You are on page 1of 17

IMPLEMENTASI TRANSKULTURAL DALAM

PRAKTEK KEPERAWATAN
“SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT”

OLEH :
Kelompok 13 Tingkat 1.2
Ketut Ayu Swandewi P07120017055 / 15
Putu Widhi Adnyani Putri P07120017066 / 26
Putu Santika Widyaswari P07120017068 / 28

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya
penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu tugas Antropologi agar
dapat dimanfaatkan oleh pembaca.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku
dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang
implementasi Transiskultural Dalam Praktek Keperawatan dengan materi Sehat Sakit menurut
budaya masyarakat.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan paper ini di masa mendatang.
Denpasar, 26 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….iii

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang...………………………………………………………………………………1

1.2 Rumusan masalah …………………………………………………………………………….1

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………...2

BAB II : Pembahasan

2.1 Pengertian Transkultural……..……...………………………………………………………...3

2.2 Konsep Transkultural……………….……………..…………………………………………..3

2.3 Peran dan Fungsi ……………………………………..….…………………………………...4

2.4 Kepercayaan Kuno dan Praktek Keperawatan………………………………………………..4

2.5 Pengertian Sehat Sakit………………………………………………………………………..5

2.6 Tradisional Konsep Kesehatan dan Penyakit…………………………………………………6

2.7 Peran Perawat…………………………………………………………………………………7

2.8 Implikasi Transkultural dalam Praktek Keperawatan………………………………………..7

BAB III : Penutup

3.1 Simpulan ……………………………………………………………………………………..8

3.2 Saran ………………………………………..………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………....9


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya pasien pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi keperawatan diberikan
sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien, sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua
yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Keperawatan Transkultural Nursing ?
2. Apa Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing ?
3. Apa Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing ?
4. Apa Komponen Dalam Pengkajian Transkultural Nursing?
5. Apa Gambaran Masyarakat Tentang Kasus Berhubungan Dengan Transkultural Nursing?
6. Menyusun Dan Melaksanakan Tindakan Keperawatan Transkultural Nursing?
7. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan
2. Untuk mengetahui pengertian keperawatan.
3. Untuk mengetahui pengertian implikasi.
4. Untuk mengetahui pengertian transkultural.
5. Untuk mengetahui bagaiman implikasi transkultural dalam praktek keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture, trans
berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture berarti budaya.
Menurut kamus besar bahasa indonesia; trans berarti melintang, menembus,melintas dan
melalui. Cultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kepercayaan, nilai-nilai dan pola
prilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya,
sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.Jadi, transkultural
dapat diartikan sebagai pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi sosial. Transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut Leininger (1991).

2.2 Konsep Transkultural


Kazier Barabara(1983)dalam bukunya yang berjudul Fundamentals Of Nursing Concept
and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang
merupakan konfigurasi dan ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan
ilmu humanistic,philosopi perawatan,praktik klinis keperawatan,komunikasi dan ilmu
sosial.konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi
target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio ,psiko ,sosial, spiritual.Oleh
karenanya,tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komferhensif sekaligus
holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial.Budaya yang berupa norma,adat istiadat menjadi acuan prilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain.Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam
suatu tempat,selalu diulangi,membuat manusia terikat dalam proses yang
dijalaninya.Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari
suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter,pola pikir,pola interaksi prilaku
yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan(cultural nursing approach).
2.3 Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnya kebiasaan hidup
sehari-hari, seperti tidur, makan,pekerjaan, pergaulan sosial dan lain-lain. Kultur juga terbagi
dalam subkultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan bidang yang relatif baru
diberfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungan dengan perawatannya. Leinenger(1991) mengatakan bahwa taranskultural nursing
merupakan suatu area kejadian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan
nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger, studi praktek pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya. Lininger berpendapat,kombinasi pengetahuan tentang pola praktek
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan
keperawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

2.4 Kepercayaan Kuno dan Praktek Pengobatan


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana,
pengetahuan tradisional. Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan tradasional ini
adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari
pranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli(tradisional) adalah rasional
dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang
berhubungan kesehatan (sehat-sakit) menurut budaya-budaya yang ada di indonesia
diantaranya adalah :
1. Budaya Jawa
Menurut orang jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin.
bahkan, semua itu berakar pada batin.Jika batin karep ragu nututi artinya
berkehendak, raga atau badan akan mengikuti. Sehat dalam kontek raga berarti
waras.apabila seseorang tetap mampu menjalakan peranan sosial sehari-hari. Untuk
menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada 2 konsep yaitu,konsep Personalistik dan
Konsep Naluralistik. Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural (makhluk ghaib, dewa), Makhluk yang bukan manusia (hantu, roh
leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir ,tukang tenun). Penyakit ini disebut ora
lumbrah atau ora sabaeine (tidak wajar / tidak biasa). Penyembuhannya adalah
berdasarkan pengetahuan secara ghaib atau supernatural, misalnya melakukan
upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari
kesiku,kewalat.Penyembuhannya dapat melalui seorang dukun. Ada beberapa
katagori dukun pada masyarakat jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-
masing.
a. Dukun Bayi, menangani terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
bayi
b. Dukun pijat,menangani sakit terkilir,patah tulang.
c. Dukun mantra,manangani orang yang kemasukan roh halus
2. Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,tetapi juga bersifat sosial
budaya.istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat jawa barat(orang
sunda)adalah muriang untuk demam,nyerisirah sakit kepala.

