You are on page 1of 3

TEMPO DULU

Tempo lalu
ketika langit menjadi saksi
dan kopi menjadi bukti
kita duduk di ambang pintu
menikmati suguhan langit bersama senja
terlalu kuno memang bagi para pengelana cinta
tapi kita selalu memiliki cara untuk bahagia.

***

Jauh di seberang, kapal tak kunjung menepi


Kecipak air berlabuh tak tahu ke mana harus bertambat
Tiada angin laut berembus, angin darat terus meraung
Pesisir tak lagi asin, pelaut tak kuasa tinggal
Jauh di ufuk matahari ingin pulang
Tak kunjung berlabuh dermaga sepi.

***

Manakala hujan datang menghampiri,


Ia serupa sajak yang belum usai;
Untuk dibaca esok hari.

***

Aku pernah mengagumi senja lebih dari segalanya, saat ini, aku lebih
mengagumi aksara yang tertera melebihi warna jingga.

***

Dulu kau selalu menjadi alasanku untuk ‘pulang’.


Di kota yang membuatku mengenang segala kenangan yang kita lalui
bersama, dulu. Namun, kini, semuanya berubah pilu dan kau tak lagi menjadi
alasan dari kepulanganku.
***

Aku penasaran, seperti apa rasanya menyimak rinduku di balik layar, sambil
kamu asyik menyandarkan pipi di bahu dia?

***

Banyak yang hilang dari kota ini, tapi satu yang tidak pernah hilang, bahkan
berubah pun tidak: kamu.

***

Di hilangmu kali ini, tuan


Kunikmati saja perih yang meraja
Mungkin engkau tak berkehendak menengok hatimu
Namun, kutahu istanamu tak lagi terasa sama
Sejak kaubawa serta hatiku pulang ke sana.

***

Dari kotamu sempat kutemukan tenang dari dirimu sempat kutemukan


nyaman. Kemudian engkau menghilang, tak kutemukan tenang di kota lain
sayang.

***

Kupikir ini rindu.


Ternyata candu yang telah menjadi tabu.
Kupikir akan jadi romansa.
Ternyata hanya sebuah fatamorgana.

***

Di atas bangku taman itu, dulu, daun daun musim gugur, debu debu luruh,
dan angin yang membisu, adalah saksi akan sebuah tunggu yang beribu.

***
Untukmu yang masih kutunggu, tabahku bagai bangku taman usang, yang
rela dihujani dedaun musim gugur.

***

Aksara puisiku berserakan, berjatuhan serupa daun kering. Dengan peluh


kupunguti satu persatu menjadi komposisi rindu yang aduh.

***

Semesta sangat suka melihatmu kesakitan menahan rindu, sebab kesakitan


akan membuatmu memilih bertemu atau hanya terus merindu.

You might also like