical Devices Safety Authority. 2010. Apo-
Amlodipine. North-Shore city: New Zealand Medicines and Medical
Devices Safety.
Popescu S. M., Scrieciu M., Mercu V., Tuculina M., danDascslu I. 2013.
Hypertensive Patients and Their Management in Dentistry. Hindawi
Publishing Corporation. Craiova,
Romania.http://dx.doi.org/10.5402/2013/410740.