2.5 Pengertian Sehat sakit


Menurut orang sunda,orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun
dengan lauk seadanya,dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit
adalah apabila badan terasa sakit,panas atau makan terasa pahit.Dalam bahasa sunda orang
sehat disebut cageur,sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.Orang disebut sakit ringan
apabila masih dapat berjalan kaki,masih dapat bekerja,masih dapat makan dan minum dan
dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli diwarung. Orang disebut
sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit
tidur, harus berobat kedokter/puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
mahal. Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita
melakukan kegiatan sehari-hari, dan sumber pengobatan yang digunakan.
Adapun yang dipercayai oleh masyarakat antara lain:
1) Budaya
Budaya adalah belajar,berbagi dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma dan
cara praktek hidup dari kelompok tertentu yang memandu pemikiran, keputusan,
dan tindakan dengan cara yang bermotif.
2) Agama
Agama adalah seperangkat kepercayaan dalam ilahi atau kekuatan manusia super
(atau kekuasaan) untuk ditaati dan disembah sebagai pencipta dan penguasa alam
semesta nilai-nilai etis dan sistem agama kepercayaan dan praktek, perbedaan
dalam budaya dan seluruh budaya yang ditemukan
3) Etnis
mengacu kepada sekelompok orang yang berbagi budaya umum dan khas dan
yang merupakan anggota dari sebuah kelompok tertentu.
4) Akulturasi
individu yang telah diambil pada, biasanya diamati, fitur dari budaya lain. Orang-
orang dari kelompok minoritas cenderung menganggap sikap, nilai, kepercayaan,
menemukan praktek-praktek masyarakat yang dominan sehingga menghasilkan
pola budaya campuran.

2.6 Tradisional Konsep Kesehatan dan Penyakit


Bila dilihat di berbagai kelompok multikultural, penjelasan untuk kesehatan dan penyakit
yang ditandai, kepercayaan tradisional banyak tentang penyebab penyakit, pengobatan, dan
praktek kesehatan umum dapat dilihat sebagai sangat kompleks, dinamis, dan interaktif.
Penjelasan ini sering melibatkan keluarga, masyarakat, dan / atau agen supernatural dalam
sebab dan akibat, placation, dan ritual pengobatan untuk mencegah, mengendalikan, atau
menyembuhkan penyakit. Kegagalan untuk memahami dan menghargai "perbedaan" yang
dapat memiliki implikasi serius bagi keberhasilan setiap Promosi Kesehatan dan Pencegahan
Penyakit (HPDP) usaha.
Perlu diketahui bahwa di banyak budaya Timur dan budaya lain di dunia berkembang,
lokus kontrol untuk kausalitas penyakit yang sering berpusat di luar individu, sedangkan
dalam budaya Barat, lokus kontrol cenderung lebih berorientasi internal (Dim-out, 1995).
Mengakui bahwa pasien banyak individu dan praktisi kesehatan memiliki pemahaman
spesifik tentang kausalitas kesehatan dan penyakit dan pengobatan yang disebut model
penjelasan. Model ini umumnya merupakan konglomerasi dari pelatihan budaya dan sosial
masing-masing, keyakinan, dan nilai-nilai, agama / kepercayaan, nilai, dan perilaku-, dan
pemahaman konsep biomedis bahwa setiap kelompok memegang (manusia Klein, 1980).

2.7 Peran Perawat


Perawat harus dimulai penilaian dengan mencoba untuk menentukan warisan budaya
klien dan kemampuan bahasa. Klien harus diminta jika ada keyakinan kesehatannya
berhubungan dengan penyebab penyakit atau masalah. Perawat itu kemudian harus
menentukan apa, jika ada, pengobatan rumah orang itu mengambil untuk mengobati gejala.
Perawat harus mengevaluasi sikap mereka terhadap asuhan keperawatan etnis.
Beberapa perawat mungkin percaya bahwa mereka harus memperlakukan semua klien
yang sama dan hanya bertindak secara alami, namun sikap ini gagal untuk mengakui bahwa
perbedaan budaya memang ada dan bahwa tidak ada satu "alam" perilaku manusia Perawat
tidak dapat bertindak sama dengan semua klien dan masih berharap untuk memberikan
efektif, individual, perawatan holistik.

2.8 Implikasi Transkultural dalam Praktek Keperawatan


1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/
mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti
budaya klien (Leininger, 1991).
a. Mempertahankan budaya
Dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
b. Negosiasi budaya .
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
yang lain.
c. Restrukturisasi budaya
Klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut
2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" 7 komponen dalam
pengkajian transcultural nursing :
1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transcultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

C. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
a. mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan
b. mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan
c. merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
1) Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2) Cultural careaccomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3) Cultual care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di
pahami oleh klien dan orang tua.
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
f. Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
g. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
bisa diketahui latar belakang budaya pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).

3.2 Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,
karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran
agama.
Semoga paper ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang
baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/7087243/ASUHAN_KEPERAWATAN_TRANSKULTURAL
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya,
Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

You might also like