You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi. Kekerasan Fisik
adalah tindakan fisik yang dilakukan orang atau kelompok yang mengakibatkan luka, ini
mencakup antara lain memukul, menendang, manampar, mendorong, mengigit, mencubit,
pelecehan seksual dan lain – lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh
pengunjung. Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau sosial termasuk
pelecehan secara verbal.
Setiap pasien yang dirawat di RSUD Cilacap memiliki hak yang harus dipenuhi, hak
mendapat perlindungan dari ancaman kekerasan fisik menjadi perhatian RSUD Cilacap.
Pasien usia lanjut, penderita cacat, anak – anak dan yang beresiko disakiti berhak dilindungi
dari kekerasan fisik baik oleh pengunjung, pasien lain dan staf Rumah Sakit. RSUD Cilacap
mengidentifikasi kelompok pasien yang mudah diserang dan yang beresiko serta menetapkan
proses untuk melindungi hak pasien dari kekerasan fisik.
Selain itu perlindungan pasien juga dilakukan untuk masalah keselamatan pasien,
perlindungan dari penyiksaan, perlindungan pada penderita cacat, kelalaian asuhan,
penculikan pada pasien bayi dan bantuan dalam kejadian kebakaran. Proses ini dilakukan
sejak pasien mulai mendaftar di tempat penerimaan pasien, rawat jalan, UGD, rawat inap,
pemeriksaan penunjang serta di seluruh pelayanan RSUD Cilacap. Oleh sebab itu seluruh staf
RSUD Cilacap bertanggung jawab terhadap perlindungan pasien dari kekerasan fisik dan
menjamin keselamatan pasien
Untuk menjamin hak pasien tersebut maka dibuat panduan yang dijadikan acauan
pelaksanaan perlindungan pasien dari kekerasan fisik oleh seluruh staf RSUD Cilacap, dan
diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
1. Memberikan perlindungan kepada kelompok pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik
2. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien selama dirawat di RSUD Cilacap
Tujuan Khusus
1. Mengurangi kejadian yang berhubungan dengan adanya serangan/ancaman pada pasien/
pengunjung/ karyawan. Serangan ini dapat berupa: memukul, menendang, manampar,
mendorong, mengigit, mencubit, pelecehan seksual dan lain – lain yang dilakukan baik
oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung
2. Mengurangi kejadian cidera pada pasien/ pengunjung/ karyawan selama berada dalam
rumah sakit.
3. Memastikan pasien bayi, anak-anak, dan manula menerima perlindungan yang tepat.
4. Melindungi pasien Pasien Yang Beresiko Disakiti (Resiko Penyiksaan, Napi, Korban Dan
Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

1
2
.

BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan perlindungan pada kekerasan fisik, meliputi :


1. Terhadap Kekerasan Fisik Pada Pasien.
2. Terhadap Pasien Usia Lanjut Dan Gangguan Kesadaran.
3. Terhadap Penderita Cacat.
4. Terhadap Anak – Anak.
5. Terhadap Pasien Yang Beresiko Disakiti (Resiko Penyiksaan, Napi, Korban Dan
Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
6. Daftar Kelompok Pasien Beresiko.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Terhadap Kekerasan Fisik Pada Pasien.


