You are on page 1of 2

PCRA atau Pre-Contructions Risk Assesment merupakan sebuah tools yang digunakan

untuk menilai resiko bahaya yang terjadi saat akan melakukan pekerjaan kontruksi atau
renovasi di rumah sakit. PCRA sangat erat kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) rumah sakit. PCRA tidak berbeda dengan HIRA (Hazard Identification and Risk
Assesment) karena sama-sama menilai resiko, bedanya, PCRA secara spesifik menilai
resiko yang mungkin terjadi pada pekerjaan kontruksi dan renovasi di rumah sakit sedangkan
HIRA menilai resiko secara luas. PCRA juga berkaitan dengan ICRA atau Infection Control
Risk Assesement (Pengendalian Infeksi), karena dalam menyusun PCRA, dokumen ICRA
harus termasuk di dalamnya.

PCRA tidak berbeda dengan tools penilaian resiko lainnya. Di dalam PCRA terdapat
identifikasi bahaya, konsekuesnsi/dampak, tabel penilaian resiko, lengkah perbaikan, jenis
penilaian resiko, tanggal penyelesaian dan penanggung jawab. Namun ada 9 elemen yang
wajib dimasukkan dalam PCRA. Sembilan elemen tersebut adalah, kualitas udara,
pengendalian infeksi, utilitas, kebisingan, getaran, Bahan beracun dan berbahaya (B3),
layanan darurat, pembuangan sampah/puing-puing, dan bahaya lainnya. Semua elemen
diatas wajib diisi dan dinilai resikonya.

Baca : Cara Menambah Penghasilan lewat Internet dengan Cepat

Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit 2018 (SNARS), PCRA dimasukkan di salah
satu elemen penilaian, yaitu pada di Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Standar
4 tentang keselamatan dan keamanan. Pada lembar penilaian MFK SNARS, standar MFK
4.1 disebutkan bahwa:
1. RS harus mempunyai regulasi yang mengatur tentang assesmen resiko pra kontruksi
(PCRA)
2. RS melakukan assesmen resiko pra kontruksi (PCRA) bila ada rencana kontruksi, renovasi
atau demolis/pembongkaran
3. RS mengambil tindakan berdasarkan hasil asesmen resiko untuk meminimalkan resiko
selamat= pembongkaran, kontruksi dan renovasi
4. RS memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan dan didokumentasikan.

PCRA termasuk baru dalam elemen penilaian akreditasi rumah sakit, karena dalam standar
akreditasi tahun 2012, PCRA tidak disinggung sama sekali. Oleh karena itu, masih banyak
praktisi K3RS yang belum mempunyai bayangan tentang PCRA, bagaimana rupanya dan
seperti apa bentuknya. Jika ditelusur di google, kebanyakan hasil PCRA yang didapat adalah
PCRA dari rumah sakit di luar negeri. PCRA di luar negeri belum ada berbentuk baku.
Kebanyakan tiap rumah sakit memiliki format PCRA yang berbeda-beda. Lain halnya di
Indonesia, disini PCRA bagaikan barang baru jadi masih sangat sulit untuk dicari. Selain itu
Masih sedikit juga rs yang memposting PCRA buatan rumah sakit di Indonesia. Makanya
pasti banyak praktisi K3RS yang kesulitan mengenai bentuk PCRA ini.

Baca Juga : Cara Mengisi/Membuat PCRA

Saya sendiri sudah hampir setahun bekerja sebagai praktisi K3RS. Awalnya saya bingung
dengan PCRA ini, karena sedikit sekali referensi yang saya punya dari rumah sakit lain,
malah tidak ada sama sekali. Tapi setelah saya pelajari berbagai jenis PCRA yang ada di
luar negeri, akhirnya saya membuat sendiri tools PCRA dan saya implementasikan di rumah
sakit tempat saya bekerja.

You might also like