You are on page 1of 6

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH KALIMANTAN SELATAN


RUMKIT BHAYANGKARA TK III BANJARMASIN

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III POLDA KALSEL


Nomor : Kep / /I/2018/Rumkit

Tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI RUMKIT BHAYANGKARA TK III


BANJARMASIN TAHUN 2018

KARUMKIT BHAYANGKARA TK III POLDA KALSEL

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Bhayangkara TK III Banjarmasin, maka diperlukan adanya
kebijakan pelayanan pasien untuk menjalani sedasi moderat dan
dalam.
2. Bahwa dalam melaksanakan ketentuan tersebut perlu ditetapkan
dengan surat keputusan kepala rumah sakit.
Mengingat : 1. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Permenkes RI Nomor 519/ Menkes/ PER/ III/ 2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesi & Terapis
Intensif di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menkes RI Nomor 779/ Menkes/ SK/ VII/ 2008
tentang Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di
Rumah Sakit

2 KEPUTUSAN KARUMKIT BHAY. BJM


NOMOR : KEP/ /I/2018
TANGGAL : JANUARI 2018

MEMUTUSKAN :
Menetapka : 1. Memberlakukan kebijakan pelayanan anestesi yang telah
n ditetapkan sebagai pedoman kerja di Instalasi Bedah Sentral
dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.
III Banjarmasin sesuai dengan lampiran keputusan ini.
2. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
diperbaiki sebagai mana mestinya bila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam surat keputusan ini.

Ditetapkan di : Banjarmasin
Pada tanggal : Januari 2018
KARUMKIT BHAYANGKARA TK III BANJARMASIN

dr. BAMBANG PITOYO NUGROHO, Sp. S


AKBP NRP 72030465
LAMPIRAN KEP. KARUMKIT BHAY. BJM
NOMOR : KEP/ /I/2018
TANGGAL : JANUARI 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. III BANJARMASIN

1. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) memenuhi standar di


rumah sakit, nasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelayanan anestesi yang adekuat, regular dan nyaman (termasuk sedasi
moderat dan dalam) tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) dilakukan 24 jam,
untuk keadaan darurat diluar jam kerja yang ditentukan, disesuaikan dengan
jadwal oncall yang telah dibuat.
4. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) harus seragam pada
seluruh pelayanan di rumah sakit.
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket dan menghormati hak pasien.
6. Kepala pelayanan anestesi di rumah sakit dibawah kepemimpinan dokter
spesialis anestesi.
7. Tugas dan tanggung jawab Kepala pelayanan anestesi diatur dalam Keputusan
Karumkit yang meliputi pengembangan, implementasi & memelihara/
menegakan kebijakan serta prosedur yangb ditetapkan.
8. Semua petugas anestesi wajib memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
9. Sedasi moderat dan dalam diberikan sesuai kebijakan rumah sakit.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
11. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan
tindakan pembiusan harus ada secara tertulis karena menyangkut legalitas yang
dilakukan oleh dokter anestesi.

12. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan ditulis dalam rekam medis pasien.
13. Asesmen pra sedasi/ pra anestesi untuk pasien elektif dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi di ruang rawat inap 1 hari sebelum operasi dilakukan/
sebelum dilakukannya operasi untuk mengevaluasi resiko dan ketepatan sedasi/
anestesi bagi setiap pasien.
14. Asesmen pra sedasi/ pra anestesi untuk pasien emergensi/ cito dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi di IGD atau di ruang premedikasi kamar operasi
sebelum operasi dilakukan.
15. Asesmen pra induksi untuk pasien dilakukan oleh dokter anestesi sesaat
sebelum obat anestesi diberikan.
16. Persiapan pra sedasi/ pra anestesi dilakukan di ruang rawat inap, kemudian
dokter spesialis anestesi akan memberikan instruksi untuk persiapan sedasi/
anestesi.
17. Pelayanan pra anestesi setiap pasien dilakukan di ruang premdikasi sebelum
pasien masuk ke kamar operasi.
18. Pelayanan anestesi termasuk di dalamnya sedasi sedang, moderat dan dalam
disetiap pembedahan dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh
perawat anestesi.
19. Pelayanan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan oleh Operator bedah atau
dokter spesialis anestesi sesuai dengan standar prosedur operasional.
20. Pelayanan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan diruang operasi dan diluar
ruang operasi pada pasien yang mendapatkan indikasi anestesi lokal.
21. Pelaksanaan pelayanan anestesi umum/ general, anestesi regional/ spinal untuk
pasien operasi elektif maupun cito dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
dibantu oleh perawat anestesi dan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasional.
22. Monitoring selama pasien dilakukan tindakan anestesi dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi dan perawat anestesi.
23. Monitoring pasien selama tindakan anestesi dan pasca anestesi sesuai dengan
kebijakan yang berlaku.
24. Pelayanan pasca pemberian anestesi lokal, dilakukan monitoring pasien selama
15-30 menit oleh dokter operator/ perawat untuk mengawasi tanda-tanda vital
dan status fisiologis pasien.
25. Pelayanan pasca pemberian anestesi general untuk pasien ODC/ rawat jalan
dilakukan monitoring di ruang pulih sadar selama 1-2 jam atau kondisi pasien
sesuai dengan kriteria transfer atau pemulangan.
26. Transfer pasien untuk perawatan selanjutnya dari kamar operasi ke ruang rawat
inap, ODC dan ke ICU menggunakan kriteria yang telah ditentukan.
a. Untuk pasien dari kamar operasi ke ruang rawat inap atau ODC dengan
anestesi umum:
1) Pasien anak/ bayi dengan menggunakan Steward Score dengan kriteria:
Penilaian pergerakan, pernafasan dan kesadaran dengan nilain total > 5,
pasien dapat dipindahkan ke IRNA.
2) Pasien dewasa dengan menggunakan Aldrete Score dengan kriteria:
Penilaian pergerakan, pernafasan, kesadaran, tekanan darah dan warna
kulit dengan nilai total 8, pasien dapat dipindahkan re IRNA.
b. Untuk pasien dari kamar operasi ke IRNA dengan anestesi regional
menggunakan Bromage Score dengan kriteria: Gerakan penuh dari tungkai,
tak mampu ekstensi tungkai, tak mampu fleksi lutut, tak mampu fleksi
pergelangan kaki dengan nilai score 2 dapat dipindahkan ke IRNA.
c. Untuk pasien dari kamar operasi ke ICU: Pasien dengan terpasang
Endotracheal Tube ditransfer dengan menggunakan ambubag atau Jackson
Rees dan O2 ditransfer dengan terlebih dahulu membersihkan jalan nafas.
27. Penggantian gas medis anestesi baik O2 maupun N2O dilakukan oleh perawat/
penata anestesi dengan dibantu oleh petugas oksigen, bila terjadi kebocoran
atau kerusakan pada tabung maupun regulator akan menghubungi petugas
pengadaan tabung O2 dan N2O.
28. Penggunaan alat medis berupa mesin anestesi, monitor jantung, oksimeter,
suction dilakukan tes sebelum digunakan dan dilakukan pemeriksaan teratur
oleh Teknisi dari luar sakit yang terkait.
29. Setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi diberikan informasi/
penyuluhan serta edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani oleh dokter
spesialis anestesi.
30. Pada setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi, prinsip pencegahan
dan pengendalian infeksi selalu dijalankan.
31. Bila semua dokter spesialis anestesi berhalangan/ sedang keluar kota, akan
direkomendasikan dokter anestesi lainnya sesuai dengan rekomendasi karumkit
dan dokter penanggung jawab pelayanan anestesi.
32. Tenaga dokter spesialis anestesi dari luar yang direkomendasikan oleh Komite
Medis RS Bhayangkara Tk. III Banjarmasin dan Karumkit Bhayangkara Tk. III
Banjarmasin yaitu dr. Rory Denny Saputra, Sp. An, dr. Iwan Nuryawan, Sp. An,
dr. Rapto Hardian, Sp. An dan dr. Mahendratama Purnama Adhi, Sp. An.
33. Tenaga penata anestesi dari luar adalah Zulfikar, S. Kep, Sopian Hadi, S. Kep,
Muhammad Insaini Fitri, S. Kep.
34. Pelaksanaan fungsi lumbal yang dilakukan untuk tes diagnostik invasif dilakukan
oleh dokter spesialis anestesi dengan dibantu oleh perawat anestesi.
35. Dokter spesialis anestesi dan penata anestesi dicatat direkam medis pasien.
36. Kebijakan dan prosedur mengatur frekuensi minimum dan tipe monitoring
selama tindakan anestesi dan polanya seragam untuk pasien yang serupa yang
menerima tindakan anestesi yang sama waktu pemberian anestesi.
37. Dikarenakan karena keterbatasan dokter anestesi dan perawat anestesi maka
membutuhkan kerjasama dengan dokter anestesi dan penata anestesi dari luar
Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Banjarmasin.

Banjarmasin, Januari 2018


KARUMKIT BHAYANGKARA TK III BANJARMASIN

dr. BAMBANG PITOYO NUGROHO, Sp. S


AKBP NRP. 72030465

You might also like