1. Petugas RSUD Cilacap melakukan proses mengidentifikasi pasien beresiko melalui
pengkajian secara terperinci
2. Kekerasan fisik dilakukan oleh pasien :
Perawat/bidan unit berkewajiban menginformasikan kejadian/meminta bantuan
kepada petugas keamanan/sekuriti untuk mengamankan situasi kemudian
memanggil dokter medis.
3. Kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit :
Perawat/bidan unit berkewajiban menginformasikan kejadian/meminta bantuan
kepada petugas keamanan/sekuriti untuk mengamankan situasi dan berusaha
menegur staf tersebut, dankemudian melaporkan insiden ke Kepala bagian / unit
terkait untuk diproses lebih lanjut.
4. Kekerasan dilakukan oleh pengunjung :
Staf berkewajiban menginformasikan kejadian/meminta bantuan kepada petugas
keamanan/sekuriti untuk mengamankan situasi sesuai prosedur dan melaporkan
insiden ke Kepala bagian / unit terkait.
5. Monitoring di setiap lobi, koridor Rumah Sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun
lokasi terpencil atau terisolasi dengan patroli petugas keamanan/sekuriti.
6. Ruang ICU dijaga petugas keamanan/sekuriti pada saat jam besuk/berkunjung
untuk mengawasi dan memastikan proses keluar-masuk keluarga pasien/
pengunjung berjalan dengan aman.
7. Setiap keluarga pasien/pengunjung ruang ICU diidentifikasi menggunakan kartu
tunggu atau kartu pengunjung.
8. Setiap pengunjung, selain keluarga pasien meliputi tamu Rumah Sakit, detailer,
pengantar obat atau barang dan lain – lain wajib melapor ke petugas
keamanan/sekuriti dan wajib memakai Kartu Pengunjung.
9. Pemberlakuan jam berkunjung pasien :
Pagi : jam 11.00 – 13.00 WIB
Sore : jam 16.00 – 21.00 WIB.
10. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasien yang dimaksud.
11. Semua staf RS wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran
maupun kekerasan.

B. Terhadap Pasien Usia Lanjut Dan Gangguan Kesadaran.


1. Pasien rawat jalan
a. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantar sampai ke tempat
periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan

4
b. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.
2. Pasien rawat inap
a. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kamtor
perawat.
b. Perawat memastikan dan memsang pengaman tempat tidur
c. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjuk dan dipercaya

C. Terhadap Penderita Cacat.


1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak
lain yang ditunjuk.
3. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur.

D. Terhadap Anak – Anak.


1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat meminta persetujuan kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan
yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat/bidan memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung
bayi bukan kepada keluarga yang lain.
4. Baik staf maupun keluarga pasien/pengunjung harus segera tanggap apabila ada
kejadian yang mengancam pasien anak dan segera melakukan tindakan pencegahan
atau segera laporan kejadian tersebut kepada Kepala Bagian/Instalasi untuk
dilakukan proses selanjutnya.

E. Terhadap Pasien Yang Beresiko Disakiti (Resiko Penyiksaan, Napi, Korban Dan
Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
1. Pada saat ada pasien kecelakaan/kekerasan fisik/KDRT, petugas porter harus
mengidentifikasi pengantar pasien dan meminta keterangan kepada pengantar
pasien terkait pasien tersebut, apabila diperlukan melapor ke petugas sekuriti untuk
pengamanan.
2. Pengawasan dan pengamanan pengantar pasien apabila pengantar pasien bukan
pihak keluarga yang bertanggungjawab dilakukan sampai ada pihak keluarga/ pihak
kepolisian datang. Informasi dari pengantar pasien sangat penting untuk pihak
kepolisian.
3. Barang milik pasien apabila kondisi pasien tidak sadar harus dilindungi.
Perlindungan dapat dilakukan oleh petugas UGD, barang-barang milik pasien

5
didokumentasi pada Blangko Penitipan/Peminjaman/Pengembalian Barang. Barang
disimpan sampai ada pihak keluarga/kepolisian yang bertanggung jawab.
4. Pasien KDRT/ penganiayaan dapat menentukan siapa saja yang tidak diperbolehkan
berkunjung dengan alasan dapat mengancam keselamatan pasien tersebut. Daftar
nama yang tidak boleh berkunjung didokumentasi pada tamu.
5. Kunjungan baik keluarga/ pengunjung ke pasien harus melapor ke petugas perawat/
bidan.
6. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.
7. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengaman/ petugas sekuriti untuk memantau
lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
8. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

F. Daftar Kelompok Pasien Beresiko.


1. Pasien dengan cacat fisik dan cacat mental.
2. Pasien usia lanjut.
3. Pasien bayi dan anak – anak.
4. Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
5. Pasien Napi, korban dan tersangka tidak pidana.

6
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Keputusan direksi tentang kebijakan hak dan kewajiban pasien di RS Mardi Rahayu.
2. Buku Laporan Keamanan
3. Rekam Medis
4. Formulir insiden keselamatan pasien.
5. Lembar catatan pelayanan.

You might also like